Melodi Dua Dimensi [ON GOING]

By DestianaRika

5.3K 1.1K 1.1K

Ketika asa mulai terasa berjarak, dia datang dan melukiskan harapan yang tak pernah terpikirkan oleh Melodi s... More

Prelude
#01 - Dua Dimensi
#02 - Tempo
#03 - Blue Melodies
#04 - The Handkerchief
#06 - Black Notes
#07 - Paradox
#08 - In the Middle of the Rain
#09 - D-Day
#10 - The Color Journey
#11 - Contradiction
#12 - Strings Duo
A/N
#13 - Pandora Box
#14 - Little Conversation
#15 - Invitation

#05 - Sweet Scale

236 75 48
By DestianaRika

Feli meletakkan kepalanya pada meja taman jurusan yang berbentuk lingkaran. Gadis itu berkali-kali mengembuskan napas pelan, mengabaikan Melodi yang tengah asyik memakan beberapa potong brownies coklat yang baru saja dibeli dari salah satu anak danusan. Semilir angin sore menerpa helaian rambut mereka, sangat teduh, tetapi Feli masih saja tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya akibat kelas yang baru saja ia hadiri beberapa saat yang lalu.

"Still no significant improvement ... she said. Gue harus gimana coba sekarang?"

Melodi merapikan beberapa bungkus brownies coklat yang isinya telah tandas seraya menanggapi Feli. "Jadwal fix lo evaluasi bulan ini kapan?"

"Dua minggu lagi, hari Senin."

Melodi mengangguk paham. "Masih ada cukup waktu. Mau nambah jadwal latihan nggak buat minggu ini?"

"Hah? Lo ngajak gue buat nambah jadwal latihan? Emang lo bisa?"

"Bisa. Kan gue udah bilang kalau minggu ini gue free."

"Tapi bukannya lo juga harus latihan sama Kak Revan buat FSN besok?" tanya Feli heran.

"Katanya sih nggak perlu latihan. Gue cuma disuruh compose lagu sesuai dengan konsep yang mau dia bawain, sisanya dia bakal impromptu* pas perform di hari-H."

"Emang bisa gitu?"

Melodi mengedikkan bahu. "I don't know. Gue juga baru pertama kali ini ngiringin anak seni rupa perform."

Feli beranjak dari posisi sebelumnya menjadi duduk dengan benar sambil kembali mengembuskan napas lelah. "Kayaknya justru gue yang nggak bisa, deh. Gue kan juga ada jadwal latihan sama anak orkes buat perform di FSN besok."

Melodi menampakkan ekspresi terkejut seolah baru saja mengingat sesuatu. "Oh iya ya, lo kan juga salah satu singer yang bakal perform pas closing ceremony. Sorry Fel, gue lupa."

Feli memandang sinis Melodi. "Kalau lo nggak nonton gue perform Sabtu besok, gue nggak bakal heran, sih. Lo-nya aja lupa gitu."

Melodi buru-buru membujuk Feli agar tidak semakin merajuk. "Duh, Fel, gue beneran lupa, serius. Gue tetap bakal nonton kok. Janji deh."

"Ya harus dong! Lo kan juga bakal perform di sana," celetuk Feli seketika. "Sesi live art-nya sore, kan?"

"Iya, sore."

"Nah, tuh. Nggak ada alasan buat lo nggak nonton gue. Closing ceremony-nya kan malem."

"Iya iyaaa, gue bakalan nonton, kok." Melodi benar-benar merasa gemas dengan Feli yang masih saja merajuk. "Berarti, jadwal latihan kita buat monthly evaluation lo sama aja kayak minggu kemarin, kan?"

"That's right."

"Well ... okay then."

Feli mengambil salah satu brownies miliknya di atas meja taman yang belum sempat ia coba dan mulai memakannya. "By the way Mel, lo jadi ketemuan sama Kak Revan dan Kak Satya hari ini?"

"Jadi."

"Jam berapa?"

"Jam empat nanti."

"Dimana? Di sini?"

"Enggak. Di Lo-fi Cafe. Katanya bakal lebih nyaman kalau diskusi di sana."

Feli memperhatikan layar ponselnya sesaat. "Hm ... masih satu jam lagi. Mau gue temenin juga nggak, Mel? Tapi gue harus cabut jam lima soalnya mau fitting dress yang bakal gue pakai Sabtu besok."

