Bertaut [END]

By GalaxySastars

408K 19.5K 322

Isha dan Arsen adalah paket komplit yang saling melengkapi. Isha banyak bicara, sedangkan Arsen tidak memili... More

Cast & Trailer
1. Permen mint
2. Dia gatel, jadi pengen garukin
3. Produk Baru
4. Seleksi OSN
5. Jadian
6. Sakit
7. Sampah yang tidak tahu diri
8. Berangkat OSN
9. Jangan pernah tinggalin gue
10. Arsen nggak ada akhlak
11. Cubitan maut Isha
12. Yakin kuliah?
13. Jangan senyum
14. Omelan Isha
15. Laki-laki paling hebat
16. Les SBMPTN
17. Lipstik
18. Mimpi buruk
19. Hadiah
20. Luangin waktu lo
21. Terlihat sempurna
22. Lo aman sama gue
23. Gue nggak suka!
24. Sebelum semakin menjauh
25. Frustasi
26. Tentang perasaan
27. Dibalik wajah polosnya
28. Meledak
29. Boleh peluk?
30. Posesif
31. Reuni
32. Strawberry campur cola
33. Parfum siapa?
34. Penjelasan
Epilog
Info
Trust Issue

Prolog

36K 1.2K 12
By GalaxySastars

Di umur 7 tahun.

Seorang gadis kecil sedang duduk di kamarnya sembari memilih buku pelajaran apa yang ingin dikerjakan. Sore itu, seorang gadis kecil bernama Clarissha Fredella sudah mencoba mencari tahu apa yang ingin ia pelajari.

"Kakak, belikan ibu bahan masak di warung" teriak ibu dari gadis kecil itu.

Mendengar teriakan tersebut, Isha segera mendekati ibunya.

"Mau beli apa bu?"

"Belikan kecap botol, garam, gula pasir, bawang merah sama bawang putih setengah kilo, sama teh tubruk ya" ucap ibunya sembari memberikan botol kecap kaca kepada gadis kecil itu.

Isha enggan mengambil botol kaca tersebut, "Bu, tapi kan kemarin pas ibu nyuruh Isha beli kecap di botol malah jatuh. Emang abang kemana sih bu?"

"Abangmu lagi belajar, adekmu juga nggak mungkin disuruh kan. Jadi ibu nyuruh kamu"

"Tapi kan Isha juga mau belajar bu" protes Isha.

Ibunya menghela nafas, "Kamu anak perempuan, jadi harus nurut dan belajar belanja kak. Lagipula kasihan abangmu, nanti nilainya turun"

"Ibu nggak takut nilai Isha turun?" ucap Isha dengan lirih.

"Ini uangnya, ini botolnya. Inget kan tadi ibu minta belikan apa?"

Isha menganggukkan kepalanya sembari mengambil botol kecap dan uang dari tangan ibunya. Tiba-tiba ayahnya muncul dari luar rumah.

"Ada apa ini? Kok rame-rame?" tanya ayahnya Isha.

"Ini, ibu nyuruh Isha beli bahan dapur ke warung malah dia bikin alasan terus. Sudah tau abangnya lagi belajar, malah minta biar abangnya aja yang beli ke warung"

"Tapi kan Isha udah mau beli bahan dapurnya bu" protes Isha.

Ayah Isha mengelus kepala Isha dengan lembut, "Iya, putri ayah hebat mau beli bahan dapur. Kakak mau beli apa? Kembaliannya dipakai buat beli jajan yang kakak mau ya"

Isha tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, "Isha mau-"

"Nggak usah, ayah jangan kebiasaan kasih upah buat anak. Nanti kebiasaan sampai besar. Kembaliannya kasih ke ibu, jangan beli yang lain, sesuai yang diminta sama ibu"

"Iya bu" sahut Isha sembari melangkahkan kaki kecilnya untuk keluar rumahnya, ia berjalan menuju warung di area kompleksnya.

Isha berjalan sembari menyenandungkan lagu yang baru saja diajarkan gurunya di sekolah. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang anak laki-laki seumurannya sedang duduk di pinggiran jalan dengan luka di lututnya.

Isha segera mendekati lelaki tersebut, kemudian jongkok di depan lelaki tersebut.

"Lututmu kenapa?" tanya Isha.

Lelaki kecil itu tampak menggelengkan kepalanya.

"Pasti sakit ya? Ini berdarah loh" ujar Isha sembari memperhatikan lutut lelaki tersebut dengan saksama. Terlihat ada darah yang bercampur dengan tanah.

Lelaki kecil itu hanya diam, tidak merespon ucapan Isha.

