RAGASEA (END)

By devitnask

5.8M 465K 160K

SUDAH TERBIT & TERSEDIA DI GRAMEDIA/ TOKO BUKU ONLINE TERPERCAYA Bagaimana jika ia yang selalu menyakitimu, t... More

PROLOG
2. LAVEGAS
3. FANTASY
4. MEMORIES
5. INHALER
6. DIFFERENT
7. INVIATION
8. DRESSED
9. PHOBIA
10. RATU VERITAS?
11. LIVE INSTA
12. DRAMA QUEEN
13. STICKY NOTES
14. PROMISE
15. KUROMI KEYCHAIN
16. KOLOR SQUIDY
17. PUTRI PECANDU
18. MALAIKATNYA SEA
19. SENJA & SAMU
20. SAMU SUMON
21. WLC TO THE HELL
22. FIVETY : FIVETY
23. MOTOR MERAH
24. PANTAI SELATAN
25. D-DAY
26. ANTAGONIS
27. KONSEKUENSI
28. PELIK
29. LO SIENTO
30. PARNOAN
31. OLIMPIADE
32. LUKA MANDA
33. PERI KECIL?
34. PASPOR
35. 10-31 MEANING
36. SUGAR DADDY
37. PASSWORD

1. BULLYING

256K 18.4K 1.9K
By devitnask

Prang!

Sebuah piring stainless terlempar ke lantai dan bergeser sejauh tiga puluh centimeter dari tempatnya mendarat.

Percikan kuahnya berhasil mengotori rok seragam seorang gadis yang kini terduduk di ujung kafetaria.

Lebih tepatnya, di depan cowok berambut chestnut pekat dengan posisi kedua tangan lurus menumpu tubuhnya yang berkeringat.

Napas gadis itu sedikit terenggah, ia teguk salivanya perlahan sambil berusaha menguatkan diri sendiri.

"Gila, nggak ada capek capeknya tuh anak cari masalah sama Raga."

"Emang masalahnya apaan?"

"Gatau juga gue, gara-gara Manda kali."

"Bau bau bakalan ada yang keluar dari Rothes lagi ya, Sister."

Bola matanya bergerak ke kanan, pekikan beberapa anak Rothes yang menyaksikan kejadian siang ini semakin menggebu, memekakan rungu gadis pemilik nama lengkap Jesslyna Sea Pranadipa itu.

Cowok di depan Sea mulai membuka kaleng minuman yang baru keluar dari freezer, smirk evil itu kian terukir di wajahnya.

Tepat sebelum Sea berhasil mendongakkan wajahnya, cairan dingin berwarna coklat kehitaman mulai membasahi kepalanya.

Sea tidak berkutik. Gadis itu hanya menunduk sambil mengepalkan tangan, mencengkram rok rempel motif merahnya hingga kusut berantakan.

Perih di pipinya semakin terasa ketika luka sepanjang tiga centimeter itu mulai basah oleh air kopi, Sea hanya sedikit menggeser kepalanya untuk melindungi luka di pipi kirinya.

Cairan itu terus mengalir membasahi kepala Sea hingga tiga tetes terakhir, lantas Sea pun memberanikan diri mendongak menatap wajah tegas Raga.

Dia, Raga. Raga Rajendra Alvarez, Ketua Lavegas yang merupakan geng motor terhits seantero SMA Rothy. Orang-orang menjulukinya sebagai Dewa Iblis. Mungkin, karena ia kejam? Atau, karena ia arogan dan cukup brutal?

Entahlah, Sea sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang orang-orang sukai dari sosok Raga. Meski semua kepribadiannya jauh dari kata baik, namun ia mampu disegani oleh semua orang.

Raga, dihormati. Mungkin, karena ia peraih peringkat satu paralel selama empat examen berturut-turut? Atau, mungkin juga karena auranya kuat dan memiliki jiwa kepemimpinan yang tegas?

Ah, sebenarnya Sea sendiri tidak peduli! Berurusan dengan Raga adalah hal yang seharusnya ia hindari, tetapi ... ia gagal.

Netra bulat Sea mengerjap samar, ia tatap manik amber Raga dalam-dalam. "Cupu lo, beraninya sama cewek."

Brak! Klontang! Klontang!

"LO?!" Raga membelalakkan matanya kesal saat menangkap ekspresi tak kenal takut di wajah Sea, selalu saja seperti itu. Raga memiringkan kepalanya, lantas berjongkok di hadapan Sea.

Bugh! Bogem mentah itu berhasil mendarat di dinding samping telinga Sea, membuat gadis itu terkejut dan refleks memejamkan matanya.

"Dengerin gue," Tangan Raga masih menumpu pada dinding, sementara wajahnya mendekati kepala Sea yang berpaling.

"Sekali lagi gue denger lo gangguin Manda, lo bakalan habis di tangan gue!" ancam Raga terlihat sangat serius.

Sea memutar kepalanya, memberanikan diri menatap wajah bringas Raga. "Lo percaya? Lo cuma denger dari omongan orang lain, tapi nggak liat dari mata kepala lo sendiri--"

"Gue nggak trima protes lo, bitch!" sela Raga dengan intonasi tinggi.

