Jodohku Polgan [TAMAT]

By donatungu

5.9M 557K 17.3K

MARI HALUU(๑¯◡¯๑) ~~~~ Follow my account Okay! [CERITA INI HANYA UNTUK UMUR DELAPAN BELAS KEATAS] Karna akan... More

01
AW
03.Tentang Cilok
04.Nebeng
05.Ya gitu
06.Motivator Dadakan
07.Mengerti
08. Takdir
09. Pilihan Ayah
10. Keputusan
11. Jujur
12. Saatnya
13. Canggung
14. Cari makan
15. Ngobrol
16. Today-H
17. Lembur
18. Telat
19. Polisi tengil
20. Surat Izin Mencintaimu
21. Cuplikan Masalalu
22. Gramedia
23. Kesambet
24. Nyaman?
25. Fakta Or Ghibah?
26. Cemburu
27. Memory
28. Hera?
29. Masalalu Lera-Hera
30. Khilaf
31. Gara-gara Dito
32. Jajan
33. Rumah Bunda
34. Tamu tengah malam
35. ILY Pakpol
36. Stomachache
37. Don't be absent
38. Nyaman (2)
39. Pacaran yuk!
40. Vitamin pagi
41. Berkumpul
42. Supermarket
43. Sweet Night
44. Why?
45. Ayah
46. Pergi?
47. Terulang?
48. Operasi
49. Weak again
50. Deret Kalimat
52. Kembali
53. Penjelasan
54. Kenyataan
55. Penyet
56. Peluk
57. Mahkota
58. Flashback Mangga
59. Cebong
60. Batagor-Siomay
61. Ber(Isi)
62.Testpack
63. Dua Garis
64. Pregnant
65. Jalan-jalan
66. Ungkapan
67. Denganmu
🥯Ekstra part🥯
Polgan S2

51. She's back

75.3K 7.8K 233
By donatungu

Nguengg 🚦🛵

🦋🦋🦋

Detik berganti menit, menit berganti jam, lalu berganti hari hingga minggu dan seterusnya. Kini sudah satu minggu lebih Lera masih terbaring nyaman dibrankarnya.

Sepertinya gadis itu memang membutuhkan waktu untuk beristirahat. Atau ia memang ingin beristirahat untuk selamanya?.

Tidak. Gadis itu tidak pernah mengharapkan hal itu.

Dulu, ia sempat mengharapkan bahwa ia tak akan pernah bangun nantinya hingga tuhan memeluknya erat. Namun sekarang tidak, ia ingin kembali.

Keinginannya kini bukan memeluk tuhannya. Namun memeluk suami serta keluarganya yang lain.

Suara azdan isya sudah berkumandang sejak lima belas menit tadi. Dito yang baru saja pulang setelah azdan magrib tadi langsung menuju rumah sakit untuk menunggu Lera.

Pria itu juga baru saja menyelesaikan sholatnya kemudian kembali duduk dikursi samping brankar Lera.

Tangannya terulur untuk mengusap kepala Lera yang masih diperban. Lukanyapun sudah mulai mengering, begitu juga dengan lengannya. Jika dibagian perutnya belum begitu kering.

Dito menggenggam tangan Lera erat. Menciuminya sesekali, Dito tak merasa canggung karna diruangan ini hanya ada dirinya dan Lera.

Orangtuanya dan orang tua Lera baru saja pulang, itupun Dito harus memaksanya dan mengeluarkan segala jurus untuk membujuk mereka agar dirinya saja yang bergantian menjaga Lera.

"Yang,, kamu kok bobo mulu sih" ucap Dito pelan. "Engga mau bangun peluk aku? Kangen tau"

"Aku tau kamu capek, kamu pengen istirahat"

"Tapi jangan selamanya" lanjut Dito lirih. Bahkan semenjak tiga hari yang lalu gaya bicaranya yang semulanya 'saya' menjadi 'aku'.

Dito berdiri, beralih duduk dibrankar Lera yang masih tersisa luas. Ia mencondongkan tubuhnya, mencium bibir Lera lembut.