"Kamu bisu?"

"Enggak" sahut lelaki tersebut. Isha tampak tersenyum mendengar suara lelaki tersebut.

"Baguslah nggak bisu. Rumahmu dimana?"

Lelaki kecil itu menunjuk pada rumah yang cukup besar berwarna tosca.

"Ayo aku antar pulang" ucap Isha sembari mengulurkan tangan kanannya kepada lelaki kecil itu, sedangkan botol kacanya ia pegang dengan tangan kiri.

Lelaki kecil itu berusaha untuk berdiri sembari memegang tangan kanan Isha, wajahnya terlihat kesakitan dan menahan air matanya agak tidak keluar. Padahal hidung dan matanya sudah terlihat memerah.

"Kalau sakit, nangis aja" celetuk Isha.

"Kata papa, laki-laki harus kuat, nggak boleh nangis" jawab lelaki tersebut sembari berusaha berjalan dengan bantuan Isha.

Keduanya berjalan menuju rumah yang sebelumnya ditunjuk oleh lelaki kecil itu.

"Oh iya, kita belum kenalan. Namaku Isha, nama lengkapnya Clarissha Fredella. Namamu siapa?" tanya Isha sembari masih membantu lelaki kecil itu berjalan.

"Arsen, Arseno Narendra" sahut Arsen.

Isha tampak menganggukkan kepalanya, "Udah sampai, lain kali kalau sakit, nangis aja nggak papa. Kalau takut ketahuan, sembunyi-sembunyi aja nangisnya. Aku juga sering gitu kok" celetuk Isha.

Arsen menganggukkan kepalanya, kemudian terlihat ada seorang wanita yang terlihat masih muda keluar dari rumahnya. "Astaga, Arsen kamu kenapa?" ujar wanita itu dengan khawatir

"Tadi jatuh, ma"

Wanita itu membantu Arsen untuk berjalan kearahnya, "Loh, ini ada perempuan cantik ini temennya Arsen ya, siapa namanya?" tanya wanita tersebut.

"Isha tante, Clarisha Fredella" sahut Isha.

Wanita tersebut yang ternyata Mamanya Arsen tampak tersenyum, "Isha anaknya Bu Dewi ya, makasih ya udah nemenin Arsen pulang"

"Iya tante, sama-sama. Kalau gitu Isha mau ke warung dulu ya, tante" pamit Isha, kemudian direspon dengan anggukkan oleh Mamanya Arsen.

Segera Isha berjalan keluar dari gerbang rumahnya Arsen dan bergegas untuk kewarung. Karena jika terlalu lama, pasti ibunya akan mengomel lagi. Ia paling malas jika ibunya sudah ngomel.

***

Umur 10 tahun

Rumah Isha mendadak terdapat banyak orang datang silih berganti, kebanyakan dari mereka menggunakan baju hitam. Mereka mengucapkan turut berduka cita kepada seisi rumah tersebut karena, sang ayah, kepala keluarga dari rumah tersebut baru saja meninggal dan dikuburkan.

Bu Dewi, ibu dari Isha serta abang dan adiknya tampak duduk di ruang tengah bersama ketiga anaknya. Matanya masih sangat sembab, namun tetap berusaha untuk menyambut tamu yang berdatangan untuk mengucapkan turut berduka cita.

Terlihat, ada seorang ibu yang juga membawa anak lelaki seumuran Isha memasuki rumah duka tersebut. Melihat Ibunya Isha, ibu tersebut segera memeluknya dengan erat.

"Turut berduka cita ya Bu Dewi, harus kuat demi anak-anak" ucap Bu Eka, ibu yang tadi datang membawa seorang anak laki-laki seumuran Isha, siapa lagi kalau bukan Arsen.

Ibunya Isha tampak membalas pelukan dari Bu Eka, tiba-tiba air matanya kembali menetes di pipinya. Melihat hal tersebut, Mamanya Arsen berusaha untuk menguatkan Ibunya Isha yang kembali terlihat rapuh.

Tepat hari itu, seorang istri harus mendadak menjadi janda dan secara tidak langsung harus mengemban tanggung jawab sebagai ibu sekaligus ayah untuk ketiga anaknya. Begitu juga ketiga anaknya yang masih kecil, mereka harus menjadi yatim karena ditinggal oleh sang ayah untuk selama-lamanya.

Vano, Evano Baihaqi. Matanya terlihat begitu merah, sembari sesekali ia menghapus air matanya atas kematian ayahnya. Ia memangku adik bungsunya yang bernama Farel, Farel Ghifari yang saat itu berumur 8 tahun.

