Ex Boss! My Husband [ On Goin...

By anggihao

445K 22.4K 666

Teresha Putri Pradana & Aksara Putra Pranaja❤️ #1 in ex [18/6/2021] #1 in work [4/6/2021] #15 in chicklit [17... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
Part 19
part 20
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 27
part 28
part 29
Part 30
part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
part 36
part 37
part 38
part 39
part 40
part 41
info

part 26

9.5K 536 105
By anggihao

Happy reading 📖

Happy Satnight All 🤍

Jangan lupa vote and coment 🤍

Jangan lupa juga share cerita ini ke teman kalian biar pada ikutan baca 😃

Eitss, jangan lupa juga mampir ke Instagram aku @anggiresnew

°°°

Pulang ngantor masih sore alias tidak lembur adalah salah satu hal berharga yang patut disyukuri semua karyawan termasuk Tere. Apalagi sekarang hari sabtu malam minggu, paket komplit pokoknya.

Setelah pulang ngantor jam 16.00 tadi, Tere langsung membersihkan badannya. Sekarang ia sedang memoles wajahnya dengan sedikit make-up tipis. Jeans hitam dan kaos putih bentuk crop bertuliskan LV yang ia kenakan saat ini membuat dirinya terlihat seperti anak remaja.

Umur boleh tua tapi jiwa harus tetap muda

Dengan penampilan sederhana seperti itu tidak mengurangi kadar kecantikan seorang Teresha Putri Pradana. Rambut yang biasa tergerai indah itu kini ia cepol asal sehingga meninggalkan sedikit anak rambut dan menampilkan leher jenjang-nya yang putih.

Mungkin orang yang nanti melihatnya akan berpikiran seperti ini, 'penampilannya sederhana, namun karena Tere yang berpenampilan seperti itu, sepertinya kata sederhana tidak akan berlaku lagi.'

Malam ini ia sudah ada janji dengan Satya. Laki-laki itu akan mengajaknya jalan-jalan disekitaran Kota Tua---katanya. Karena memang saat malam minggu Tere tidak pernah memiliki kegiatan kecuali marhaton drakor. Jadi, ia langsung mengiyakan ajakan Satya.

Tere melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul 20.00 harusnya Satya sudah data----

Drttt

Tere mengambil handphone-nya yang berada diatas nakas. Dengan segera ia melihat pesan yang baru saja masuk beberapa detik lalu.

Mas Satya
Aku udah dibawah

Melihat pesan dari Satya, Tere segera membalasnya.

Teresha
Oke. Wait a minute.

Dengan segera Tere mengambil tas dan menyampirkan-nya di pundak. Kemudian mengambil sepatu kets putih dan segera memakainya. Ia lalu berjalan keluar dan menaiki lift untuk turun ke lantai bawah.

Setelah mengedarkan pandangan dan mendapati mobil Satya yang terparkir tidak jauh didepan lobby. Tere segera berjalan mendekat kearah mobil Satya.

"Nggak lama kan?" Tanya Tere terkekeh, saat sudah duduk disamping Satya.

Untuk beberapa detik tidak ada tanggapan dari laki-laki itu. Satya masih terdiam melihat penampilan Tere yang sangat sederhana itu, namun membuat wanita itu terlihat sangat cantik.

"Mas Satya," panggil Tere melambaikan tangannya didepan wajah Satya.

Satya terkesiap mendengar panggilan Tere. "Ahh, Iya. Nggak ko," jawab Satya setelah kesadarannya kembali.

Kemudian mobil Satya melaju meninggalkan kawasan apartemen Tere. Lagu 'Nyaman' yang dibawakan Admesh kini menemani perjalanan mereka berdua. Sesekali Tere ataupun Satya akan ikut bernyanyi hanya pada bagian bait lirik yang mereka hapal saja. Jadinya, mereka seperti berduet. Karena lirik yang mereka hapal dibagian yang berbeda.

"Kamu bisa nyanyi juga ternyata," ucap Satya, saat alunan musik 'Nyaman' itu berubah menjadi musik lain.

