Who Are You

Af sasusakuyaaa__

6.6K 869 133

My heart is running to you. Every sec getting close to you. So please don't run away. Take my hand. Baby, bab... Mere

2 - Just The Way You Are
3 - Stereotype
4 - Butterfly
5 - Marry You
6 - Honeymoon
7 - Baby

1 - Who Are You?

1.7K 186 36
Af sasusakuyaaa__

Kau masih belum mau mengajak seseorang berkencan?

Apa tidak ada perempuan yang membuatmu tertarik?

Kau tidak berniat memacari salah satu teman wanitamu saja?

Kau masih normal, ‘kan?”

Sasuke spontan bangun dari posisi berbaringnya saat teringat pertanyaan yang terakhir. Alasan tidak pernah terlihat berkencan dengan wanita mana pun malah membuat orientasi seksualnya dipertanyakan. Dia masih normal, sungguh, tapi dia memang payah untuk urusan percintaan. Terlalu nyaman sendiri menjadi penyebabnya masih melajang sampai sekarang. Bahkan seingatnya, dia benar-benar tidak pernah pergi berkencan selama hidupnya.

Sasuke mencoba memutar otak, mencari cara agar membuat sahabatnya—pemilik pertanyaan aneh tadi—percaya kalau dia masih suka perempuan. Dia tidak bisa memilih beberapa teman wanitanya karena mereka kebanyakan sudah punya pasangan. Mencari pasangan dari internet?

Alis Sasuke mengernyit heran. Kedengarannya tidak begitu buruk. Dia masih bisa mencobanya daripada tidak sama sekali. Cara ini memang agak berisiko. Untung-untungan kalau langsung dapat yang setipe, kalau belum boleh dicoba lagi.

Sasuke mengambil gawainya dari atas nakas. Dia buru-buru mencari aplikasi kencan online sambil membaca ulasan-ulasannya. Dia meng-install aplikasi dengan ulasan—yang menurutnya—paling terbaik, mendaftar akun dan menunggu seseorang memilihnya untuk dikencani. Dia sengaja tidak memilih lebih dulu, lagi pula dia sudah mencantumkan kriteria yang diinginkannya di profil akun.

Butuh beberapa puluh menit sampai akhirnya ponsel Sasuke berbunyi. Tertera gadis bernama Haruno Sakura berhasil meng-pick-nya. Dari profilnya, dia hanya mencantumkan bahwa dia membutuhkan seseorang yang setia dan mengerti dirinya. Dilihat dari umurnya, dia baru menginjak enam belas tahun.

Tunggu! ENAM BELAS TAHUN? Raut muka Sasuke mendadak kosong. Ada remaja beda belasan tahun mau mengencaninya? Bagaimana bisa gadis di bawah umur sudah berani memakai situs kencan online?

Ting!

Sasuke-san?

Setengah takut-takut, Sasuke mulai mengetik balasannya. Tidak ada larangan mengencani perempuan yang usianya terpaut jauh dari Sasuke, ‘kan?

Ya?

Jadi, bagaimana?

Bagaimana apanya? Oh, ya! Soal hubungan mereka di awal. Sasuke berpikir sejenak. Ini hari minggu dan baru pukul sepuluh. Masih terbilang pagi untuk jalan-jalan keluar. Jika tidak memikirkan statusnya, Sasuke mungkin akan bermalas-malasan seharian di kamarnya saja.

Apa kau sibuk hari ini?

Tidak. Kenapa?

Mau berkencan sebentar denganku?

Ketikannya mulus sekali. Terkesan tidak ada beban. Padahal setelah pesannya barusan dibaca, jantung Sasuke sudah mulai loncat-loncat tidak keruan.

Boleh. Di mana?

Kau tinggal di mana?

Shibuya.

Kau tentukan tempatnya.

Kenapa harus aku?

Lebih bagus pergi ke tempat yang kau mau.

Bagaimana kalau jauh dari rumahmu?

Aku bisa naik mobil, lagipula Shibuya masih cukup dekat dari tempat tinggalku.

