The Village : Secrets Of Past...

By DellaNopyta

9K 2K 9.8K

Amazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mi... More

Opening
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Epilog

Chapter 37

58 22 98
By DellaNopyta

Bisikan ini, bukankah? Bermaksud segera membuka, tapi Ji Yu menghentikan. Gantinya, ia malah menggenggam sebelah tangan Hui Yan sembari meraih kait pintu. Namun, tidak pula ia membuka seolah ingin memastikan lebih lagi benarkah bisikan yang didengarnya ini sesuai dengan apa yang ditebaknya.

Memastikan lagi tentu lebih baik, bukan? Karena siapa yang tahu jika penjaga desa licik nan misterius itu sedang memainkan suatu sandiwara atau apalah namanya untuk menangkap, lantas siapa yang rugi? Kala di mana tamu lainnya yang dimintai bersembunyi, tapi tidak dilakukan ini tampaklah percaya jikalau bisikan itu memanglah datang dari seseorang yang dikenal, dan yang pasti ... harusnya tak akan berbahaya. Terlebih, Tang Yuan juga Kwan Mei, mereka-lah yang justru terlihat paling percaya.

Oleh karena itu, tak ada pula alasan bagi Ji Yu untuk tak ikut percaya, bukan? Pun bisikan yang dua kali tertangkap pendengaran, mengatakan 'ini aku, Jing Shin', pada akhirnya tergantikan sudah oleh deritan yang seirama dengan kecepatan yang dilambatkan Ji Yu dalam membuka pintu. Mendapati jikalau memang benar, Jing Shin-lah sosok tersebut.

Namun, bukan berarti ketukan yang seakan siap mendobrak masuk sebelumnya memanglah bukan penjaga desa yang melakukan. Lihatlah di sana, tepatnya beberapa langkah dari teras rumah. Dua penjaga desa yang memunggungi jelas saja sedang berbicara dengan Azhuang, atau barangkali justru Azhuang-lah yang mengajak mereka berbicara. Kala suami Jing Shin ini beberapa kali akan melirik, wajah semringah sembari mulut terus mengeluarkan kata 'terima kasih dan terima kasih', yang mana setelahnya dua penjaga desa pergi begitu saja semacam lupa awal kedatangan mereka kemari untuk apa. Ataukah mungkin, penjaga desa memanglah tak tahu apa-apa? Lalu benarkah itu artinya Ji Yu, Hui Yan dan lainnya telah berpikir dan mengkhawatirkan sesuatu terlalu jauh?

Entahlah apa itu, setidaknya untuk saat ini situasi telah aman. Bahkan Jing Shin dan Azhuang ikut bergabung dalam rumah. "Kalian benar-benar berani melakukan pertemuan seperti ini di saat hari masihlah terang, apa kalian semua ingin segera tertangkap?" oceh Jing Shin, mendengkus pula. Sungguh taklah terlihat seperti Jing Shin yang biasanya ramah ataupun murah senyum.

Tak heran Hui Yan berakhir menanyakan kondisi pasangan ini, sungguhkah benar telah baik-baik saja? Karena biar bagaimanapun, cukuplah cepat bagi mereka untuk terlihat tegar seperti ini, bukan?

"Penjelasan disampaikan oleh temanku sendiri, dan bukti ... aku dan Azhuang saksikan sendiri pagi tadi. Bagaimana mungkin kami bisa tak percaya? Selain itu, aku tak bisa memungkiri jika desa ini memanglah aneh dari sejak awal, dan semua jelas setelah mendengar perkataanmu dan Xia Chia, Hui Yan. Lantas bisa apa aku sekarang? Selain percaya dan menerima kenyataan," ungkapnya, sebelah tangan sibuk meraba dan mengelus perut yang belumlah terlalu membuncit itu dengan pasang mata penuhi kesenduan.

"Jadi, sekarang harus bagaimana?" sela Azhuang, setidaknya penyelaannya ini mampu menyadarkan mereka yang hadir dalam rumah ini untuk kembali menghadapi kenyataan, bukannya terus-terusan tenggelam dalam kesedihan ataupun keprihatinan. "Kami tidak ingin anak kami terlahir ke dunia ini hanya untuk menjadi santapan roh jahat itu. Katakan, setidaknya kalian punya rencana, bukan?"

Rencana? Andai memang memiliki. Akan tetapi, rencana itu usai sudah sejak dari kemarin, dan sekarang yang ada jelaslah terhantam kebuntuan kembali. Sukses pula mendiamkan Hui Yan dan Ji Yu, bahkan Xia Chia sendiri untuk akhirnya mendudukkan diri. Sedangkan Kwan Mei dan Tang Yuan, sudah sedari tadi terpaku memandangi perut Jing Shin dengan netra berembun.