Melepaskan tautan bibirnya, lalu berbisik pada telinga Lera. "Untuk kehilangan kamu aku belum siap Ra,, dan bahkan aku nggak akan pernah siap buat kehilangan kamu"

"Aku yakin kamu denger aku ngomong kaya gini, aku sayang sama kamu. Aku pengen kamu pulih lagi, bangun. Peluk aku lagi"

"Izinin aku buat bahagiain kamu, kalo kamu capek bisa bersandar dibahuku. Asalkan kamu kembali, disini aku cuma pengen kamu. Semuanya ngarepin kamu pulih lagi" bisik Dito.

Pria itu masih dengan posisinya, ia mengucapkan lafadz Allah dan mengucapkan doa tepat ditelinga Lera.

Setelahnya, Dito mencium pipi Lera lembut. Bibirnya juga tak kunjung dilepas hingga beberapa detik kemudian tubuh Lera bereaksi. Nafasnya terengah-engah seperti orang sesak nafas.

"Ra.. sayang" melihat itu Dito langsung memencet tombol merah disamping brankar untuk memanggil dokter.

Dito bingung, ia tak tau harus berbuat apa. Hingga tak lama pintu ruangan bergeser, dokter wanita yang sedari awal waktu itu menangani Lera langsung buru-buru masuk.

"Dokter istri saya dok! Dia kenapa?!" tanya Dito sembari terus memperhatikan Lera.

Para suster langsung melingkari brankar Lera, Dito langsung mundur. Sedangkan dokter wanita itu mengambil alat yang Dito tau itu bentuknya seperti setrika yang digesekkan satu sama lain.

Dito mendekat, ia ingin menghampiri Lera namun para suster lebih dulu menghadangnya. "Mohon maaf pak, pasien akan ditangani lebih lanjut mohon menunggu diluar" ucap salah satu suster

"Tapi sus istri saya, dia--"

"Istri bapak akan baik-baik saja, mohon untuk menunggu diluar" suster itu langsung menutup pintu kamar inap Lera.

Dito mengusap wajahnya gusar dan mengacak-acak rambutnya sendiri. Pria itu sangat khawatir dengan keadaan Lera yang tiba-tiba saja bereaksi seperti itu. Apa itu tandanya, doanya terkabul? Atau malah bertolak belakang?.

30 menit berlalu...

Dibangku depan kamar inap Lera, Dito terus-terusan memanjatkan doa kepada Tuhan. Jantungnya kian berdetak kencang karna dokter maupun suster belum ada yang keluar dari ruangan Lera untuk memberi tau keadaan gadis itu.

Untuk menghubungi orang tuanya serta orang tua Lera pun ia lupa. Sekalipun Dito ingat, ia tak akan menghubungi mereka. Karna baru saja mereka pulang dan harus menerima kabar seperti ini, dipastikan mereka tak akan bisa beristirahat lagi.

Suara geseran pintu terbuka, Dito langsung menoleh dan berdiri dihadapan dokter wanita tersebut.

"Gimana dokter? Istri saya baik-baik aja? Keadaannya bagaimana?" tanya Dito tak sabar.

Dokter itu mengangguk dan tersenyum hangat. "Alhamdulillah keadaan ibu Alera sudah membaik, bahkan jauh lebih baik. Saya tidak bisa memastikan kapan pasien siuman, tapi insyaallah dalam waktu dekat ibu Alera akan siuman"

"Alhamdulillah ya Allah,, terimakasih telah mengabulkan doaku" gumam Dito.

"Untuk perban luka dikepala, lengan dan perutnya sudah saya ganti. Namun untuk saat ini luka bekas operasi diperutnya belum terlalu kering, jadi usahakan untuk tidak terkena air lebih dulu" jelas dokter tersebut.

Dito mengangguk. "Baik, terimakasih dokter"

Dokter itu mengangguk lalu permisi untuk pergi dan diikuti oleh suster. Sedangkan Dito, pria itu langsung masuk kedalam. Menghampiri Lera yang masih memejamkan matanya.

