MarvelMeira [END]

By selvimeliana

184K 9.9K 968

Rank #1 in MOS (01/12/2020) Rank #1 in OSIS (21/07/2019) Rank #1 in junior (25/06/2019) Rank #1 in toleransi... More

PROLOG
BAB 01 [Terlambat]
BAB 02 [Hukuman]
BAB 03 [Pesona Korea]
BAB 04 [Pacar Meira]
BAB 05 [Ruang Ketua OSIS]
BAB 06 [Pulang Bersama]
BAB 07 [Dekat]
BAB 08 [Amplop]
BAB 09 [Malam Ini]
BAB 10 [Penginta]
BAB 11 [Hari Pertama]
BAB 12 [Hari Sial]
BAB 13 [Kalung Berbandul]
BAB 14 [Cemburu]
BAB 15 [Tempat yang Salah]
BAB 16 [Setan Kesayangan]
BAB 17 [Ancaman]
BAB 18 [Surat Biru]
BAB 19 [Hampir]
BAB 20 [Teror]
BAB 21 [Kebersamaan Ini]
BAB 22 [Satu Nama]
BAB 23 [Pemilik Hati]
BAB 24 [Backstreet]
BAB 25 [Teror Lagi]
BAB 26 [Untuk Meira]
BAB 27 [Lay dan Angel]
BAB 28 [Aku Masih Cinta]
BAB 29 [Beda Kisah]
BAB 30 [Tidak Mungkin]
BAB 31 [Go Public]
TRAILER MarvelMeira
BAB 32 [After]
BAB 33 [Drama]
BAB 36 [Dia Pelakunya]
BAB 37 [Instagram]
BAB 38 [Akhir Dari Mereka]
CERITA BARU
PEMBERITAHUAN ! ! !

BAB 35 [Peneror Gila]

794 80 17
By selvimeliana

Berulang kali Marvel menatap layar ponselnya, lalu berpindah menatap punggung Agatha untuk memastikan apa punggung siswi yang ada di rekaman cctv ponselnya, sama dengan punggung Agatha. Marvel sudah tidak bisa menahan diri untuk menemukan pelaku yang sebenarnya dari teror yang sudah diterima Meira, untuk itu ia ingin cepat-cepat memastikan segalanya. Dan kebetulan sekali, Marvel melihat Agatha yang sudah di curigai oleh Meira, Daniel, dan juga dirinya, sedang berjalan seorang diri. Tanpa ragu, Marvel akhirnya memilih untuk mengikuti Agatha untuk memperhatikan punggung Agatha.

Ditengah-tengah keseriusannya, Marvel tiba-tiba mengalihkan tatapannya bahkan sampai menghentikan langkahnya karena ponselnya berdering. Ternyata Rizky menelponnya.

"Halo."

"Lo dimana?"

"Koridor lantai satu, kenapa?"

"Ada adek kelas yang cariin elo. Dia udah nunggu lo didepan kelas."

Kerutan di dahi Marvel terlihat begitu jelas. "Siapa?"

"Gak tau, gue gak tanya. Cepetan balik ke kelas, udah mau masuk juga!"

"Bentar, gue lagi_" ucapan Marvel terputus begitu saja saat ia tidak lagi melihat keberadaan Agatha.

Disekitar sini tidak ada persimpangan, hanya ada tangga, dan ruang guru diujung koridor. Apa mungkin Agatha sudah naik keatas? Atau gadis itu masuk ke ruang guru?

"Gue tadi lagi liatin Agatha."

"Masalah punggung?"

"Iya, dan gue yakin kalo Agatha bukan pelakunya." Marvel kembali berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi.

"Kenapa lo bisa se-yakin ini?"

Tiba diujung tangga, Marvel kembali menghentikan langkah kakinya. Pertama, ia menatap ruang guru yang cukup ramai, kemudian ia beralih menatap setiap undak tangga yang ada didekatnya. "Rambut Agatha selalu bergelombang, sedangkan yang di rekaman cctv ini rambutnya lurus banget. Agatha juga bukan tipe cewek yang suka pakai jepit rambut, tapi cewek di rekaman ini gue yakin banget kalo dia pakai jepit rambut. Di liat panjang lengannya juga beda, lengan Agatha lebih panjang dan berisi." Marvel kembali berjalan. Ia menaiki setiap anak tangga dengan pikiran-pikiran yang mulai berkecamuk.

"Kita bahas nanti pas kita ketemu aja, Vel. Sekarang lo ke kelas dulu, cepet! Gue udah terlanjur ngomong sama adek kelas kalo lo bentar lagi kesini."

"Otw."

Tuttt...