"Ch, bulol!" Jari telunjuk Sea mengetuk pelipis Raga dua kali. "Semua omongan dia, lo rekam di sini tanpa lo cerna dulu--"

Raga menahan tangan Sea agar berhenti menyentuh pelipisnya, cowok itu menatap Sea lebih tajam lagi. Sea tersenyum miring, merasa lawannya sedikit terintimidasi.

"Bener ya, kalau cinta itu buta. Lo sampai nggak bisa bedain mana yang bener, sama mana yang salah. Manda kasih lo apa sampai bikin lo sebucin ini?"

"Putri Pecandu!" panggil Raga yang sontak membuat netra Sea melebar.

Raga mendekatkan bibirnya ke telinga Sea. "Lo bakalan habis sama anak-anak lain setelah gue kasih tau siapa lo sebenarnya, mau?"

Ekspresi Sea langsung berubah seratus delapan puluh derajat, seluruh tubuhnya melemas hingga nyaris ambruk di tempat.

Raga tersenyum puas setelah melihat ekspresi cemas di wajah Sea, tangan kanannya bergerak mengusap pipi Sea yang berdarah. "Jadi, jaga sikap lo!"

Raga membenarkan posisi jas almamater Sea yang sedikit menurun, lantas mengencangkan dasi gadis itu.

"Cuma butuh waktu sampai rahasia lo gue bongkar." Raga berdiri, kemudian pergi dari kafetaria.

Detik itu juga, tubuh Sea ambruk karena terlalu terkejut dengan bisikan Raga. Beruntungnya, seseorang berhasil memegang lengannya sehingga ia tidak terkapar di lantai.

"Pake!" kata Dean di tengah keributan anak-anak Rothes.

Cowok berjaket kulit hitam itu menyodorkan bandaids stitch ke arah Sea, sementara Sea justru menyentakkan lengannya dan mulai bangkit dari lantai.

"Gue ga butuh," tolak Sea singkat.

"Kayaknya butuh," imbuh Dean sembari menyentuh ujung luka di pipi Sea menggunakan jari telunjuk.

"Aw! SAKIT!" pekik Sea melotot seraya melindungi pipinya. "Mau gue pukul dada lo sampai bunyi intro Netflix?!"

Dean tersenyum tipis, lalu memberikan bandaids tadi secara paksa, terlalu singkat dan cepat sehingga Sea tidak memiliki waktu untuk menolaknya lagi.

"Dumb!" gumam Dean menatap Sea sekilas, kemudian berlalu pergi mengikuti jejak teman-temannya.

Dia, Dean Nata Lakeswara. Mungkin merupakan populasi cowok paling langka di Lavegas? Kepribadiannya cukup dingin, sikapnya terlalu tenang, dan minim ekspresi.

Ah satu lagi, kalimat yang keluar dari bibirnya tidak pernah menyentuh angka lebih dari tiga. Mungkin dikutuk sama para leluhurnya? Atau, salah urat kali.

"Sh, ngerepotin lo! Mending pindah sekolah lagi! Harusnya nggak usah terima murid beasiswa, ngotorin sekolah aja!" Kali ini, Melvin yang bersuara.

Cowok bertubuh tegap nan tinggi itu memasukkan kedua tangannya ke saku, lalu ikut menyusul Raga bersama Veron dan Oza usai melempar tatapan sengit pada Sea.

Detik kemudian, seseorang menepuk pundak Sea singkat. "Yang sabar ya, Sea."

Cowok berambut comma yang satu ini namanya, Zayden. Panggilan sayangnya, Jay. Karakter cowok yang nggak bisa serius, selalu main-main sama semua hal, kecuali satu, Hyuna, crush Jay sejak masa putih biru.

Jay kembali memasukkan permen sunduk berwarna merah ke dalam mulutnya, kemudian bergegas menyusul komplotannya.

"Meng, tungguin gue." Jay berlari mendekati Melvin, ia segera melompat dan merangkul leher Melvin akrab.

Kepalan tangan Sea pada bandaids pemberian Dean itu semakin dipererat, manik coklatnya terus menatap keenam anggota inti Lavegas hingga tenggelam di balik dinding kaca kafetaria.

Sea memejamkan matanya sejenak, kesabarannya terhadap sikap Raga semakin menipis.

"HAAAH!" jerit Sea mengacak rambut coklatnya muak.

Beberapa saat kemudian, tiga gadis lain bergegas mendekati Sea dan mengecek kondisi gadis dengan rambut messy itu.

"Lo gapapa, Sea?" pekik Kelly heboh.

"Apa lo?!" sengak Sea dengan wajah tertekuk kesal.

"Buset galak bener."

"Mana aja yang sakit?" tanya Hyuna panik, tetapi masih terlihat tenang dan anggun.

"Diapain aja lo sama Raga?" Ivy ikut bertanya. Berbeda dengan teman-temannya yang membantu Sea, Ivy justru sibuk bermain ponsel.

