Wabi-Sabi (Taeny Love Story)

Hyujjang द्वारा

13.2K 852 586

Wabi-Sabi : Find the Beauty of Love among Imperfection of Life Tiffany datang ke kehidupan Taeyeon, dengan ci... अधिक

Flirting? Me? Nooo I'm not
Who Are You?
Jealousy
Chaotic
Dishearten
Someone Else
Surrender
All for You
Wedding
The Truth
inexorable, yes you are.
Leave
Runaway
Intruder
Oblivious
Hopeless Taetae
Memory
Fightaeng.. 🤗
Marry Me ?
Missing
Package
Fight
Marriage Talk
Honeyday 🤤
End...
Days After
Bab 35 : Move On

Truest Truth

217 27 16
Hyujjang द्वारा


Mohon maaf sebelumnya.. ingin sekali kasih foto & illustrasi supaya lebih dalem.. tapi musibah terjadi pada laptpku. Jadi updetd pake hp ribet sekali.😌

Dan mohon maaf pasti banyak typo.. 😌😂

Tapi.

Jangan skip skip bacanya. Kali ini agak panjang karna aku gak tega maumotong ditengah cerita ekhehehehe

Sesuatu yg menurutku cukup seru sedang terjadi. Semoga menghibur...

😘

........




Taeyeon terbangun dari tidurnya lagi. Padahal belum tengah malam dan mungkin di infusnya sudah tercampur obat tidur dosis rendah.

Mimpi buruknya tidak kunjung berhenti. Semenjak usahanya bunuh diri yang kedua, mimpi itu terus menerus datang. Perasaanya makin gelisah saat malam hari.

Taeyeon menemukan hyoyeon yang sudah pulas tidur di sofa. Televisi menyala tanpa suara, bungkus bungkus snack dan minuman berantakan di meja.

Tadinya tiffany yang bersikeras menjaga taeyeon saat malam di rumahsakit.

Tapi keinginanya ditolak keras oleh semua orang termasuk taeyeon. Akhirnya Hyoyeon yang sukarela menemani taeyeon malam ini. Mereka masih mengobrol sambil menonton layar tivi di dinding sampai pukul 7 malam taeyeon tanpa sadar tertidur.



Taeyeon menengok jam dinding yang pergerakan jarumnya samar terlihat.

Baru pukul 9.30 malam.

Tapi karena diluar musim dingin, diluar sangat sepi seperti tengah malam.

Orang orang lebih memilih mengakhiri aktivitas diluar ruangan dan mendekam dekat perapian atau penghangat ruangan. Penjaga dan staff rumah sakit yang tidak banyak pun memilih tidak berkeliaran.

Taeyeon sandarkan lagi punggungnya pada bantal yang ia naikkan.

Menghela nafas. Memikirkan tiffany sambil memainkan gelang ametysnya.

Ia merindukan wanita itu. Apalagi disaat perasaanya tidak enak seperti ini.

Ia teringat bagaimana kemarin berhasil tertidur setelah diam diam mengadu hatinya dalam pelukan kekasihnya.

Rasanya seperti ketika ia berada di tempat asing, ia akan merindukan rumahnya lebih dari apapun di dunia.

Begitulah saat ini. Ia merindukan rumahnya, tempat ia merasa nyaman, yaitu tiffany.

Bahkan rasa rindu itu perlahan lahan mengalahkan rasa tidak nyamanya karena mimpi buruk.

Pelan pelan taeyeon turun dari ranjangnya, berpegangan pada tiang infus, ia melangkah mengendap keluar. Berdiam diri begitu hanya membuat kesedihanya mengambil alih.

Itulah kenapa taeyeon selalu menyibukkan diri, bangun sangat pagi, memasak banyak untuk tiffany, mengerjakan semua tugas rumah bahkan menebang pohon pagi hari. Ia tidak mau membiarkan pikiran buruknya muncul karena melamun dan berdiam diri disaat perasaanya sedang sedih.



Masih mengendap, ia membuka pintu.

Belum juga ia melangkahkan kaki keluar, taeyeon dibuat terkejut hingga hampir terjengkang karena melangkah mundur secara tiba tiba.

Siwon didepanya. Pria itu memang belum pergi dari kota kecil lauterbrunen. Bahkan ia belum pergi dari rumahsakit kecil tempat semua orang berkumpul siang tadi.

Taeyeon reflek berusaha menutup pintu kembali dan memanggil hyo, tapi dengan kakinya, siwon menahan pintu lebar lebar.

"Hyaaa hyo ya.. bangupphh.."

"Sssttt.."

Tangan kekar siwon menutup mulut taeyeon dan satunya menyeret lenganya supaya taeyeon keluar.

Suara gaduh cukup jelas terdengar karena taeyeon masih berusaha menahan tubuhnya ke pintu, tapi tidak ada reaksi dari hyo hingga siwon berhasil menyeretnya keluar dengan satu tangan saja.

"Ssttt..."

Desis siwon sambil sibuk mendorong tubuh taeyeon di depanya. Satu tanganya masih membungkam kuat kuat mulut perempuan itu, satu tangan lain memegangi lenganya erat erat, dan dengan tubuhnya terus melangkah maju mendorong punggung taeyeon.



Mereka masuk kedalam lift, kemudian naik menuju lantai 3.

Rumah sakit kecil hanya memiliki 3 lantai, lalu atasnya atap gedung terbuka. Suasana sangat sepi, bahkan security pun tak ada yang mengecek keatas karena ruangan dilantai paling atas sepertinya kosong tak ada yang menghuni.