Marvel menggelengkan kepalanya cepat karena ia ingin menepis sebentar pikiran-pikiran tentang peneror itu. Ia harus yakin, cepat atau lambat orang itu pasti akan tertangkap juga. Dan semoga saja sebelum itu terjadi, Meira akan selalu baik-baik saja.

Setibanya di lantai tiga, lebih tepatnya didekat kelasnya sendiri, Marvel melihat seorang siswi yang sedang membelakanginya. Marvel menebak jika itu adalah adik kelas yang di maksud oleh Rizky tadi.

Berdetik-detik Marvel melihat siswi itu sambil berjalan mendekatinya, Marvel merasakan ada hal yang aneh. Lebih di pikirkan lagi, ternyata hal aneh itu adalah Marvel melihat ada kesamaan dari siswi itu dengan siswi yang ada di rekaman cctv.

Semakin dekat dengan siswi itu, Marvel semakin tidak tenang. Apa benar dia orangnya?

Marvel tidak jadi menyapa siswi itu lebih dulu, karena siswi itu sudah membalikan badannya dan menatap Marvel. Sedetik setelahnya, siswi itu tersenyum kecil setelah melihat Marvel ada didepannya.

"Kak Marvel."

Itu ternyata Cinta.

Marvel tentu masih mengingat dengan jelas siswi tersebut. Dia adalah adik kelas sekaligus adik kandung Agatha.

"Kenapa lo disini?"

Cinta mendekati Marvel yang justru membuat pikiran buruk Marvel semakin menjadi. Apa mungkin yang meneror Meira adalah Cinta? Kalimat tanya seperti itu yang sekarang terus melintas dipikirannya. Marvel sangat ingin mengecek kesamaan Cinta dengan siswi di rekaman cctv yang ada di ponselnya, tapi ia tidak bisa melakukannya dengan terus terang didepan Cinta. Itu bisa membuat Cinta curiga.

"Aku cari kak Marvel."

"Jadi lo yang di maksud sama Rizky tadi?"

"Iya, soalnya ponsel aku tadi pagi baru aja rusak jadi gak bisa kabarin kakak langsung, akhirnya aku minta tolong kak Rizky, deh."

Melihat Cinta tersenyum membuat Marvel ikut tersenyum, walaupun kali ini terasa berat dan tidak ikhlas. Padahal biasanya Marvel itu murah senyum, sedikit-sedikit senyum, tapi setelah mendapati kesamaan Cinta dengan sang pelaku teror membuat Marvel enggan. Marvel memang belum tahu pasti, tapi entah kenapa kata hatinya mengatakan untuk tetap berhati-hati.

"Emangnya ada apa cari gue?"

"Ini." Cinta memberikan amplop berwarna biru kepada Marvel.

Marvel menerimanya dengan bingung. "Ini apa?" tanyanya sambil menatap Cinta.

"Itu di amplop ada tulisannya." Cinta menunjuk sisi lain amplop yang di pegang Marvel.

Marvel membalik amplop tersebut, dan yang ia lihat hanya ada tulisan namanya saja. Masih bingung dengan ini, Marvel kembali menatap Cinta. "Surat?"

Dan Cinta mengangguk mantap.

"Jangan dibaca disini! Soalnya aku gak mau sampe kepo sama isinya." Cinta melarang Marvel yang hampir saja membuka amplop tersebut.

"Bukannya ini dari elo?"

"Bukan."

Marvel semakin bingung.

"Itu dari kak Agatha," terang Cinta tanpa ragu. "Aku liat amplop itu terus ada di meja belajar kakak selama satu bulan ini. Itu kayanya penting banget deh, kak tapi kak Agatha gak berani kasih sendiri ke kakak, makannya sekarang aku kasih ke kakak aja."

Marvel menatap Cinta dengan tatapan curiga karena menurutnya ini semua itu aneh. Dan pada akhirnya, hati Marvel tidak bisa sepenuhnya percaya dengan apa yang di katakan gadis itu.

"Lo kasih ini tanpa sepengetahuan Agatha? Bukannya itu gak sopan, ya?" Marvel melihat perubahan ekspresi di wajah Cinta yang sedikit membuatnya merasa bersalah. "Maksud gue, siapa tau apa yang lo pikirin itu salah. Mungkin aja ini cuma surat biasa, gak sepenting yang lo pikirin."

Cinta menggeleng. "Aku cuma niatnya mau bantu kak Agatha aja kok, kak," ujarnya meyakinkan. "Aku juga yakin kalo ini bukan sekedar surat biasa. Aku udah mikirin ini dari pertama liat surat itu," lanjutnya berusaha semakin meyakinkan Marvel.

"Kan kak Agatha udah suka sama kakak dari dulu, jadi kayanya ini itu surat cinta buat kakak, deh."