Tere mengangguk, "Lumayan." Jawabannya, sambil melihat Satya yang sedang memegang setir.

Satya menoleh ke arah Tere"Gimana, kalau next time. Kita pergi karaoke, kayaknya seru." Ucapnya pada perempuan yang sekarang sedang menyelipkan anak rambut pada telinganya. Kegiatan itu tanpa sadar lagi-lagi membuat Satya menatap Tere dengan tatapan memuja. Karena, sungguh! Wanita itu sangat cantik malam ini. Biasanya ia hanya melihat Tere dengan pakaian kantor setiap harinya.

Untung sedang lampu merah. Jadi, tidak masalah jika Satya mengalihkan pandangannya pada Tere, bukan pada jalanan didepan sana.

Mendengar itu Tere menoleh dan mendapati Satya yang sedang melihat kearahnya. "Wah! Boleh dicoba tuh, Mas. Apalagi kalau rame-rame sama yang lain---anak divisi keuangan." Jawab Tere antusias.

Laki-laki yang mengenakan pakaian casual itu mengangguk setuju dengan ide Tere. "Gampang'lah tinggal atur waktunya aja. Kayaknya yang lain anytime bisa, cuma kamu yang sibuk terus." Ucap Satya jahil pada Tere. Tapi memang benar, karena pekerjaannya sebagai asisten pribadi membuat Tere tidak pernah punya waktu untuk memikirkan hangout. Karena rasa-rasanya ia baru saja terlelap tidur esoknya ia sudah harus kembali bekerja, jadi untuk saat ini nongkrong ataupun hal lain yang berbau fun. Ia tidak bisa melakukan-nya kecuali hari weekend seperti saat ini, itupun kalau si Aksa, arghhh-----

Kenapa Tere kepikiran Aksa sih. Tidak! Ia tidak boleh memikirkan bos nyebelin-nya itu. Sekarang waktunya ia Quality time untuk dirinya sendiri.

"Hehehehe, tau sendiri'kan jadi Asisten pribadi itu capeknya gimana. Boro-boro mikirin nongkrong sana-sini. Aku pulang kerja bisa tidur nyenyak aja udah allhamdulilah banget." Tere meringis sendiri mendengar ucapannya. Padahal, jika mau ia tidak perlu capek bekerja. Hanya tinggal bertopang kaki ia bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun, Tere tidak seperti itu.

Aduhhh!!! Tere idaman banget kawan-kawan. Udah anak holkay tapi masih tetep mau capek kerja buat cari duit.

"Kalau nggak capek namanya bukan kerja, Ter." Satya terkekeh mendengar ucapan Tere.

Tere mengangguk membenarkan ucapan Satya. Kemudian, lampu merah berubah warna menjadi hijau. Dan Satya langsung melajukan mobilnya untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Sepertinya, karena obrolan mereka di mobil tadi. Membuat waktu terasa begitu cepat. Kini keduanya sudah berjalan menyusuri Kota Tua yang malam itu dipenuhi orang-orang dari banyak kalangan, mulai dari muda-mudi sampai orangtua yang datang bersama anak-anak ikut meramaikan Kota Tua malam itu.

"Kamu udah pernah kesini?" Tanya Satya pada Tere yang berjalan disampingnya.

"Udah. Terakhir waktu SMA," ucap Tere memberitahu. Empat tahun lalu ia kesini dengan seseorang yang saat itu sangat ia cintai dan sangat ia percaya. Tapi itu dulu! Tidak dengan sekarang, semuanya berubah karena sebuah pengkhianatan.

"Dan sekarang kamu baru kesini lagi. Seriously?" Tanya Satya tak percaya. Pikirnya kemana saja perempuan itu selama ini.

"I'm serious, kuliah diluar nggak punya banyak waktu untuk pulang pergi Indo-Inggris,"

"Lho, aku kira kamu kuliah disini." Heran Satya pada Tere.

