RAGASEA (END)

By devitnask

6M 725K 319K

SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, t... More

PROLOG
1. BULLYING
2. LAVEGAS
3. FANTASY
4. MEMORIES
5. INHALER
6. DIFFERENT
8. DRESSED
9. PHOBIA
10. RATU VERITAS?
11. LIVE INSTA
12. DRAMA QUEEN
13. STICKY NOTES
14. PROMISE
15. KUROMI KEYCHAIN
16. KOLOR SQUIDY
17. PUTRI PECANDU
18. MALAIKATNYA SEA
19. SENJA & SAMU
20. SAMU SUMON
21. WLC TO THE HELL
22. FIVETY : FIVETY
23. MOTOR MERAH
24. PANTAI SELATAN
25. D-DAY
26. ANTAGONIS
27. KONSEKUENSI
28. PELIK
29. LO SIENTO
30. PARNOAN
31. OLIMPIADE
32. LUKA MANDA
33. PERI KECIL?
34. PASPOR
35. 10-31 MEANING
36. SUGAR DADDY
37. PASSWORD
38. SANDIWARA
39. SQUIDY
40. SI POSESIF
41. SALAH PAHAM
42. BUCIN NYUSAHIN
43. SPAM-SPAM
44. OBAT PENYEMBUH
45. TAPI BOONG
46. PERKARA ABS
47. OVERSINTING
48. LOVE LANGUAGES
49. EGOISME
50. SELESAI, LAUT
51. SI JEALOUS
52. PUTUS SEPIHAK?
53. AGENDA
54. COUPLE STUFF
55. LAMPION
56. MEMORABLE
57. BUKAN ROBOT
58. NIGHTCLUB
59. KEMBANG API
60. SELESAI, GURITA

7. INVIATION

96.9K 11.8K 1K
By devitnask

"Lo ikut ke party-nya Manda besok? Semua anak Rothes diundang." Kelly membuka topik ketika mereka berempat berjalan keluar gedung sekolah.

"Party?" ulang Sea.

Kelly mengeratkan pelukannya pada tas ransel yang selalu melingkar dengan posisi di depan tubuh. "Yay, besok minggu birthday nya Manda."

"Oh, kalian semua dapet undangan?"

"Ho-oh, link invitation nya di-share di grup. Lo ga dapet, 'kah?"

"Sea belom masuk grup utama," info Hyuna yang berjalan sambil memainkan ponselnya.

"Loh, kenapa belom? Masukin lah, Na."

"Adminnya kan Ivy." Hyuna menoleh ke arah Ivy yang berjalan di samping kirinya. "Vy, masukin gih!"

Ivy memijat ponselnya secepat kilat, memasukkan Sea ke dalam grup utama Rothes dengan malas. Setelah itu, ia kembali menyimpan ponsel dan tangannya ke dalam saku hoodie oversized. "Udah."

"Eh iya.. Besok juga birthday lo ya, Se?"

"Hm?" Sea menoleh ke arah Hyuna yang berjalan di sisi kirinya.

"30 September tanggal lahir lo, 'kan?"

"Eh, iyaa. Gue lupa kalau besok sabtu tanggal 30."

Kelly berjalan mendahului ketiga temannya, kemudian berjalan mundur. "Enak dong, kita bisa bikin party dua kali."

"Birthday gue ga pernah dirayain, gue nggak terlalu suka sama tanggal lahir gue."

"Tapi, kenawhy? Lo pernah diare akut waktu itu? Atau wswsws wswsws...,"

Ocehan Kelly bagaikan blubugan ikan di rungu Sea tatkala netranya menangkap sosok Manda yang sedang memasuki mobil bersama sang supir.

Hidupnya benar-benar nyaman dengan kasih sayang melimpah dan kemewahan tiada tara. Sementara Sea hanya mampu menatapnya dari kejauhan ketika Manda menghabiskan waktu bahagianya bersama Mama dan suami barunya.

"Sea, lo ikut kan?" tanya Kelly sekali lagi.

Sea mengalihkan pandangannya menatap Kelly, senyum samarnya mulai terlihat. "Party-nya di rumah Manda?"

"Bingo, tau dari mana?"

"Nebak aja," Sea kembali menatap mobil hitam milik keluarga Manda yang kini melesat keluar dari area sekolah.

Menghadiri pesta ulang tahun di rumah Manda, itu artinya Sea memiliki kesempatan untuk menemui Mama yang selama bertahun-tahun ia rindukan itu.

Sea tersenyum cukup lebar. "Gue ikut."