"Apa?"

Cinta menunjukan raut terkejutnya setelah mendengar respon Marvel. "Kakak belum tau juga, ya?" tanyanya balik masih dengan ekspresi terkejut. "Aduh, gimana ini? Kakak jangan kasih tau ke kak Agatha masalah aku ngomong kaya gini ya!"

Cinta terlihat sangat memohon kepada Marvel yang hanya bisa diam saja karena bingung, dan curiga. "Aku takut kalo kak Agatha tau, dia malah makin benci sama aku. Dari awal aku niatnya cuma mau bantu biar kakak sama kak Agatha makin deket kok. Suer, itu aja." Cinta sampai mengangkat jari telunjuk, dan tengahnya.

Marvel dibuat bingung dengan ini semua. Sebenarnya disini siapa yang sedang mempermainkannya? Cinta atau justru memang Agatha?

"Kak, aku pergi dulu ya dan tolong banget jangan cerita masalah ini ke kak Agatha."

Belum sempat Marvel menjawab ucapan Cinta, Cinta sudah lebih dulu berlari meninggalkannya yang sekarang hanya bisa termenung dengan berbagai pikiran.

Marvel merasa aneh.

•••••

Meira marah, gadis itu benar-benar marah setelah membaca setiap kalimat di akhir paragraf yang tertulis di selembar kertas itu. Tidak bisa menahannya lagi, Meira sampai merebut paksa kertas itu dari tangan Marvel yang membuat enam orang lainnya termasuk Marvel, terkejut bukan main.

"GILA! DIA APA-APAAN, SIH HAH?" Meira meremas-remas kertas tersebut dengan penuh tenaga. Setelahnya, ia lempar kertas itu keatas lantai dengan dada naik turun menahan marah. "IHHHH, NYEBELIN BANGET, SIH!" mata Meira memerah setelahnya.

Marvel yang duduk dikelilingi oleh teman-temannya, sekarang berdiri dan menghampiri Meira. Di peluknya tubuh Meira yang terasa begitu kaku agar Meira bisa tenang. "Tahan emosi, ya! Gak baik kalo marah-marah kaya tadi, Meira," usapan penuh kasih sayang Marvel berikan di punggung Meira. Lelaki itu juga beberapa kali mengecup puncak kepala Meira. "Tenang dulu!"

"Tapi itu keterlaluan, Vel!" Meira memberontak dengan cara memukul dada Marvel berulang kali, tapi itu tidak membuat Marvel berhenti memeluk Meira. "Apa-apaan coba kaya gitu? Aku masih wajarin ya kalo ada yang nyatain perasaan ke kamu, nembak kamu, tapi kalo udah kaya gitu itu nyebelin banget, Vel. Aku gak bisa terima." Marvel mulai mendengar isak tangis Meira.

Angel berjalan mengambil kertas yang di buang Meira tadi. Gadis itu juga memperbaiki bentuk kertas itu menjadi seperti semula. "Simpen dulu aja, kak!" ia mengulurkan kertas itu kepada Marvel.

Belum juga Marvel menerima kertas tersebut, Meira lebih dulu menepis tangan Angel "Lo apaan sih, Ngel? Kalo bisa kertas kaya gitu itu di bakar aja, ih!" Meira merengek sambil sesekali sesenggukan.

"Mei!" Marvel kembali berusaha menenangkan Meira.

"Kertas itu bisa jadi bukti kalo nanti ada apa-apa, Mei. Itu alesan kenapa gue minta kak Marvel buat simpen kertas ini."

"Yang di omongin Angel bener. Jadi gak usah keras kepada dulu, deh!"

Dalam pelukan Marvel, Meira melirik sengit kearah Lay dengan matanya yang masih berlinang air mata. "Lo mah, Angel ngomong apa main iya iya aja!" kesalnya hampir menendang betis Lay yang kebetulan berada di jangkauannya. Untung saja Marvel memutar tubuh mereka yang masih berpelukan, sehingga niat Meira gagal.

"Heran, suka banget main tenaga."

"Diem dulu, Lay!" titah Marvel karena tidak ingin sampai pacar, dan adiknya itu bertengkar.

Daniel menyeret Lay untuk duduk di sofa ruang tamu rumah Meira. Kebetulan sore ini mereka memang berkumpul di rumah gadis itu. "Duduk dulu, Lay. Godain kakak iparnya nanti-nanti aja, keadaannya lagi kesetanan tuh, nanti lo malah beneran di amuk sama dia."

"KAK DANIEL!" teriak Meira yang berhasil lepas dari pelukan Marvel.

"Dan!"

"Dan, gak usah ikut-ikutan deh!"

Marvel, dan Rizky menegur hampir bersamaan. Yang ditegur justru hanya terkekeh.

