Forever Mine

By 23gwen

4.7M 209K 10.8K

"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya... More

prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Tolonggg yaaa
Chapter 51
Chapter 52

Chapter 10

99.5K 5K 106
By 23gwen


Aku dan Sean telah sampai disalah satu gedung yang terlihat sangat mewah dan besar dipusat kota New York, sopir kami membukakan pintu untuk kami, Sean terlihat sangat bahagia, dia hankan berulang kali tersenyum padaku dan mencium telapak tanganku yang selalu ada di genggamannya dan tidak pernah dia lepaskan barang sedetikpun.

Saat ini aku telah sampai disebuah penthouse yang lebih besar dan lebih mewah dari penthouseku sebelumnya, memandang kesekelilingku begitu juga dengan Sean yang mengajakku berkeliling untuk melihat-lihat seluruh penthousenya, astaga aku belum pernah melihat Sean sesenang ini sebelumnya.

Dia juga membawaku untuk melihat kamar utama di penthouse itu, kamar itu sangatlah luas, kamar itu juga dilengkapi dengan perabotan klasik menambah daya tarik kamar ini, kamar itu juga terlihat nyaman dengan pemandangan kota New York pada malam hari. Aku terpaku pada pemandangan indah didepanku ini, kota New York pada malam hari bisa sanggup menyita perhatianku selama berjam-jam.

"Apa pemandangan itu lebih menarik dari pada aku?" tanya Sean sambil memelukku dari belakang, dagunya disandarkan ke atas bahuku, aku mengarahkan tanganku ke rambut gelapnya dan mengelusnya lembut.

"Hanya pemandangan itu yang menemaniku ketika kau ada di London" aku berujar padanya lalu menjauhkan tanganku yang mengelus rambutnya. Dengan cepat dia kembali meraih tanganku, mengarahkannya pada bibirnya dan mengecupnya berulang kali.

"Aku disini sekarang, oh astaga aku sangat merindukanmu" dia kembali memelukku dengan erat

"Aku tau" bisikku lirih.

***

"Aku akan mandi, kau bisa tidur lebih dulu, ada beberapa hal yang harus kulakukan" kata Sean sesudah kami makan malam, dia menghampiriku yang berada di dapur membereskan piring kotor kami, lalu dia mengecup keningku dengan lembut.

"Tinggalkan saja disitu, ada orang yang akan mengurusnya" Sean berkata, aku mengangkat bahuku padanya seolah mencuci piring bukanlah masalah besar.

"Tidak apa, aku akan mencuci piringnya" aku berujar sambil menyalakan kran air dan mulai membasahi tanganku dengan air, sebelum Sean menyentak lenganku hingga membuatku menghadapnya.

"Kubilang tinggalkan disana!" desisnya tajam, aku melihat ke dalam matanya dan aku melihat adanya sepercik amarah disana, astaga... sebenarnya apa masalahnya, aku hanya ingin mencuci piring, dia sangatlah berlebihan.

"Kau sudah mendengarku, sekarang lakukan apa kataku!, dan masuk kedalam kamar" dia berujar sambil mematikan kran air yang mengalir, aku melepaskan tanganku dari cengkeramannya lalu aku berjalan menaiki tangga dan membuka kamar berpintu gelap itu, aku melangkahkan kakiku dengan ragu menuju kearah kamar itu, tak lama kemudian Sean menyusulku kedalam kamar, dia melepas kaus yang dia pakai untuk makan malam lalu melemparkannya ke arah ranjang.

"Kemarilah" dia berujar sambil berjalan kearah walk in closet, dia meraih salah satu kausnya, aku melihat dia memilih kaus berwarna putih. Dan saat aku telah berada di depannya dia membalikkan badanku lalu menurunkan resleting gaunku, aku memejamkan mataku menahan debaran jantungku yang kini telah berpacu dengan cepat. Dia membalikkan badanku lagi kemudian memakaikan kaus itu padaku, sesudah itu dia membelai rambutku penuh sayang dan mengecup ujung bibirku singkat.

Aku memandangnya dan yang kulihat saat ini hanyalah seorang pria muda yang terlihat polos dan menawan, aku tersenyum padanya dan membelai wajahnya dengan lembut, dia memejamkan matanya menikmati sentuhanku.