"Alera.." Dito mengusap kepala Lera. "Makasih, makasih udah mau bertahan buat aku"

"Kamu denger semua permintaan aku, bunda, mama, papa dan ayah. Makasih sayang.." Dito mencondongkan tubuhnya, ia kembali mencium bibir Lera. Namun hanya menempel tak bergerak sama sekali.

Tiga menit berlalu. Dito melepaskan bibirnya yang menempel pada bibir pucat Lera, ia mengusap pipi Lera palan dan menatap gadis itu dengan jarak yang sangat dekat. Hingga--

Blur. Lera memfokuskan matanya pada objek didepannya, berat sekali rasanya untuk membuka mata. Berat, perih dan pedas rasanya bercampur aduk dimata Lera.

Bibirnya pelan-pelan terbuka, namun ia tak bisa mengeluarkan suaranya karna tenggorokannya yang terasa amat kering.

"Ra,, kamu udah siuman?" raut wajah Dito langsung berubah semringah, pria itu mengusap pipi Lera pelan. "Mau minum sayang?"

Lera mengangguk, ia ingin duduk. Namun tiba-tiba lengan dan perutnya terasa ngilu, ditambah kepalanya yang sedikit pusing.

"Jangan duduk dulu, jangan dibuat duduk dulu. Aku naikin sandarannya." ucap Dito, kemudian ia menaikkan sandaran kepala.

[APASIH NGGA TAU NAMANYA AKUU!]

Lera kembali memejamkan matanya. "Minum dulu yang" ucap Dito sembari membantu Lera meminum air putih.

Lera meneguk air putih dalam gelas tinggi itu hingga setengah, lega sekali rasanya ketika tenggorokannya tak kembali terasa kering. Lera menghela nafas kecil kemudian ia menatap Dito yang sekarang juga menatapnya.

Seperti bukan Dito yang dilihat Lera detik ini, pria itu terlihat tidak bersemangat. Kantung matanya juga terlihat sedikit menghitam. "Om,, Lera-"

Grep

Dito langsung memeluk Lera erat, pria itu menyembunyikan wajahnya diceruk leher Lera.

"Sshhh" desis Lera ketika lengannya sedikit dijepit oleh Dito. "Om tangan Lera ngilu" ucap Lera lirih.

Reflek Dito langsung melepas pelukannya. "Maaf, mana yang ngilu? Dipanggilin dokternya lagi ya biar-"

"Enggak, engga usah. Cuman tadi om buru-buru meluk aja jadinya kepenet" ucap Lera pelan, gadis itu belum ada tenaga untuk berbicara sedikit keras.

Dito menghela nafas kecil, ia kembali memeluk Lera, namun tak seerat tadi. Ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher Lera.

Lera hanya bisa diam, ingin memberontak tapi tak ada tenaga, disisi lain ia juga nyaman meskipun tubuhnya masih sangat lemas.

Lera menatap sekeliling. "Ini rumah sakit? Sejak kapan Lera disini?" tanya Lera pelan.

"Terus bunda sama ayah mana?" Lanjut Lera.

Dito diam. Pria itu tak membalas pertanyaan Lera, malah kini sekarang tubuhnya sedikit bergetar. Merasa tubuh Dito yang sedikit bergetar pun Lera menyerngit.

"Om.. kenapa? Om nangis ya?" tanya Lera, ia juga sedikit memiringkan kepalanya untuk melihat Dito.

Dito menggeleng, ia mencium pipi Lera dari samping kemudian melepaskan pelukannya. Tapi sebelum itu, Dito langsung mengusap air matanya cepat.

"Ehhh iya,, om nangis. Kenapa nangis?" perlahan tangan Lera terulur untuk mengusap pipi Dito yang sedikit basah.

Ngilu memang rasanya, tapi tak apa. Mungkin ini efek dari lukanya, pikir Lera. "Jangan nangis, om kenapa nangis eumm? Tambah jelek lho"

Bukannya air mata Dito yang mengalir semakin reda, malah semakin deras. Dito kembali mendekatkan wajahnya pada Lera. Menciumi seluruh wajah istrinya tanpa henti, hingga berakhir ia mengecap lembut pada pipi Lera.