"Tenang dulu deh, Mei!" Qia yang juga ada disana, ikut berkomentar.

Meira berjalan dan memilih duduk disalah satu sofa. Gadis itu tidak habis pikir dengan isi surat yang tadi baru saja mereka baca bersama-sama.

Sudah menjadi hal wajar untuknya jika ada gadis lain yang berusaha mendekati Marvel, berusaha mencari perhatian Marvel, merayu Marvel, bahkan meminta Marvel untuk menjadi pacarnya. Semua itu sudah biasa, Meira memakluminya karena ia sadar jika pesona Marvel memang bukan main lagi. Pesona lelaki itu bisa membuat puluhan gadis terpikat, dan Meira mengakuinya. Tapi jika sudah seperti isi ungkapan cinta di surat itu, Meira sungguh tidak suka.

Diawal-awal paragraf, itu hanya sekedar ungkapan cinta remaja pada umumnya. Kalimat suka, cinta, dan ingin menjalin hubungan lebih dari teman, semua itu ada di surat tersebut. Membacanya tadi hanya membuat Meira senyum-senyum saja tanpa memikirkan hal lainnya karena ia pikir itu memang hanya surat biasa. Tapi semua itu berubah menjelang akhir surat tersebut. Di akhir, seseorang yang menulis surat itu mengatakan jika sudah tahu hubungan Marvel dan Meira. Orang itu tidak menyukainya, dia ingin merebut Marvel dari Meira dengan cara apapun dan dengan resiko apapun karena menurutnya Marvel hanya boleh bersamanya saja. Dia bahkan bisa saja melukai dirinya, ataupun Meira jika sampai dia tidak bisa mendapatkan Marvel.

Dia sudah gila, Meira menganggapnya benar-benar gila. Itu bukan hanya cinta, tapi juga obsesi tingkat gila. Meira benar-benar ingin memaki penulis surat itu.

Meira yang masih sesenggukan melihat Marvel berjalan mendekatinya, memilih langsung membuang muka karena enggan menatap Marvel yang jelas disini tidak bersalah.

"Mei," panggil Marvel begitu lembut. Lelaki itu juga menggenggam tangan Meira, lalu ia usap lembut menggunakan kedua ibu jarinya. "Masih pengin nangis?" tanyanya yang tidak juga di jawab oleh Meira.

Meira berusaha menahan ingusnya yang ingin keluar. Hidungnya sekarang sudah terlihat merah, sama dengan kedua matanya.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Anggap aja kalo sekarang cuma ada aku!"

Mendengarnya membuat Meira mau menatap Marvel yang sedang jongkok didepannya. Sepertinya Marvel sadar jika Meira sempat merasa malu karena menangis didepan banyak orang seperti tadi. Hal ini membuat Meira semakin merasa sedih, ia tidak bisa menahannya lagi. Ah, efek menstruasi memang luar biasa.

"Vel." Meira merentangkan kedua tangannya dengan bibir yang melengkung kebawah, sorot sendu di matanya juga terlihat semakin jelas. Dan akhirnya gadis itu memeluk leher Marvel dengan air mata yang kembali berjatuhan. "Dia jahat banget, sih." Meira meracau. "Masa cuma demi dapetin kamu, dia mau lakuin apapun. Dia gila, Vel gila."

Pelukan Marvel selalu terasa begitu hangat dan nyaman, Meira menyukainya sampai ia peluk erat Marvel yang dibalas tidak kalah eratnya oleh Marvel. Meira bahkan tidak segan untuk mengusap ingusnya di baju Marvel. Ini sudah biasa jika Meira menangis, dan Marvel tidak pernah mempermasalahkannya.

Berbeda dengan teman-temannya yang sejak tadi hanya menjadi penonton drama mereka berdua. Angel yang baru pertama kali melihat Meira, dan Marvel seperti ini sampai terheran-heran, beda dengan yang lainnya yang hanya bisa menghela nafas dan membuang pandangan mereka kearah lain. Sepertinya selain Angel, mereka sudah beberapa kali melihat hal seperti ini.

"Drama Korea kalah, nih." Daniel berujar.

"Selalu kaya gini. Mampus aja kalo mereka sampe nikah, yang ada tiap hari makanan gue yang ginian lagi," kali ini Lay.

Qia mengusap pundak Lay sambil mengangguk-angguk. "Masih mending sekarang gak terlalu nyusahin lagi, gak kaya waktu mereka masih backstreet."

"Nasib jomblo emang begini," imbuh Rizky yang membuat Qia menatapnya.