"No. Aku kuliah di Oxford. And then aku memilih kerja disini,"

Satya masih tak percaya. Ia semakin penasaran dengan Tere. Terlalu banyak hal menarik untuk digali dari perempuan itu. Mulai dari selera fashion-nya yang tidak sembarangan dan fakta bahwa perempuan itu mengambil SI di salah satu universitas tersohor di dunia.

"Wow. Jadi penasaran kamu se-pintar apa sampe bisa masuk sana," ucap Satya takjub sekaligus penasaran.

Tere terkekeh mendengar penuturan Satya, "Aku nggak se-pintar itu. Hanya memenuhi standar untuk kuliah disana aja," jawab Tere seadanya.

Satya akhirnya mengangguk mendengar jawaban Tere. Padahal ia tahu, standar untuk masuk Oxford itu artinya kamu harus memiliki otak yang benar-benar pintar alias cerdas.

Akhirnya, setelah hanya berjalan menyusuri pinggiran Kota Tua. Tere dan Satya memilih untuk berhenti disalah satu penjual kerak telor. Rasanya tidak adil jika pergi ke Kota Tua tapi tidak mencicipi makanan khas ibu kota itu.

Sambil menunggu pesanan mereka tiba. Tere dan Satya memilih duduk dan fokus pada handphone masing-masing.

Drttt

Handphone yang Tere mainkan tiba-tiba menampilkan pop-up sebuah pesan.

Pak Aksa
Kamu sudah tidur?

Tere mengernyit bingung setelah membaca pesan dari Aksa. Untuk apa boss-nya itu bertanya hal yang tidak penting. Namun, tak urung Tere tetap membalasnya.

Teresha
Belum pak, ada apa?

Tak butuh waktu lama sebuah pesan baru kembali masuk ke handphone Tere.

Pak Aksa
Jalan sama saya, mau?

Tere semakin bingung membaca pesan dari Aksa. Ini dia tidak salah baca kan?

Teresha
Bapak lagi ngajak saya malam mingguan?

Tere tersenyum sendiri membaca balasan yang ia kirim pada Aksa. Tidak masalah bukan jika ia ingin sedikit menggoda Aksa.

Pesan dari Aksa kembali masuk.

Pak Aksa
Memang sekarang malam Minggu? Setahu saya ini Sabtu malam.

Sial. Sekarang malah Tere yang kesal sendiri melihat balasan Aksa. Sepertinya memang benar ia tidak akan pernah menang jika berdebat dengan laki-laki itu.

Teresha
TERSERAH BAPAK!

Balasan dengan capslok itu terkirim kepada Aksa. Kemudian Tere menyimpan handphone-nya diatas meja. Mood-nya tiba-tiba berubah jelek karena pesan Aksa. Dan lagi, tidak ada balasan dari laki-laki itu. Jadi, memang sepertinya Aksa tidak berniat mengajaknya jalan. Astaga! Tere padahal berharap sekali Aksa akan memaksanya seperti yang selalu dilakukan laki-laki itu.

Satya mengalihkan perhatiannya ketika mendengar bunyi meja yang bergesekan dengan sebuah handphone. Tanpa sadar ternyata Tere sudah membanting handphone-nya meskipun tidak terlalu keras.

"Kamu Kenapa? Kok keliatan kesel gitu?" Mendengar itu Tere tidak menyangka ternyata Satya se-peka itu untuk mengetahui perubahan moodnya.

"Emm....gapapa Mas. Cuma lagi kesel aja sama orang," ucap Tere yang berusaha untuk mengembalikan moodnya.

"Aku boleh jujur?" Tanya Satya mengalihkan pembicaraan.

"Tentang?"Tere sengaja menggantung-kan ucapannya.

"Malam ini you look so perfect."

Tere tersipu mendengar itu. Ahh! Semoga saja pipinya tidak memerah hanya karena pujian itu. Sungguh saat ini ia hanya tersipu karena pujian dari Satya, namun jantungnya biasa saja tidak jedag jedug seperti saat Aksa memanggil-nya dengan sebutan 'Teresha'. Tuh kan! Kenapa Aksa lagi sih, yang dipikirin Tere. Ini laki-laki didepannya tidak kalah ganteng dengan Aksa, lho.