"Boleh banget kalau lo mau. Gue sendirian juga nggak pa-pa sih sebenarnya."

"Oke, gue bakal nemenin lo sebentar."

Melodi mengangguk saja. Kemudian, gadis itu melanjutkan, "Lo fitting dress bareng Kak Arka?"

Feli menggeleng pelan. "Nggak. Sama mama gue rencananya. Kak Arka lagi sibuk banget, kan besok Kamis acaranya udah dimulai."

"Ah, bener juga," ujar Melodi spontan.

Feli terlihat ingin kembali menanyakan sesuatu, tetapi lagi-lagi urung karena merasa ragu. Melodi yang menangkap gestur tidak biasa Feli lantas bertanya, "Lo pengen ngomong sesuatu yang lain sama gue?"

Feli tersentak. "Hah? Ngomong apa?"

"Ya ... apa aja. Lo kayak kelihatan ragu-ragu gitu."

"Iya, kah? Kelihatan banget, ya?"

"Wajah lo tuh gampang banget dibaca, Fel. Sejak maba juga gitu."

Feli meringis tipis. "Iya. Sebenarnya masih ada sesuatu yang bikin gue heran sejak kemarin."

"Apa?"

"Kenapa lo tiba-tiba mau jadi pengiringnya Kak Revan? Lo bahkan sampai nge-chat gue pagi-pagi kemarin."

Melodi sudah menduga Feli akan bertanya seperti itu. Gadis itu agaknya sedikit kalut karena tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya. Namun, Melodi berusaha sebisa mungkin agar ekspresinya tidak berubah sama sekali.

"Because ... feeling guilty? Gue ngerasa bersalah aja karena pas mereka minta tolong waktu itu gue kesannya sombong banget, sok nggak punya waktu. Padahal sih emang iya. Tapi mumpung mama gue harus ke Dubai dua minggu dan Ms. Stella ada urusan di Hainan seminggu lebih, jadi gue pikir nggak masalah kalau gue bantu Kak Arka jadi pengiringnya."

"Lo yakin nggak pa-pa? Mama lo tahu soal ini?"

"Of course not! Gila aja kalau mama gue sampai tahu. Bisa-bisa beneran disewain bodyguard cuma buat ngawasin gue latihan piano duapuluh empat jam dalam seminggu!"

"Tuh kan! Makanya gue kaget banget waktu Kak Arka kasih tahu gue kalau lo berubah pikiran," seru Feli seraya meminum air mineral yang juga telah ia beli sebelumnya. "Terus kalau seminggu ini lo nggak ada jadwal latihan, lo ngapain?"

"Konsultasi sama Prof. Jo masalah kompetisi Klaviersommer tahun ini. Paling sama kirim video daily practice ke mama gue kayak biasanya."

Feli mengangguk paham. "Hm, kompetisi lagi ya ...."

Melodi tersenyum tipis. "Nggak perlu heran gitu lah. Emang perputaran rutinitas gue kan selalu begitu. Latihan-kompetisi-latihan-kompetisi. Makanya ada waktu break kayak sekarang ini tuh langka banget. Harus gue manfaatkan dong buat cari pengalaman lain di luar kompetisi."

"Ah, so that is it! Alasan sebenarnya lo terima permintaan tolong Kak Revan tuh karena itu?"

Kali ini senyum Melodi semakin melebar. "You got it, right? Masa remaja gue udah terlalu amat sangat membosankan karena sama sekali nggak ada waktu buat break. I think, it's a good chance buat gue ngerasain ikut event selain kompetisi. Selama gue nggak ngelanggar apa yang udah dijadwalin sama mama gue, kayaknya bakal aman-aman aja."

Feli ikut antusias mendengar penuturan Melodi. Gadis itu benar-benar merasa lebih bersemangat dibandingkan sebelumnya. "That's okay, Mel. That's really okay! Sebisa mungkin gue juga bakal bantuin lo biar mama lo sama sekali nggak tahu soal ini."

Melodi mengernyitkan dahi. "Seriously? Gimana caranya?"

Kini Feli yang balik bertanya kepada Melodi. "Lo udah mempertimbangkan dengan baik, kan, pas ambil keputusan ini?"

"I think so," jawab Melodi agak sedikit ragu. "Emangnya kenapa?"