Taeyeon berusaha tenang. Ini hanya siwon.

Jika ia harus menyelesaikan pertarunganya diatas, akan ia lakukan meski dengan penyangga leher dan kepala babak belur begitu. Demi apapun tidak ada jalan lari. Ia menang, mendapatkan tiffany, ia kalah, mati juga kehilangan tiffany, jadi sekalian saja bertarung mati matian, itu pikiran taeyeon saat ini.

Setelah keluar lift lantai tiga, ia berhenti meronta, dengan mulut masih terbungkam, ia berjalan menuruti dorongan siwon menaiki tangga menuju atap terbuka.

"Gaaahhhhh..!!! Sialan.. ciuh..!!"

Umpatan taeyeon keluar begitu bungkaman siwon terlepas.

Udara sangat dingin diluar. Mereka kini berdiri di lantai terbuka. Hanya ruangan kecil yang menjadi akses pintu keluar masuk memiliki atap beberapa meter, Salju semata kaki menyelimuti lantai terbuka yang hanya sebagian beratap itu.

Mereka masih berdiri dibawah atap kaca transparan yang membentang mengelilingi pintu.

"Apa maumu?" Taeyeon menyeringai, padahal dalam hatinya gemetar. Lagi lagi perasaan tak enak seperti beberapa saat lalu ketika terbangun dari mimpi buruk terjadi lagi.

"Duduklah. Aku tak akan mengajakmu berkelahi lagi.."

Siwon kembali menyeret taeyeon menuju bangku panjang di ujung tembok. Ia melepaskan jaketnya kemudian menyampirkan di pundak taeyeon.

"Apa maumu sebenarnya huh?"

Nada taeyeon sedikit melunak. Heran dengan perbuatan siwon.

"Temanmu tidak apa apa. Hanya kuberi sedikit obat tidur supaya tidak ribut.."

Taeyeon terperangah. Jika sampai berbuat seperti itu, pasti niat lelaki disebelahnya tidak baik. Namun taeyeon tak berkomentar. Ia berakting cool. Menurut duduk di sebelah siwon.


Mereka terdiam beberapa saat, tak ada yang mulai percakapan. Sampai taeyeon membuka mulut.

"Bicaralah apa maumu. Tak mungkin kau mengajakku kesini hanya untuk memandang salju turun berdua.."

Taeyeon kesal karena penasaran.

"Hemhem.. aku memang sedang menikmati kota ini berdua denganmu.. taeyeonssi.."

Seringai siwon.

"Indah ya.. walaupun turun salju dan jalanan sepi, tapi rumah rumah kayu itu menyala kuning indah seperti di cerita cerita dongeng..."

Taeyeon tidak menanggapi.

"Pantas tiffany suka... Jadi kau benar benar telah mengambil semua hati tiffany tanpa sisa.."

Tiba tiba kalimatnya membelok ke topik lain. Membuat taeyeon menoleh.

"Ehmm.. orang tuaku merencanakan perjodohanku dengan tiffany saat masih kuliah. Lalu pertama kali bertemu saat kami sama sama berlibur di korea. Ia masih kuliah di LA dan aku di UK, semester akhir. Bukankah saat itu dia sangat cantik dan ceria, taeyeonssi?"

"Mana kutahu.."

Taeyeon menjawab masih ketus.

"Kau tahu.. begitu lulus, dia bekerja di perusahaan ayahnya.. kuyakin kau akan jatuh cinta padanya dengan wajah polos cantiknya.. energy nya luar biasa, mampu membuat siapapun tersenyum melihatnya.."

Saat itu bayangan wajah tiffany yang lebih muda muncul lagi lagi entah darimana. Pipinya tidak setirus sekarang, tapi senyumnya masih sama. Gadis yang hobi tersebyum.

Tanpa sadar, taeyeon bernafas lebih cepat dari biasanya. Ia gugup tanpa sebab. Merinding dengan penglihatanya sendiri.

"Ayah tiffany mencurigai kedekatan tiffany dengan seseorang, dan menyewa orang untuk membuntutinya.. kau tahu, Mr hwang selalu mendiskusikan apapun dengan keluargaku. Bahkan menyewa mata mata pun atas rekomendasi kami.."

"Apa yang kau bicarakan?" Taeyeon menyela obrolan yang tak ia ketahui ujung pangkalnya itu.

Siwon diam sejenak, tapi kemudian melanjutkan ceritanya lagi.

"Bodoh sekali pak tua itu. Betul kan? Menurutmu juga begitu? Pak tua itu menyebalkan.. hahaha.. saat itu aku tahu saja, kenapa dia menyewa mata mata. Pasti menyangkut tiffany. Jadi aku membayar orang itu dua kali lebih banyak untuk membagi hasil kerjanya padaku juga.. "

"Lalu?"

"Lalu aku tahu, itu benar tiffany yang dia buntuti.."

"Apa yang tiffany lakukan? Siapa pria yang dekat denganya saat itu jika bukan denganmu?"

"Kau tidak tahu? Tiffany tidak pernah cerita?"

Taeyeon menggeleng. Sudah mulai mengikuti pembicaraan siwon.

"Ada seseorang, Yang benar benar tak kuduga. Aku saat itu sudah kembali ke Korea dan langsung terbang ke LA dengan alasan ingin mendekatkan diri pada Tiffany. Tapi sebenarnya, Karena ingin memisahkan mereka, aku memberi saran pada mr Hwang untuk menghukum saja tiffany dengan memindahkanya ke kantor cabang lain di kota lain, yaitu seattle.. dan bodohnya Mr hwang menurutiku.."