"Kenapa sangat sulit untuk memahamimu Sean" bisikku lirih, kata-kataku membuat ekspresinya melembut, dia tidak menjawab kata-kataku dia hanya mengangkat tubuhku dengan lembut, aku merasa seolah-olah melayang ketika dia merengkuhku kedalam gendongannya, satu hal pasti yang kurasakan saat itu adalah rasa nyaman, ya... Sean memang menjagaku dengan sangat baik.

Sean menurunkanku pada ranjang berseprai satin berwarna biru tua, aku sekarang sudah berbaring nyaman diatas ranjang, aku tersenyum kearahnya dan dia hanya membalas senyumanku dengan senyuman tipis. Aku menenggelamkan wajahku pada bantal dia membelai rambutku satu kali lagi lalu menarik selimut hingga menutupi sebatas pinggangku.

"Saat aku kembali dari kamar mandi aku harap kau sudah tertidur" dia berkata sambil beranjak dari kamar mandi.

Aku melihat punggungnya menghilang tepat saat pintu kamar mandi tertutup, aku sejenak memejamkan mataku, kemudian aku menggeliat tidak nyaman dibalik selimut yang menutupiku, aku tidak bisa tidur bahkan untuk menutup mataku saja rasanya sangat sulit, kamar ini sangat membuatku gelisah, ini adalah kamar yang indah sungguh, tapi entah kenapa kamar ini membuatku tidak nyaman, aku bersumpah saat itu aku benar-benar ingin kembali kekamarku sendiri, tapi aku tahu itu mustahil, Sean tidak akan membiarkanku.

Aku belum tertidur saat Sean keluar dari kamar mandi dengan celana piyama dan bertelanjang dada, aku berpura-pura memejamkan mataku dan mengatur nafasku agar dia tidak mengetahui jika aku telah tertidur. Aku merasakan ranjang bergerak ketika dia duduk disebelahku, aku merasakan jemarinya membelai lembut rambut dan wajahku, sesekali dia juga mencium bagian belakang telingaku dengan lembut, dia meraih kepalaku secara perlahan seolah takut jika aku terbangun dan dia menyandarkan kepalaku pada lengannya sebagai bantalan kepalaku, dia mengatur tubuhku agar aku berbaring menghadapnya, dia sama sekali tidak membaringkanku secara kasar tapi dia benar-benar membaringkanku secara lembut, seperti dia sudah sering melakukannya pada wanita lain. Dia meraih beberapa kertas yang berada diatas meja disampingnya, dan dia membacanya dengan tenang, sesekali dia juga membelai punggung dan rambutku mengunakan lengannya yang kugunakan sebagai bantalan tidurku.

***

Seperti biasa pagi-pagi sekali aku sudah terbangun, aku memang punya kebiasaan untuk bangun pagi, aku berjalan kearah walk in closet milik Sean, disana banyak terdapat jas, kemeja dan baju santai milik Sean, aku memutar helaian rambutku yang masih tergerai berantakan dengan jari telunjukku masih melihat pakaian-pakaian Sean, dan aku melihat beberapa pakaian olah raga dan beberapa gaun yang tergantung di walk in closet itu, aku mengambil t-shirt, celana pendek dan aku mengganti langsung mengganti pakaianku, setelah selesai mengganti pakaianku, aku meraih sepatu kets warna putih dan memakainya, aku berjalan melewati Sean yang masih terlelap di ranjang dan keluar dari penthousenya, aku memutuskan untuk jogging dijalanan New York yang masih lenggang, tanpa sadar aku lupa dengan waktu dan aku memutuskan untuk mampir ke café untuk membeli kopi untukku dan untuk Sean.

Aku membuka pintu Penthouse dan melihat Sean mondar-mandir dengan tegang didepan perapian marmer, telepon menempel ditelinganya, Sean berhenti dan melihat kearahku.

"Lupakan, dia sudah ada disini!" katanya, mulutnya ditekan keras dan menatap kearahku.

"Darimana saja kau?!" tanyanya, tulang punggungnya kaku dalam nada yang menuduh, Sean berjalan kearahku , matanya bersinar penuh amarah seperti api yang meliuk-liuk.

"Jogging" jawabku, sambil melirik pakaianku seolah-olah berkata 'Halo, bukankah ini sudah jelas?'

"Kau tidak meninggalkan pesan!"

"Astaga, aku hanya jogging di sekitar sini, aku pikir kau tidak akan terbangun sebelum aku kembali jadi..." aku berseru ,terkejut dengan kemarahan Sean yang tidak terkendali.