"Hah, pipi lo berdarah, SEA!" Kelly menutup bibirnya. "Ottokhe?"

"Duduk dulu! Duduk dulu!" pinta Hyuna menarik salah satu kursi dan menuntun Sea untuk duduk.

Gadis itu bergegas mengambil tissue dan mengeringkan kepala Sea dengan gerakan cepat. Hyuna juga mulai membersihkan luka Sea dan melekatkan bandaids pemberian Dean ke pipi Sea.

"Aw, ish, pelan."

"Jangan gerak makanya."

"Mereka tu pada kenapa loh? Sea dibully bukannya dibantu malah ngefoto sama videoin doang. Ga guna banget jadi orang!" cerocos Kelly sedikit kesal.

"Kalian juga sama aja!" Sea semakin terbawa suasana.

"Maafin gue, Sea. Gue bukannya nggak mau bantuin, tapi Raga kalo kumat nyeremin banget tadi. Gue, Ivy, sama Hyuna mau ngedeket aja takut banget loch."

"Serah!"

"Lo marah ya?"

"Ya gimana, lo liat temen lo sendiri dibully sama anak-anak Lavegas, tapi malah kabur bareng Ivy sama Hyuna."

Hyuna, gadis dengan barang branded memenuhi seluruh tubuhnya itu memegang tangan Sea. "Raga kalo udah ngamok tuh serem banget, anak Rothes mana ada yang berani ngelawan? Jay sama Veron aja nggak berani. Cuma Oza yang sabar banget ngadepin tu iblis."

"Bomat."

"Jangan ngambek dong, Sea," rayu Kelly. "Kita semua minta maaf. Lagian, kalau kita ngelawan Raga, yang ada malah bullynya nambah parah."

"Iya tapi ga gini juga kalik, begitu Raga dateng langsung pada kabur."

"Mianhae, mian!" rengek Kelly dengan logat Korea seraya merapikan rambut Sea. "Nanti pulang sekolah gue traktir dunkin donut gimana?"

Sea, Hyuna, dan Ivy sama-sama mendengus. "Aih, donat lagi, donat lagiii."

"Ah ayolaah, donat enak kok."

"Iya, tapi tengahnya ga enak."

"Enak kok, cobain dulu."

"Donat tengahnya bolong, Jamal!" Ivy menimpuk kepala belakang Kelly.

"Shibal, hobi banget nampolin pala orang, awas lo kena azab kubur!"

Ivy, gadis dengan jaket oversized itu hanya menjulurkan lidahnya sebagai respon atas keluhan Kelly.

"Lagian enggak bolong semua ish, ntar gue isi pake strawberry kalo ada yang bolong."

"Ke sbux aja, gue yang traktir." Hyuna menengahi pertikaian yang nyaris terjadi antara Kelly dan Ivy.

"YUHUU!" kompak Kelly dan Sea serempak, mereka langsung bertos ria sambil memekik girang.

Sea nyaris ingin mengajak Ivy bertos ria, tetapi ia urung setelah melihat wajah Ivy yang sedikit tidak ramah. Akhirnya Sea pun menurunkan tangannya.

"Hyuna debes emang!" Kelly mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.

"Btw, tadi Raga bisikin apa sampai lo gemeteran gitu?" Ivy menyimpan ponselnya ke dalam saku rok merah kehitaman khas Anak Rothes.

"Hm?" Sea mengusap telinganya, lalu menggeleng pelan. "Ga ada."

"Ada ya, gue liat."

"Perasaan lo aja kali, hahaa-aw, shh." Sea mengusap pipinya yang terasa sakit, kemudian berbalik dan pergi secara diam-diam.

"Heh, Sea!" panggil Hyuna.

Sea menoleh ke belakang, namun secara kilat ia kembali menghadap ke depan dan mempercepat langkahnya.

"Sea kenawhy?" tanya Kelly mengerutkan keningnya.

Hyuna mengedikkan bahu, lantas mengejar Sea diikuti Kelly dan Ivy. "Sea!"

"Sea!" Keempat gadis itu malah berakhir dengan kejar-kejaran hingga memasuki kelas XII A-3.

TBC.

Jangan lupa follow akunku, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

Ss bagian yang paling kamu suka, dan jangan lupa tag aku di instagram ya @devitnask

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
ILYSM Boo

Continue Reading

You'll Also Like

GENZIA [END] By Sg

Teen Fiction

70K 666 5
❝Bahagia, satu kata sederhana namun sangat sulit Kenzia rasakan.❞ ***** Katanya, kodrat seorang perempuan itu di kejar bukan mengejar. Lalu bagaimana...
Aldara By forkywoody

Teen Fiction

7.9M 33.2K 3
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] (Karakter, tempat dan insiden dalam cerita ini adalah fiksi) Hidup seorang remaja laki-laki yang menjabat sebagai Ketua Gale...
944K 43.5K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
59.6K 5.2K 68
Someone said : "everything will change, just a matter of time" Kalian percaya dengan kalimat itu? "Semuanya akan berubah, hanya tinggal menungg...