"Kau tahu, aku yang masih muda dan labil saat itu, merasa cemburu.. lebih dari cemburu, melihat tiffany melakukan hal itu dengan orang yang benar benar tak pantas bagiku saat itu.."

"Kenapa?"

"Kau tahu seperti apa tiffany? Perempuan itu sangat pemilih. Bahkan saat diberitahu kami akan dijodohkan, ia tidah memberikan realsi apapun. Seakan aku tidak ada.  aku berusaha mati matian mendekatinya, dalam keadaan sadar maupun saat aku senhaja membuatnya mabuk berpesta. Ia tak bisa didekati pria manapun dengan mudah. Bahkan ketika keadaan mabuk, malah semakin garang saja.."

"Tapi orang itu dengan mudahnya. Khhhhhh.. dengan mudahnya... Hahahahahaha.. kau tahu, orang ini tak punya apa apa.. hahahhaah.. bahkan -itu- pun tak puny-hahahahaha oh shit.."

Plakk..!!

Sambil tertawa getir, Siwon memukul pundak taeyeon seperti seorang sahabat lama..

"Itu" apa? Teyaeon tak mengerti sama sekali

Tapi tak berkomentar. Hanya menatap antara penasaran dan bingung. Tiffany tidak pernah bercerita hal hal semacam itu, bahwa dia pernah punya mantan pacar begitu..

Sesaat taeyeon mengira siwon sedang mabuk, tingkahnya begitu aneh saat ini.



"Jadi kau menyerah dan curhat padaku? Berharap aku akan luluh kasihan kemudian membiarkan tiffany pergi bersamamu?"

Beberapa saat siwon menatap taeyeon sambil berusaha mengendalikan tawanya.

"Tidak, dan iya.. ya, aku memang ingin curhat menceritakan semua.. berat bagiku memendam semua tapi sebagai laki laki, aku tidak bisa seperti kalian.."

"Taeyeonssi.. banyak yang kau tak tahu sementara banyak yang tiffany tahu. dan masih banyak yang kau tak tahu bahwa tiffany tahu.."

"Yaishhh apa sih yang kau bicarakan? Kau mau kubelikan tahu bulat atau bagaimana ishh mabok kamu ya?? Tidak jelas sekali bicaramu.."

Taeyeon hendak berdiri mengakhiri obrolan tidak jelas dan kembali kedalam. Tapi kemudian baju belakangnya ditarik lagi oleh siwon.

"Mau kemana.. nonono.. aku masih ingin menikmati malam ini denganmu.. duduk lagi, aku tak akan menonjokmu sini sini.. hahaha.. apa tadi tinjuku sakit sekali? Hahahahah?"

Siwon merangkulkan lenganya seperti mereka tidak pernah ada masalah saja.



"Orang itu sangat beruntung. Sementara aku masih diliputi rasa cemburu. Aku dengan mudahnya membuat orang itu makin dibenci di lingkunganya.. ohh hahaha bahkan dia sebenarnya tidak punya teman.. hahaha manusia macam apa itu, bahkan teman saja tidak punya.."

"Lalu tak sampai disitu, aku membayar beberapa orang untuk membuatnya menderita.. tentu saja mereka senang melakukanya. Uangku banyak.. mereka seperti tak pernah melihat uang banyak saja.. ditambah jaminan nama mereka aman, selama menurutiku, mereka tidak tersentuh hukum atas keributan yg akan mereka lakukan."

"Kau memukulinya?" Tebak taeyeon singkat.

"Lebih dari itu.."

"Kau membunuhnya?"

"Tidak semudah itu.."

"Lalu?"

"Membuatnya trauma seumur hidupnya.."

Taeyeon kembali merinding. Menyadari betapa jahatnya pria ini jika benar itu yang dilakukanya.

Mulutnya sampai ternganga..

"Kau..."

"Heh? Aku jahat? Mmmm.. yah begitulah.. bagaimana tiffany bisa bersamaku? Karena tiffany tahu, sejahat apa aku.. hahahaha aku pria yang buruk yakan?"

"Tiffany tidak menikahiku hanya karena ayahnya mengancam akan menghancurkanmu, jika itu yang kau tahu.. tapi karena dia menyelidiki kasus itu, kemudian akhirnya dia tahu apa yang sudah kuperbuat pada orang yang mendekatinya dulu itu.."

Siwon menjeda sebentar kisahnya.



"Dia marah pada semua orang. Marah pada bawahan ayahnya, pada pelakunya, bahkan ia marah pada ayahnya sendiri. Tapi padaku, dia hanya takut.. kamu tahu bagaimana rasanya menjinakkan seseorang yang sangat garang seperti singa betina? Hahahaha.. aku mencintainya. Tapi dia perlu dijinakkan terlebih dahulu.."

geram taeyeon mengetahui ketidak hormatan siwon pada wanita.

"Kau breng--" 

"Brengsek, yah.. kupikir aku sudah menjinaknanya. Tapi belum.. hahaha kini aku cemburu padamu. Selama satu tahun pernikahanku, aku berusaha sebaik mungkin menjadi suami yang baik, memberinya banyak cinta dan harta, tapi dia terlihat sangat terpaksa.. entah karena dia merindukanmu atau karena takut padaku. Tapi lama kelamaan itu membuatku kesal.."

"Aku tak terfikir sama sekali kalian akan lari ke kota ini. Dia tak pernah menyebut kota ini dalam hidupnya."