"Tidak ada jalan keluar bagi kita untuk meninggalkan desa, itu benar," ucap Yue Ming, suara direndahkan. Akan tetapi, binar yang terpancar dari sepasang netranya justru terlihat begitu meyakinkan. "Namun, bagaimana jika ada jalan lain yang tak pernah terbayangkan ada di sekitaran desa ini? Bukankah bisa saja hal itu ada?" lanjutnya, menanti setidaknya akan ada semacam respons dari ia yang sukses menjadi sorotan kini. "Bukankah desa ini penuh akan hal mustahil dan tak masuk akal? Karenanya, kurasa kita juga harus berpikir dengan cara demikian pula. Siapa yang tahu ... kalau hal itu justru akhirnya akan membawa kita keluar dari kebuntuan."

Tang Yuan sontak saja menjatuhkan pandangan pada Ji Yu, seakan ingin tahu apa yang dipikirkan kekasih Hui Yan ini. Yang mana Ji Yu berakhir membangunkan diri dari duduk, sembari menimbang-nimbang dengan terus mengikis jarak untuk kemudian berdiri di antara Yue Ming dan juga Tang Yuan. "Kebuntuan, tentu aku tidak menyukai situasi itu terus-terusan menemani kita. Kurasa, ucapan Yue Ming memang ada benarnya. Yang mana kita harus mulai mengawasi penjaga desa, seperti ... gerak-gerik, ke mana dan apa yang tiap hari mereka lakukan, termasuk pula kita harus tahu tempat apa yang sering mereka jaga. Terutama saat hari masih terang, bukannya gelap."

"Mengubah pola pikir, apa itu maksudmu?" tanya Tang Yuan, dan Ji Yu pun mengangguk, membenarkan. "Selama ini kita selalu berpikir mereka akan bergerak saat malam, tengah malam atau bahkan subuh, tapi bagaimana jika ... jika mereka juga memiliki tugas pada saat hari masih terang?"

"Selain itu, kita memang tidak pernah berpikir atau mencurigai aktivitas siang mereka," lirih Tang Yuan, dan lagi-lagi Ji Yu mengangguk. Anggukan yang membuat Tang Yuan memejamkan sepasang mata, mungkin merasa bodoh kenapa tak terpikirkan cara ini dari sedari awal. Maka, tak perlu pula meminta Ji Yu dan Yue Ming menerobos masuk Hutan Malam Abadi, bukan? Tak perlu pula dua pria ini mendapatkan tanda aneh pada tubuh mereka.

"Maka tempat pertama yang harus kita curigai jelas adalah gudang penyimpanan pangan." Tak tahu dari mana keyakinan Azhuang ini didapatkan, seakan ia mengetahui sesuatu. Tak mengherankan pula ia menjadi sorotan semua pandangan kini, termasuk pula istrinya, Jing Shin, jelas meminta penjelasan lebih lagi. "Apa pernah kalian melihat gudang penyimpanan bebas dari penjaga desa? Tiap kali warga bekerja ataupun memasuki gudang tersebut, bukankah penjaga desa selalu mengawasi? Bahkan sesekali mereka akan turun ke ladang mendekati beberapa warga, sedikit memberikan nasihat dalam mengurusi tanaman sayuran ....

"Namun, setelah aku tahu betapa buruknya rahasia desa ini, aku mulai sadar ... bagaimana jika pemberian nasihat dan metode mendekati warga selama bekerja itu hanyalah suatu alasan? Agar warga berpikir jikalau mereka memang ada di sana untuk mengawasi belaka, terutama bagi warga yang masihlah polos dan berpikir tempat ini surga dunia. Alhasil, tak akan ada yang curiga apa tepatnya yang mereka awasi di sana."

"Azhuang benar, itu sangat mungkin terjadi. Karena aku pribadi, dari sejak menjadi penjaga desa tidaklah pernah sekalipun ditugaskan berjaga di gudang penyimpanan itu."

Maka dari itu, apa lagi yang perlu dinantikan? Akan tetapi, harus diingatkan pula jika setiap rencana tidaklah boleh dilakukan tergesa-gesa. Apalagi masa berkabung desa akan segera dilakukan mulai besok, dan dua hari setelahnya.

Tentu, tiga hari itu harus dikeluarkan dari rencana untuk menghindari ketertangkapan dan kecurigaan, kala di mana penjaga desa tampaklah masih berusaha mencari tahu sesuatu. Dan itu kian menambah kewaspadaan, terutama bagi Ji Yu dan Yue Ming untuk tidak bertindak lebih banyak. Termasuk pula Tang Yuan dan Kwan Mei, kala mereka dikenal sebagai pasangan aneh tak banyak berinteraksi, dan hal itu sudah melekat di benak setiap warga tak terkecuali penjaga desa sekalipun.

Alhasil, bertambah sudah tugas Hui Yan dan Xia Chia, ditemani pula Azhuang serta Jing Shin yang dengan bersikeras ingin turut serta dalam rencana berbahaya ini. Jikalau demikian, apa lagi yang bisa dikatakan? Karena mereka yakin pula kalau Azhuang dan Jing Shin akan sangat membantu dalam rencana ini. Namun, bantuan seperti apa itu tidak ada yang tahu, kecuali saatnya nanti tiba.

