love me well

By hip-po

6.4K 723 609

"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah s... More

prologue
1 | you're gonna be my best friend, baby
2 | prince on a white horse
3 | the beginning
4 | nightmare
5 | news that no one ever wants to hear
6 | challenge the devil
7 | not your fault
8 | we can't be friend
9 | bad news
10 | care less
11 | i wish i hated you
12 | stupid feelings
14 | a change of heart
15 | you'd talk to her when we were together
16 | but you're still a traitor
17 | you'll never feel sorry for the way i hurt
18 | i just wanna know you better
19 | nobody gets me like you
20 | not fair
21 | am all alone
22 | everything has changed
23 | there's nothing you can't do
24 | city lights
25 | i gave into the fire
26 | step on up
27 | falling
28 | baby please dont go
29 | so close to being in love
30 | but in time our feelings will show
31 | problem
32 | too late
33 | we lost a lot of things in the fire
34 | by my side
35 | i dont wanna be okay without you
36 | call me friend but keep me closer
37 | this feeling's all we know
38 | i'm not the one meant for you
39 | i know i'd go back to you
40 | you and no one else
41 | one fine day
42 | it's not living if it's not with you
43 | stand by you
44 | mixed feelings
45 | there something you should know
46 | that's why i let you in
47 | i will never know if you love me
48 | if i ain't with you i don't wanna be
49 | you're hiding something from me
50 | almost is never enough
51 | that's why i love you
52 | i don't want you to go
53 | head in the clouds
54 | something beautiful died
55 | my soul it gets sicker
56 | i gotta let you go i must
57 | i guess this is where we say goodbye
58 | tryna find a way back home to you again
59 | destiny decried
the end

13 | intentions

80 13 6
By hip-po

Pertanyaan Darel terus menerus berputar di kepalanya tanpa henti. Bahkan Aluna sampai tak bisa fokus pada pelajaran Kimia yang seharusnya Aluna perhatikan agar nilai Kimianya bagus. Masuk ke bangku SMA, Aluna baru sadar kalau ia lemah di mata pelajaran Kimia, jadi dia harus berusaha lebih keras untuk mata pelajaran itu. Tapi Darel malah memenuhi pikirannya. Bel istirahat berbunyi, Aluna menghela nafasnya sembari menutup wajahnya.

Darel, kenapa sih harus semenarik itu? Aluna sampai tertarik.

Saat Aluna membuka kedua tangannya, yang pertama kali Aluna lihat adalah wajah Darel yang sedang tersenyum manis, sangat manis. Aluna sampai meleleh dibuatnya.

"Aluna," panggil Darel pelan, "ke kantin yuk! Kita makan bakso."

Belum sempat Aluna menjawab, Aqila sudah lebih dulu menyambar. "Yah, gue sama siapa dong ke kantinnya?"

"Yaudah kita bertiga deh."

Akhirnya, mereka bertiga sampai di kantin lebih cepat sebelum semua meja di kantin penuh. Mereka memilih duduk di meja yang paling ujung, agar tidak terlalu menjadi pusat perhatian. Tapi kedatangan Yania dengan suara hebohnya membuat meja itu seketika jadi pusat perhatian dalam hitungan detik. Aluna langsung menunduk, menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya. Sementara Aqila menanggapi Yania dengan sama hebohnya.

"Guys!"

"Apa, apa, apa?"

"Ada apa?" tanya Aluna ikutan kepo setelah orang-orang tak lagi melihat ke arah mereka.

Sebelum memulai ceritanya, Yania duduk di samping Aluna, mencondongkan tubuhnya agak ke depan. "Kalian tau Kak Ghea?"

"Kak Ghea siapa?" tanya Aluna yang memang tak mengenal siapa-siapa di sekolah ini.

"Gue tau," jawab Darel, "Leader cheers kan?"

Yania menganga. "Eh lo kok tau? Tukang gosip juga ya lo?"

"Nggak!" bantah Darel, "gue cuma suka nguping aja."

"Back to the topic," ujar Yania, "Kak Ghea itu yang cantik, baik, pinter dan lemah lembut itu dipermalukan sama Sagara!"

"Sagara? Kenapa dia?"

