Unmarried Dad |YiZhan| END

Da YYNaZa

211K 21.3K 1.8K

(Tamat) Mpreg, YiZhan short story. Ketika dua anak kembar bertemu pertama kalinya Vian Xiao dan Helen Wang. D... Altro

First
second
Third
Fourth
Fifth
Sixth
Seventh
Eighth
Ninth
Tenth
Eleventh
thirteenth
Fourteenth
Fifteenth
Sixteenth
Seventeenth
Eighteenth
Nineteenth
The End
Extra
Epilog

twelfth

8.5K 968 54
Da YYNaZa

Helen

Sang kakak tidak peka.
Helen langsung saja bertanya pada daddy nya "Daddy, apa yang terjadi? Kenapa wajah daddy seperti itu?" Tanyanya.

Di seberang meja Xiao Zhan juga memikirkan hal yang sama dengan putrinya.
Apa yang terjadi pada Yibo, dia terlihat begitu kelelahan. Padahal semalam baik-baik saja.
Mungkinkah dia mencari ponselnya hingga larut malam.

"Daddy, aku ingin duduk disitu!" Kata Vian bertukar tempat.

"Mn" Yibo hanya bergumam dan segera memberi apa yang anaknya minta.

"Yibo, apa kau sakit?" Tanya Xiao Zhan yang kini duduk di sampingnya.

"Tidak, hanya sedikit lelah." Jawabnya.

"Kalau begitu tidak perlu mengantar kami. Kami bisa pergi dengan sopir mu!" Ujar Xiao Zhan.

"Baiklah" Jawab Wang Yibo lalu kembali melamun namun kedua matanya fokus pada tempat duduk Xiao Zhan.

Helen Wang yang sangat teliti dalam setiap kejadian, sekecil apapun itu. Dia menyadari tatapan Daddynya kemana.
Helen berdiri dari duduknya lalu mengikuti kemana arah pandangan Yibo.
"Daddy, apa bagusnya menatap Pepe Mommy?" Tanyanya polos.

Pepe/ bagian private dari seseorang. Itu dalam bahasa anak kecil.

"Pffff" susu dari mulut Xiao Zhan menyembur keluar.

Xiao Zhan dan kedua anaknya memang selalu minum susu hangat ketika sarapan. Berbeda dengan Wang Yibo, dia suka kopi.

Mendengar apa yang di katakan putrinya membuat Yibo kembali pada kesadaran. Wang Yibo segera mengalihkan pandangannya dan segera membenahi duduknya.
"Bukan, Daddy hanya menatap tempat duduknya saja." Jawab Yibo kikuk.

"Oh maaf, mommy tidak sengaja!" Kata Xiao Zhan membasuh wajah Vian dengan tissue basah.
Vian yang duduk di depan Xiao Zhan, kena semburan susu dari mulut ibunya sendiri.

"......." Vian cemberut, ia sudah rapi namun harus berganti pakaian lagi.

Xiao Zhan buru-buru ke lantai dua mengambil seragam lain untuk Vian dan segera mengganti pakaian anaknya.

Beberapa saat kemudian. Xiao Zhan dan kedua bocah itu berangkat lebih dulu. Meninggalkan Wang Yibo seorang diri di meja makan.

Wang Yibo memperhatikan ketiga orang itu dari belakang. Dia menyadari, jika dirinya seperti seorang ayah dari tiga pelajar itu.

.

.

.

Di tempat lain.

Nyonya Wang sudah mengantongi beberapa informasi tentang Xiao Zhan.

Dia tau, Xiao Zhan adalah ibu Helen dan memiliki anak kembar.
Itu artinya dia punya sepasang cucu.

Walaupun demikian, dia masih tetap was-was terhadap identitas Xiao Zhan yang belum ada kejelasan.

Sebab nyonya Wang sudah mendalami tentang Xiao Zhan selama beberapa hari terakhir. Nyonya Wang menemukan ke anehan dalam identitasnya. Sebab Xiao Zhan di besarkan di panti asuhan namun tidak termasuk dalam data, sebagai anak yatim atau anak terlantar.