Sedangkan Isha, satu-satunya anak perempuan itu tampak diam saja dengan mata dan hidung yang terlihat begitu memerah. Ia benar-benar tidak tahu harus seperti apa sekarang, bahkan sejak ayahnya dinyatakan meninggal, ia sama sekali belum berbicara dengan siapapun. Ia hanya meneteskan air matanya, mengusapnya, kemudian bersalaman dengan semua tamu undangan yang menyapanya.

Melihat hal tersebut, Mamanya Arsen berbisik kepada anak semata wayangnya itu, "Nak, temenin Isha. Kasihan dia pasti sedih"

Arsen menganggukkan kepalanya, kemudian mendekati Isha.

"Isha" panggil Arsen sembari duduk di depan Isha.

Merasa namanya di sebut, Isha segera menoleh ke sumber suara. Melihat ada Arsen di depannya, Isha hanya tersenyum sembari menatap lelaki tersebut.

"Ayo keluar" ajak Arsen. Isha menggelengkan kepalanya.

Melihat penolakan Isha, Arsen segera berdiri sembari menarik tangan Isha untuk keluar dari rumahnya menuju samping rumah Isha.

Di samping rumah Isha terdapat bangku yang cukup di duduki oleh dua orang dewasa. Arsen duduk di bangku tersebut kemudian menarik Isha agar duduk disitu juga.

Keduanya duduk disitu, namun hanya diam saja. Arsen yang memang tidak banyak berbicara, ditambah dengan Isha yang bahkan sejak tadi enggan berbicara membuat keduanya hanya duduk bersampingan tanpa berbicara apapun.

Isha tiba-tiba mengeluarkan isak tangisnya, kalau sejak tadi ia hanya meneteskan air matanya tanpa suara, kali ini ia menangis dengan suara.

Kedua tangan Isha tampak menutup mukanya, kemudian ia menangis dengan kencang. Gadis berumur sepuluh tahun itu bahkan sudah pandai menahan tangisnya dan mengeluarkannya di saat yang tepat.

Arsen seketika menoleh kearah Isha, kemudian mengusap lembut punggung Isha.

"Kita sembunyi, gapapa nangis" ucap Arsen.

Setelah tangisnya mereda, Isha menatap kearah Arsen, "Ayah udah nggak ada, habis ini ibu pasti bakal sibuk terus, abang juga pasti bakal sibuk belajar kayak biasanya sedangkan adekku juga pasti ikut kemanapun ibuku pergi. Nanti, yang nemenin aku siapa? Rumah pasti akan lebih sepi dibanding sebelumnya" celoteh Isha sembari menatap langit sore yang mulai menggelap itu.

"Aku temenin" sahut Arsen.

"Beneran kamu mau temenin aku? Kamu biasanya marah kalau aku ikutin kamu terus"

Arsen menggelengkan kepalanya, "Aku temenin kamu, jangan khawatir"

Isha menghapus sisa air mata yang ada di pipinya, kemudian mengangguk kemudian menghadapkan jari kelingkingnya kepada Arsen.

"Janji akan temenin aku?"

Arsen menganggukkan kepalanya sembari menautkan kelingkingnya ke kelingking Isha.

Siapa sangka, perjanjian dua anak kecil berumursepuluh tahun itu ternyata terus berlanjut hingga mereka beranjak remaja. BaikArsen maupun Isha tidak pernah saling meninggalkan meskipun berulang kaliberantem atas masalah kecil maupun besar. Persahabatan mereka masih terus berjalan.
_________________________________________

Hallo, cek ombak dulu deh.

Yang mulai baca dan penasaran kelanjutannya, ayo komen. Biar aku makin semangat nulisnya.

Kalau suka, jangan lupa vote komen dan follow aku yaa.

Jangan lupa juga rekomendasiin cerita ini biar dibaca juga sama teman kalian.

Thanks semuanya,

Galaxy Sastars ✨

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 92.2K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
2.4M 138K 55
"Kamu ga akan pernah pergi, rumah kamu di sini kamu harus bareng terus sama Bunda" ucap Airin menahan putri bungsunya. "Maaf Bun, Ara pengen cari keb...
102K 8K 34
Bagaimana rasanya jika perasaan kalian hanya di jadikan sebagai bahan taruhan oleh seseorang? Sakit? Sedih? benci? Atau bahkan kalian ingin menampar...
22.4K 1.9K 61
NOTED: Terinspirasi dari kisah nyata. New version! _________________________________________ Luka memang nyata. Namun, mengapa setiap luka yang Zifa...