"Katanya sih Kak Ghea tadi pagi nawarin roti ke Sagara, tapi rotinya malah dijatohin sama dia dan nggak ke makan."

"Ish jahat banget! Iblis!" ujar Aqila.

"Iya kan," timpal Yania, "padahal Kak Ghea juga nawarinnya baik-baik."

Kalau Yania dan Aqila sibuk bercerita, tidak dengan Darel dan Aluna yang hanya diam menyimak dan sibuk dengan pikirannya. Darel mengernyit bingung. Sejahat-jahatnya Sagara, Sagara tidak pernah sekurang ajar itu sama orang yang baru dikenalnya. Sementara Aluna berpikir Sagara memang kasar sih, jadi tidak heran kalau ia melakukan itu pada Ghea. Tapi kalau tidak mau bisa menolak baik-baik kan? Tidak perlu dibuang juga rotinya.

Tadi pagi, sebelum bel masuk berbunyi, Sagara sedang duduk tenang di pinggir lapangan. Ia sengaja datang lebih cepat karna ingin menghirup udara segar Merah Putih di pagi hari. Bohong, Sagaranya saja yang bangunnya terlalu cepat dan tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi. Pulang sekolah ia berencana untuk menjenguk Nesya dulu sebelum akhirnya latihan Taekwondo. Sebenarnya Sagara juga lelah sih, pulang sekolah langsung latihan. Tapi tak apa, daripada ia kesepian di rumah.

Lagi enak-enak melamun, Sagara malah didatangi oleh Kakak kelasnya yang menjadi primadona di sekolah ini. Leader cheers yang cantik, baik, pintar dan semua hal baik lainnya. Tapi saat Sagara melihatnya secara langsung, cantiknya biasa saja. Cantik sih, tapi biasa saja. Tidak berhasil membuat Sagara jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Sagara ya?"

"Tau darimana?" jawab Sagara dingin seperti biasanya.

"Itu name tag lo," jawab Ghea dan langsung duduk di samping Sagara tanpa minta izin, "lo udah sarapan? Ini gue ada roti."

"Udah," tolak Sagara sembari mengalihkan pandangannya. Beberapa siswa dan siswi Merah Putih mulai berdatangan, mereka seketika menjadi pusat perhatian dari segala penjuru.

Gitu-gitu, Sagara juga terkenal. Tak perlu banyak bertingkah, dari mulut ke mulut saja sudah cukup. Sagara itu terkenal dengan sikap dinginnya dan tatapan yang sangat amat tajam itu. Lagian, siapa juga sih yang tidak tau Sagara? Ayahnya pengusaha sukses. Apalagi sikapnya yang kejam itu. Kejadian jatuhnya motor Sagara kemarin cukup banyak dibicarakan di Merah Putih. Tapi nominal yang harus diganti oleh Aluna tidak ada yang tau, mereka-mereka saja yang tau.

Kalau berita itu tersebar, itu bakal membuat Aluna malu setengah mampus apalagi ia tak bisa langsung melunasi uang ganti ruginya itu. Kalau gitu sih, Aluna mending pindah sekolah saja.

"Pulang sekolah lo kosong nggak? Temenin gue ke perpus kota yuk?"

"Nggak."

Tak lama kemudian, Logan datang masih dengan tas yang ia sampirkan di sisi tubuhnya. "Kantin, sarapan," ucapnya membuat Sagara berdiri.

"Loh, katanya udah sarapan?" timpal Ghea dengan raut wajah kesalnya. Ikut berdiri sembari menatap Sagara tidak terima.

Dari Sagara, Logan menatap Ghea dari ata sampai bawah membuat perempuan itu meliriknya tidak suka. Logan kembali menatap Sagara. "Siapa? Cewek lo?"

"Bukan," jawab Sagara, "ayo."

Saat mereka berdua hendak pergi, lengan Sagara ditahan oleh Ghea. Sagara yang tidak suka disentuh sembarangan langsung menghempaskan tangan Ghea pelan. Pelan, sangat pelan! Tapi Ghea yang jelas-jelas menjatuhkan roti yang berada di tangannya begitu saja. Sagara melihatnya dengan jelas. Jelas, Sagara langsung tau maksud Ghea menjatuhkan roti itu agar namanya kembali naik jadi gosip di Merah Putih karna perilakunya yang buruk--membuang roti pemberian Ghea.