Oh, baiklah.

Setelah menentukan tempat janjian mereka, Sasuke langsung bersiap-siap. Dia tidak perlu ganti baju, toh pakaiannya masih sesuai dengan gaya anak muda. Tanpa membuang banyak waktu, dia langsung melesat keluar dari apartemennya. Dia mungkin bisa tancap gas ke Shibuya, tapi dia akan tetap hati-hati dalam berkendara. Dalam rangka menyambut teman kencannya barusan, ini membawa angin segar dalam hidup Sasuke yang sempat terasa hampa. Oh, indahnya cinta.

👣

Halo, halo.
Aku memunculkan keberanian.
Halo, halo.
Aku ingin berbicara denganmu sebentar.
Halo, halo.
Aku mungkin sedikit terburu-buru.
Siapa tahu? Kita mungkin.
Berakhir dengan baik.

( SHINeeHello )

🎶

Sasuke mengetuk-ngetuk pelan telunjuknya ke meja. Tidak menimbulkan suara yang berarti, berhubung juga kafe yang dikunjunginya ini sedang ramai. Dia menunggu dengan sabar sampai bunyi bel berdenting pertanda pengunjung baru masuk. Untuk beberapa saat, dia terkesima menyorot kedatangan gadis yang dinantinya tadi. Tiga kata, tipe idealnya sekali.

Haruno Sakura. Bermanik mata emerald. Berambut sebahu dengan sewarna gulali. Sweater blue pastel dipadukan dengan slim fit jeans senada membalut kaki jenjangnya dan sneakers putih. Gaya kasual yang sangat sejuk dipandang, bukan?

“Sudah menunggu lama?”

“Tidak sama sekali.”

Sasuke tidak bisa menyembunyikan senyum simpulnya ketika berhadapan langsung dengan Sakura. Dia mendapatkan kesan yang benar-benar bagus, gadis itu memang jauh lebih cantik dibandingkan lewat foto. Dilihat dari sikapnya, Sakura ikut membalas senyuman Sasuke dan tenang-tenang saja.

“Kita bisa pesan sekarang.”

Sasuke memanggil pelayan kafe dan mereka bergantian menyebutkan pesanan mereka. Untuk urusan ini selera mereka memang berbanding terbalik, Sasuke suka espresso yang pahit dan Sakura suka latte yang soft. Lalu, bagaimana dengan tipe idaman masing-masing?

“Kau sudah SMA?”

“Ya. Aku kelas sebelas.”

Sebelah alis Sasuke terangkat. Bukannya apa-apa, bulan ini mungkin sudah memasuki separuh lebih untuk semester kedua. “Berarti setahun lagi kaululus?”

“Begitulah, kenapa?”

“Tidak, aku hanya teringat masih kelas sepuluh di usia itu dulu.”

“Jadi, berapa umur Sasuke-san?”

“29 tahun,” jawab Sasuke agak ragu-ragu.

“Masih muda kok,” kata Sakura tanpa ada nada ejekan sama sekali.

“Omong-omong, kau berani juga menggunakan situs kencan online, ya.”

“Awalnya iseng-iseng saja.”

Iseng? Entah kenapa, ada rasa kecewa menyelinap ke relung hati Sasuke. Namun, untuk hubungan di awal ini, mungkin tidak seharusnya dia terlalu berharap lebih.

“Maaf, aku hanya bercanda.” Senyum jenaka Sakura yang menggemaskan mampu menggelitik perasaan Sasuke.

“Oh, tak apa,” balas Sasuke jadi terdengar lebih lega.

“Kau tidak masalah berkencan dengan pria yang jauh lebih dewasa?”

Untuk beberapa saat, Sakura mengecap latte-nya yang baru diantar ke meja mereka. “Tidak, tipeku seperti itu. Bagaimana denganmu?”

“Seperti kriteria yang kaucantumkan di profil akunmu.”

“Tapi tipe seusiaku masih sangat labil, lho.”

“Aku tahu.”