Kasian dong kalau dianggurin kan enakan di apelin, eakkk.

Setelah menunggu sekitar 10 menitan . Akhirnya sekarang dua porsi kerak telor dan dua gelas es teh manis. Sudah berada di hadapan Tere dan Satya. Lantas, keduanya memilih diam saat mulai menyantap makanan masing-masing.

Baru ingin menyuapkan sesendok kerak telor. Handphone Tere kembali berbunyi, kali ini sebuah panggilan masuk dengan nama 'Pak Aksa' sedang menunggu untuk ia jawab.

Setelah meminta izin pada Satya untuk menerima panggilan. Akhirnya Tere memutuskan untuk menjauh dari kerumunan dan menuju tempat yang lumayan sepi untuk mengangkat panggilan dari Aksa.

"Buka pintunya Teresha. Kamu budek, dari tadi saya sudah pencet bell berulang kali,"

Baru saja mengangkat panggilan. Tahu-tahu Tere sudah kena semprot Aksa. Apa katanya tadi, bukain pintu?

"Jangan becanda deh, pak. Bapak ngapain didepan apartemen saya?" Tanya Tere bingung. Ia berharap semoga Aksa tidak benar-benar ada didepan apartemen-nya saat ini.

"Belum jelas pesan dari saya?"

"Tapi kan bapak nggak bilang jadi pergi. Lagian, sekarang saya lagi diluar."

"Pergi sama siapa kamu?" Tanya Aksa tak santai disebrang sana.

"Perlu banget bapak tahu saya pergi sama siapa?"

"TERESHA," geram Aksa diujung sana.

Tere terkekeh mendengarnya. Akhirnya, berhasil juga ia membuat Aksa kesal.

"Iya bapak Aksa, saya pergi sama...." Tere sengaja menggantung-kan ucapannya. Ingin tahu respons dari lawan bicaranya.

"Sama Satya." Tebak Aksa diujung sana.

Kenapa Tere mendengar seperti ada nada kecewa saat Aksa mengucapkan itu.

"Bapak cenayang. Kok bisa tahu?"

"Emang ada laki-laki yang mau deketin kamu selain dia,"

Astaga! Ini maksudnya, Aksa sedang mengejek Tere tidak laku atau bagaimana?

"Terserah bapak deh," lama-lama Tere bisa frustasi jika terus meladeni Aksa.

"Kalau terserah saya. Sekarang kamu balik, saya tunggu dalam 20 menit. Jika tidak, saya yang akan mendatangi kamu kesana,"

Belum sempat Tere menjawab, sambungan telepon sudah diputus sepihak.

"Apaan sih! Dasar gila," gerutu Tere pada angin malam.

Tere kembali ke tempat duduk dan mulai kembali melanjutkan kegiatan makannya. Ia berusaha tidak kepikiran dengan apa yang tadi dikatakan Aksa. Namun, tidak bisa! Ini Aksa dan laki-laki itu tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Lima menit sudah berlalu. Makanan keduanya pun baru saja habis. Satya melihat perempuan yang ada dihadapannya dengan bingung. Dari tadi Tere tidak henti-hentinya memandangi jam dipergelangan tangannya.

"Habis ini kita mau lanjut atau pulang?" Tanya Satya memberi opsi. Yah meskipun sekarang baru pukul 21.30 jam yang masih bisa dibilang terlalu sore untuk pulang. Apalagi ini Jakarta, salah satu kota yang tidak pernah tidur.

Tere berpikir sejenak. Jika ia memilih untuk langsung pulang, masa iya! Malam Minggu hanya makan kerak telor saja. Tapi kalau ia memilih untuk lanjut, rasanya tidak enak kepada Aksa yang menunggunya disana. Eh! Pede sekali, iya jika Aksa benar menunggunya kalau tidak, bagaimana?