"Padahal aku sudah menyuruh orang orangku menggeledah LA, Seatlle, dan kota kota di korea yang mungkin akan ia tinggali. Ternyata kalian bersembunyi disini.. Dia tahu hanya disinilah aku tak akan mencari.."


.

"Apa maksudmu bersembunyi?"

"Hm? Kau pikir tujuanya kesini hanya untuk refreshing rekreasi bersama? Kenapa memilih tempat yang sangat jauh dan merepotkan seperti ini? Dia sengaja mengajakmu pindah kesini untuk bersembunyi.. kota kecil ini seperti kota tak terlihat, dan penduduk setempat pun tak akan curiga mengira kalian hanya wisatawan saja.. ini tempat yang bagus.. dia lebih cerdas dari dugaanku.. ah, dia memang cerdas.. jika bukan karena baekyun, aku juga tak akan mengira kalian disini.."

"Baek?"

"Hem.. baekhyun, yang tergila gila padamu itu, juga anggota clubku.. kaupikir bagaimana dia bisa memasukanmu waktu itu kalau bukan karena itu? Tapi sayang sekali dia sangat polos tak mengerti situasi"

Taeyeon bisa merasakan, jika seseorang seperti tiffany saja takut..pasti...

Ah. Tiba tiba semuanya menjadi masuk akal dikepala taeyeon. Kenapa tiffany bersikeras tidak mau taeyeon sedetikpun mencampuri rumah tangganya saat itu. Kenapa perempuan feminis mandiri yang keras kepala seperti tiffany bisa luluh menerima dirinya diperlakukan tidak baik oleh seorang lelaki. Mengapa tiffany begitu histeris hanya karena siwon datang dan berkelahi dengan taeyeon? Apalagi?

Mungkinkah Karena tiffany tahu, bisa saja taeyeon dibuat trauma seumur hidupnya seperti yang siwon lakukan pada mantanya dulu itu.. semua yang tiffany lakukan kini berputar putar dikepala taeyeon. Make sense.



Kembali perasaan dingin menjalar karena bulu bulu ditubuhnya meremang berdiri, Taeyeon yang tadi sudah gemetar kembali merinding. Udara yang dingin terasa lebih menyeramkan.

"Kau juga berencana membuatku trauma seumur hidupku seperti mantan tiffany?" Taeyeon masih berusaha mengendalikan dirinya. Toh apapun yang siwon lakukan nanti, hidupnya memang sudah seburuk itu. Nothing to loose.

Siwon menatapnya, diam beberapa saat. Baru menjawab.

"Tidak.. "

"Aku hanya sedang ingin mengetahui siapa dirimu.. hahaha.. aku iri.. aku.. seperti mau menyerah saja. Aku tak mungkin menyakiti tiffany yang sedang mengandung anakku, bagaimanapun jahatnya, aku mencintainya..

Aku iri padamu, setelah semua yang ku lakukan, pada akhirnya tiffany kembali padamu.. hahahaha.. bahkan kau sudah melamarnya bukan? Dan dia menerimamu..? Hahahaha.. aku benar benar merasa seperti sampah sekarang.. hanya melakukan hal hal buruk dan akhirnya tetap tak mendapat apa yang kumau lalu terbuang.."

Taeyeon menggeleng ragu. Duduknya beringsut menjauh.

Siwon menyodorkan satu kertas biru yang sudah acak acakan. Kertas yang ditemukan dari ceceran kue yang dilempar taeyeon.

"Apa ini?"

"Jawaban tiffany."

Dingin raut wajah siwon ketika menjawab.



Taeyeon membaca kertas biru kecil itu hanya sekilas. Fokusnya tidak kesitu. Ia masih menahan perasaan tidak enak yang terus perputar putar di sekitar atas perutnya.

"Saat membaca itu, hampir saja aku kehilangan kendali. Tapi tiffany menghalangiku. Jadi kau selamat. Lalu aku merenung sepanjang siang.

"Satu sisi diriku ingin menyerah saja. Aku sudah jauh lebih dewasa untuk bisa memahaminya. Satu sisi diriku mengatakan mau sampai kapan mengotori tanganku dengan hal yang sia sia? Tapi satu sisi lain berkata, aku sudah melakukanya sejauh ini, kenapa tidak sekalian saja? Setelah semua hal hal buruk yang kulakukan pada orang itu, aku sudah terbiasa. Bahkan jika aku harus membunuhnya, aku mungkin tak akan merasa bersalah sama sekali.."

Secara tiba tiba insting taeyeon terbuka mendengar kalimat siwon.

"Membunuh?"

Taeyeon melihat sekelilingnya yang gelap dan sepi. Disetiap tepi atap rumasakit ini hanya tembok setinggi satu meter. Lalu diatas bangunan kecil yang menjadi pintu masuk, terdapat tangga menuju tangki air yang sangat besar. Taeyeon kembali berdesir. Merinding.

Ia menatap kertas yang masih ada ditanganya. Air matanya mulai menetes membaca kalimat di dalamnya.

Ia seperti tertarik masuk kembali kedalam pusaran angin di dalam pikiranya. Semua informasi yang barusaja ia terima berputar putar.



Tiffany, Harry potter, Hwang, Vincent, siapa vincent? Pria bule berambut sangat putih, siapa lagi dia? Ah, dua pria itu yang selalu menakut nakutinya di mimpi. Lembaran foto. Papan nama Richard hwang. Hwang corp? Kapan ia masuk ruangan bertuliskan hwang corp? Rasa bibir tiffany saat ia menciumnya pertama kali. Entah bagaimana ia tahu itu saat pertama kali. Lembaran foto lagi. Kini jelas gambarnya mencium tiffany.