Feli meneruskan perkataannya, "Orang-orang yang berkunjung ke sana pasti bakal ambil banyak foto apa pun yang mereka lihat saat itu juga. Lo udah mikirin ini sebelumnya kan kalau kemungkinan besar wajah lo juga bakal terfoto dan ter-upload di sosmed mereka? Apalagi lo tampil di sesi khusus, pasti bakal ada banyak yang bikin snapgram atau nge-live di sana."

"Oh my God! I didn't think about that ...." Melodi terkejut setengah mati. Gadis itu benar-benar terlambat menyadari sesuatu yang sangat krusial. "Duh, gimana nih? Kan nggak mungkin juga gue tiba-tiba batalin buat jadi pengiring Kak Revan. Kesannya nanti kayak lagi nge-php-in dia dua kali."

Feli mencoba menenangkan Melodi yang mendadak kalut. "Hey, don't worry about that. Gue tiba-tiba kepikiran solusinya, nih."

"Gimana?" desak Melodi tidak sabar.

"Make over lo secara totalitas? Bisa banget sih kayaknya. MUA* sekarang juga banyak yang jago bikin make up karakter* yang bikin look lo benar-benar beda."

"Make up karakter? Harus banget pakai itu?" tanya Melodi bingung.

"Atau mau pakai make up fantasi*? Nggak mungkin juga kan lo pakai make up yang kayak biasanya?" Feli mencoba memberikan penjelasan selogis mungkin kepada Melodi. "Kontur wajah lo tuh khas banget, Mel. Mama lo juga pasti bakal langsung sadar hanya dengan sekali lihat."

Melodi mengembuskan napas pelan. "Iya, sih. Mama gue nggak mungkin nggak ngenalin gue."

"Tuh, kan! Makanya, lo nggak mungkin banget pakai make up korektif* kayak pas perform di stage musik biasanya." Feli berseru heboh. Gadis itu kembali melanjutkan perkataannya dengan intonasi yang lebih menenangkan. "Lagian, lo juga bakal perform di sesinya anak seni rupa yang konsep dasarnya emang bebas buat berekspresi. Lo pakai make up teraneh pun juga nggak bakal ada yang nge-hujat lo. Ntar tinggal disesuaikan aja sama konsep performance yang bakal ditampilin sama Kak Revan, biar paling nggak bisa match antara make up lo sama konsep yang ada."

Melodi terlihat berpikir sejenak. "Hm ... not bad. Kayaknya gue juga nggak punya solusi selain itu."

Feli tersenyum penuh semangat. "Berarti lo nggak masalah sama solusi yang gue kasih, kan? Ntar gue coba tanya sama MUA yang juga bakal gue pakai. Kalau misalnya nggak bisa, kita cari MUA lain."

Meski Melodi memang agak sedikit berdusta, tetapi seluruh penjelasan yang ia utarakan kepada Feli adalah benar. Dan mendapatkan support tidak terduga dari Feli seperti itu membuat benak Melodi menghangat seketika. "Thank you for your help, Fel. It means a lot to me."

"No problem." Feli berujar senang. "Gue jadi nggak sabar pengen liat lo perform besok. Kayaknya bakal unik banget. Live painting performance dengan lo sebagai pengiringnya."

"Tapi, sebenarnya gue masih agak nggak ngerti, lho, live painting performance tuh kayak gimana," tutur Melodi mengutarakan kebingungannya.

Feli menanggapi dengan lugas. "Ya itu kan tujuannya lo ketemuan sama Kak Revan dan Kak Satya hari ini? Buat briefing ke lo konsep performance-nya kayak gimana."

"Oh iya, bener juga," seloroh Melodi sambil terkekeh pelan.

Feli melihat layar ponselnya sekali lagi, lantas gadis itu mengajak Melodi untuk segera bersiap. "It's almost the time. Kita ke cafe sekarang?"

🌻🌻🌻

The Color Journey ....

Itu adalah konsep musik untuk live painting performance yang akan dibawakan Melodi pada acara Festival Seni Nasional akhir pekan nanti. Perjalanan warna-warna ketika mereka saling terkoneksi satu sama lain. Hingga keseluruhan warna saling berpadu pada alas berwarna putih, hanya akan ada satu warna yang menjadi hasil akhir dan merepresentasikan filosofi dari warna itu sendiri.