"Emmm... Kalau langsung pulang, Mas Satya gapapa?" Tanya Tere ragu.

Satya justru tersenyum mendengar pertanyaan Tere, "Ya gapapa dong. Next time kan masih bisa jalan lagi!"

Aish! Pede sekali Satya. Ia kalau Tere masih jomblo kalau sudah official sama pak Aksa bagaimana? : V

Akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang sesuai keinginan Tere. Setelah 30 menit akhirnya mereka berdua sampai juga di depan lobby apartemen Tere.

"Thanks for to night." Ucap Tere sebelum turun dari mobil Satya.

"Harusnya aku yang bilang makasih. Karena kamu udah mau aku ajak jalan,"

Keduanya terkekeh sebelum akhirnya Tere turun dan mobil Satya melaju pergi meninggalkan kawasan apartemen Tere.

Tere memasuki lobby. Kemudian matanya melihat seseorang yang ia kenal sedang duduk di coffe shop yang berada disudut lobby apartemen yang ia tinggali. Ini! kalau Nisa liat Aksa malam Minggu ada disini bagaimana?

"Pak," panggil Tere mengalihkan perhatian Aksa dari layar handphone yang sedang laki-laki itu mainkan.

Malam ini Aksa hanya berpakaian casual namun ketampanan-nya tidak sedikitpun pudar. Belum apa-apa Tere sudah melihat banyak pasang mata yang menatap terang-terangan ke arah Aksa. Terutama para perempuan yang ada disana.

"Kamu telat 4 menit 59 detik,"

Tere hanya mendengus mendengar itu. Kemudian ia berjalan kearah lift meninggalkan Aksa. Dengan inisiatif sendiri Aksa mengikuti langkah Tere memasuki lift. Kini hanya mereka berdua yang ada didalam sana.

"Kenapa bapak nunggu disana?" Tanya Tere penasaran. Kamarin'kan laki-laki itu dengan mudahnya bisa masuk kedalam apartemen-nya.

"Jadi kamu lebih suka saya yang minta kunci cadangan dan bilang kalau saya ini calon suami kamu?"

Ukhuk

Tere terbatuk mendengarnya. Ia tidak siap dengan jawaban laki-laki itu. Aksa hanya tersenyum melihat reaksi Tere.

"Bukan begitu...." Tere bingung harus menjawab apa.

"Memang bapak nggak liat orang-orang dibawah tadi ngeliatin bapak sampe segitunya," Tere juga sebenarnya bingung. Kenapa ia harus mengatakan hal yang tidak penting seperti itu.

"Kamu cemburu," Aksa mengatakan-nya dengan santai. Namun tidak dengan Tere, perempuan itu memandang Aksa sekilas. Menilainya dari atas sampai bawah kemudian mengulanginya hingga beberapa kali.

"Kenapa saya mesti cemburu?"

Tidak ada jawaban dari Aksa. Hanya senyum tipis yang laki-laki itu berikan pada Tere.

"Bapak sehat kan?" Tanya Tere mamastikan. Jarang-jarang lho, dia melihat Aksa tersenyum seperti itu.

"Memang kamu pikir saya kenapa?"

Ting

Belum sempat Tere menjawab. Lift sudah terbuka. Kemudian, keduanya melangkah keluar.

"Bapak jangan ngintip," kata Tere saat ia sedang memasukkan sebuah kata sandi.

"Kalaupun saya tahu kode-nya. Saya nggak akan maling di apartemen kamu," Aksa mengatakan itu sambil melihat Tere yang sedang memasukkan acsess code pada bagian pintu apartemen-nya.

"Bisa aja kan. Kalau tiba-tiba perusahaan bapak collapse terus bapak jatuh miskin terus bapak memutuskan untuk jadi mali---" ucapan ngawur Tere terhenti saat Aksa menjitak kepalanya pelan.

"Kamu nyumpahin saya," ucap Aksa tajam. Yah! Meskipun perkataan Tere tidak ia masukan ke hati. Ia tetap saja memberikan tatapan intimidasi pada perempuan itu.