"Ada apa denganmu Sean!" otot-otot wajah ian menegang saat dia mendengar perkataan ku.

"Aku bertanggung jawab terhadapmu, aku lebih suka kalau kau tidak pergi begitu saja seperti itu" bentak Sean, berbalik dan berjalan mendekatiku.

"Sean, itu konyol" seruku, aku tidak bisa percaya Sean begitu tidak rasional, apa yang sebenarnya ada dalam pikirannya?, apakah dia tidak memperbolehkanku mengambil keputusan spontan, seperti lari pagi?.

"Kau tidak mungkin benar-benar marah padaku karena aku jogging"

"Aku marah karena kau pergi tanpa meninggalkan pesan, aku tidak bisa menemukanmu dimanapun, jika kau memberitahuku sebelumnya mungkin akan berbeda, meskipun aku akan mengatakan bahwa aku lebih suka kau tidak berkeliaran di kota ini sendirian, bagaimana jika ada  pemabuk yang mengganggumu Ash!, apa yang sebenarnya kau pikirkan!!!" Sean mengacak rambutnya.

"Aku hanya pergi selama satu jam Sean" aku menjelaskannya dengan suara memohon

"Aku tidak suka itu, sungguh Ash, aku sama sekali tidak menyukainya!" katanya melalui rahangnya yang kaku,aku hanya terdiam mendengar suaranya, aku benar-benar tidak memiliki kekuatan untuk menjawabnya.

"Mandilah" dia berkata dengan begitu tegas, sebelum mengambil tanganku dan membawaku kedalam kamarnya.

***

Aku menggenakan gaun berwarna peach saat aku keluar dari kamar Sean, aku tidak melihat Sean diruang tamu, dan saat aku berjalan menuju dapur, aku melihatnya sedang duduk di kursi bar sambil melahap sarapannya, aku menundukkan kepalaku saat aku memutuskan untuk mendekatinya, dia menyadari keberadaanku karena dia menoleh kepadaku dan beranjak dari tempat duduknya untuk menarik kursi untukku, aku menggigit bibirku dengan keras saat aku duduk dikursi dan Sean menariknya kedepan, bahkan saat dia sedang marahpun dia masih berperilaku seperti gentleman, aku semakin merasa bersalah padanya.

"Siapa yang memasak semua ini?" tanyaku memulai pembicaraan ketika dia dengan sigap mengoleskan mentega di roti panggangku dan menyuapkannya padaku, aku meraih bacon yang ada dipiringku dan melahapnya, ini renyah, kesukaanku, ternyata dia tahu bagaimana kesukaanku, dia kembali menyuapkan roti panggang padaku lalu menjawab.

"Aku memesannya, Richard yang mengantarkannya kemari"

"Ini enak" aku berujar sambil menyuapkan bacon kearahnya, dia menatapku sejenak kemudian melahapnya.

"Aku senang kau menyukainya" dia berujar sambil mengecup ujung bibirku.

"Sean, maafkan aku" dia seakan termangu ketika dia mendengarku, dia melahap potongan roti panggang yang ada ditangannya sebelum meraihku dan menempatkanku kedalam pangkuannya.

"Jangan melakukan hal itu lagi, aku merasa seperti aku hampir gila memikirkanmu berada diluar sana tanpa pengawal" dia berkata sambil membelai rambutku dengan lembut.

"Aku tahu, aku tidak akan melakukannya lagi"

"Aku benar-benar akan merantaimu dikamarku jika kau melakkukan hal iitu lagi!" dia menjawab, tapi tidak ada nada gurauan dari suaranya, dan itu membuatku takut, apakah dia akan benar-benar melakukan hal itu padaku.

Aku mendekat kearah Sean lalu memeluknya dengan hangat, aku merasakan harum khas tubuhnya saat memeluknya tapi aku hanya memeluknya dan terus memeluknya sambil menahan air mata yang mengancam untuk menetes. aku tidak mengerti kenapa aku sangat ingin menangis dengan semua ini, aku pikir aku hanya perlu waktu untuk membiasakannya, tapi aku sama sekali tidak diberi waktu, meskipun itu hanya sedikit waktu, aku perlu waktu untuk semua ini, aku perlu waktu menerima semuanya. Semuanya seakan datang dan pergi dengan terlalu cepat.

 ***

Continue Reading

You'll Also Like

490K 40.1K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...
1.4M 19.9K 24
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
500K 35.9K 37
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
2.9M 23.1K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...