Pusaran pikiranya terus menjelajah tempat tempat yang tidak dia ketahui sebelumnya. Perasaan tidak enak di perut atasnya makin menebal menimbulkan mual dan detakan keras di jantungnya.



Taeyeon membuka mata kembali dari trance mendapati dirinya sudah berlutut. Siwon masih duduk tenang menumpangkan kaki di depanya.

"Kau.. kau.. apa yang akan kau lakukan padaku?"

"Tidak ada. Aku tidak melakukan apapun sejak tadi.. aku hanya bercerita.."

Alis tebal siwon naik sebelah.

Kertas biru yang tadi digenggamnya sudah jatuh siap diterbangkan angin di hadapanya.

"Tiffany.. "

Ucap taeyeon lirih. Otaknya masih berputar pada hal hal yang tak masuk akal. Ia masih tak mengerti..

"Orang yang medekati tiffany, yang kau ceritakan tadi, mungkinkah itu aku?"

Taeyeon mendongak menatap siwon. Pandanganya takut dan putus asa. Jantungnya sudah berdetak tanpa terkendali, nafasnya memburu, perutnya mual, dan tubuhnya dingin.

Yang ditanya hanya balas menatap dengan alis terangkat, tapi tidak menjawab.

Taeyeon bingung. Ia tak tahu harus bagaimana untuk mengendalikan tubuhnya.

"Aaaarrrggghhhh...!!!!"

Ia menumpukan keningnya ke tanah. Berharap rasa tidak nyaman itu hilang. Sementara otaknya masih memainkan kilasan diluar kendalinya.

Ia merasa tak bisa berfikir. Tubuhnya tak menurutinya.

"Paniyaaa.. hiks hiks.."

Taeyeon merengekkan nama tiffany.

"Paniyaaa.. hiks.. tolong.."

Pikiran bawah sadarnya mencari tiffany disaat saat seperti ini. Ia tak bisa berfikir bagaimana jika ia ia tak bisa mengendalikan diri kemudian siwon menggunakan kesempatan untuk membunuhnya saat itu?

semua yang ada di pikiran bawah sadarnya menyeruak keluar disaat bersamaan seperti orang kesurupan.

Taeyeon berdiri, tanganya mencengkram kerah leher siwon. Mengguncangnya tanpa tenaga.

Siwon hanya diam. Tak menepis atau melawan.

"Kau brengsek bajingan sialan keparat kau... AAAAARRRGGGHHHH"

Sumpah serapah taryeon merepet di depan wajah siwon.

Tidak hanya ia marah dengan perbuatan siwon pada dirinya. Tapi juga tiffany. Ia menampar pria yang lebih tinggi itu untuk melampiaskan semuanya tapi tenaganya sudah hilang.

Jangankan kesakitan ditampar. Siwon hanya diam saja beberapa saat, taeyeon sudah jatuh sendiri kembali berlutut.

Tiba tiba taeyeon bangkit berdiri lalu berlari membelah hamparan salju semata kaki. Ia mendekati tepi gedung bertembok satu meter.

Belum sampai menggapai tepi, siwon menarik kerah belakangnya hingga taeyeon terjatuh kebelakang menimpa tumpukan salju.

Separuh tubuhnya tenggelam dalam salju. Siwon berdiri disampingnya.

Taeyeon berteriak lagi sambil memukul kaki lawanya.

"Apa Maumu bajingan..!! Kenapa kau tak membunuhku saja hah??!!"

Siwon masih diam. Ia memandang kebawah dengan wajah dingin.

"Harggghh... "

Taeyeon kembali bangkit menerjang Siwon hingga beruda jatuh bergedebuk membuat salju yang ditimpanya berterbangan menjadi asap.



Dengan posisi taeyeon diatasnya, ia memukul wajah siwon. Walaupun pukulanya kehilangan daya, Tapi beberapa tanda merah darah tercetak di hidung lelaki itu. Siwon tak bergerak.

Baru setelah beberapa pukulan, taeyeon lelah sendiri dan jatuh terguling dengan nafas memburu disamping siwon. Menangis meraung raung sendiri. Memukuli siwon begitu tak mengurangi rasa sakitnya. Frustasinya pun masih disana.

"Aku juga tak tahu apa yang harus kuperbuat padamu.. hahahahahaha.."Siwon akhirnya berbicara.

"Hahahahahaha... Aku tak tahu apakah aku harus menyerah atau membunuhmu atau membiarkanmu terjun bebas dari atap gedung ini.. hahahaha.."

"Aku juga tak tahu apa aku harus minta maaf atau mengutukmu... Hahahahahaha.."

Siwon duduk. Lalu dia kembali mencengkeram kerah baju taeyeon untuk menyuruhnya berdiri.

"Berdiri.. urusan kita belum selesai taeyeonssi.."

"Bunuh saja aku siwon.. bunuh aku..!!! Toh aku sudah tidak bisa hidup tenang lagi karenamu..!!"

Taeyeon tiba tiba histeris, meronta ronta dalam cengkraman siwon.

"Aarrhhh...

"Hyaaaishhh..

Brak.."

Taeyeon mencakar pergelangan siwon yang sedang menyeretnya, hingga siwon mengerang keras dan reflek menampar pipi taeyeon membuat taeyeon kembali terbanting ke belakang..

Hidung taeyeon berdarah menabrak lantai dingin dibawahnya, sepertinya patah, dan dalam mulutnya berdarah karena tamparan siwon.

Perbanya sudah tak karuan sekarang.

