The Village : Secrets Of Past...

بواسطة DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... المزيد

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 58

47 16 96
بواسطة DellaNopyta

Cetar cambuk menggema. Masih pula penjaga desa ini tak melepaskan target. Semacam tidak sama sekali mendengar, atau bahkan berpura-pura tidaklah memahami maksud dari cetar barusan adalah suatu gertakan tuk melepaskan. Oleh karenanya, cetar berikutnya pun dilakukan secara lebih keras lagi, membelit leher sembari ditarik segera oleh Ji Yu yang geram.

"Sekarang ... Tang Yuan!"

Kala Tang Yuan sendiri sibuk meraup udara sebanyak mungkin, tak jarang pula terbatuk-batuk sembari membangunkan tubuh tergeletaknya. Mendapati bagaimana penjaga desa ini berjuang semampu yang ia bisa, mencoba melepaskan diri dari tahanan Ji Yu yang tak membiarkan ia bangun dari posisi bertekuk lutut seraya lilitan cambuk tak dibiarkan sama sekali mengendur.

Namun, apa yang terjadi pada hutan bambu ini? Getaran pada permukaan tanah terasa, angin ribut meramaikan hutan bahkan menghadirkan gemuruh yang sukses membubarkan sejumlah burung-burung berterbangan bubar, menjauh bahkan memekik seakan memberitahukan akan suatu kabar buruk dari balik paruh mereka itu. Yang mana tak sampai di situ saja, guncangan semacam gempa pun turut serta kemudian.

"Kita tidak punya waktu, cepatlah!"

Pun Tang Yuan bergegas menghadapkan belati es mata iblis lurus pada penjaga desa, batu permata merah sontak saja menyala dalam pendaran yang kian dan kian menerang. Menyinari sang penjaga desa yang masihlah berjuang melepaskan diri dari tahanan Ji Yu, terlihat sudah bagaimana cahaya kemerahan dari sekujur tubuh tertarik keluar untuk kemudian terhisap, tersedot ke dalam belati ... penjaga desa pun serta merta tak lagi berkutik, melainkan mengerang sudah.

Meskipun begitu, tak juga Ji Yu mengendurkan apalagi melepaskan lilitan cambuk sang penjaga desa ini. Memastikan seutuhnya jikalau proses penarikan sejumlah energi ini sukses dan selesai sampai titik akhir. Kala bertepatan dengan itu pula, alam dunia ilusi ini semakin bertindak liar nan aneh. Semacam marah, semacam siap menghancurkan mereka semua yang masihlah berada di sini. Bahkan gemuruh yang terdengar kian menguat, parahnya lagi tak tahu berasal dari mana. Yang jelas bukan dari langit menggelap tanpa bintang di atas sana, melainkan mungkin akan lebih tepat jikalau gemuruh berasal dari .... Reruntuhan dataran tinggi dalam dunia ilusi ini.

DEG!

Serta merta Ji Yu kembali memfokuskan diri dalam proses penarikan energi sang penjaga desa yang masihlah belum usai. Menandakan kalau energi jahat yang tertampung, ataupun dimiliki cukuplah besar sampai membutuhkan waktu seperti ini. Tak mengherankan jikalau penjaga desa mampulah sekuat itu, bahkan tak menua ataupun merasakan letih tiap kali pertarungan berlangsung. Lantas sekiranya, seberapa besar kekuatan A'Gui? Selaku sebagai pemimpin dari penjaga desa.

"Aku melihatnya, Ji Yu."

Tersadarkan sudah Ji Yu dari dunia pikirannya, mencoba melihat ke arah di mana Tang Yuan melihat. Namun tetap saja, tak menemukan apa pun yang mencurigakan, apalagi berupa titik cahaya putih yang dimaksudkan Tang Yuan. Lagian Pak Tua sudah mengatakan sebelumnya, kalau hanya sesama penjaga desa saja yang mampu melihat, bukan? Dan Ji Yu kembali mengalihkan pandangan pada Tang Yuan yang berpeluh. "Cepatlah, kurasa dunia ilusi ini akan segera runtuh," ucapnya kemudian, napas memburu, suara memberat di setiap tarikan yang mempertahankan lilitan cambuk pada leher.