Hal ini membuat nyonya Wang bingung.
Tapi ada beberapa petunjuk, mengatakan bahwa identitas Xiao Zhan sangat di rahasiakan.

Salah satu dari orang nyonya Wang mendapat informasi. Jika adanya seorang wanita atau istri konglomerat yang berperan banyak dalam pertumbuhan Xiao Zhan. Namun istri konglomerat itu tidak pernah menunjukkan perhatiannya Secara langsung.

Nyonya Wang termasuk wanita cerdas.
Seolah ia dapat mencium komplit keluarga, yang melibatkan anak yang di rahasiakan.
"Mungkin anak selingkuhan?"

Nyonya Wang pagi ini sempat menghubungi kontak yang ia dapat, tentang istri konglomerat tersebut.

Namun bukan sambutan baik yang ia dapat melainkan sikap dingin.
Tapi setelah nyonya Wang menyebutkan nama Xiao Zhan, wanita dari seberang telepon itu akhirnya mengalah dan bersedia menemui nyonya Wang.

Pertemuan dua wanita itu akhirnya terjadi di sebuah restoran private.

Nyonya Wang tiba lebih dulu dan menunggu sekitar 15 menit.

Dari beberapa meter ia dapat melihat seorang wanita yang begitu akrab baginya berjalan ke arahnya.
Benar saja wanita itu duduk di hadapan nya.
Nyonya Zhong hendak menyapa orang yang ia temui. Namun ia membatu, ketika menyadari siapa yang duduk manis di seberang meja.

Setelah 30 tahun lebih.
Kedua bestie yang terpisah dalam hal yang memilukan, kini kembali di pertemukan.

Keduanya diam seribu bahasa.
Tanpa suara dari mulut, seolah mereka bisa komunikasi dari hati kehati, hanya dengan melalui mata

Seorang pelayan datang menawarkan, apakah mereka ingin minum sesuatu.
Kedua memesan minuman mereka masing-masing.

Setelah minuman habis. Tanpa mengatakan sepatah katapun. Mereka berpisah.

Di depan restoran mereka berpisah begitu saja. Sama seperti perpisahan waktu itu.

Nyonya Wang ke kiri, nyonya Zhong ke kanan.
Keduanya tidak menoleh lagi. Tapi tidak bisa di pungkiri, beberapa tetesan air mata itu lolos dari pipi yang mulai keriput.

Ada kesedihan mendalam yang di rasakan kedua wanita paruh baya itu.
Namun mereka tidak mengungkap apapun yang mereka rasakan.

.
.
.

"Kapan kalian menikah?" Tanya nyonya Wang mendatangi kantor putranya.

"Hah?"

"Kapan kalian akan menikah?" Ulang nyonya Wang.

"Xiao Zhan belum menerimaku. Dia menolak!" Ujar Yibo.

"Paksa!" Kata nyonya Wang santai.

"Ibu, kau pikir menikah itu bisa di paksakan." Bentaknya pada sang ibu.

"Bisa." Lagi-lagi nyonya Wang santai.

"Ibu, Kurasa kau perlu minum obat. Ibu pasti minum obat yang salah. Sakit perut, minumnya obat sakit kepala, jadinya seperti ini." Ujar Yibo kesal.

Nyonya Wang di depan putranya sembari mengetuk-ngetuk meja.
"Apa sajalah kata mu Yibo. Sekarang ibu hanya ingin punya mantu."

Wang Yibo membenahi duduknya, sedikit melonggarkan dasi "........." Walaupun tidak bersuara tapi dalam hati Yibo penuh tanda tanya.

"Aku dan ayahmu akan mengunjungi kediaman kalian akhir pekan ini!" Ujar nyonya Wang.

Yibo segera menimpali
"Tidak perlu. Biar kami yang mengunjungi ibu dan ayah." Ujarnya khawatir.