Sasuke meneguk espresso-nya tidak kalah nikmat. “Pria dewasa seumurku juga masih bisa labil kok.”

“Itu terdengar lucu. Untuk situasi apa, misalnya?”

“Makan malam bersama keluarga.”

“Kau tidak tinggal dengan orang tuamu lagi?”

“Ya. Setelah lulus SMA, aku sudah tinggal sendiri di apartemen.”

“Pasti menyenangkan bisa hidup mandiri.”

“Ya, kaubisa hidup bebas semaumu.”

“Tapi rentan dirusuh oleh teman sendiri.”

Sasuke tertawa pelan. “Benar sekali.”

“Aku agak penasaran.”

“Soal apa?”

“Kau lebih tertarik menggunakan situs kencan online daripada mengencani seseorang yang sudah kaukenal?”

“Teman-teman wanitaku sudah punya pasangan, lagi pula tidak ada satu pun dari mereka yang kusuka.”

“Benarkah?” Sakura tampak sedikit tidak percaya mendengarnya. “Kenapa?”

“Tidak ada yang masuk kriteriaku.”

“Kau pernah berkencan sebelumnya?”

“Tidak pernah sama sekali.”

Sekali lagi, Sakura kurang mempercayai apa yang didengarnya barusan. Pria setampan Sasuke mengaku tidak tertarik dengan gadis mana pun, bahkan semenjak dia masih di bangku sekolah dulu. Sasuke sangat populer berkat parasnya tersebut, tentu. Namun, dia hanya menghabiskan masa mudanya dengan melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Giat belajar untuk peringkat terbaik dan berkawan dengan teman-teman lelakinya. Untuk urusan perempuan atau sejenisnya, memang sengaja ditiadakan karena alasan merepotkan.

Sama halnya dengan Sakura, dia menegaskan kembali kalau dia memang menyukai tipe yang lebih dewasa. Selain standar, alasan lainnya juga teman-teman laki-lakinya tidak ada yang masuk kriterianya. Mereka berdua sama-sama pemilih, tapi bukan berarti Sasuke tidak mudah jatuh cinta. Berhubung usianya sudah dikatakan matang, dia pasti akan tetap langsung tertarik jika menemukan yang pas.

“Lalu, bagaimana kesan pertamamu saat bertemu denganku?”

“Kau sangat masuk untuk kriteriaku.”

“Sungguh?”

Gelagat malu-malu Sakura membuat Sasuke tidak bisa berhenti tersenyum. Terkadang Sasuke diam-diam memperhatikan para perempuan, terutama pengagumnya semasa sekolahnya dulu. Hanya melihatnya saja, mereka sudah langsung tersipu padanya. Dalam kasus sekarang, tentu jauh berbeda karena ada gadis belia tepat berada di hadapannya. Yang biasanya cuek, kali ini mana bisa Sasuke abaikan. Baru sekali pandang sudah memikat hatinya.

“Bagaimana juga kesan tentangku?”

“Kau terlihat seperti masih anak kuliahan.”

Sasuke bangga atas jawabannya. Dia yang sering dikatai sudah punya kerutan seperti kakaknya, terbukti masih tampak awet muda. Pujian tidak langsung dari Sakura mampu membuatnya senang setengah mati. Mungkin terlontar dari mulut remaja, siapa tidak girang mendengarnya?

“Untuk sekarang, cukup saling berbagi nomor ponsel. Bagaimana?”

“Tentu.”

Sakura langsung menerima uluran ponsel Sasuke, mengetik cepat dan menghubungi ke nomornya sendiri. Secara resmi, dia membuka pendekatan awal di luar kencan mereka. Tidak ada kecanggungan seperti yang sempat Sasuke perkirakan, mereka mengobrol santai bak air mengalir. Mereka saling mengimbangi satu sama lain, tapi kebanyakan nyambung untuk setiap topik yang mereka bahas. Bahkan satu jam berlalu tidak terasa, mereka sepakat memilih mengakhiri kencan pertama mereka.