Sagara mengalihkan pandangannya, tersenyum tipis lalu menendang roti yang tadinya Ghea mau ambil itu. Ia ikut berjongkok, menatap Ghea tajam.

"Mau bales dendam karna gue nolak lo?"

Semua mata tertuju pada mereka berdua. Beberapa dari mereka mulai ada yang berbisik, memberi tau perlakuan buruk Sagara pada Ghea yang menjatuhkan roti lalu menendang roti itu layaknya sampah.

Logan tak berbuat apa-apa. Ia hanya berdiri melihat ekspresi wajah Ghea yang langsung berubah. Tak mau ikut campur, biar Sagara yang menyelesaikannya sendiri.

"Lo pikir gue nggak berani sama lo karna lo cewek?"

Dengan susah payah Ghea meneguk salivanya. Ia berdiri, kembali memasang wajah cerianya walaupun jantungnya berdegup sangat kencang. Demi melancarkan aksinya, Ghea harus tetap menjadi orang baik yang tersakiti di sini.

"Nggak kok Sagara, gue tau lo nggak sengaja jatohin roti gue. Nggak pa-pa."

Sebelum sempat Sagara menanggapi ucapannya, Ghea sudah pergi lebih dahulu dari sana. Takut diapa-apain sama Sagara. Melihat tatapan tajam itu saja sudah merinding. Gak lagi deh main-main sama Sagara.

Logan menghampiri Sagara yang masih menatap tajam punggung Ghea, mengaluhkan lengannya di bahu Sagara dan membawa Sagara pergi dari sana.

"Drama."

Pulang sekolah, tak ada tanda-tanda kemunculan Sagara ataupun Dicky ke kelasnya. Bahkan saat di kantin tadi, Aluna sama sekali tak melihat dua sekawan itu. Biasanya kalau bukan Sagara ya Dicky yang datang untuk menyuruhnya mengerjakan PR mereka. Tapi hari ini sama sekali tak ada, Aluna jadi curiga kalau seperti ini. Apa mereka sengaja menumpuk PR mereka sampai banyak dulu dan mepet deadline baru dikasih ke Aluna? Kalau benar seperti itu, mereka benar-benar jahat.

"Pulang sama siapa lo?"

"Gue nggak pulang," jawab Aluna sembari menyampirkan tasnya di bahu, "gue nemenin Sagara latihan."

"Kayak orang pacaran aja lo berdua, pake segala nemenin," celetuk Aqila sembari menyampirkan tasnya di bahu, "biasanya kalo gitu sih lucu, tapi kalo Sagara, jadi serem."

Aluna tertawa kecil melihat raut wajah Aqila yang mengejek. "Hari ini Aqila les juga kan?"

"Iya Na," jawab Aqila, "eh bukannya latihannya jam 4 ya? Masih ada setengah jam lagi. Lo nunggu dimana?"

"Di warung bakso depan kali. Sambil nyicil tugas Kimia tadi."

Masih dengan Kimia, Aluna jadi harus mengulang materi yang tadi dijelaskan di rumah dengan usahanya sendiri. Mana ada tugas juga. Jadi kerja dua kali.

Aqila tertawa. "Masih lama deadlinenya, santai aja kali Na."

"Gue nggak bisa nunda gitu Aqila, nanti kalo tiba-tiba tabrakan sama tugasnya Sagara gimana?"

"Bener juga sih," Aqila mengangguk, "yaudah kali gitu gue duluan ya. Bye Aluna!"

"Hati-hati Aqila!"

• • •

Karna kejadian tadi pagi, suasana hati Sagara jadi buruk seharian. Ia benar-benar menghindar dari teman-temannya karna takut malah mereka yang kena. Pelajaran terakhir Sagara memutuskan untuk bolos dan ke rumah sakit, menemani Nesya yang sudah sadar tapi sedang lelap tertidur. Sembari menunggu jam latihannya, Sagara memainkan game di ponselnya. Berharap emosinya yang dari tadi pagi ia tahan bisa hilang begitu saja. Tapi emosinya malah bertambah karna game yang ia mainkan kalah.