"Silahkan masuk bapak Aksa yang terhormat," ucap Tere dengan sebuah senyuman.

Kemudian keduanya berjalan masuk. Tere meletakkan sepatu kets-nya begitupun dengan Aksa. Setelah menyimpan tasnya di kamar, Tere kembali keluar dan mendapati Aksa sedang duduk di sofa ruang tamunya sambil memainkan handphone.

Mau dimana'pun Aksa berada pasti disibukan dengan pekerjaannya. Hey! Jangan kalian pikir jadi CEO itu enak. No! Semua pekerjaan itu tidak ada yang enak, kawan-kawan.

"Bapak mau minum apa?" Tanya Tere pada Aksa. Laki-laki itu menoleh dan mendapati Tere sedang berdiri tak jauh darinya.

"Terserah kamu,"

"Bapak kalau saya tanya, jawabnya terserah terus. Jangan-jangan kalau saya kasih air keran bapak nggak masalah juga," setelah mengatakan itu Tere berlalu pergi ke pantry. Ia tak memperdulikan tatapan Aksa yang menatapnya tajam.

Dua cocholatte panas kini sudah berada diatas meja sofa yang saat ini sedang diduduki oleh Tere dan Aksa.

"Harus banget bapak malam mingguan ditempat saya," ucap Tere masih tidak percaya dengan keberadaan Aksa saat ini.

"Harusnya tadi saya dinner sama calon tunangan saya." Ucap Aksa menerawang ke depan---pada layar Televisi yang sedang menampilkan sebuah film romence.

Tere terdiam sebentar. kemudian, "Terus kenapa bapak disini sekarang?" Tanya Tere bingung. Harusnya'kan Aksa sama Angel sekarang, kenapa laki-laki itu malah memilih untuk datang kesini.

"Karena katanya, calon tunangan saya tidak pernah pulang. Dia, lebih sering menghabiskan waktunya diluar dari pada bersama keluarganya," kali ini Aksa mengatakan-nya dengan menatap Tere.

Astaga! Kenapa perempuan itu selalu terlihat sangat cantik di matanya. Apalagi leher jenjang putih itu membuatnya salah fokus--- sudah! jangan berpikiran macam-macam wahai pembacaku.

Tere hanya mengangguk mendengar itu. Pikirnya karena Angel seorang model tentu saja perempuan itu akan lebih menghabiskan banyak waktu diluar dari pada di rumah.

"Saya nggak suka kalau milik saya dilihat orang lain," ucap Aksa sambil melepaskan jedai yang membungkus rambut Tere.

Tere terkesiap dengan apa yang baru saja dilakukan Aksa kepadanya. Apalagi perkataan laki-laki itu yang membuatnya semakin bingung.

"Apaan sih pak." Ucap Tere sambil membenarkan tatanan rambutnya yang berantakan karena perbuatan Aksa. "Kalau tunangan bapak tahu, apa yang baru saja bapak katakan kepada saya dia bisa salah paham."

"Saya suka disini," ucap Aksa."Berdua sama kamu." Lanjutnya.

Blush. Apaan sih ini Aksa. Syukurnya lampu diruangan itu dimatikan jadi Tere yakin Aksa tidak akan bisa melihat pipinya yang memerah akibat perkataannya tadi.

Bugh!

Dengan refleks Tere memukul bahu Aksa. Laki-laki itu hanya terkekeh melihat respon dari Tere. Sungguh! Membuat Tere kesal dan membuat perempuan itu tersipu ketika ia menggodanya adalah hal baru yang ia sukai.

"Pak, ngerti nggak sih! Bapak itu udah punya tunangan dan dengan bapak disini dan bersikap seolah tertarik sama saya itu adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan." Ucap Tere tak habis pikir! Wajah Aksa boleh tampan tapi kelakuannya tidak bisa dibenarkan, itu yang ada dipikiran Tere.

