Never Been Easy [Completed]

By scorbubb

2.1M 174K 2.1K

Kisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat mela... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A S A T U
D U A D U A
D U A T I G A
D U A E M P A T
D U A L I M A
D U A E N A M
D U A T U J U H
D U A D E L A P A N
D U A S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A S A T U
T I G A D U A
T I G A T I G A
T I G A E M P A T
T I G A L I M A
T I G A E N A M
T I G A T U J U H
T I G A D E L A P A N
T I G A S E M B I L A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T D U A
E M P A T T I G A
E M P A T E M P A T
E M P A T L I M A
E M P A T E N A M
E M P A T T U J U H
E M P A T D E L A P A N
E M P A T S E M B I L A N
L I M A P U L U H
L I M A S A T U
L I M A D U A
L I M A T I G A
L I M A E M P A T
L I M A L I M A
L I M A E N A M
L I M A T U J U H
L I M A D E L A P A N
L I M A S E M B I L A N
E N A M P U L U H
E N A M D U A
E N A M T I G A
[Author's Note]
[Ekstra Part] S A T U
[Extra Part] D U A
[Extra Part] T I G A
[Extra Part] E M P A T
[Extra Part] L I M A

E N A M S A T U

26.8K 1.9K 22
By scorbubb

Waktu menunjukkan pukul 8 malam ketika Renjaka mengantar Renata pulang setelah mereka hadir dalam satu meeting bersama dan baru selesai 30 menit yang lalu. Renjaka sudah menangkap wajah lelah Renata selama meeting tadi, namun wanita itu masih tetap memasang senyum ceria khas nya dan berkata tanpa suara, 'I'm okay' ketika Renjaka menanyakan mengenai kabarnya melalui chat

Namun wajah lelah itu tidak bisa disembunyikan ketika mereka sedang di mobil saat ini, berulang kali Renata menguap selama perjalanan membuat Renjaka menyuruhnya untuk tidur saja.

"Jangan, Mas. Nanti malah aku nggak bisa tidur pas udah sampe kost, kalo sekarang tidur. Lagian Mas jadi nggak ada temennya nyetir" Renata memasang tawa lebarnya menolak perintah Renjaka untuk tidur. 

Selain karena pekerjaan yang memang sedang cukup banyak, persiapan pernikahan mereka yang cukup kilat juga membuat tenaga wanita itu cukup terkuras akhir-akhir ini. Adelia sering sekali mengajaknya bertemu untuk membahas segala hal. Beberapa kali Renjaka juga ikut hadir, namun terkadang harus absen karena masih memiliki jadwal lain yang tidak bisa ditinggalkan. Renata memaklumi hal itu karena posisi Renjaka membuat pekerjaannya tidak bisa digantikan oleh orang lain. 

Renjaka kemudian mengusap rambut Renata lalu berkata pelan, "Sayang..." membuat Renata menolah sambil mengangkat alisnya menatap Renjaka, "Besok abis ngantor langsung pulang aja ya. Kalau ada urusan yang mesti didiskusiin, minta Lia kirim via email, kamu cek dari rumah ya"

Renata menggeleng pelan, "Nggak bisa, Mas. Aku besok mesti fitting lagi buat baju akad. Kemarin abis ngukur lagi, jadi besok mau ngepas kalau misalkan ada yang kurang"

"Bisa ditunda nggak, fitting-nya? Muka kamu capek banget, Ta"

"Kayaknya nggak deh, Mas, kalo baju. Ini baru baju akad, kan masih ada baju resepsi juga. Jadi biar satu kelar bisa lanjutin ke yang lain"

"Saya bilang Lia buat pindah weekend ya fitting-nya, nanti saya yang anter"

"Nggak bisa, Mas, weekend nanti kan fitting jas kamu juga. Aku sekalian fitting baju resepsi"

"Tapi besok kamu nyetir sendiri, saya nggak bisa anter karena masih ada meeting di luar sekalian dinner"

"It's okay, kan biasanya juga aku sendiri kalo pas kamu nggak bisa"

"Ta, jangan dipaksain dong kalau kamu capek. Di meeting tadi aja kamu udah kuyu banget loh. Kalau dipaksain ntar kamu sakit"

"I'm okay, Mas. Ini karena capek seharian memang numpuk banget kerjaannya karena buat meeting tadi. Besok juga seger lagi"

"Bisa nggak, kamu nurut saya dulu sekali aja?" nada bicara Renjaka mulai meninggi.