"Sagara."

Suara Nesya membuat Sagara mengalihkan tatapannya dan berjalan mendekati brankar Nesya. "Apa yang sakit?"

"Pusing dikit sih. Dagu sama lutut gue perih banget. Kebentur tangga kali ya?"

"Iyalah, lo kan jatuh dari tangga," jawab Sagara, "kok bisa sih jatuh dari tangga?"

"Gue pusing banget, terus pas udah dipertengahan tangga, pandangan gue langsung blur dan kata Bunda gue guling-guling dari atas tangga," ujar Nesya dengan cengengesan.

Sagara menghela nafasnya. Kejadian berbahaya seperti itu saja masih bisa Nesya tertawakan. "Nggak lucu. Lo bisa aja punya luka yang lebih serius daripada memar itu."

Nesya mendengus. "Galak banget Sagara! Mood lo lagi nggak bagus ya?"

Sagara tidak menanggapi ia melihat ke arah infus Nesya yang sudah hampir habis.

"Sagara," panggil Nesya membuat Sagara menatapnya, "lo nginep ya malam ini?"

"Nggak bisa," jawab Sagara, "bentar lagi gue latihan sampe malam."

"Bolos aja. Mood lo juga lagi nggak bagus kan?"

"Turnamen gue bulan depan. Nanti gue suruh Logan nemenin," ucap Sagara membuat Nesya cemberut.

"Tapi kan gue maunya lo yang nemenin gue, Sagara. Udah berapa hari ini yang nemenin gue Logan terus."

Sagara menghela nafasnya pelan. "Nanti kalo ada waktu. Emangnya kenapa kalo yang nemenin Logan terus?"

"Nggak pa-pa sih—"

"Nah, itu nggak pa-pa."

"Ish! Iya emang nggak pa-pa. Tapi gue juga mau ditemenin sama lo."

"Iya. Gue pergi latihan, sekalian panggil Nurse buat ganti infus lo."

Motor Sagara melaju cukup kencang di jalanan yang sedikit padat itu. Tidak sampai 20 menit, Sagara sudah sampai di Merah Putih dengan seragamnya yang belum ia ganti. Bukannya masuk ke dalam sekolah, Sagara malah berjalan menuju gerbang sekolahnya, menatap warung bakso yang berada di sebrang sana. Lebih tepatnya menatap perempuan yang ada di sana. Aluna sedang tertawa lepas bersama Darel. Aneh. Apa Darel serius sama Aluna?

Sampai dipepet terus seperti itu.

Sagara mengabaikan mereka berdua dan berjalan masuk ke dalam sekolah untuk ganti baju lalu ikut latihan. Itu yang seharusnya Sagara lakukan tapi laki-laki itu malah kembali menaiki motornya, menghentikan motornya di depan warung bakso itu. Knalpot motor Sagara yang ini sedikit berisik, jadi perhatian mereka berdua langsung teralih begitu motor Sagara berhenti di sana.

Tanpa dipanggil lebih dahulu, Aluna sudah duluan menghampiri Sagara yang masih di atas motornya. "Nggak masuk ganti baju?"

"Naik."

Aluna mengernyit bingung. "Mau kemana? Bukannya latihan lo bentar lagi?"

"Bolos."

Continue Reading

You'll Also Like

44.2K 3.6K 45
-Story Of Nandhiyah- Tentang Lukanya. Tentang Sedihnya. Tentang Senyum dibalik Rapuhnya. Hingga Tentang Bahagianya. 'Nandhiyah Senja Alauna'. Nandhiy...
1.4M 58K 31
"Why you never let me kiss you?" - Briva "It's not your job." - Kai 13 August 2024
628 150 28
Tidak pernah Ara sangka sebelumnya. Riza, cowok populer di SMAN 100 Kota Tangerang Selatan akan mengungkapkan perasaannya pada perempuan pendiam dan...
74.8K 3.2K 2
(RE-WRITE) Satu hal yang terpatri di kepala Declan setiap kali menatap mata Reola. Mereka sejauh Asia-Afrika.