Taeyeon terkapar dilantai tak mampu berdiri karena hidungnya sakit bukan main dan tenaganya habis.

Ia hanya bisa memandangi laki laki tinggi itu kembali gusar mendekat.

"Kau perempuan sialan.. kau sudah ingat semua hah?? Kau ingat semua Kebodohanmu mendekati tiffany? Dan bodohnya kenapa tiffany mau dekat dengan anak kurus miskin tak tahu diri sepertimu? Hah?"

"Harrghhh kau yang bodoh. Kau gila.."

"Yesss aku gila karena kalian.. damn.. aku disini sekarang, aku yang membuatmu menderita, aku yang menyuruh orang memperkosa dan memukulimu, lihat aku.. dan akhirnya tetap aku tak mendapatkan tiffany.. hahahahaha.. aku bisa gila memikirkanya.. aku bisa gila memikirkan telah berbuat sekejam itu hanya untuk menemukan kalian tetap bersama pada akhirnya... "

"Apa yang akan kau lakukan taeyeonssi? Aku di depanmu.. kau bisa memukulku, kau bisa membalaskanya, atau kau bahkan bisa membalaskan pada anakku nanti.. hahahaha aku bisa gila memikirkanya.. kenapa kalian tetap bersama? "



Taeyeon terdiam di depan siwon. Berdua penampilanya sudah tidak karuan lagi. Tapi hanya saling diam memandang tajam satu sama lain dengan nafas tidak teratur.

Taeyeon bisa melihat wajah siwon juga frustasi.

Tapi ia tak perduli. Taeyeon sibuk Merasakan kepalanya berdenyut memusingkan dan rasa mualnya belum hilang.

Ia tak tahu juga harus berbuat apa. Perasaan buruk yang menghantuinya kini muncul semua. Mimpi mimpi menakutkan muncul dalam pikiranya. Orang orang yang membuatnya ketakutan pun muncul ke permukaan semua. Dan didepanya Siwon. Yang ternyata biang kerok dari semuanya.

Ia tak tahu harus berbuat apa. Apakah memukuli siwon akan menghapus semua?

Apa dengan mendorong siwon dari atas gedung itu bisa membuat perasaanya lebih baik?

Apa membalas pada anak siwon nantinya juga akan membuatnya menjadi lebih baik?

Taeyeon tak mampu berfikir. Pikiranya gelap. Shock.

Belum ada kalimat yang sempat Terucap, ia sudah ambruk lagi tak sadarkan diri.

.

.

.

.

"Tae..!!!. tae.. kau bangun?"

Taeyeon perlahan membuka matanya. Rasanya seperti baru keluar dari neraka. Kerongkonganya panas, Kepalanya berat, wajahnya sakit, tulang persendianya Berdenyut.

Sambil mengerjap-kerjapkan kelopak matanya yang terasa panas, ia kembali mengingat kejadian semalam.

"Hoekkkkk.."

"Hoeekkkk.."

Perutnya sangat mual. Tubuh nya langsung dibungkukan kesamping. Seketika orang orang panik berhamburan menghampiri taeyeon di ranjangnya.

"Tae..!!! Omaigadh..!!" Jeritan disamping taeyeon melengking.

Taeyeon tak perduli. Mualnya dari semalam masih muncul. Padahal hanya air liurnya yang keluar.

Setelah beberapa saat tidak ada cairan yang keluar lagi, menimbulkan rasa perih di lambungnya, taeyeon kembali merebahkan tubuhnya dengan peluh bercucuran.



Sejak semalam ia menderita. Pikiranya secara tiba tiba mengingat semua rasa sakit yang dialami tubuhnya kala itu, ketika 3 orang tinggi besar meng gangbang dan memukulinya di kamar mandi lantai basement. Belum lagi rasa sperma yang tumpah bertubi tubi memaksa masuk ke kerongkonganya. Membuatnya lebih banyak mengeluarkan cairan perutnya daripada airmatanya saat itu.

Ia tahu kejadian itu sudah sangat lama. Ia berusaha mengendalikan tubuhnya untuk tidak bereaksi berlebihan. Ia menelan sendiri air liurnya untuk mengontrol gejolak perutnya. Satu tanganya menggenggam tepian ranjang besi sekuat tenaga dengan mata terpejam berusaha kengusir pikiran menjijikan dan menakutkan itu.

Taeyeon merasakan Satu tangan lembut menyentuh keningnya..

Tiffany..

Secepat mungkin taeyeon berusaha menetralkan kondisinya. Tanganya kini menggapai mencari pegangan lain, dan disambut oleh genggaman tangan tiffany yang diperban.

Beberapa kali taeyeon menarik nafas sebelum membuka mulut.



"Paniyaah.. " serak serak samar suara taeyeon keluar tak sesuai harapanya.

"Iya tae.. ada apa? Apa yang terjadi padamu sebenarnya?"

Tiffany cemas disebelahnya.

Taeyeon bingung. Justru itu yangin ditanyakan.

Ia tidak ingat lagi apa yang terjadi setelah ia pingsan diatas atap. Saat itu taeyeon sudah pasrah jika saja siwon akhirnya melemparnya dari atas gedung atau meninggalkanya diatas untuk mati hipotermia semalaman jika tidak ada yang menemukan.



"Apa yang terjadi?"

Bertanya juga taeyeon dengan susah payah.

Kini 4 pasang mata yang tampak bingung menatapnya.

"Tae.. dini hari tadi hyo terbangun dan menemukanmu sudah basah kuyup dengan penampilan berantakan, tak sadarkan diri di ranjang, berselimut jaket bulu hitam, tanpa infus. Kau kemana saja semalam?"

