So Love Triangle? (HIATUS)

By kaAnnamar

267 127 74

Anta terlihat sempurna di mata Adi. Asga itu terlihat tengil di mata Anta. Dan Adi terlihat idaman di mata An... More

SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
Informasi
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS

DELAPAN

12 5 7
By kaAnnamar

Seharian ini sangat melelahkan. Dengan langkah gontai, gadis itu melangkah ke parkiran. Dia sendirian karena baru selesai piket dan kedua sahabatnya sudah pulang duluan.

Puk.

Gadis itu –yang tak lain adalah Anta– mendongak ketika sebuah telapak tangan hinggap di atas kepalanya. Anta lalu melirik pemilik tangan tersebut.

"Kenapa? Lesu banget kayaknya."

"Lagi males," jawab Anta.

Asga menaikkan sebelas alisnya heran.
"PMS?" tanyanya.

Tanpa menoleh Anta menjawab, "Tahu PMS juga lo?"

Asga terkekeh sebentar lalu kembali melihat ke depan.

"Pelajaran IPA di SMP ada menstruasi kali," kata Asga.

Anta hanya berdeham sebagai balasan. Sungguh hari ini dia benar-benar malas. Alasan lainnya yaitu mengantuk.

Setibanya di parkiran, mereka berdua disambut oleh Adi yang berdiri di samping mobil Anta. Dan ketika netra Adi melihat Asga di samping Anta, dia bergegas melangkah mendekatinya.

"Hm, kenapa?" tanya Anta to the point.

"Gue bawa satu novel bagus, kali aja lo suka sama novelnya." Adi mengulurkan sebuah novel yang katanya bagus itu.

Dari sampulnya kayaknya Anta tahu. Ia menelisik lagi untuk mengingat-ingat.

"Oh, salah satu novel karya penulis favorite gue," ucap Anta ketika dia sudah ingat.

"Lo suka novel?" tanya Asga tiba-tiba.

Ah, Anta lupa kalau ada Asga yang berdiri di sampingnya.

Anta mengangguk sekali lalu kembali berbicara dengan Adi.
"Buat gue?" tanyanya memastikan.

Dengan tersenyum Adi menjawab, "Iya, gue pinjemin. Kebetulan gue punya dua novel di rumah."

Bohong! Sebenarnya dia cuman punya satu novel. Dan novel yang dipinjamkan ke Anta itu adalah punya kakaknya. Dia rela merengek dan menuruti permintaan kakaknya demi mendapatkan novel itu. Demi Anta sih sebenarnya.

Tanpa banyak bicara lagi Anta menerima novel itu.

"Thanks, Di. Secepatnya gue balikin."

"Nggak usah cepet-cepet kok, Ta, santai aja bacanya."

"Oke. Gue duluan," jawab Anta lalu menatap Asga yang masih berdiri di sampingnya. "Gue duluan. Hati-hati."

Asga yang mendengar Anta mengucapkan kata hati-hati jadi merasa diperhatikan. Sontak cengirannya muncul dan entah kenapa terlihat menyebalkan di mata Adi.

Dengan mendengus, Adi berbalik badan pergi meninggalkan Asga yang menatap punggungnya dengan tersenyum miring.

***

Anta memasuki rumah tanpa teriak-teriak. Rehan yang kebetulan mau pergi keluar jadi memandang adiknya heran.

Tumben nggak teriak kayak tarzan, batinnya penuh tanda tanya.

Selepas menutup pintu kamarnya, Anta menaruh tasnya begitu saja di lantai dan berjalan ke arah kasur. Menjatuhkan diri di pulau kapuknya.

Ceklek.

"Makan dulu yuk, Ta."

Anta mengangkat kepalanya melihat mamanya berdiri di ambang pintu.

"Ntar aja deh, Ma," balas merebahkan kepalanya kembali.

Sinta melangkah mendekati Anta dan duduk di tepi kasur.

"Lesu banget kayaknya putri Mama. Kenapa, hm?" tanya Sinta mengelus rambut hitam milik Anta.

"Nggak tahu, lagi malas banget gitu, Ma, sama ngantuk," jawab Anta mengerucutkan bibir.

"Tadi malam maraton anime lagi?"

"Nggak kok, malahan kemarin nggak nonton anime sama sekali pas di rumah."

"Terus kok bisa ngantuk banget?"

"Kebangun gara-gara mimpi buruk."

Sinta tersenyum mendengar jawaban Anta. Putrinya itu mirip dengannya, selalu susah tidur lagi setelah kebangun gara-gara mimpi buruk.

"Yaudah tidur dulu gih, tapi ganti baju dulu, jangan tidur pakai seragam sekolah," kata Sinta lalu beranjak pergi.

Anta langsung mengganti seragamnya dengan kaos oversize berwarna abu-abu dan hotpants. Setelah menggerai rambutnya, dia merebahkan dirinya di kasur dan terlelap memasuki alam mimpi.

***

"Mana novel gue?"

Baru saja Adi sampai di depan kamar, ia sudah di todong kakaknya.

Dengan malas dia menjawab, "Kan udah gue bilang kemarin, novelnya gue pinjem, Kakak tersayang."

"Gue inget. Sekarang balikin," desak Kakak Adi yang bernama Rere.

Adi melirik kakaknya kesal.
"Ngertiin gue sedikit napa sih, Kak. Novel lo gue jadiin bahan PDKT."