Anggukan pun Tang Yuan berikan, sepasang netra ditajamkan pada paha kiri penjaga desa yang sungguhlah tak berdaya ini. Kemudian ....

JLEB!

Darah terpercik pada wajah, tapi tak sama sekali membuat Tang Yuan mengerjap. Kala di mana Ji Yu barulah mengendurkan tarikan, melepaskan pula cambuk yang membelit leher sang penjaga desa yang bahkan erangan saja tak lagi ada. Dan lihatlah apa yang menjadi proses berikutnya, tubuh penjaga desa yang tertikam belati es mata iblis tepat pada paha kirinya ini mulai melebur, terurai menjadi debuan halus tanah yang seketika saja berbaur dengan angin. Menyisakan, atau meninggalkan pakaian serta topeng belaka. Bukti jikalau apa yang disaksikan adalah benar, bukanlah ilusi atau apa pun itu.

Kekacauan kemudian sungguhlah berada dipuncaknya.

Ledakan nun jauh di sana terdengar bagaikan sedang bersahut-sahutan, Tang Yuan yang tak lupa meraih dan mengambil belati es mata iblis seketika pula mengulurkan sebelah tangannya pada Ji Yu, membantu membangunkan teman seperjuangannya ini dari duduk istirahat sesaatnya. Lihatlah bagaimana terhuyung-huyungnya mereka, kala di mana pohon-pohon bambu mulai tumbang satu persatu, bahkan tak segan hampir menimpa mereka yang berusaha mendekati para wanita, Hui Yan dan Kwan Mei yang masihlah berkutat mengurung penjaga desa yang satunya lagi ke dalam kubah perisai pengurung kaca milik Kwan Mei ini.

"Apa yang kalian tunggu di sini? Cepat keluar tinggalkan tempat ini!" Mengalihkan perhatian mereka berempat ke asal seruan. Mendapati bagaimana Pak Tua telah sadarkan diri, pun cahaya kemerahan yang dikirimkan ke purnama sana kian meredup dan meredup, siap terputus dalam waktu beberapa saat saja. Dan sialnya, kelengahan dan juga kekacauan alam ini dimanfaatkan oleh penjaga desa terkurung tersebut sebagai waktu terbaik untuk melarikan diri. "PERGILAH SEKARANG!"

Langit seakan runtuh, bumi tempat berpijak seakan tak lagi terasa. Apa ini namanya langit dan bumi siap menjadi satu? Siap menguar setelahnya menjadi kepingan debu, ataukah lebih parahnya menjadi puing-puing tak bersisa terlebih dahulu untuk kemudian barulah menghilang tanpa jejak? Yang mana Pak Tua benarlah tak lagi mampu menahan, muntahan darah dari pria tua yang terus berseru seakan memohon untuk segera meninggalkan dunia ilusi ini kian terdengar memilukan.

Air mata meluruh, senyuman perpisahan yang dipenuh kerelaan dan pelepasan ditampilkan Pak Tua. Dijadikan pula oleh mereka berempat yang juga meluruhkan air mata ini sebagai bentuk penyemangat, melangkah pergi kemudian dalam larian. Seberusaha mungkin untuk tak tertimpa akan pohon bambu, berusaha pula untuk tak terjatuh. Termasuk pula menahan diri untuk tak menoleh ke belakang. Kala memanglah jalanan di belakang sana telah tertutupi, terhalang sudah oleh tumbangnya pepohonan bambu yang semacam mengejar mereka kini.

Oleh karena itu, Tang Yuan, selaku pemimpin dalam pelarian putus asa mereka ini tak henti-hentinya berseru, meminta untuk jangan sedikit pun mengurangi kecepatan atau bahkan berhenti berlari. "Itu lorongnya, cepat! Kita harus keluar sebelum lorong itu benarlah runtuh dan tertutup!" serunya lagi, terus memapah Kwan Mei yang terluka hampir pula kehabisan energi ini untuk bergerak secepat yang ia bisa.