Revan tidak menyangka bahwa Melodi dapat menangkap maksud dari konsep musik yang ia paparkan secepat itu. Baru saja dua hari yang lalu pemuda itu menjelaskan secara detail konsep musik iringan yang ia inginkan kepada Melodi. Hari ini—di salah satu ruang latihan musik yang tidak digunakan sore ini—Melodi sudah mendemonstrasikan musik iringan yang telah ia gubah dengan sempurna dihadapannya serta teman-temannya yang lain.

"Perfecto!" Satya langsung memberikan standing applause begitu jemari Melodi selesai memainkan nada-nada pada tuts piano. Feli dan Arka juga memberikan tepuk tangan sebagai bentuk apresiasi mereka. Hanya Revan yang masih tidak menampakkan reaksi apa pun. Pemuda itu tepekur menatap Melodi yang kini berbalik ke arahnya yang duduk tepat di samping kanan gadis itu.

"How was the music?" tanya Melodi kepada Revan tanpa basa basi.

Yang ditanyai masih saja tidak memberikan tanggapan apa pun. Setelah beberapa saat, Revan malah balik bertanya pada Melodi, "How long did you compose the music?"

"Hm ... a day?" Melodi menerka-nerka sambil menampakkan ekspresi seolah sedang mengingat-ingat sesuatu. "Sebenarnya cuma semalam, sih. Waktu Kak Revan kasih tahu gue gimana konsep performance-nya, gue langsung bikin musik iringannya malam itu juga. Cuma semalam gue ubah sedikit di beberapa bagian yang menurut gue masih kurang. Emang kenapa, Kak? Masih kurang sesuai, ya?"

Ada sesuatu pada musik Melodi yang membuat Revan tidak kunjung berkomentar dengan benar, entah apa itu. Sesuatu yang membuat Revan menahan napas kala Melodi memainkan musiknya. Sesuatu yang membuat spektrum emosi pada benak Revan seolah ingin ditumpahkan seluruhnya saat ini juga. Sesuatu yang terasa magis, hingga membuat seberapa keras pun Revan berpikir, pemuda tersebut tidak kunjung mendapatkan jawaban yang sesuai. Dan Melodi—gadis yang mendadak menyetujui permintaan dirinya untuk menjadi pengiring—dapat menghadirkan musik penuh arti dalam kurun waktu yang sama sekali tidak pernah Revan prediksi.

"That was so beautiful, seriously .... Bener-bener kayak yang ada di bayangan gue. Gue nggak nyangka lo bakal bisa bikin musik iringan berdasarkan konsep yang gue mau secepat itu." Revan mencoba memberikan komentar yang sesuai secepat yang ia bisa begitu kesadarannya telah kembali pulih sepenuhnya. "Mungkin ada beberapa bagian yang dinamikanya masih bisa dipoles, karena flow performance gue bakal ngikutin itu. But so far, that's totally perfect for me."

Melodi tersenyum mendapatkan komentar seperti itu. Gadis itu terlihat mengembuskan napas lega, seolah salah satu beban di pundaknya telah terangkat seketika.

"Really? Glad to hear that ...." Kedua sudut bibir Melodi kembali terangkat hingga menampakkan cekungan kecil pada tiap sisi pipinya. "Sejujurnya, gue masih ragu apakah musik yang gue bikin bakal sesuai, karena gue jarang banget mengkomposisi musik dengan tema tertentu, apalagi dengan konsep yang lo kasih. Tapi kalau lo suka dan ngerasa sesuai, thank you. It means a lot to me."

"Don't mention it. Emang bagus kok musiknya," jawab Revan dengan menampilkan senyum yang sama.

"So ... ehm! Do you regret it all, Mr. Argantara yang terhormat? Kayaknya beberapa hari yang lalu lo masih emosi sama gue karena—"

Revan buru-buru membekap Satya sebelum sahabatnya itu mengatakan hal-hal yang tidak diperlukan untuk didengar.

"Lo nggak perlu jadi perusak suasana bisa, kan, Sat?" Revan berbisik dengan penuh penegasan kepada Satya. Teman kecoanya yang satu ini memang sering kali susah untuk diajak kerja sama.