Rere sempat terperangah beberapa detik.

"PDKT? Lo?" tanya Rere tak yakin.

Habisnya Adi itu nggak pernah cerita-cerita tentang cewek. Sampai-sampai dulu pernah satu kali ada seorang cewek datang ke rumah terus bilang kalau dia pacar Adi. Bikin ngeri. Bukan karena sikapnya atau apa, tapi dandanannya itu loh tebel banget. Rere yang udah gede aja lebih suka make up tipis-tipis. Lah itu cewek baru juga bocah SMP kelas 8 udah kayak yang berumur aja alias tante-tante.

Untungnya itu cewek ternyata cuman fans adiknya bukan pacarnya beneran. Langsung lega rasanya.

"Kenapa emang?" tanya Adi balik.

Rere mengusap rambutnya sedikit kasar.
"Ya, nggak pa-pa sih. Cuman kayak aneh aja."

Adi menaikkan sebelas alisnya.

"Habisnya terakhir kali ada cewek ke sini ngaku-ngaku pacar lo dandanannya begitu. Yakin kali ini bener?"

Seketika Adi langsung mendelik.
"Dia nggak aneh-aneh ya, Kak. Dia juga fans gue."

"Lah?"

"Intinya dia bukan fans gue, tapi sebaliknya. Udah, gue mau istirahat." Adi bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Rere yang belum selesai bicara langsung menggedor-gedor pintu kamar adiknya.

"GUE BELUM SELESAI NGOMONG ANYING! BUKA NGGAK! ADI PAMUNGKAS, BUKA PINTU LO!" teriak Rere.

Kebetulan kedua orangtua mereka sedang pergi keluar. Jadi Rere bisa bebas berteriak-teriak tanpa diomelin sang ibu bos.

"Nggak," jawab Adi singkat dari dalam.

"Heh!"

"Pergi lo," usir Adi tanpa membuka pintu kamarnya.

Dengan perasaan kesal Rere pergi menuruni tangga. Berniat mengambil minum karena tenggorokannya kering setelah berteriak-teriak tadi.

"Punya adik kampret banget," gerutunya.

Sedangkan Adi yang di dalam kamar sibuk memandang ponselnya. Dia ingin mengirim pesan tapi ragu-ragu. Karena terlalu fokus, ia sampai tidak sadar ada tupai milik tetangganya di balkon kamarnya.

Prang!

Karena terkejut mendengar suara benda yang pecah, jari Adi yang berada di atas layar ponsel tidak sengaja memencet tombol kirim.

"Babi," umpat Adi.

Ia pergi ke balkon kamarnya. Mencari benda apa yang pecah. Sontak matanya membelalak melihat pecahan potnya di lantai.

"Tupai sialan!" erang Adi.

Dia sedikit berlari mendekati tupai –pelaku yang memecahkan potnya– yang berada di pembatas balkon. Mungkin karena merasakan ada aura tak enak yang keluar dari tubuh Adi, tupai itu meloncat pergi dengan licah. Pulang ke rumah pemiliknya.

Adi lalu menoleh ke potnya yang sudah pecah karena ulah tupai tetangganya.

"Mami, potnya pecah," gumam Adi.

"Kaktusnya taruh mana nanti," lirih Adi dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kaktus...." lirihnya sekali lagi.

Lalu Adi pergi keluar kamar mencari kakaknya. Ya, kaktus kesayangannya ditinggal begitu saja di balkon.

"Kak Re," panggil Adi ketika melihat Rere sedang menonton televisi.

Rere hanya bergumam sebagai balasan.

Adi duduk di samping kakaknya, menyenderkan kepalanya di pundak Rere.

"Kenapa sih?" tanya Rere agak terganggu.

"Kaktus gue," jawab Adi. "Potnya di pecahin Bino," lanjutnya.

Rere reflek menoleh dengan wajah heran.
"Lah? Gimana bisa sampai kamar lo?"

Wajah Adi berubah kesal. Dia sudah menjauhkan kepalanya dari pundak Rere.

"Kaktus gue kan di balkon. Itu Bino sialan tiba-tiba di sana terus mecahin pot gue. Paham?" terang Adi kesal.

Rere mengangguk berkali-kali.

"Salah siapa ditaruh di balkon."

"Terus harus gue taruh di kamar lo gitu, Kakak Rere terhormat?" tanya Adi.

"Enak aja! Ya di dalam kamar lo sendirilah!" Rere mendorong kening Adi dengan jari telunjuknya.

Adi menepis tangan kakaknya.

"Pokoknya nanti kalau Mami pulang gue mau ngajak Mami ke rumah Pak Salim," ujar Adi bersungut-sungut.

"Ngapain?" tanya Rere yang sudah kembali fokus ke televisi.

"Minta pertanggungjawaban dong! Bino sialan kan udah mecahin pot gue, Mami juga sayang banget sama kaktus gue."

Di dalam hati Rere mencibir adiknya itu yang menurutnya terlalu lebay. Cuman pot yang pecah tinggal beli yang baru, apa susahnya sih?

Tanpa bicara lagi Adi beranjak ingin kembali ke kamarnya. Ia sudah tahu pasti kakaknya itu sedang mengatainya. Walaupun tidak secara langsung, tapi dia tahu itu.

***

To be continued.

Double publish hehe.

Selamat siang kalian!

See you next part.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.8M 323K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
806K 96.1K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...