RAGASEA (END)

By devitnask

5.9M 719K 319K

SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, t... More

PROLOG
1. BULLYING
2. LAVEGAS
3. FANTASY
4. MEMORIES
5. INHALER
6. DIFFERENT
7. INVIATION
8. DRESSED
9. PHOBIA
10. RATU VERITAS?
11. LIVE INSTA
12. DRAMA QUEEN
13. STICKY NOTES
14. PROMISE
15. KUROMI KEYCHAIN
17. PUTRI PECANDU
18. MALAIKATNYA SEA
19. SENJA & SAMU
20. SAMU SUMON
21. WLC TO THE HELL
22. FIVETY : FIVETY
23. MOTOR MERAH
24. PANTAI SELATAN
25. D-DAY
26. ANTAGONIS
27. KONSEKUENSI
28. PELIK
29. LO SIENTO
30. PARNOAN
31. OLIMPIADE
32. LUKA MANDA
33. PERI KECIL?
34. PASPOR
35. 10-31 MEANING
36. SUGAR DADDY
37. PASSWORD
38. SANDIWARA
39. SQUIDY
40. SI POSESIF
41. SALAH PAHAM
42. BUCIN NYUSAHIN
43. SPAM-SPAM
44. OBAT PENYEMBUH
45. TAPI BOONG
46. PERKARA ABS
47. OVERSINTING
48. LOVE LANGUAGES
49. EGOISME
50. SELESAI, LAUT
51. SI JEALOUS
52. PUTUS SEPIHAK?
53. AGENDA
54. COUPLE STUFF
55. LAMPION
56. MEMORABLE
57. BUKAN ROBOT
58. NIGHTCLUB
59. KEMBANG API
60. SELESAI, GURITA

16. KOLOR SQUIDY

87.5K 11.3K 3K
By devitnask

"Samu pengedar." Ucapan Dean masih terngiang jelas di telinga Sea. Gadis itu tidak ingin percaya, tetapi ada sesuatu di benaknya yang membuat Sea merasa tidak tenang.

"Yeu, kalau bukan sodara ya b aja kalik. Manusia kok mau nyaingin kulkas dua pintu," celoteh Kelly mengomentari sikap Dean beberapa saat yang lalu ketika cowok itu menyangkal terkaan Kelly.

"Sea, sebelah mana yang sakit?" Kelly memeriksa semua tubuh Sea yang terlihat.

"Ga ada, Kel."

"Udah deh, mending makan buah ini aja." Hyuna menyodorkan beberapa buah yang sudah dipotong dan dimasukkan ke dalam wadah khas buah-buahan yang dijual di supermarket.

"Ivy nggak ikut ya?" tanya Sea penasaran.

"Gak ah! Males banget sama dia!" Kelly menyahut kesal.

Hyuna membuang napas melalui bibirnya. "Maklumin aja ya, yang Ivy kalo kesel sama sesuatu semuanya kena imbasnya, sementara Kelly kalo udah dikasarin bisa ngambek sebulan."

Sea tersenyum tipis. "Nggak bisa bayangin gimana kalau Kelly Ivy tanpa Hyuna."

"Nggak bisa bayangin juga kalo Kelly tanpa Sea!" Suara cempreng Kelly ikut menggema di dalam ruangan, gadis itu memeluk lengan Sea akrab.

***

"Pah!" panggil Raga di alam bawah sadarnya. "Jangan!"

Keringat dingin menyelimuti setiap pori-pori kulit Raga, kepala cowok itu bahkan terus bergerak tidak tenang, seolah sedang bermimpi buruk.

"PAPAH!" Raga tersadar dari tidurnya.

Manda yang duduk di sampingnya itu segera menggenggam tangan Raga, membantu cowok itu agar tersadar secara sempurna. "Ini Manda, Aga."

"Manda?" Napas Raga terengah, seakan-akan baru saja dikejar oleh maut.

"Iyaa, Aga masih suka mimpi buruk ya?" Manda merebahkan kepalanya di dada Raga yang terbaring di brankar rumah sakit.

"Hm."

"Mau obat lagi? Nanti Manda mintain ke Papa?"

"Nggak, nggak usah. Gue masih bisa nahan semuanya, nggak perlu pakai obat lagi."

Manda menegakkan tubuhnya agar dapat melihat wajah Raga. "Tapi, Ga--"

Raga membelai leher Manda yang terbebas dari cervical collar. "Udah dilepas?"

Bibir Manda ternganga, ia sempat melepas benda itu karena terlalu gerah. Sial, dia lupa memakainya lagi.