Benar saja, pintu lorong kini mulai menjatuhkan reruntuhan tanah. Parahnya lagi, penjaga desa yang kabur dari pengurungan terlihat masuk ke sana, tampak ingin menghancurkan pintu keluar. Bergegas, dengan kecepatan yang mungkin saja Ji Yu sendiri tak akan sadari. Tahu-tahu saja jarak antara dirinya dengan penjaga desa tak lagi bisa dikatakan jauh, pun serta merta pula Ji Yu melemparkan cambuk, mengenai punggung dari penjaga desa yang sontak pula mengesampingkan niatan untuk menutup jalan keluar.

"CEPAT!" Menanti tepat di pintu lorong, Ji Yu menahan reruntuhan tanah dengan energi putih kehijauan miliknya, mengulurkan sebelah tangan untuk menjangkau dan membawa masuk Hui Yan, kemudian Tang Yuan bersamaan dengan Kwan Mei.

Alhasil, lorong gelap yang hanya mengandalkan penerangan dari cahaya merah purnama menjadi satu-satunya sumber pencahayaan. Yang mana deruan napas memenuhi lorong ini, sembari selangkah demi selangkah tungkai mereka lajukan. Kala kewaspadaan terus menghantui, merasa lorong tak akan mampu bertahan lama sebelum akhirnya siap menimpa mereka terkubur di dalam sini.

Selain itu, tidak pernah pula menyangka akan kembali melalui jalanan ini. Lihatlah sendiri bagaimana anak tangga yang mengarah ke atas sana, pintu tempat mereka dulu kabur dengan mengorbankan nyawa Jing Shin serta anak yang dikandungnya. Yang mana sialnya kini penjaga desa telah menanti di sana, menutup pintu harapan akan kehidupan mereka itu.

"Biar aku saja," ucap Hui Yan, membawa diri mengambil posisi Tang Yuan selaku pemimpin jalan. Pun cahaya keunguan dikeluarkan kembali dari sebelah tangan kosongnya, diarahkan lurus pada pintu tertutup lantai berpapan dari gudang penyimpanan Desa Weiji ini.

BOOM!!!

Tak ada lagi penghalang, pintu telah menjadi puing untuk siap membawa mereka keluar. Akan tetapi, ledakan tersebut meskipun tidaklah terlalu kuat, tetap saja mempercepat reruntuhan lorong tanah tempat mereka berpijak. Mengharuskan Kwan Mei kembali mengeluarkan energinya, menciptakan kubah perisai pelindung sembari mulut terengah-engahnya itu meminta mereka semua untuk segera bergerak keluar.

"A'Mei, cepat raih tanganku!"

Sedangkan Ji Yu sibuk menangkap penjaga desa yang kabur tadi, mencambuk kembali punggungnya berkali-kali sebelum akhirnya membelit leher dan menarik hingga jatuh terjungkal. Yakinlah, untuk kali ini Ji Yu tak akan membiarkan kabur lagi.

"MATILAH KAU!" Tangan kosong kembali memunculkan busur dan anak panah es, sekujur tubuh Hui Yan nan murka ini pun kembali dikuasai oleh cahaya keunguan. Siap sudah, wanita berdarah bangsawan ini melepaskan panah. Diarahkan lurus tepat pada jantung penjaga desa yang tak lagi berkutik ini, pasrah. Namun, hal itu terhentikan ketika sebelah pundaknya tersentuh. "Kwan Mei ... syukurlah."

"Aku baik-baik saja, hentikan. Jangan buang energimu untuk hal yang sudah pasti siapa pemenangnya." Menolehkan pandangan pada sang suami, Tang Yuan. "Lakukanlah." Dan Tang Yuan tentu saja menuruti, mempergunakan belati es mata iblis untuk menyedot habis energi jahat dari penjaga desa. Untuk kemudian, ditikam sudah lengan kirinya. Kemusnahan dalam sekejap pun terjadi, menciptakan suasana kembali pada kesunyian.

"Tempat ini ... lagi dan lagi." Tang Yuan mengedar ke sekitar, tempat yang tak banyak berubah dari sejak kepergian mereka waktu lalu. Benar, kembali lagi pada tempat terkutuk.