Sasuke sempat menawari tumpangan gratis, tapi Sakura menolak dengan alasan dia mau bertemu dengan temannya setelah ini. Tak apa, masih terlalu awal mengantar pulang anak gadis orang. Jalani saja dulu, nanti juga hubungan mereka berkembang. Benih yang ditanam butuh waktu untuk tumbuh, setiap momen memang butuh proses atau mungkin sebaliknya. Hehe.

👣

Aku tidak bisa memahami apa pun.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Karena kamu, yang mengisi kepalaku.
Siapa kamu?

( BoA ft. Gaeko of Dynamic DuoWho Are You )

🎶

Sasuke ingin sekali datang lebih awal kalau saja tidak ada urusan tadi. Dia mendapati Sakura sudah menunggunya di sana, duduk sendiri sambil asyik bermain gawai. Penampilannya kali ini lebih menggemaskan dengan jumpsuit overall jeans dipadukan dengan dalaman kaus putih dan sneakers andalanannya, serta bando sewarna lebih terang dari rambutnya.

Sasuke juga berdandan tidak kalah maskulin, tapi tetap selalu berusaha terlihat jadi anak muda. Bisa dibilang mereka mencoba menonjolkan kesan yang lebih baik dan segar untuk kencan kedua ini.

“Maaf membuatmu menunggu.”

Sakura langsung menaruh ponselnya ke meja dan mengalihkan perhatiannya pada Sasuke yang baru datang. “Tak apa. Aku baru menemani temanku belanja tadi. Tidak terlalu jauh dari sini, jadi aku langsung pergi ke tempat janjian kita.”

“Perempuan?”

“Tentu saja. Kau pikir aku mau pergi dengan teman laki-lakiku?”

“Bukan begitu maksudku.”

“Kau takut aku janjian duluan dengan yang lain?”

Apa-apaan pertanyaannya tersebut? Sakura menggoda ingin dicemburui oleh Sasuke? Kalau benar disuruh, Sasuke akan melakukannya dengan senang hati. Pesannya yang hanya dibalas satu dua kali saja dalam sehari sudah membuatnya galau, apalagi mengetahui Sakura pergi berdua dengan lawan jenisnya. Bisa-bisa Sasuke terbakar api cemburu.

“Aku cemburuan, ya?” tanya Sasuke agak kurang nyambung.

Sakura sontak menahan gelak tawanya. Sasuke melemparkan pertanyaan seolah-olah mereka sudah masuk ke fase yang lebih serius. Hubungan jarak jauh saja masih belum lancar, dia malah langsung menyinggung perihal cemburu.

“Kau posesif,” kata Sakura tepat sasaran.

“Oh, kau benar,” balas Sasuke refleks mengusap tengkuknya. “Maaf membuat suasana jadi canggung.”

“Kenapa harus minta maaf? Santai saja.”

Memang benar. Semenjak menjalin hubungan dengan Sakura, Sasuke kadang-kadang merasa tegang tanpa alasan. Apalagi kalau sudah ditanya soal jodoh, Sasuke ingin sekali menyumpal mulut orang-orang. Menjawab pada mereka, dia sudah menemukan calonnya dan sedang berusaha sekarang. Bersabarlah menanti kabar gembiranya, hubungan mereka masih butuh waktu dan proses. Benihnya mungkin baru jadi kecambah.

“Kalau aku memang begitu, bagaimana?”

“Tidak apa-apa, asal jangan terlalu berlebihan.”

Dengar, Sasuke! Apa pun harus sesuai porsinya, berlebihan itu tidak baik.

Sasuke mengangguk setuju. “Ya, betul.”

“Kau tidak mau pesan selain espresso?”

“Tidak, bagaimana denganmu?”

“Tidak juga sepertinya. Aku suka dengan foam-nya.”

Dengan beraninya, Sakura mencolek hidung bangir Sasuke dengan busa latte-nya. Senyum jahil merekah di bibir Sakura, menghangatkan dada Sasuke yang berdebar.

Tak!