Meira tentu mendengarnya, membuat gadis itu melepaskan pelukan Marvel lalu menatap mereka semua. Sebelum Meira berucap, ia sempat mengusap ingusnya di baju Marvel lagi. "Kalian pada apaan, sih? Gue lagi menstruasi, sedih, marah, jadi jangan pada berani mancing lagi ya!" ujarnya kesal.

Marvel pindah menjadi duduk disamping Meira setelah mengusap air mata di pipi Meira. Kemudian lelaki itu memperhatikan teman-temannya itu. "Gue nyuruh kalian kesini buat bahas surat, dan peneror itu, jadi tolong fokus dulu." Marvel meminta dengan begitu sopannya.

"Udah jelas-jelas itu Agatha, Vel. Lo gak usah ragu lagi, deh." Daniel berkomentar dengan cepat.

"Lo kaya dendam banget ke Agatha."

Daniel menatap sinis Rizky yang baru saja berucap. "Sebel aja gue jadinya, setelah tau kalo Agatha orangnya kalempit-lempit gini."

"Gue rasa bukan Agatha."

Mendengar ucapan Marvel, mereka semua menatap Marvel dengan bingung.

"Kamu apaan? Belain dia lagi?" Meira kembali kesal dibuatnya.

"Bukan gitu, Mei. Dengerin aku dulu!"

"Gue ngerasa aneh, sih. Apalagi ke surat itu." Lay juga berkomentar. "Kaya gak logis, tapi gak tau juga dimana yang gak logis."

Angel yang sejak tadi termenung, sekarang menatap Lay. Ucapan Lay barusan berhasil membantunya menemukan kalimat yang sejak tadi susah diutarakan olehnya. "Suratnya terlalu rapi gak, sih?" ucapannya ini ternyata membuat mereka bingung. "Maksud gue, kalo gue posisiin diri gue jadi peneror itu, mustahil gue mau ribet-ribet bikin surat ginian. Logikanya, gue neror Meira aja diem-diem tapi masa gue ada niatan ngomong suka ke kak Marvel lewat surat yang isinya kalo gue berani rebut kak Marvel dengan cara apa aja. Oke kalo misal gue cuma iseng nulis surat gituan, gak mungkin surat itu dibuat rapi di kasih amplop lagi. Gue lebih milih surat yang gituan gue simpen sendiri aja, yang gue kasih ke kak Marvel yang isinya cuma ungkapan kalo gue suka sama kak Marvel." Angel menjelaskannya panjang lebar, tidak tahu mereka paham atau tidak.

"Itu yang gue pikirin," jentikan jari Lay terdengar.

"Itu yang gue maksud juga," ujar Marvel. "Apalagi bukan Agatha sendiri yang ngasih, tapi si Cinta. Udah gitu dia juga gak mau kalo Agatha sampe tau hal ini," imbuh Marvel.

"Tulisannya, Vel? Lo sering liat tulisan tangan Agatha, kan?" Rizky bertanya.

"Tulisannya sedikit beda," kata Marvel. "Gue juga udah pastiin kalo bagian belakang tubuh Agatha itu beda sama yang di rekaman cctv."

"Terus siapa lagi dong, kak kalo bukan kak Agatha?"

Marvel menatap Qia.

Meira memijat kepalanya sendiri. Dia baru saja menangis dan di lanjut dengan memikirkan masalah seperti ini, itu berhasil membuat kepalanya pening. "Aku pusing mikir."

"Bisa aja itu Cinta."

•••••

"Gue tadi sempet liatin Cinta yang lo maksud. Lo bener, dia emang mirip sama yang di rekaman cctv." Rizky yang baru saja menghampiri Marvel, berbisik kepada Marvel.

Marvel mengangguk singkat. "Sekarang tinggal buktiin aja kalo itu beneran dia atau cuma sekedar mirip."

"Kalian bisik-bisik apa, sih?"

Marvel, dan Rizky sama-sama menatap kearah Daniel yang sebenarnya sejak tadi sudah ada disamping Marvel. Lelaki itu terlihat kesal karena hanya dia yang tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh mereka berdua.

"Cinta," singkat Marvel yang seharusnya bisa dipahami oleh Daniel dengan baik.

"Dipertengahan upacara, dia ke uks. Pusing katanya."

"Lo yakin?"

Daniel mengangguk dengan mantap. "Yakin lah, orang gue sendiri yang anter dia ke uks."

Seperti apa yang dibicarakan oleh Marvel, dan Rizky sebelumnya. Marvel benar-benar meminta beberapa anggota OSIS terutama Rizky, dan Daniel untuk membantu organisasi PMR bertugas di upacara hari ini, tentunya dengan persetujuan guru pembimbing OSIS, dan juga PMR terlebih dahulu.