Renata menoleh kaget, "Mas, kita tuh dikejar waktu loh. Udah tinggal 1,5 bulan lagi ke hari H, masih banyak yang perlu diurus. Aku nggak mungkin serahin semuanya sama Lia, aku juga mau liat progressnya, Lia juga butuh pertimbangan kita kalau mau apa-apa kan?"

"Terus apa gunanya kita minta bantuan Lia untuk urus ini itu kalau kamu masih capek bolak-balik sana-sini?"

"Yang nikah kan kita, kenapa malah Lia yang sibuk banget terus kita cuma iya-iya aja nerima laporan dari Lia? Aku nggak mau! Aku mau ikut semua urusan yang perlu dilakuin buat acara kita"

"Saya paham, tapi kamu sudah capek kerja seharian, pulang ngantor masih urus ini itu. Minta tolong Lia buat koordinasi via email, atau video call, atau apapun yang penting kamu bisa istirahat"

"Ini resiko yang mau nggak mau harus kita jalanin, Mas. Kamu sendiri yang minta acaranya tanggal segitu kan? Yasudah, jadi ya kita perlu ngebut ngurus semuanya. Capek dan lelah nya ini ya harus dinikmatin juga"

Renata baru sadar kalau mereka sudah sampai di depan kost Renata, laki-laki itu melepas seatbelt-nya kemudian memiringkan duduknya untuk menghadap Renata, "That's why saya minta tolong Lia untuk handle urusan ini juga, Ta. Biar kamu nggak perlu terlalu sibuk dan capek urus ini itu"

"Mas, besok itu aku fitting baju, yang nggak mungkin bisa diwakilin Lia. Harus aku yang dateng karena kan bajunya mau dipake aku. Kalau jadwal besok dimundurin, urusan lainnya akan ikutan mundur. Sedangkan waktu kita jalan terus Mas, hari ini 1,5 bulan, sebentar lagi tinggal sebulan. Jalan terus kalau urusannya gak dikelarin, nanti nggak selesai-selesai. Mas paham nggak?"

"Saya paham. Tapi kamu juga butuh istirahat" Renjaka berkata dengan nada tegas.

"Ya ini aku istirahat abis ini. Hari ini juga nggak ada jadwal apa-apa sama Lia"

"Karena kamu ada meeting sampai jam segini baru kelar. Nggak bisa juga kalau mau ada schedule urus nikahan"

Renata menghela nafasnya sedikit keras, "Mas, ini yang nikah kita berdua kan, ya? Kok kayaknya cuma aku aja yang pengen beresin semuanya, kamu kaya santai-santai banget, padahal masih banyak urusan yang belum kelar?"

"Maksud kamu?"

"Aku berusaha mondar-mandir ikut Lia ngurusin nikahan kita, untuk backing kamu karena kerjaan kamu nggak mungkin ditinggal buat sekedar urus undangan dan souvenir. Aku mau kita terlibat langsung urusin nikahan kita ini, bukan cuma Lia yang repot. Because this is our day, Mas. Mas ngerti kan?"

"Bagian mana sih yang saya nggak ngerti? Kalau nggak ada kerjaan juga pasti saya akan ikut urus. Cuma kalau memang bisa di-handle Lia dan timnya, kamu bisa rehat dulu sebentar"

"Karena besok fitting, jadi aku nggak bisa absen, Mas. Dan aku nggak mau harus undur beberapa hari. Aku akan istirahat malem ini, dan besok juga kerjaanku nggak senumpuk hari ini, jadi aku pasti bakalan masih seger pas pulang kantor. Udah ya, aku mau istirahat dulu"

Renjaka mendecak pelan lalu menahan tangan Renata yang hendak turun dari mobilnya, "Ata..."