Sasuke membalas menjentik dahi Sakura. Gadis itu pura-pura mengaduh dan menyentuh bagian yang kena sentil barusan. Bibirnya mengerucut lucu, mau minta cium?

“Kau sangat menggemaskan.”

Sakura kembali tersenyum semringah. Sasuke bahkan orang-orang di sekitar melihatnya pasti ingin mencubit pipinya. Karakter tidak membohongi auranya, Sakura tetaplah jadi gadis muda yang memesona. Laki-laki mana pun tidak mungkin tidak menginginkannya untuk dijadikan pacar.

“Kau sangat sibuk sampai sulit membalas pesanku?”

“Tidak juga sih. Karena aku pulang sekolah malam, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan belajar atau berkumpul bersama orang tuaku.”

Benar juga, ya. Sakura adalah siswi SMA yang punya jam belajar seharian di sekolah, dia memilih belajar lagi atau melakukan hal disukainya saat di rumah. Dia bukan tipe yang terlalu suka memainkan gawai di waktu luang.

“Apa hobimu?”

“Membaca.”

“Seperti novel?”

“Bahan bacaanku bervariasi. Kadang kalau bosan, aku bisa membaca koran atau majalah politik.”

Satu kata terucap dalam hati Sasuke, Wow! Ada anak muda zaman sekarang seperti Sakura punya bahan bacaan yang tergolong berat seperti itu.

“Majalah politik?”

“Ya, ayahku bekerja sebagai jaksa.”

Sasuke jadi tidak heran lagi. Pekerjaan ayahnya masih spesifik, wajar Sakura suka membaca berita.

“Ayahmu suka membicarakan pekerjaannya denganmu?”

“Tidak. Ayahku kadang menulis buku dan biografinya sudah diterbitkan. Itu membuatku jadi tertarik dengan pekerjaannya.”

“Kausuka membaca biografi tokoh-tokoh penting juga?”

“Hanya beberapa. Biografi favoritku tentang ayahku, tentunya.”

“Kapan-kapan, akan kupinjamkan buku biografi ayahku padamu.”

Sakura semakin antusias mendengarnya. “Ayahmu punya buku biografi sendiri juga? Apa pekerjaan ayah Sasuke-san?”

Tak.

“Aw, apa yang salah?” Alis Sakura mengernyit karena dahinya kena jitak kembali.

“Sudah kubilang, ‘kan. Jangan panggil aku begitu, gunakan sufikskun’ saja.”

“Aa, baiklah. Aku mengerti, hehe.”

“Ayahku adalah kepala kepolisian.”

Ekspresi kagum semakin kentara di wajah Sakura. “Hebat. Aku bisa berkencan dengan anak polisi.”

“Keren juga, aku dapat mengencani anak jaksa.”

Sakura tertawa renyah, Sasuke ikut mengembangkan senyumnya. Suasana di antara mereka benar-benar sangat menyenangkan. Seperti kencan pertama, apa pun yang mereka bahas pasti nyambung. Sikap humble Sasuke yang dewasa dengan keantusiasan Sakura, membuat hubungan seumur jagung mereka berwarna. Sekilas saja melihat, orang percaya-percaya saja mereka adalah sepasang kekasih. Mereka sungguh akrab selayaknya sudah menjalin hubungan berbulan-bulan lamanya. Apa benar mereka akan berjodoh kelak?

👣

Dua kali, tiga kali—jangan tanya saya lagi.
Kau tahu apa kekuatanku?
Itu karena aku jujur.
Jangan mencoba meragukan apa yang baru saja aku katakan.
Ini di luar ‘suka’, Apa setelah ‘suka’?

( IVEAfter Like )

🎶

Kencan ketiga mereka bisa dibilang lebih atraktif dari sebelumnya, maksudnya mereka baru benar-benar berkencan kali ini. Pergi ke beberapa tempat yang banyak disukai oleh anak muda; seperti pusat perbelanjaan, toko-toko unik, taman Yoyogi, kemudian berakhir di Cat Street yang menghubungkan Shibuya dan Harajuku.