Jika ibunya datang ke rumah Yibo. Bukan sesuatu yang mustahil jika ibunya memeriksa keadaan rumah.
Bisa jadi ibunya meminta mereka tinggal dalam satu kamar. Maksudnya adalah Yibo dan Xiao Zhan.

"Baiklah jika itu maumu. Tapi harus menginap setidaknya satu malam!" Ujar nyonya Wang.

"Tentu saja ibu" Wang Yibo memaklumi. Mungkin ibunya ingin mengenal Vian, cucu laki-laki yang tidak pernah ia temui Secara langsung. Hanya dia lihat dari jauh seperti penguntit.

.

.

.

Sore itu Yibo menjemput Xiao Zhan.
Yibo pikir kedua anaknya sudah berada di rumah, karena ia sempat meminta sopir menjemput mereka. Rupanya masih saja mengikuti kemana Mommy mereka.

Di koridor Xiao Zhan sedang sibuk mendalami tulisan yang ada di beberapa kertas.

Kedua mata fokus pada kertas putih itu.
Tak lupa kedua ekornya mengikuti pergerakan Xiao Zhan.

Yibo yang melihat, dia segera maju beberapa langkah "Xiao Zhan, apa kau begitu sibuk?" Tanyanya.

Xiao Zhan mengangkat wajahnya "kenapa kau disini?" Tanyanya.

"Menjemput mu."

"Tapi kenapa harus menjemput ku? Lihat banyak mata yang selalu melihat mu!" Sesal Xiao Zhan.
Entah mengapa Xiao Zhan tidak suka, melihat Yibo selalu jadi perhatian ketika tiba di kampusnya.

Xiao Zhan segera menarik tangan ayah dari kedua anaknya, dia berjalan begitu cepat.
Meninggalkan dua bocah yang mengejar mereka.

"Daddy, Mommy!" Panggil Helen dengan tas sekolah di punggung serta tas kecil di tangan. Tas kecil di tangannya dia gunakan untuk bekal.

Xiao Zhan menoleh "jalan lebih cepat sedikit sayang!" Ujar Xiao Zhan.

"Tapi kakiku!" Keluh Helen.

Xiao Zhan tanpa membuang waktu. Dia segera kembali dan mengambil Helen dalam gendongannya.
Tentu terasa berat. Tubuh Helen bulat karena makan banyak serta barang bawaannya.
Sedangkan Vian dia memang kurus dan banyak diam.

Yibo membuka pintu mobil, ketika Helen dan Vian duduk ia segera membantu memasang sabuk pengaman.

"Terima kasih Dad!" Ucap Vian.

"Sama-sama sayang"

Keluarga bahagia itu akhirnya meninggalkan wilayah dimana Xiao Zhan mengenyam pendidikan.

.

.

.

Tiba di rumah.

"Mereka tertidur!" Ujar Xiao Zhan.
Ketika hendak membuka pintu, dia menoleh dimana anak-anaknya duduk.
Pantas saja tidak ada suara, rupanya mereka molor.

"Biar aku yang membawa mereka ke dalam!" Ucap Yibo.

Xiao Zhan mengambil tas Vian dan Helen.
Melihat tangan Yibo sudah ada Helen, Yibo kembali mengambil tubuh kecil Vian. Walaupun terlihat kesulitan karena pintu mobil.
"Biar aku saja yang membawa vian!" Kata Xiao Zhan ingin berbagi beban, niat hati ingin mengambil Vian.
Tapi dengan lengannya yang kuat. Yibo bisa membawa kedua anaknya.

Xiao Zhan hanya bisa mengikuti ketiga orang itu di hadapan nya.

Xiao Zhan membantu Yibo ketika hendak membaringkan Helen di sofa.
"Hati-hati" ujar Xiao Zhan.

Setelah Helen di sofa, Yibo kembali membaringkan Vian di sofa lain.
Wang Yibo segera membatu kedua bocah itu melepas sepatu.