"Ah, iyaaa. Kata dokter, Manda udah nggapapa kok."

"Secepat itu?"

Manda gelagapan, tetapi tidak terlalu kentara. Gadis berambut curly itu malah tersenyum, membuat Raga lupa dengan apa yang sedang mereka bicarakan.

"Aga mau makan bubur nggak? Ini bagus buat--"

"RAGA!" Suara Sabita menggelegar dari pintu masuk IGD, lalu tak lama kemudian gorden penutup brankar terbuka oleh sekertaris Sabita dan muncullah wanita yang sangat Raga kenali.

Sabita melangkah lebar mendekati Raga, sementara Raga beranjak duduk di ranjangnya. "Mamah."

Sabita memeriksa denyut nadi Raga, ekspresinya terlalu tegang, seolah sangat takut kehilangan putra sematawayangnya yang satu itu.

Sabita menghela napas penuh kelegaan setelah memastikan jika Raga baik-baik saja. Genggamannya di tangan Raga pun merenggang.

"Mah," Kini giliran Raga yang memegang tangan Sabita penuh rasa syukur. "Makasih udah dateng--"

"Cepat pulang, banyak tugas yang harus kamu selesaikan sama Tentor kamu. Jangan buang-buang waktu di sini!" Sabita berdiri, melepaskan genggaman Raga di tangannya.

"Mah, Raga baru aja siuman--"

"Kamu udah buang waktu enam jam di sini, mau apa lagi hah?!"

"Tante, tapi Aga butuh istirahat." Manda menyela diikuti senyuman khasnya.

"Istirahat selama enam jam itu sudah lebih dari cukup, beberes sekarang juga Mama tunggu di kafetaria!" Sabita keluar dari ruang IGD.

"Tante, ngopi sama Manda dulu dong!" Manda mengejar Sabita, menempelinya bak penjilat kelas teri.

Senyum penuh luka terukir di bibir Raga. Dia pikir, Mamanya datang karena peduli padanya. Ternyata hanya karena takut harta paling berharganya pergi.

Di mata Mama, gue emang cuma alat buat menuhi semua ambisinya! Pikir Raga miris.

Dean mendekati brankar Raga tepat setelah Sabita dan Manda keluar. "Mau balik?"

"Seragam gue dimana?" tanya Raga tanpa berniat menjawab pertanyaan Dean barusan.

"Ga ada."

"Maksud lo? Ya kalik gue ke sini ga pake baju? Gue nggak bisa keluar pakai baju pasien kayak gini."

"Adanya kolor, mau?" Dean menyodorkan kolor hitam milik Raga yang sudah kering.

"Fuck! Jangan main-main, Yan!"

"Ga main main."

"Jadi maksud lo, gue ke sini cuma pakai kolor doang gitu?" Raga menunjuk kolor di tangan Dean dengan ekspresi tertekan.

"Maaf, tapi iya."

"HAH?!" Raga menarik selimut dan menutup seluruh tubuhnya hingga menyisakan bagian wajah. "Sumpah lo?! Demi apa?!"

"Basah lagi."

"Demi?!" sentak Raga. "Kok bisa?! Siapa aja yang liat?!"

"Banyak banget," Dean menghitung menggunakan jari dengan bibir komat kamit. "Banyak pokoknya."

"Shit! Peler gue!" Raga sujud di atas brankar dengan kedua tangan menahan selimut yang melingkar di kepalanya.

Raga mengambil kolor miliknya, kemudian turun dari brankar. Cowok itu membuka gorden sekat pembatas brankar sisi kanan dan melihat Sea yang sedang duduk di brankar sambil memainkan ponsel.

Bibir Raga ternganga kecil, sementara Sea terlihat biasa saja di jarak dua brankar kosong dari tempat Raga dirawat.

Sea mengerjapkan mata polos, tatapannya tidak terdeteksi. Sedangkan Raga terlihat malu, karena ada kemungkinan besar Sea sudah mendengar semuanya dari awal.

"Freak, kenapa dia ada di sini?" tanya Raga berbisik pada Dean. "Kenapa juga gue bisa sebelahan sama dia, mana satu ruangan lagi."

"Lo ngga inget?"

"Apaan?"

"Lo gendong dia--"

"Ke sini? Pake kolor doang?"

"Ralat, kolor basah."

"Berhenti!" sentak Raga menghentikan Dean. "Itu, itu bukan gue!"

Raga menutup telinganya. "Gue ngga mau tau lagi! Nolongin dia?! Gendong dia?! Gue ga pernah lakuin itu!"