Soo young menjawab mewakili tiffany yang hanya bisa tertunduk mendekap tangan dingin taeyeon.



Taeyeon terdiam memejamkan mata. mencerna dengan lambat, mengkonfirmasi apakah semalam hanya mimpi atau kenyataan.

Tidak munkin mimpi buruk. Hidung dan mulutnya terasa sakit.

Apa siwon yang menyeretnya kesini? Menyeret?

Teringat siwon, taeyeon membuka kembali matanya. Ia melihat tiffany.

"Paniya.." bisik taeyeon lirih mengguncang tanganya. Lemah ia menariknya, membuat tiffany mendongak.

"Wae?"

Taeyeon diam hanya merentangkan tangan sebisanya, meminta tiffany mendekat.

Tiffany mendekatkan duduknya, wendy membantunya menaikkan sandaran ranjangnya, yang lain duduk si sisi lain, menatap prihatin. Kali ini benar benar simpati. Sedih melihat taeyeon seperti itu.

"Taenggooo taenggoo.. sedih aku melihatmu begini.. kau saja tidak tahu apa yang menimpamu?"

Yuri kini juga ikut mengusap rambut taenggoo nya.

"Yuriya, wendiya, ayo kita sarapan dulu"

Soo peka mengajak yang lainya keluar dulu karena melihat taeyeon seperti membutuhkan waktu bersama tiffany saja.

"Eoh, baiklah, kita makan dulu.. kalau ada apa apa langsung hubungi kami tiff.. " yuri berpesan pada tiffany kemudian mengikuti sooyoung dan wendy keluar.



Sepeninggal kawan kawanya, tiffany mendekat.

"Siwon yang melakukanya padamu?"

Bisiknya sambil menyisir helaian rambut yang tak berperban.

Taeyeon tak menjawab, hanya meringsutkan tubuhnya mendekati tepi ranjang. Berniat meletakkan kepalanya di lengan tiffany.

Susah karena selang infus dan perut tiffany, taeyeon menyamankan dirinya di ceruk leher tiffany. Tak berkata apa apa. Hanya diam memejamkan mata..

Dengan cara itu taeyeon mencoba menenagkan diri. Sekaligus berterimakasih pada tiffany. Tiffany yang kini dia tahu, ternyata selama ini berusaha melindunginya.

Basah matanya, mengingat semua masa lalunya. Pecah tangisnya mengingat semua yang mereka lalui.



"Paniya... Hiks.. hiks..mianhae.. gomawo.. hiks.. jangan pergi lagi.." rengeknya.

"Arraso arraso.. tapi ada syaratnya tae tae.. "

Taeyeon diam masih sesungukan

"Aku tak mau melihatmu seperti ini keadaanya.. jelek sekali.. terus siapa yang memasak makanan enak kalau kamu dirumah sakit? Aku tak bisa masak..."

"Hiks.. hiks.. maaf.."

" Terus aku mau kamu makan yang banyak.. aku tidak suka lihat kamu kurus begini, tidak seksi.. "

"Hiks.. iya paniya.."

"Terus.."

"Jangan banyak banyak paniya.. aku seriyussss hiks.. "

"Mwoo.. bukanya kau mau--"

"Araso.. baiklahhiks.. aku lakukan semua baiklah diamlah.. hiks.. aku sedang ingin menangis saja.. maafkan aku.. hiks..jangan kemana mana.. hiks.."

Tiffany menyunggingkan senyum melihat taeyeon sudah bisa sedikit diajak bercanda lagi.

Sepanik apapun dirinya, ia tidak ingin mempersendu suasana saat ini.



Beberapa saat dibiarkan taeyeon seperti itu sampai ia pegal dengan posisi duduknya yang tidak rilex dan sedikit memaksakan diri demi membuat taeyeon nyaman.

"Auuh taeh.. sebentar.. aku lama lama bisa encok duduk seperti ini.. "

"Hiks.. eh? Oh..? Mianhae paniyaaaaaa hiks.. kenapa kau tak bilang dari tadi aduh kasihan dedeknya.. hiks.. mianhaeee.."

Tiffany tertawa melihat reaksi taeyeon yang tiba tiba berubah dari isakan sedih nelangsa menjadi rengekan anak kecil.

"Apa dia baik baik saja selama aku tak mengelusnya sebelum tidur? Apa dia makan dengan baik?" Perhatian taeyeon sepenuhnya teralihkan pada perut buncit tiffany yang kini sudah duduk dengan normal.

"Makanya kau cepatlah pulang jangan aneh aneh.. aku bilang aku tak bisa masak.. kalau dia lahir kurus sepertimu bagaimana?" Canda tiffany.



Toktoktok..

"Permisi.. tiffany?"

Seorang pria tinggi besar yang dikenali tiffany, membuka pintu ruang VIP itu.

"Ya? Ada apa?" Tiffany berdiri keheranan menghampiri orang itu, beramaan dengan kembalinya wendy, sooyoung dan yuri.

"Saya tidak memesan kue lagi..."

"Oh.. seorang pria memesan untuk anda.. katanya ia merusak kue sebelumnya jadi ingin minta maaf dengan memesan yang sama persis. ini dia.. oh, dia juga berpesan, kue ini aman.. dan kami sebagai pembuat juga memastikan, dijamin aman higenis dan lezat.. hehehe.. selamat menikmati.."

Tiffany sedikit membuka kotak putih besar itu. Persis sama seperti yang dipesanya tempo hari. Bahkan gulungan kertas kecil yang diselipkan diantara hiasan macaron pun sama.