Bertepatan dengan dibubarkannya barisan upacara, Marvel mengalihkan pandangannya kearah baris kelas Meira. Kebetulan sekali Meira baris di sudut yang mudah dijangkau Marvel. Jadi sejak upacara berlangsung, Marvel bisa terus memantau Meira.

"Upacarannya udah selesai, langsung balik kelas, ayok!"

Ajakan Rizky tadi hanya di respon oleh Daniel, sedangkan Marvel hanya diam saja sambil melihat Meira yang masih berada di lapangan upacara bersama dengan kedua sahabatnya. Entah kenapa gadis itu terus saja disana, padahal yang lainnya sudah berjalan meninggalkan lapangan upacara.

"Vel!" Daniel menegur. "Meira gak bakal ilang kali, gak usah diliatin segitunya. Kalo kangen, ya tinggal samperin aja."

"Perasaan gue gak enak."

"Samperin aja!" komentar Rizky karena sejak upacara tadi, ia terus melihat Marvel yang selalu memperhatikan Meira dengan raut wajah cemas. Entah apa sebenarnya yang dirasakan, dan dipikiran oleh Marvel sampai seperti itu.

Meira melepaskan topi sekolahnya sambil terus menceritakan hal yang belum pernah ia ceritakan kepada dua sahabatnya itu. "Gue baru inget kalo gue emang pernah beberapa kali ketemu dan ngobrol sama Cinta yang dimaksud sama Marvel itu," gadis itu menggoyang-goyangkan rambut panjangnya karena merasa gerah.

"Lo gak cerita dari awal, sih." Qia berujar.

"Ya kan, gue kagak ngerasa curiga sama sekali. Lagian belum tau juga kalo pelakunya emang dia."

"Siapapun dia, dia bakalan ketauan kok cepet atau lambat."

Meira mengangguki ucapan Angel dengan begitu yakin. "Setuju. Semoga aja dia gak berulah lagi sampai ketauan dia itu sebenernya siapa."

Qia menepuk-nepuk pundak Meira pelan. "Dan lo harus tetep hati-hati," nasehatnya.

Meira terkekeh pelan. Ia mengulurkan kedua tangannya kearah samping, lalu ia merangkul kedua sahabatnya itu tanpa melunturkan senyumannya. Tidak sampai disitu, Meira bahkan mengangkat tubuhnya sehingga badan Qia, dan Angel yang tidak siap sampai tertekan kebawah. Untung saja mereka bertiga tidak terjatuh.

"Goblog, elah."

"Berat, Mei sumpah."

Qia, dan Angel berujar sambil berusaha menurunkan tangan Meira.

Meira tertawa dibuatnya. Gadis itu sampai mendongak dan memejamkan matanya dengan tubuh yang masih terangkat berkat topangan kedua tangannya di leher, dan pundak dua sahabatnya itu. Ia terlihat begitu bahagia.

"Ayok, bawa gue ke kelas!" ujar Meira dengan entengnya.

"Biadab banget jadi orang." Qia kesal, dan untungnya ia berhasil menjauhkan diri dari Meira yang masih merangkul pundak Angel sambil tertawa.

Plak

Meira terkejut sampai menghentikan tawanya, ia juga sempat mengaduh sesaat setelah ada orang yang memukul kepalanya menggunakan topi.

Sang pelaku berjalan melewati Meira dengan begitu santai. Setelah ada didepan Meira beberapa langkah, orang itu menatap kearah Meira. "Gak usah main-main. Balik ke kelas!" suruhnya dengan nada menyebalkan.

"Adek ipar kurang ajar!" Meira berseru, lalu melepas sepatunya dan melemparnya kearah Lay. Melihat Lay berhasil menghindari lemparan tersebut, membuat Meira semakin kesal.

"Mulai, deh." Qia memilih berjalan lebih dulu sambil menggandeng Angel yang kebingungan.

"Ambilin sepatu gue, kamvret!" Meira kembali berseru karena Lay akan berjalan bersama Qia, dan Angel untuk meninggalkannya sendiri. "Lay, babi!" serunya lagi karena Lay pura-pura tidak mendengarnya.

"Turutin lah, Lay!" ucap Qia.

"Males."

"Lay, gue aduin lo, ya!" ancaman Meira mulai beraksi.

Lay menghentikan langkahnya. Bukan karena ancaman Meira yang sudah sering di dengarnya itu, tapi karena ia melihat Angel yang hendak menggantikannya untuk mengambil sepatu Meira yang memang terlempar lumayan jauh. "Gue aja," cegahnya sambil menghentikan Angel dengan cara menggenggam pergelangan tangan gadis itu.

Setelah mengambil sepatu hitam milik Meira, Lay berjalan menghampiri Meira yang sedang berdiri dengan satu kakinya, dan kedua tangannya terlentang untuk menjaga keseimbangannya.