Raga beranjak pergi, tetapi terhenti karena mendengar Sea bersiul. Raga menoleh ke arah Sea, lalu Sea akan menatap barang Raga beberapa detik, kemudian beralih menatap wajah Raga beserta senyum anehnya.

Sea seakan-akan sedang mengejek Raga, melihat kolor hitam dengan gambar Squidward pargoy membuatnya ingin tertawa. "Luarnya doang sangar, dalemnya--"

"Diem lo!" Raga menyembunyikan kolornya di belakang tubuh.

Raga berbalik pergi, dan saat itu juga ia berpapasan dengan sekretaris mamanya yang membawakan piyama squidward Raga. "Bajunya--"

"Shit! Kenapa malah bawain yang ini?!" Raga segera mengamankan piyama dengan gambar lukisan squidward orange di tangan sekretaris mamanya.

"Maaf, saya tidak tahu selera Anda. Di mobil Bu Sabita hanya ada piyama squidward orange, kaos squidward hitam, dan--"

"Cukup!" Cowok galak itu kembali mengonggong. "Gak perlu dijelasin lagi!"

"Ch, Dasar Bocah Squidward!" gumam Sea dengan tangan berada di dalam kantung baju pasien.

Selepas Raga pergi, Dean mendekati Sea. "Tagihan rumah sakitnya udah gue bayar, lo bisa pulang besok, istirahat dulu aja di sini."

"Iya." Sea memang masih cuek, tetapi tidak seketus sebelumnya.

"Kalau ada apa-apa atau butuh sesuatu bilang aja ke gue."

"Hm," timpal Sea tanpa membuka bibirnya.

"Gue pulang dulu."

"Ya."

Dean pergi, lalu beberapa detik kemudian Sea bersuara. "Dean!"

Dean menoleh, seakan-akan mengatakan 'Apa?' melalui ekspresi wajah dinginnya.

"Ma, makasih," kata Sea cepat.

"Apa? Yang jelas kalau ngomong!"

Hish, Sea tau jika Dean mendengarnya, tetapi cowok itu malah berpura-pura tidak mendengar ucapan terimakasih Sea.

"Ga jadi!" Sea merubah posisinya menjadi tidur di brankar dan memunggungi Dean sambil menenggelamkan diri di dalam selimut tipis.

Sikap Sea yang cukup sulit mengatakan terimakasih kepada orang lain itu mampu mengundang senyum di bibir Dean.

"Sama-sama," kata Dean kemudian.

Tuh kan, dia denger! Pikir Sea memilih mengabaikan Dean. Setelah memastikan Dean pergi dari IGD, Sea langsung beranjak duduk, ia sedikit mendecak, lalu memilih membeli minum di kafetaria rumah sakit.

"Ice tea ukuran sedang," Sea berdiri di depan meja panjang tempat membeli minuman.

Dalam radius tiga meter di sebelah kanan, Sea melihat Manda dan seorang wanita yang tampak begitu akrab.

Berkali-kali Manda tertawa dan menepuk lengan sang wanita, lalu wanita itu akan mengusap-usap lengannya seolah tangan Manda penuh dengan virus menular.

Sea memicingkan matanya, melihat tingkah Manda membuat matanya sakit. Sea muak sendiri, bisa-bisanya ia bersikap seperti itu.

"Ice tea satu," kata Mas Mas penjaga kasir sambil menyodorkan pesanan Sea.

Sea menerima pesanannya dan segera pergi, namun langkah gadis itu terhenti ketika melihat Raga berjalan mendekati dua orang tadi dengan piyama squidward.

"Jadi, dia mamanya Raga?"

TBC.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari.

Ada yang nunggu next?

2k komen ya, nanti aku update lagi 💗
Jangan cepet-cepet heh, mau nyantai beneran dulu. Ya kali tiap hari double up, dua hari sekali gitu loh. 😹

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Continue Reading

You'll Also Like

ABRAXAS By Lisaa

Teen Fiction

4M 540K 38
⚠️ FOLLOW SEBELUM BACA⚠️ "Kak Abra bakal ninggalin Ula?" tanya Alula sedih. Abraxas menggeleng dengan cepat. "Gak bakal." "Gue sayang Lula! Sampai ka...
3.2M 157K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.6M 260K 64
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Tersedia di Gramedia + Part Lengkap✔️ 17+ Terbit di @reneluvbooks dan sudah tersedia di Gramedia seluruh Indonesia. *** Al...
687K 63.5K 43
The Marvel Series 2 Reza adalah lelaki tersabar yang aku kenali. Reza tak marah walau berkali-kali aku sakiti. Reza hanya diam saat aku marah. Reza a...