"Sejak kapan saya bilang kalau saya tertarik sama kamu," ucapan Aksa ada benarnya. Aish! Tere jadi malu sendiri. Kenapa dia pede sekali. Tolong! Siapapun itu bawa Tere pergi darisini.

"Bapak nggak Pernah bilang, tapi kelakuan bapak yang membuat saya berpikiran seperti itu." Lihat, Tere masih saja percaya diri.

"Bisa nggak sih kalau diluar kantor kamu jangan manggil saya bapak. Memang saya bapak kamu," Cerca Aksa. Tere yang mendengar itu berdecak bosan mendengar Aksa mengatakan itu.

"Terus bapak maunya saya panggil apa?" Tanya Tere sesekali melirik Aksa. Padahal ia ingin fokus menonton film.

"Apa saja asal jangan bapak," kata Aksa memberitahu.

"Emm...." Tere berpikir sebentar kira-kira panggilan apa yang pas untuk ia berikan pada Aksa. "Aksa." Ucapnya tiba-tiba yang membuat laki-laki disampingnya menoleh ke arahnya.

Ini kali pertama Tere memanggil Aksa tanpa embel-embel pak. "Nggak sopan kamu sama yang lebih tua," ucap Aksa tajam pada Tere. Lihat! Tadi siapa yang bilang Tere bebas memanggil Aksa apa saja asal jangan bapak.

"Lho, kenapa bapak protes. Tadi katanya terserah saya."

"Ahh. Saya tahu, bapak mau saya panggil 'Mas Aksa' begitu?" Tanya Tere jahil. Tanpa sadar ucapannya itu membuat Aksa senang mendengarnya.

"Good girl," Ucap Aksa sambil mengacak puncak rambut Tere.

Gerakan itu membuat Tere dengan spontan memegang tangan Aksa yang masih berada diatas kepalanya. "Pak ih. Jangan diberantakin lagi ini rambut saya," omel Tere pada Aksa.

"Mau seperti apapun penampilan kamu. Dimata saya kamu tetap wanita paling cantik yang pernah saya temui." Ucap Aksa tulus. Gila! Ini sudah tidak bisa ditahan lagi. Sekarang pipi Tere pasti sudah semerah tomat.

"Apaan sih pak. Dasar modus,"

"Modus. Kata apa itu?" Ini serius Aksa tidak tahu apa itu modus?

"Astaga! Bapak selama ini hidup dimana sih? Masa modus aja nggak tahu artinya." Tere gondok sekali dengan Aksa. "Modus itu artinya modal dusta,"

"Maksud kamu saya cuma modal omongan doang nggak pernah bertidak?" Tanya Aksa. Kini jarak keduanya sangat dekat apalagi saat Aksa terus saja mempersempit jarak diantara mereka.

Tanpa sadar Tere sudah menahan napasnya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan laki-laki itu. Oh astaga! Semoga saja Aksa tidak akan berbuat macam-macam padanya.

Kali ini Tere sudah berada di ujung sofa. Tidak ada lagi ruang untuk ia bisa menghindar dari Aksa. Dengan keberanian yang tersisa sedikit, Tere mendongak melihat wajah Aksa.

"Bapak mau ngapain?" Tanyanya dengan tangan yang sudah berada didada bidang Aksa. Agar laki-laki itu tidak bisa lagi mendekatinya.

Aksa menampilkan senyum smirik. Damn it, baru kali ini Tere melihatnya dan itu sukses membuatnya takut.

"Tadi kamu bilang saya hanya modal omongan saja. Jadi saya ingin melakukan sesuatu," ucapan Aksa itu membuat Tere semakin was-was.

"Baju ini jangan pernah kamu pake lagi. Terutama saat kamu jalan dengan laki-laki lain," ucapan itu membuat Tere menatap baju yang ia kenakan. Ia bisa melihat tangan Aksa yang berada dibawah sana sedang menarik bagian ujung bajunya yang tadi sedikit terangkat.

Astaga! Tere jadi merasa tak enak karena sudah berpikiran yang macam-macam. Padahal maksud laki-laki itu baik.