"Kita harus bergerak, tidak ada waktu bagi kita meratapi kesedihan," sahut Hui Yan, mendekati Ji Yu. Tidak, lebih tepatnya memeriksa kedua tangan suaminya yang terluka. Sekejap, hanya dengan kibasan tangannya yang berpendar keunguan ... luka menghilang, tak berbekas.

"Bagaimana bisa kau menjadi seperti ini? Begitu kuat?" tanya Ji Yu.

"Bukankah hanya mengikuti naluri? Itulah yang kulakukan ... kurasa," jawabnya, meragu. Karena memang ia sendiri masihlah belum tahu bagaimana menjelaskan. Aku merasa sejumlah energi besar mengalir di setiap aliran darahku, dan kurasa bukan naluri yang mengendalikan, melainkan ... lebih kepada emosi.

"Aku hanya khawatir, takut jika ada sesuatu. Apa kalian ingat yang dikatakan naga hitam waktu itu? Kiriman langit, sangat murni. Perkataan itu kini menggangguku. Apalagi naga hitam tampak begitu berusaha ingin menargetkan Hui Yan, begitu gencar seolah ingin mendapatkannya."

Semua orang termenung, tampak memahami betul yang dimaksud atau katakan Ji Yu. Renungan yang mungkin membawa mereka semua kembali pada pertarungan di kuil terbengkalai tersebut. Akan tetapi, tersadar begitu pintu gudang penyimpanan ini terdobrak keras, membawa masuk serbuan angin yang berhasil memalingkan wajah mereka semua ke arahnya. Harap-harap cemas akan apa yang menanti, belum lagi pancaran dari sinar purnama berdarah sukses membuat suasana menjadi kian mencekam. Ditambah pula akan hadirnya kabut di luar sana.

Namun, setelah menanti beberapa detik lamanya dalam keterpakuan, tidak ada apa pun yang muncul. Mengharuskan keempat dari mereka mulai bertukar pandang, dan begitu Tang Yuan mengangguk, mereka pun mulai membawa diri keluar meninggalkan gudang penyimpanan ini.

Ingatlah apa yang dikatakan Pak Tua, waktu mereka untuk memusnahkan makhluk-makhluk terkutuk desa ini hanyalah selama purnama berdarah berlangsung. Yang mana dapat dikatakan, untuk saat ini saja waktu harusnya telah hampir mendekati tengah malam. Kala lihatlah bagaimana kabut ini kian menebal, lebih tebal lagi kala mereka tiba sudah pada area rumah warga. Pun kemudian menghentikan langkah, dikarenakan sana-sini sama sekali tak mampu menangkap apa pun. Yang ada hanyalah kabut bermandikan sinar kemerahan purnama.

Semacam kabut telah dinodai darah saja. Lantas, siapa yang tidak menciut keberaniannya? Apalagi dua penjaga desa telah dimusnahkan. Jadi tidak mungkin, A'Gui dan penjaga desa satunya lagi yang masihlah hidup tidak tahu akan hal ini, bukan? Dan oleh karena itu, Tang Yuan, selaku bagian dari penjaga desa mulai merasa mendapatkan semacam pendengaran. Yang mana sepasang daun telinganya tampak berkedut-kedut, seolah ada yang memanggil atau bahkan mencoba berkomunikasi padanya yang taklah diketahui pasti oleh mereka bertiga yang memerhatikan.

Apa dan benarkah tebakan terkait hal tersebut benar adanya.

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

Transmigrasi Diana بواسطة Nura

الخيال (فانتازيا)

7.3M 375K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
Remove Wounds بواسطة Rain_

الخيال (فانتازيا)

1.1M 103K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
58.3K 9.5K 35
[Fantasy & (Minor)Romance] Ruby tidak pernah tahu bahwa kolong tempat tidurnya mempunyai ruangan rahasia. Keinginan konyolnya waktu belia, rupanya di...
489K 105K 83
[Fantasy & Minor Romance] Setelah mati, Stella malah terbangun sebagai karakter di cerita terakhir yang dibacanya. "The F...