"Terima kasih!" Kata Xiao Zhan yang berdiri di belakang Yibo.

Wang Yibo menoleh "terima kasih buat apa?" Tanyanya.

"Ya terima kasih" kata Xiao Zhan menuju lantai dua.

Wang Yibo mengikuti "Zhan kita perlu bicara!" Ujarnya.

Tiba di lantai dua.
"Bicara saja. Aku akan mendengar" kata Xiao Zhan, mulai melembut. Tidak seperti biasanya yang selalu acu.

"Aku ingin mengajakmu ke rumah orang tuaku. Akhir pekan ini!"

Xiao Zhan terdiam mendengarnya.
Beberapa saat kemudian dia akhirnya berucap "baiklah."

Tiga hari kemudian.

Keluarga Wang Yibo tiba di kediaman nyonya Wang.

"My baby!" Ujar nyonya Wang membuka tangan mengisyaratkan agar cucunya memberi pelukan.

Seperti biasa Helen menghambur diri dalam pelukan sang nenek.

"Nenek, Kakek!" Sapa Helen.

Vian tidak berkutik. Dia hanya diam dalam genggaman Yibo, Xiao Zhan berdiri di belakang.

Nyonya Wang menatap haru pada bocah laki-laki yang berwajah dingin.

"Ibu, Ayah!" Sapa Yibo menggenggam tangan Xiao Zhan dan Vian.

"Halo Nyonya, halo Tuan!" Sapa Xiao Zhan.

Deg.....

Nyonya Wang merasa kecewa, bagaimana Xiao Zhan memanggilnya seperti pelayan yang kerja di rumahnya.

"Nyonya, Tuan" sapa Vian membungkuk, memberi salah.

Wajah kedua orang tua Yibo berubah seketika.

Bagaimana Vian menyapa, Ibarat orang lain.

"Gege, ini Kakek dan nenek!" Kata Helen menarik kakaknya dari tangan Yibo.

"....."

Apa yang di katakan Helen membuat tuan Wang merasa lega.
"Halo, siapa namamu?" Tanya Tuan Wang.

"Vian Xiao" jawab Vian tertunduk.

"Vian Wang kakek" kata Helen sambil memainkan tangan kiri Vian.

"Tentu saja kakek tau. Xiao atau Wang sama saja, tidak masalah." Ujar Ayah Yibo.

Disisi lain nyonya Wang menatap terluka pada pria manis yang di gandeng anaknya.

"Hidupmu pasti sangat berat bukan?" Tanyanya pada Xiao Zhan.

"Tidak.  aku baik-baik saja" jawab Xiao Zhan.

"Aku tau kau akan menjawab seperti itu!" Ujar nyonya Wang, lalu memeluk Xiao Zhan.
Bukan tanpa alasan, kenapa ia sedih.
Karena nyonya Wang tahu, hidup Xiao Zhan penuh dengan misteri, lahir hingga tumbuh tetap di rahasiakan.
Mengingat kakak Xiao Zhan meninggal dunia, walaupun kabarnya Karena sakit. Tapi tetap saja kematiannya tidak wajar.

Apalagi tekanan dalam keluarga Zhong.
Pertikaian antara saudara demi harta.

beberapa hari terakhir, nyonya Wang habiskan untuk mengorek keluarga sahabat. Walaupun hubungan mereka tak seperti dulu lagi.
Ketika masa kuliah. Nyonya Wang dan nyonya Zhong sepasang sahabat yang tak terpisahkan. Hingga musibah datang membuat mereka terpisah. Karena ibu Yibo deportasi dari negara.
Banyak orang yang menganggap jika mereka adalah pasangan, tapi sejatinya bukan. Melainkan sebuah persahabatan yang murni.

Melihat wajah sedih ibunya.
Yibo tidak tahu apa yang salah.

Continua a leggere

Ti piacerà anche

526K 5.7K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
296K 30.4K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
84.9K 7.9K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...