Menghabiskan banyak waktu, membuat mereka hampir melewatkan jam makan siang. Sasuke yang menentukan restorannya, modis dan masih terjangkau. Bukan karena apa, biar Sakura tidak begitu sungkan ditraktir makanan apa saja yang dia mau nanti.

Tadi saja Sakura selalu menolak dibelikan sesuatu oleh Sasuke, menimbulkan perdebatan kecil hingga Sakura memilih mengalah. Sasuke rela membuang-buang uangnya jika itu demi kemajuan hubungan mereka. Rich Uchiha sudah membucin ria seperti ini. Bagaimana kalau sudah resmi nanti?

“Kau banyak sekali makannya.”

“Katamu aku boleh pesan apa pun yang aku mau.”

“Ya. Tidak takut gemuk?”

Sakura menggeleng pelan sambil mulut tetap mengunyah. “Aku bahkan mampu menghabiskan seisi penuh penanak nasi sendiri, tapi berat badanku begini-begini saja.”

Sasuke spontan menahan bibirnya untuk tidak tertawa. “Bukan masalah, tetap sesuai denganmu yang masih dalam tahap pertumbuhan.”

Sakura mengembungkan pipinya dengan sorot mata sebal. “Kau tidak terganggu dengan gadis rakus sepertiku?”

Tawa Sasuke hampir meledak, ekspresi gadis tersebut benar-benar lucu sekarang. “Kenapa aku harus terganggu? Aku senang bisa melihatmu menikmati makananmu.”

“Tagihannya pasti besar juga.”

Sasuke mengacak-acak gemas surai merah muda Sakura. “Sudah kubilang, jangan dipikirkan. Aku akan menjamin semua hal yang kau inginkan selama kita berkencan.”

“Wah, berkencan dengan pria yang sudah mapan memang beda kesannya, ya,” ucap Sakura sembari merapikan rambutnya kembali.

“Lebih tepatnya belum mapan sempurna selama aku belum punya pasangan.”

“Bagaimana perasaanmu terhadapku?” tanya Sasuke tiba-tiba.

“Aku menyukaimu,” jawab Sakura to the point.

Itulah yang sangat disukai oleh Sasuke. Sakura tidak munafik dan selalu menunjukkan dirinya sendiri. Karakter ceplas-ceplosnya juga membuat hubungan mereka jadi lebih berkembang.

“Kau sendiri?” Sakura balik bertanya.

“Aku sangat menyukaimu,” Sasuke menjawab setulus hatinya.

“Jadi, bagaimana?”

Sasuke ingin lebih berterus terang, tapi dia memilih mengurungkan niatnya. “Habiskan makanannya dulu, baru kita bicarakan ini lagi nanti.”

Sakura mengangguk paham. “Oke.”

Setelah makan siang selesai, mereka mulai berjalan beriringan dengan canggung akibat ungkapan mereka tadi. Menghadapi suasana yang berubah, Sasuke rasa Sakura belum siap meskipun gadis itu yang memancingnya lebih dulu. Ini baru hitungan kencan ketiga, apa tidak terlalu dini bagi Sasuke menyatakan perasaannya langsung?

“Aku takut membuatmu kaget,” Sasuke mulai membuka pembicaraan. “Selain itu, mungkin kau belum siap juga.”

“Mmm,” Sakura malah bergumam tidak jelas. Menambah kadar keraguan pria itu terhadapnya. Benar, dia masih bimbang untuk hubungan mereka sekarang. Tidak ada yang salah dengan perasaannya tersebut, dia hanya sedang memikirkan cara agar Sasuke tidak sampai kecewa.

“Kalau kau butuh waktu—”

“Bukan begitu,” potong Sakura.

“Lalu?”

Sakura malah terdiam kembali. Dia memilah-milah kata yang tepat untuk dijadikan jawaban. Dia tidak mau membuat Sasuke menunggu, tapi dia juga tidak ingin buru-buru. Jadi, harus bagaimana?