"I love you, jangan pernah berfikir buat ninggalin aku. Jangan pernah bahayain diri kamu lagi Ra,, kamu nggak tau bisa segila apa kalo aku kehilangan kamu" ujar Dito.

Lera diam, ia menatap Dito sayu. Lagi, jantungnya dibuat berdetak kencang. Baru saja ia siuman namun keadaan jantungnya sudah kembali tak normal. Yang paling parah adalah ketika Dito menciuminya tadi dan mengatakan 'i love you' serta berbicara padanya menggunakan kata 'aku' bukan saya.

"Makasih udah mau bertahan, jangan pernah kamu sakit kaya gini lagi oke. Cukup ini yang terakhir kalinya, kedepannya jangan lagi Ra.." ucap Dito pelan, ia kembali memeluk Lera dan sesekali mengecup leher Lera.

Lera gugup setengah mati, badannya yang ngilu kini ditambah kaku dan keram akibat perlakuan Dito. Sejenak Lera memejamkan matanya erat, lalu kembali membukanya.

"Lera ngga akan pergi kok, Lera disini" bisiknya. Dito mengangguk, masih dalam posisi kepalanya disembunyikan diceruk leher istrinya.

Pelan-pelan Lera mengusap lengan Dito yang memeluk tubuhnya. "Udah ngga boleh nangis lagi"

Cup

Dito mencium sekilas bibir Lera, posisinya belum berubah. Hanya saja kedua tangannya kini mengurung Lera. Ia menatap Lera sayu, perasaan senang sudah tak bisa diungkapkan kata-kata lagi akibat Alera-nya sudah kembali.

Cup

"I love you"

Dito kembali mengecup bibir Lera.

Cup

"Really love you"

Cup

"Baby i miss you, don't go away from me" bisik Dito sebelum bibir nya kembali disatukan dengan bibir Lera. Namun baru satu detik menempel--

"Permisi-- astaghfirullah, maaf menganggu. Saya sudah memencet bel didepan tadi" ucap dokter yang menangani Lera tadi.

Buru-buru Dito menjauhkan wajahnya yang amat sangat dekat dengan Lera, bahkan sudah tak ada jarak tadinya.

"Maaf sebelumnya saya akan memeriksa pasien kembali" izin dokter tersebut.

Dito mengangguk. "Baik silahkan dokter" ucap Dito salah tingkah, sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal karna merasa malu dan canggung akibat tertangkap basah.

Malu?. Tentu saja, ingin rasanya Lera mendadak tak sadarkan diri lagi saat ini.

BUNDAAA! LERA MALU!

°°°°

HELLO EPRIBADI!

Huhu maap kalo ucapan atau perilaku Dito ngga nge-feel. Aku ngga ada pengalaman sakit dijenguk cowo soalnya hehehe... Mau halu juga yaa gimana ya, ya itu paling mentok mah.

Nih, Lera udah sadar. Engga jadi mati:)
Jadi aku dapet gajian apa nih?

Donat kirim kerumah sabi yekan, warna ungu ya..
Jangan lupa, pokonya warna ungu oke.

Byebye;)

🥯Thank you🥯

Continue Reading

You'll Also Like

34.5K 135 25
Cerita dewasa, 21+ Evezyn Nielson sangat frustrasi dalam menghadapi rencana pernikahan dengan tunangan berengseknya. Ia tak ingin mengikat janji suci...
313K 25.3K 69
Sequel 2G (Bisa dibaca terpisah!!) "Ini dunia gue" "Damn" Suara berat Arshaka terdengar mengerikan ditelinga perempuan itu. "Nakal ternyata, mau gue...
461K 16.9K 30
[KAWASAN BUCIN TINGKAT TINGGI 🚫] "Lo cuma milik gue." Reagan Kanziro Adler seorang ketua dari komplotan geng besar yang menjunjung tinggi kekuasaan...
53.9K 4.7K 63
Ini hanya sebuah fiksi dan jangan sangkut pautkan kepada real life. Selamat membaca. Jangan lupa untuk votenya.