"Tukang ngadu," ejek Lay yang sempat memakaikan topinya di kepala Meira dengan asal sampai Meira hampir saja terjatuh jika saja Lay tidak sigap memegangi Meira.

"Abisnya lo nyebelin banget jadi orang."

Meira meraba-raba Lay yang sedang berjongkok didepannya. Pandangannya sedikit terganggu karena topi dan juga rambutnya, tapi Meira biarkan saja karena menurutnya yang terpenting sekarang adalah berpegangan pada Lay yang sedang memakaikan sepatu di kakinya.

Selesai memakaikan sepatu Meira, Lay kembali berdiri berhadapan dengan Meira. Tanpa perasaan, Lay melepaskan topinya dari kepada Meira yang membuat rambut Meira berantakan. "Gak abis pikir gue, kok bisa kakak gue kecantol sama cewek modelan kaya elo."

"Sembarangan!" Meira memukul lengan Lay.

Meira berjalan meninggalkan Lay sambil berujar, "heran juga, kenapa cewek modelan Angel suka sama babi kek, elo."

"Mei!" Angel yang mendengar hal itu berseru panik.

Dan Meira hanya tertawa.

Meira sudah didepan koridor yang dimana disana dua sahabatnya berada. Gadis itu masih saja tertawa apalagi saat melihat wajah panik Angel yang menurutnya begitu menggemaskan.

"MEI!"

Meira membalikan badannya saat ia mendengar seruan Marvel. Seperti slow motion, Meira melihat Marvel yang berada cukup jauh dibelakang Lay sedang berlari sambil menggelengkan kepalanya. Marvel terlihat sangat panik.

"LAY, DORONG MEIRA!"

Lay terlihat menyadari sesuatu, akhirnya ia ikut berlari menghampiri Meira dengan wajah sama paniknya.

Semua orang yang masih disekitaran sana melihat kearah Marvel, dan berpindah kearah Meira. Kemudian mereka semua berteriak panik. Meira sendiri yang seperti menyadari sesuatu, mulai mendongakan kepalanya dan ia terkejut melihat sebuah pot bunga yang jatuh dari atas rooftop gedung berlantai empat yang ada dibelakang Meira. Pot bunga tersebut hampir jatuh tepat di kepala Meira, membuatnya panik sampai badannya tidak bisa bergerak sama sekali.

Slow motion tadi seperti lenyap bersamaan dengan tubuh Meira yang di dorong, dan di peluk erat oleh Lay.

Brak

Bersamaan dengan pot bunga yang hancur berkeping-keping, Meira terpental dengan Lay yang setia memeluknya erat. Badan mereka berdua sama-sama menghantam keras paving halaman sekolah.

Mereka semua yang melihat itu, langsung menghampiri Lay, dan Meira.

"Lay," suara Meira terdengar bergetar yang semakin membuat Lay mengeratkan pelukannya.

"Lo, aman. Lo aman. Lo aman." Lay membisikannya berulang kali untuk menenangkan Meira walaupun dirinya sendiri sebenarnya juga sama terkejutnya.

"Mei, Lay. Ya ampun, kalian gak papa?" Qia berusaha membantu Meira berdiri, Angel juga berusaha membantu Lay.

"Kalian gak papa, kan?" panik Angel.

Lay tidak menjawab, lelaki itu mendekati Meira. "Ada yang luka, Mei? Mana, cepet ngomong!" Lay melihat-lihat sekujur tubuh Meira.

"Tangan, kepala kalian luka," bukan Meira yang menjawab, tapi Qia.

Meira sendiri diam sambil mencari keberadaan Marvel. Marvel ternyata sudah tidak ada di tempat terakhir Meira melihatnya. Dan saat Meira berusaha mencari dengan raut wajah yang masih ketakutan, Meira melihat Marvel berlari cepat menaiki tangga diikuti oleh Rizky, dan Daniel. Mereka seperti kesetanan sampai-sampai melompati satu anak tangga disetiap langkah kakinya.

"Marvel."

Lay menggenggam erat tangan Meira yang bergetar dan terasa dingin. "Kita ke uks dulu. Nanti kak Marvel pasti nyamperin," Lay mengajak Meira.

"Dia kemana? Gue butuh dia." Meira menatap Lay dengan mata yang berkaca-kaca.

•••••

SIAP-SIAP BERBISAH DENGAN MARVELMEIRA, YA

DAVINNO UDAH MAU END, DAN MARVELMEIRA JUGA IYA. TERUS NIATNYA AKU MAU BUAT SATU KALO ENGGAK DUA CERITA BARU, HIHIHI.