👣

Kata-kata sederhana “Aku mencintaimu”.
Itu saja yang ingin aku dengar.
Tanpa ragu, aku akan mendatangimu.
Aku akan membuatnya sederhana dan hanya memberi tahu kamu, “Aku mencintaimu”.

( TWICETalk That Talk )

🎶

Sasuke memperlihatkan hasil photobox mereka. “Kau mau menyimpannya?”

“Ini ‘kan ada dua, kau bisa menyimpannya satu.”

Sasuke mengambil salah satunya tanpa memilih dahulu. “Kau mau pulang?”

“Jam berapa sekarang?”

Sasuke memeriksa arlojinya. “Empat sore.”

Hampir seharian, ya. Waktu berlalu dengan penuh makna. Sasuke menunjukkan perjuangannya dengan memberikan dan melakukan apa pun yang Sakura inginkan. Tidak sungkan meminta maaf jika dirasa gadis itu tersinggung karena kata-katanya. He really is a gentle man!

“Soal yang di restoran tadi, mari kita bicarakan lagi,” ajak Sakura terdengar malu-malu.

“Memang kau sudah siap mendengarnya?”

“Siap untuk apa?”

“Aku sangat menyukaimu, jadilah pacarku.”

Langkah Sasuke terhenti seketika. Mulutnya mencerocos dengan seenak jidat. Bagaimana tanggapan Sakura nantinya? Sasuke jadi cemas gadis itu kabur atau—paling tidak—menghindar darinya. Terlalu takut kehilangan dalam meraih tambatan hatinya tersebut.

“Ya, aku mau.”

Santai dan tanpa beban. Sakura menerima tawaran Sasuke barusan. Sasuke merasa seperti terkena serangan jantung untuk kedua kali. Dia tidak salah dengar, ‘kan?

“Kenapa melongo saja? Ini sudah petang, kau tidak mau pulang?”

Mudah saja bagi Sasuke menyusul langkah Sakura. “Kau serius dengan jawabanmu?”

“Umurku memang masih muda, tapi memangnya aku tidak mau diseriusi olehmu?”

Seperti itulah Sakura, suka membalikkan pertanyaan yang sama. Terkadang membuat Sasuke sangat gemas dan frustrasi. Mungkin sedikit PR untuknya, Sasuke masih perlu belajar lagi mengimbangi guyonan remaja ala Sakura.

“Jadi, kita resmi pacaran sekarang?” tanya Sasuke masih ingin memastikannya.

“Ya, we’re officially now,” jawab Sakura riang.

Sasuke buru-buru menggandeng tangan Sakura. “Terima kasih.”

“Terima kasih juga untuk kencan yang berkesan hari ini.” Sakura perlahan membalas genggaman Sasuke.

“Mau kuantar pulang?”

“Boleh, tapi jangan sampai depan rumah, ya.”

“Oke, aku mengerti.”

“Aku takut ketahuan orang tuaku.”

“Aku tahu itu.”

Sakura memeluk lengan Sasuke tanpa canggung. Mungkin karena status baru mereka, Sakura jadi tidak begitu malu lagi bermanja-manja dengan Sasuke. Karena Sasuke sudah sangat tulus padanya dari awal, Sakura yakin keputusannya sudah benar dan tidak terburu-buru.

Tahap pertama hubungan mereka sukses, yeay! Selamat untuk Sasuke dan Sakura. Ditunggu kisah-kisah romantis mereka selanjutnya.

👣

[ To be Continued ]

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

82.5K 3.1K 9
Sakura menjalani hari di sekolah barunya setelah pindah ke Tokyo. Pengalaman buruk di sekolah lamanya membuatnya jadi gadis penakut. Ia berkenalan de...
784K 38K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
93.9K 8K 16
Aku punya banyak dosa. Tapi apa kau mau mendengar salah satu pengakuan dosa ku Bapa ?
34.2K 9.4K 52
「ᴄoᴍpʟᴇтᴇᴅ」 ❝ada dua peraturan yang harus ditaati di sekolah ini.❞ + mystery, short story + lowercase, semi baku ↳ started : 15.05.21 ↳ ended : 12...