"Wow, good, good, good!" Kelly menggerakkan dua tangannya seperti pistol.

Gadis mungil itu lantas merangkul Sea dan Hyuna hingga tubuh keduanya membungkuk karena menyamakan tinggi Kelly. "Ayok kita shopping!"

Hyuna menepuk-nepuk tangan Kelly. "Uhuk, lepasin dulu bocil!"

"Gue ga ikut ya," ucap Ivy tiba-tiba, kemudian berlalu pergi begitu saja.

"Ivy, lo mau kemana?!" tanya Kelly setengah berteriak.

"Ngedate!" jawab Ivy tanpa menoleh.

"Nggak asik lo ah, cowok mulu yang diurusin!" Kelly menggerutu. "Untung dua bestfriend gue yang ini masih available, jadi bebas dibawa kemana-mana."

"Gue udah nggak available," sangkal Hyuna. "Kata siapa gue jomblo, cuma lo doang yang ga laku."

"Hish, mau gue timpuk sampai keluar suara susu murni nasional?!"

"Lah emang iyaaa, tahun depan gue tunangan sama Veron."

"Mau ngomong kasar, KASAAAARRRR!"

Sea hanya tertawa melihat interaksi keduanya, persahabatan yang begitu erat, tanpa pujian palsu, dan tanpa senyum dengan niat terselubung.

Rasanya aneh, baru kali ini Sea mendapatkan teman yang benar-benar se-pure itu. Meski sedikit canggung karena belum terlalu lama mengenal mereka, tetapi rasa nyaman itu semakin ada.

"Supir Hyuna udah dateng!" Kelly berlari memasuki mobil Hyuna.

Gadis itu membuka kaca pintu dan mengibaskan tangan di udara. "Buruan naik!"

"Lo udah kayak yang punya aja!"

"Gue nggak ikutan ya," Sea urung memasuki mobil Hyuna, sebenarnya memang sejak awal ia tidak berminat.

"Loh, lo nggak mau beli baju?"

"Gak, gue udah ada baju."

"Yaudah, gue duluan ya!" Kelly melambaikan tangan ketika Hyuna memasuki mobil dan duduk di sampingnya.

Sea tersenyum dan membalas lambaian Kelly, gadis itu berjalan mundur, kemudian berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan.

***

Malam ini, Raga duduk di salah satu ruang private restoran ternama bersama sang Mama. Hanya dentingan garpu dan pisau dengan piring yang mengisi kekosongan mereka, terlalu sunyi.

"Kerjanya," buka Raga lembut, netranya bergerak naik menatap wajah Bita. "Gimana, Mah?"

Sabita mengusap bibirnya menggunakan tissue. "Harusnya Mama yang nanya, sekolah kamu gimana?"

Tidak lembut, tetapi tidak keras juga. Sabita hanya bersikap tegas, seperti biasa.

Raga menelan sisa steak di mulutnya, lantas menjawab, "Baik, Mah. Kayak biasa."

"Bimbel kamu lancar, 'kan?"

Raga mengangguk, hanya mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Cowok itu terus mengamati Sabita yang sepertinya hendak pergi lagi, padahal mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.

"Mah, udah mau pergi?" tanya Raga. Sebenarnya ia sudah tahu jawaban Mama, tetapi ia hanya ingin memastikan, atau setidaknya dapat membuat Mamanya duduk di dekatnya lebih lama lagi.

"Jangan manja," Sabita menenteng tasnya, lalu berdiri dengan gerakan anggun.

"Mah, baru sebentar loh." Raga ikut berdiri menghadap Mamanya. "Raga kangen."

Sabita tersenyum tipis, tangannya bergerak membelai pipi Raga. "Kamu itu anggota keluarga Mama yang paling berharga, jadi kamu harus sempurna melebihi apapun. Paham, 'kan?"

"Mah--"

"Olimpiade bulan depan nanti, kamu harus jadi juara pertama. Cuma itu yang Mama mau," Sabita memegang pundak Raga. "Bisa, 'kan?"

Raga mengusap tangan Mamanya sambil tersenyum simpul. "Iya, Mah."

"Malam ini tutor kamu nginep, jadi kamu bisa belajar sampai subuh."

Raga melebarkan senyumnya, tetapi ujung bibirnya sedikit bergetar. Tujuh belas tahun, selama tujuh belas tahun kehidupan Raga ada di tangan Mama.

"Raga," panggil Sabita.

Raga.. ia benar-benar benci nama itu.