"Sama persis? Apakah pesan yg saya minta juga sama? Anda yakin ini aman? Oow maaf maksud saya, orang itu tidak menyentuh kue ini terlebih dahulu..?"


Si bapak pengantar kue sedikit bingung dengan situasinya, tapi semua orang paham bahwa yang memesan kue itu adalah siwon.

"Oh tentu saja, itu fresh from the oven. pesan anda kami tulis ulang, sama.. Tidak tersentuh siapapun kecuali saya dan istri saya, dan langsung saya antar kesini. Pria itu hanya berpesan begitu.. "

"Baiklah.. terimakasih bayak.. saya terima.. " tiffany tersenyum tulus, menandatangani nota, kemudian bapak itu berlalu.



"Yaya.. apa maksudnya ini? Lebih baik jangan dimakan.."

Wendy membuka kotak kue yang diletakkan di meja, menyelidiki kondisinya..

"Mwoyaaa? Ini terlihat baik, tidak mungkin kan bapak itu meracuni kita? Sini kucoba dulu.."

Sooyoung dengan sukarela menoel krim putih di permukaan tart.

"Mmm ini sangat enak.. ayo kita lanjutkan gender reveal anak laki lakimu tiff.." lanjutnya.

"Yaaaa.. hahaha kau mau mengadakan gender reveal tapi kau sebut juga anak laki laki.. kau bodoh eonni.."

"Hahaha.. maaf maaf aku hanya ingin bercanda saja, biar taenggoo tersenyum.. tuh lihat.. uuu uri taetae cenyum lagi.. uu lutunyah.. onty soo lutu ya?"

"Soooooyaaaa!!! ih ngambek lagiii gara gara kamu sih ih jahil bgt sih..??!!" Tiffany dibuat ngegas melihat tingkah soo yang menggoda taeyeon, berhasil membuat taeyeon langsung merengut sebal lagi..

"Aiguaigu mommy menakutkan kayo mayah.."

Masih saja sooyoung bercanda menirukan suara anak kecil, lengkap dengan kedipan mata sok polos.

"Haisshh.. sudah sudah kalian itu.. Soo!! Berisik..!! Sok imutmu bikin aku pingin muntah deh.. ayo kita makan kuenya.. tiff, ayo.."



Setelah dibentak yuri, akhirnya berhenti juga kekonyolan soo. semuanya berkumpul di dekat ranjang taeyeon.

Meski sudah tidak surprise lagi, tapi tiffany setuju karena masih ingin memberikan jawaban yang ia siapkan di kertas.

Tiffany berbinar menyerahkan potongan pertama kue tart biru pastel yang sudah ia tandai kepada taeyeon.

Menyuapkan sesendok penuh kue yang diatasnya terdapat gulungan kertas kecil yang berkamuflase sebagai dekorasi tart.

"Omo.. apa ini?"

Taeyeon menemukan benda asing dalam kunyahanya, mengeluarkan kertas tersebut.

Ia melirik sekilas. Sebenarnya taeyeon sudah mengenali benda itu, kertas yang sama dengan yang diberikan siwon semalam. Namun tetap taeyeon berpura pura terkejut lalu membukanya.

Phaniya.. " lirih taeyeon memberi reaksi.

Isinya sama persis.

Hanya saja lebih panjang. dibawahnya ada tulisan singkat lain.

"Tolong jangan balaskan dendam pada anakku. Jaga dia. Cari saja aku. Aku akan ada ketika kau mencariku. Bunuh aku jika kau sudah siap. aku akan hidup sampai kau membalas perbuatanku. -Siwon"

Sedikit terkesiap taeyeon membacanya. Siwon? Maunya apa?



Tapi tak butuh waktu lama, taeyeon kembali berakting terharu. Ia lipat kertas itu dan mengenggamnya rapat rapat. Jangan sampai tiffany membacanya.

"Phaniaaaa.. maksudnya.. kau? Menerimaku?"

Taeyeon menatap tiffany lekat. Sejujurnya ia tetap merasa terharu meski sudah membacanya semalam.

"Yes, aku menerimamu.. tapi kau jelek sekali dengan wajah diperban seperti itu, aku jadi tak bisa menciummu.."

"Aciecie.. suit suit.." latar belakang sudah dipenuhi siulan.

"Paniyaa.. hiks.. terimakasih.. yuria.. wendy.. bantu aku lepas perban perban ini cepat."

"Yayayayaya bukan begitu taenggooya hahahahaha.. sekali kali terimalah dibully orang.. "

"Anggap saja ini pembalasan dari sunny karna sering kau bully hah? Kami mewakilinya.." yuri & sooyoung bercanda kembali membuat taeyeon pura pura manyun. Tapi melihat tiffany di depanya tersenyum lebar, ia kembali tertawa.

Taeyeon berusaha tidak memikirkan yang buruk buruk untuk saat ini. Mengetahui bahwa ia harus beryukur tiffany ada bersamanya selama ini, menjadi tamengnya. Hatinya tak tega jika harus menunjukan wajah cemas ketakutan pada wanita di depanya itu.

Sudahlah.urusan hidup lain bisa menunggu nanti saja. Tiffany di depanya, artinya ia harus bahagia terlebih dahulu.

.




To be continued

.

.



पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

245K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
218K 20.3K 73
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
122K 12.3K 34
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
34.2K 2.6K 26
ketika orang yang kamu cintai ternyata mencintai orang lain itu yang di rasakan sana karena harus membagi cintanya pada wanita lain karena kekasihnya...