BISA TEBAK, GAK CERITA BARU KAYA APA YANG UDAH AKU RENCANAIN?

AYOK DONG VOTE DAN COMMENT. PENGIN BANGET SEBENERNYA SAMPAI ...K VOTE DAN COMMENT GITU, TAPI SAYANG GARA-GARA DUA TAHUN BELAKANG AKU SUKA BANGET MENGHILANG JADINYA SEKARANG VIEW-NYA AJA GAK SAMPE 1K APALAGI YANG VOTE DAN COMMENT. SUMPAH SIH MENGENES PARAH DARIPADA JADI JOMBLO

SEBELUM BERBISAH DENGAN PART INI, AYOK LAH KITA REFRESHING MATA KITA DONG

1. MARVEL SI MURAH SENYUM, BAIK HATI, TIDAK SOMBONG, YANG SUKA BIKIN BAPER CEWEK TANPA DISENGAJA, DAN YANG PASTI BUCIN KE MEIRA DOANG, KOK (SETIA, GITULAH) ❤❤❤

Tetep cakep walaupun tidur, kan?

Biar Meira gak ngambek lagi, main gitar sambil nyanyi dulu

Hasil screenshot Meira pas lagi vc sama gue

Lagi tidur malah di bangunin. Pas buka mata, yang bangunin ternyata Meira

Lagi ngobrol sama Meira, tapi ada Lay yang ngerecokin


2. MEIRA SI TUKANG NGAMBEK TAPI LUCU, MANIS, DAN YANG PENTING DI SAYANG SAMA MARVEL, DAN PEMEGANG KUNCI HATINYA MARVEL DONG ❤❤❤

Di fotoin mas pacar dong

Pokoknya ngambek sama Marvel

Belum siap padahal, Marvel mah mainnya cekrek cekrek aja

Jalan-jalan sama Marvel, dong

3. LAY, SI ADEK IPAR NYEBELINNYA MEIRA TAPI JUGA SEBENERNYA BAIK, PERHATIAN APALAGI SAMA ORANG YANG DI SAYANG, KAYA CONTOH SI ANGEL GITU. HIHIHI 🤭

Kerjaan Meira, lagi tidur enak-enak malah main foto aja, fotonya di tunjukin ke temen-temennya pulak. Penyebar aib memang itu anak


Gue suka fotografi. Ini kamera hadian ulang tahun dari Marvel tahun lalu

Gue suka Angel, tapi gue bingung harus gimana selanjutnya setelah nyeplos kalo gue suka dia. Kaya yang di bilang Angel, kita berdua itu beda

4. RIZKY, SI COWOK KALEM, TENANG, SUKA QIA, SAYANG QIA, DAN CINTA QIA. KURANGNYA CUMA DI TOLAK AJA SAMA QIA, KOK. HEHEHE 😁

Gue harus gimana lagi coba biar Qia mau nerima gue? Gue sayang banget sama dia sampe gak bisa berhenti

Punya adek temen yang bisa fotoin dengan hasil bagus kaya Lay itu, harus di manfaatin sesekali

Pengin apelin Qia, tapi sadar diri bukan siapa-siapa

5. DANIEL, SI SUKA CEPLAS CEPLOS, TUKANG RUSUH, DAN SERING GODAIN ORANG PACARAN KARENA STATUS JOMBLO MENDARAH DAGINGNYA YANG SEBENERNYA SELALU BUAT DIA IRI, DENGKI, DAN PENYAKIT HATI LAINNYA. HWEHHHEHE 🤣

Nasib nasib, kok ya harus jadi jomblo di tengah-tengah temen yang sukanya pada bucin kagak jelas

Eitsss, walaupun jomblo tetep harus refreshing gini. Biar gak gila, kan sayang mana belum pernah pacaran

Sebenernya gue itu cakep ya, kan? Tapi heran, kenapa belum ada yang nyantol?

SEMOGA KITA DIPERTEMUKAN DI PART SELANJUTNYA 🖤

BYE 👋🏻

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

548K 26.7K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
66.1K 5.2K 40
[ REVISI ] Kata orang Deven itu dingin, tapi bagi Anneth, Deven itu Cerewet. Dan untuk Deven. Anneth itu Segalanya. Trust me, You will always be my E...
GIORSA (End) By mala.ae

General Fiction

182K 8.6K 36
"Gue gak bisa tanggung jawab. Masa depan gue masih panjang," •ENDING CERITA YANG TIDAK DISANGKA •CERITA ANTIMAENSTREAM -Cinta beda agama -Pernikahan...
78.6K 4.9K 39
(PROSES REVISI) Aletta Ainsley Callista cewek cantik supel dan pintar yang terjebak perasaan oleh pangeran es yaitu Arga Ardelard... begitulah juluka...