"Mama akan pastikan kamu jadi Raga yang paling sempurna di dunia." Sabita membenarkan posisi jaket kulit Raga yang sebenarnya tidak berubah, ia juga mengusap debu tak kasat mata di bagian dada atas.

"...kayak Papa kamu," sambungnya menatap Raga intens. "Jadi, jangan pernah ngecewain Mama."

"Bisa, 'kan?" tegas Sabita sekali lagi.

Raga hanya membisu, karena pada kenyataannya ia tidak percaya pada dirinya sendiri. Belajar, ah tidak, dituntut sempurna dalam segala aspek terkadang membuatnya merasa sangat tertekan.

"Jawab, Raga!" Sabita meninggikan intonasi bicaranya.

"Iya, Mah. Raga bakalan usahain."

"Usahain?! Kamu ragu sama diri kamu sendiri?!" Ada amarah terselip di setiap nada yang Sabita keluarkan, Raga sadar akan itu.

Karenanya, Raga berusaha membusungkan dadanya percaya diri di depan sang Mama. "Raga bakalan raih juara pertama, Raga janji."

Sabita mengangguk. "Pria sejati harus selalu menepati janjinya."

"Raga nggak akan bikin Mama kecewa."

"Mama pegang janji kamu."

Sabita berlalu pergi bersama sekretarisnya, langkah wanita bersetelan satin hitam itu begitu tergesa-gesa, bahkan untuk menoleh menatap Raga saja tak ia lakukan. Sedingin itu.

Sementara Raga, cowok itu masih bergeming di tempatnya berdiri, menatap punggung Sabita hingga ia benar-benar tenggelam di balik dinding restoran.

Raga menghela napas pelan, mencoba memaklumi ambisi Mamanya yang begitu melejit. Wajar saja, semenjak Papanya meninggal, Mama harus mengurus PNeVille dan Raga yang saat itu masih kecil.

Raga tahu, sangat tahu jika perjuangan Mama mempertahankan Perusahaan Farmasi Terbesar se Asia itu tidaklah mudah. Ia tidak pernah memiliki waktu di rumah, sangat jarang mengobrol dengan putra sematawayangnya, dan terus mengejar kesibukannya sendiri.

Tetapi, Raga juga ingin seperti orang lain. Mengobrol tanpa tekanan akan peringkat, bertemu kapan saja saat ia merindukannya, dan makan bersama di rumah seperti keluarga lain.

Namun, semua itu hanyalah angan-angan belaka. Selama lima tahun ke belakang, frekuensi Mama makan di rumah bersamanya hanya sebanyak tiga kali. Itu pun hanya sesaat.

Sejak kecil, Raga tidak tahu bagaimana hangatnya keluarga, bagaimana nyamannya rumah, dan bagaimana rasanya hidup tanpa tekanan yang terus mendesaknya untuk sempurna.

Meski terlihat keras dari luar, sebenarnya ia rapuh secara perlahan. Meski sikapnya brutal dan arogan, sebenarnya Raga hanya ingin melindungi diri sendiri.

Karena menjadi sempurna, itu artinya ia harus menjadi berani dan disegani oleh semua orang.

"Raga nggak akan ngecewain Mama," gumam Raga. "Raga bakalan turuti semua kemauan Mama, dan setelah itu Raga bakalan pergi."

Balas dendam terbaik adalah, membuatnya sangat bahagia, lalu menghancurkan kebahagiaan itu dalam waktu yang bersamaan.

TBC.

Eh, Raga mau kemana?

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Ada yang nunggu next?

Share cerita ini ke temen-temen/ sosmed kalau kalian suka dan layak dibaca ya.

Jangan lupa follow akunku, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Boo

Continue Reading

You'll Also Like

SKALA By Hanum

Teen Fiction

11.7M 1.3M 58
Sudah terbit, tersedia di Gramedia dan toko buku online. Part lengkap (proses revisi) _______________ Gimana rasanya menjadi kekasih seorang berandal...
11.5K 1.7K 24
(SLOW UPDATE) Seorang gadis cantik yang selalu terlihat jutek dan jarang berbicara dengan orang asing, tidak pernah menduga bahwa kehidupan nya akan...
GENZIA [END] By Sg

Teen Fiction

70.3K 667 5
❝Bahagia, satu kata sederhana namun sangat sulit Kenzia rasakan.❞ ***** Katanya, kodrat seorang perempuan itu di kejar bukan mengejar. Lalu bagaimana...
33.3K 994 11
Airlangga Darmawangsa. Kapten basket yang menjadi murid tervaforit karena frestasinya dalam olahraga basket juga sifatnya yang friendly dan murah sen...