Renata menarik tangannya, "Udah ya, Mas. Biar kita sama-sama istirahat dulu aja deh hari ini. Daripada malah ujung-ujungnya berantem. We're already tired today. Good night, Mas"

Renata lalu turun dari mobil Renjaka tanpa mendengar balasan dari lelaki itu. Renjaka menghela nafasnya pelan melihat Renata masuk ke dalam rumah kostnya. Setelah wanita itu sudah tidak terlihat lagi, barulah Ia menjalankan mobilnya meninggalkan kost Renata.

***

Sekitar 3 hari semenjak malam perdebatan mereka, Renata benar-benar tidak bisa bertemu dengan Renjaka karena jadwal pekerjaan laki-laki itu yang cukup padat. Ditambah di saat makan siang dan sepulang kerja, Renata harus beberapa kali menemui Adelia untuk urusan pernikahannya, tanpa didampingi Renjaka. Tidak masalah bagi Renata, karena Ia tahu, laki-laki itu disibukkan dengan pekerjaannya.

Mereka baru bertemu di waktu weekend ketika mereka akan melakukan fitting bersama. Renjaka menjemput Renata dengan Adelia yang ikut bersama di mobil mereka. Ketika melihat Renata yang sudah mendekati mobil mereka, Adelia membuka jendelanya dan bersiap turun untuk pindah ke bangku belakang ketika Renata menahannya, "Lia, nggak apa kamu di depan aja. Biar aku di belakang" 

Adelia terlihat bingung mendengar perkataan Renata, lalu beralih pada Renjaka yang hanya menghela nafas pelan di tempatnya, kemudian melihat Renata masuk ke bangku penumpang di belakang. 

Adelia melihat pasangan tersebut yang sepertinya sedang tidak baik-baik saja. Ia tersenyum kecil menyadari bahwa pasti sedang terjadi pertengkaran di antara mereka. Cobaan menjelang pernikahan, ujar Adelia dalam hati. Kemudian mengeluarkan tabnya dan membuka pembicaraan agar suasana tidak terasa sepi karena perang dingin antara Renata dan Renjaka. Ia lalu melaporkan mengenai progress acara pernikahan, sambil menginformasikan hal apa saja yang sudah dan belum diselesaikan. Renjaka hanya bergumam beberapa kali, sedangkan Renata mengangguk dari tempatnya sambil bertanya beberapa hal yang belum jelas. 

Begitu sampai di butik tempat pakaian pernikahan mereka disiapkan, Adelia lalu menyuruh Renjaka dan Renata untuk mencoba pakaian mereka, sedangkan Ia berdiskusi dengan salah satu pegawai di butik tersebut mengenai pakaian yang akan digunakan oleh keluarga. 

Ketika pasangan itu sudah memakai pakaian yang akan mereka gunakan pada acara resepsi, Adelia melihat mereka dalam balutan gaun berwarna perak yang digunakan Renata dan jas berwarna senada yang akan digunakan oleh Renjaka, Adelia tersenyum lebar sambil bertepuk tangan pelan, "Cakep banget kalian tuh, serasi. Coba mana senyumnya?" goda Adelia karena wajah kedua orang itu tampak kaku.

Renata langsung tertawa kecil yang ditangkap oleh Renjaka yang sedang menatapnya, ketika Renata melihat tatapan Renjaka padanya, Ia mendengar laki-laki itu berkata, "Cantik" membuat Renata tersenyum kecil. Rasanya ingin memeluk lelaki itu karena pujiannya, ditambah kangen juga karena beberapa hari ini mereka tidak bertemu dan berkomunikasi karena perdebatan beberapa malam lalu.

Adelia memecah keheningan itu, "Ren, coba agak dibenerin itu jasnya Mas Renja di bagian dada sama lehernya. Agak ketekuk" Adelia menunjuk Renjaka dari tempat duduknya.