Satya yang mendapatkan respon impulsif seperti itu dari Revan malah semakin melebarkan senyum di balik telapak tangan Revan yang menutup seluruh akses bicaranya. Melodi terlihat mengerutkan kening sambil menatap dirinya dan Revan bergantian, dan tanggapan Melodi setelahnya membuat Satya tidak dapat membendung tawa jahilnya.

"Is there something wrong, Kak?" tanya Melodi masih dengan kerutan yang terlihat jelas di dahinya.

Revan langsung memberi jawaban dengan cepat, takut kalau Melodi salah mengintrepertasikan ucapan laknat Satya barusan. "Nothing, Melodi. Nothing. Satya emang suka banget tiba-tiba ngomong nggak jelas gitu."

Melodi sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut karena ucapan samar Satya yang sempat ia dengar tadi membuatnya bingung. Namun, gadis itu memilih urung dan hanya mengangguk pelan sebagai respon yang bisa ia berikan. "Ah ... okay then."

Revan melepas bekapan Satya setelah ia memberikan tatapan tajam kepada sahabatnya itu dan langsung kembali merespon Melodi. "Euhm, well ... gue boleh minta tolong lo buat main sekali lagi, nggak? Mau gue rekam biar gue bisa bayangin flow performance yang cocok buat ditampilin nanti."

"Katanya tadi ada beberapa bagian yang dinamikanya perlu dipoles, Kak? Mau dibenerin dulu atau langsung rekaman aja?"

Revan yang baru menyadari itu langsung meralat ucapan sebelumnya. "Oh iya, memang harusnya begitu. Nggak pa-pa nih kalau gue ngasih beberapa arahan?"

Melodi menjawab permintaan Revan dengan lugas. "Of course! Why not? It's for your performance, Kak. I think, it's totally fine if you wanna change some part of the music."

Kedua sudut bibir Revan tertarik sepenuhnya kala pemuda itu memberi tanggapan kepada gadis yang ada di hadapannya. "Well ... thank you so much, Melodi. I really owe you right now."

Arka yang sedari tadi mengamati interaksi antara Revan dan Melodi hanya terseyum kecil. Pemuda itu terlihat terkekeh pelan hingga membuat Feli yang berada di sampingnya mengernyitkan dahi.

"Ada apa, Kak? Kenapa malah senyum-senyum gitu?" tanya Feli heran.

Arka menjawab sambil menghadap Feli sepenuhnya. "Nggak ada apa-apa, sih. Cuma ... baru kali ini gue lihat Revan kayak gitu."

"Kayak gitu gimana, Kak?" Feli masih saja bingung.

Arka hanya memberikan jawaban implisit sambil kembali memperhatikan Revan yang kini sedang memberikan beberapa arahan kepada Melodi. "Just look at them. They have their own chemistry that we never know, right?"

|
|
|
|
|
|
|

🟣

🔴

🔵

🌻🌻🌻

Keterangan:

1. Impromptu: (fr.) improvisasi.

2. MUA: make up artist.

3. Make up karakter: make up yang digunakan untuk mengubah wajah seseorang menjadi suatu karakter berbeda sebagai hasil dari riasan.

4. Make up fantasi: make up yang digunakan untuk mengubah kesan wajah menjadi wujud tokoh khayalan tertentu.

5. Make up korektif: make up yang memiliki fungsi untuk menyempurnakan dan mengubah tampilan fisik agar terlihat lebih sempurna.

🌻🌻🌻

-tbc

Semarang, 21 September 2021

Continue Reading

You'll Also Like

32K 1.9K 20
"Hari ini, saya menutup pintu ke masa lalu saya... Membuka pintu ke masa depan, ambil napas dalam-dalam dan melangkah untuk memulai bab berikutnya da...
528K 47K 48
Hidupnya terasa berubah dalam semalam. Ishvara terbangun dari tidurnya dan mendapati dirinya tengah berada di tubuh Ishvara Berenice. Yaitu tokoh uta...
52.9K 2.6K 22
Rafael William Struick,seorang pemain bola Keturunan,yang kemudian sumpah WNI.Hingga dirinya bisa membela Timnas Indonesia.Pemain berdarah Indonesia...
370K 45.6K 92
Perempuan cantik bermata kucing di kejutkan dengan seorang anak perempuan berusia 2 tahun yang mengganggu ketenangannya. Anak perempuan itu tiba-tiba...