"Ouh itu... terima...kasih, pak." ucap Tere gugup karena jarak mereka masih sangat dekat.

"Mas," koreksi Aksa.

"Iya. Iya, terima kasih mas Aksa. Atas sarannya, mungkin akan saya ingat." Lebih baik Tere mengalah saja. Daripada urusannya menjadi panjang.

Aksa tersenyum senang mendengar itu. Kemudian keduanya kembali melihat layar Televisi yang sedang menampilkan adegan--- kissing.

Melihat itu Tere dan Aksa saling bertatapan. Keduanya merasa canggung setelah melihat itu. Bagi Tere tidak masalah jika melihat adegan seperti itu saat seorang diri. Tapi kali ini berbeda, ada laki-laki dewasa disampingnya, ia merasa malu sekali karena sudah ketahuan suka menonton film seperti itu.

Untuk menghilangkan kecanggungan diantara keduanya. Aksa lebih memilih mengambil secangkir Chocolatte panas miliknya yang sudah mendingin. Sedangkan Tere lebih memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada layar handphone yang ia mainkan secara acak.

Jam menunjukan pukul 23.30, Tere sudah menguap sedari tadi. Namun ia tetap kekeh ingin menonton filmnya sampai habis. Sedangkan Aksa, laki-laki itu lebih banyak memandangi perempuan yang duduk disampingnya. Ia tidak terlalu menghiraukan film yang sedang diputar itu.

Sudah tengah malam dan film yang mereka tonton baru saja berakhir. Namun ternyata, Tere sudah terlelap sejak tadi dengan bersandar di bahu Aksa. Laki-laki itu akhirnya memutuskan untuk membawa Tere ke kamar setelah mematikan Televisi tentunya.

"Enghh.... Bapak mau pulang," Racau Tere saat Aksa sudah berhasil membaringkannya di kasur.

"Iya. Saya harus pulang sekarang. Have nice a dream Teresha," ucap Aksa kemudian mencium puncak kepala Tere.

Tere dengan kesadaran yang sudah setengah. Tidak dapat menangkap jelas apa yang dikatakan laki-laki itu dan apa yang baru saja dilakukannya. Ia hanya mendengar pintu di tutup dan setelahnya masuk ke alam mimpi.

Sedangkan Aksa yang sudah didalam lift masih tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Malam ini ia sangat bahagia karena mengetahui sebuah fakta baru. Dan tentunya itu masih rahasia, tidak boleh ada yang tahu untuk saat ini.

Akhirnya malam minggu kali ini menjadi malam yang sangat indah. Baik untuk Tere, Aksa ataupun Satya. Mereka bertiga menemukan kebahagiaannya malam ini.

T.B.C

Enak banget guys jadi Tere. Malam mingguan-nya sama duo cogan😶

Part ini lumayan panjang lho, guys. Keterlaluan sih kalau kalian pada nggak nge- vote sama coment :-(

Gimana perasaan kalian pas baca part ini?

Jadi kalian dukung siapa nih?

Aksa & Tere
or
Satya & Tere

Nggak kerasa yah, udah malam Minggu lagi aja. Part ini aku dedikasikan buat para jomblo yang malam Mingguan-nya diem di kamar : v

Di tulis dengan 3691 kata

Sabtu, 28 Agustus 2021

With love you AR❤️

Continue Reading

You'll Also Like

315K 32.7K 49
Update setiap: Selasa, Kamis, dan Sabtu Beleaguered : Terkepung Meisya seorang jomlo menaun yang sedang dilanda kebingungan dengan perubahan hidupnya...
65.4K 10.6K 19
"Dokter Kama. Dokter benar dapat fellowship ke Australia?" tanyaku tanpa basa-basi. Ugh aku sebaiknya bertanya ia dari mana bukan? Namun otakku menga...
200K 37.5K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
896K 2.4K 6
Kisah Perselingkuhan penuh gairah, dari berbagai latar belakang Publish ulang di wattpad!