Tepatnya setelah hampir dua minggu waktu berlalu, saat di mana penjaga desa telah menurunkan kewaspadaan serta pencarian, yaitu hari ini ... hari panen Dewa Weiji.

Langit tampak sangatlah bersahabat, bahkan awan tak banyak yang memunculkan diri, tersapu habis oleh tiupan angin menyejukkan bagi setiap warga yang sibuk bekerja. Lihatlah pula bagaimana senangnya mereka, biar kata peluh membanjiri sekujur tubuh, kulit hampir terbakar pula oleh sengatan sang surya, tidaklah cukup membuat senyuman mereka mengering ataupun memudar. Apa inilah yang namanya sandiwara berlebihan? Ataukah sungguh mereka telah lupa akan keburukan desa ini berkat panen besar?

Entahlah, yang pasti suara hewan ternak serta decitan burung-burung ikut serta meramaikan suasana, begitu pula dengan deritan gerobak pengangkut hasil panen yang seakan tak ingin ketinggalan dalam merayakan hari besar seperti ini. Terutama bagi segelintir orang yang menolak jika harus menyebutkan suasana saat ini adalah suasana penuh kesejahteraan, kala segelintir orang tersebut adalah dua wanita yang menjinjing keranjang penuh wortel sedang mengikuti arah geraknya gerobak besar dipenuhi umbi-umbian ini. Pun pasang mata di antara keduanya terpaku pada sosok berjubah merah yang berdiri tepat pada sisi kiri dan kanan dari pintu kayu bangunan berbambu, gedung penyimpanan pangan.

Tenanglah ... tenanglah, Hui Yan. Kau masuk kemari hanya untuk menempatkan isian keranjang dan gerobak, jadi tenanglah dan mari bersikap seperti tidak ada apa-apa. Napas diembuskan, jarak yang ada kian pula terkikis seraya sepasang netra diturunkan sudah untuk setidaknya mengurangi kemungkinan akan bertemunya pandangan. Tak tahu pula bagaimana perasaan Xia Chia di sampingnya ini, mungkinkah kekasih Yue Ming ini tak gugup? Karena tampak memang demikian adanya. Bersikap wajar, mari bersikap sewajarnya, Hui Yan.

"Tiba sudah ... sukses buat kalian."

Hui Yan pun berakhir meluruskan pandangan, mengembuskan napas dari mulutnya untuk kemudian bersikap sewajarnya seperti yang ia ucapkan dalam hati tadi. Lagian hanya perlu melewati pintu saja, bukan? Dan penjaga desa tidak bisa pula membaca pikiran, lantas buat apa takut? Karena penjaga desa tak lain dan tak bukan hanyalah seorang bawahan dari makhluk rendahan yang mendiami Hutan Malam Abadi, yang tak lain hanyalah sosok pembunuh belaka.

Sedangkan aku, Ji Yu serta teman-teman lainnya bahkan warga desa sekalipun, tidaklah pantas hidup dalam kendali kalian yang hanya berupa makhluk rendahan nan gelap ... sangat tidaklah pantas.

Maka dari itu, di sinilah Hui Yan kini, bersama dengan Xia Chia dan satu gerobak penuh umbi-umbian berada. Yang mana hanya butuh dua langkah saja maka masuk sudah mereka ke dalam. Dua langkah yang menjadi penentuan akan rencana berikutnya seperti apa, dan semua penantian selama hampir dua minggu pun dipertaruhkan hanya untuk saat ini.

Namun, begitu kata 'berhenti' tertangkap pendengaran, buyar sudah semua rencana itu menjadi kepingan yang tenggelam dalam ketakutan. Membekukan pasang tungkai, kala di mana dua penjaga desa melemparkan pandangan menajam nan menyelisik dari balik topeng wajah yang semacam tahu akan sesuatu.

Lantas, benarkah rencana yang telah dibuat hanya mampu dijalani sejauh ini saja? Bahkan embusan angin mulai menghadirkan seruan gagak, dan nyanyian dari hutan larangan ... kembali terdengar jauh lebih mencekam.

Continue Reading

You'll Also Like

489K 105K 83
[Fantasy & Minor Romance] Setelah mati, Stella malah terbangun sebagai karakter di cerita terakhir yang dibacanya. "The F...
403K 34.3K 64
[TAMAT] Thea adalah malaikat yang paling bodoh, ceroboh, dan hanya bisa membuat onar. Tapi kali ini kesalahan yang ia perbuat cukup fatal: ia mencium...
58.3K 9.5K 35
[Fantasy & (Minor)Romance] Ruby tidak pernah tahu bahwa kolong tempat tidurnya mempunyai ruangan rahasia. Keinginan konyolnya waktu belia, rupanya di...
1.1M 103K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...