Renata melihat ke arah yang dimaksud Adelia dan melihat bagian yang tertekuk itu, dengan sedikit enggan setelah berdeham sebentar, Ia berjalan ke arah Renjaka dan membenarkan bagian baju yang kurang rapih itu. Membuat jarak mereka yang sangat dekat, Renjaka langsung bergerak gugup mendapati kondisi tersebut. Adelia terkikik geli di tempatnya melihat kedua orang itu. 

Ketika sudah rapi dan berdiskusi dengan staff desainer butik yang mengerjakan pakaian mereka, menyampaikan bagian mana yang dirasa masih kurang pas. Setelah semua selesai dan dicatata oleh sang pegawai, mereka lalu kembali masuk ke dalam ruangan untuk melepas baju tersebut dan mengganti pakaian mereka. 

Setelah selesai, terlihat Adelia masih berbicara dengan sang desainer, Renjaka duduk di salah satu kursi yang tersedia, disusul Renata ketika wanita itu diminta Adelia untuk menunggu sebentar bersama Renjaka. Padahal Renata sudah menghampiri Adelia yang sedang mengobrol dengan Ami Rahayu, dengan maksud untuk menghindari Renjaka juga. Tapi Adelia yang entah terlalu peka atau memang sengaja malah menyuruhnya menunggu bersama Renjaka. 

Ketika Adelia kembali mendatangi mereka dan melihat kedua orang itu masih saja diam-diaman seperti saat berangkat tadi, Adelia tertawa kecil lalu berkata pada kakaknya, "Mas, lo tunggu di mobil duluan deh. Gue pinjem Renata sebentar, mau diskusi"

"Emang gue nggak bisa ikutan?"

"Nggak bisa! Ini urusan perempuan" hardik Adelia yang mendapat dengusan dari Renjaka, tapi lelaki itu beranjak dari duduknya menuju pintu keluar.

Setelah Renjaka menghilang dari dalam butik, Adelia sudah duduk di samping Renata, "Berantem sama Mas Renja?"

Renata menghela nafasnya, "Keliatan, ya?"

Adelia tertawa karena jawabannya benar, "Kayaknya itu pegawainya Tante Ami juga tahu kalo kalian lagi berantem deh" membuat Renata ikut tertawa, "Any problem, Ren?"

"Sempet berdebat aja semalem sebelum aku fitting baju akad kemaren itu. Mas Renja nyuruh aku undur jadwal fitting-nya karena dia lihat aku capek banget pas meeting sama dia. Tapi ya aku nggak bisa undur kan, karena kalo diundur, hari ini belum tentu aku bisa fitting baju resepsi, karena baju akad belum kelar"

Adelia mengangguk-angguk, Renata kemudian menunduk, "Aku salah ya, Li?"

Adelia menggeleng kali ini sambil tertawa, "Kamu nggak salah, Mas Renja juga nggak salah. Kalian lagi masa-masa capek aja ngejar semua urusan karena waktu mepet. Mas Renja cuma nggak tega lihat kamu mondar-mandir urus segala macem, Ren"

"Aku udah bilang, no problem karena kemarin itu memang lagi numpuk aja. Toh, abis itu aku juga istirahat, dan besok udah seger lagi"

"Dia juga merasa bersalah karena nggak bisa banyak luangin waktu untuk ikut kamu urus ini itu, Ren"

"Aku paham karena kan memang kerjaannya nggak bisa ditinggal kan, Li. Kan ada kamu juga yang bantuin aku, aku ngak bak bik buk sendirian"

Adelia tertawa lagi lalu mengalihkan pandangannya, "Sekian tahun aku ngurus WO ini, ngeliat pasangan berdebat deket-deket hari H tuh kaya udah pasti ada jadwalnya gitu loh, Ren" Adelia melanjutkan, "Terus ngeliat sekarang kalian yang masuk dalam fase ini, aku kaget sih sebenarnya, karena ku kira kalian nggak akan mengalami. Karena kalian itu terlalu saling mengerti satu sama lain. Mas Renja yang nurut apa yang kamu suruh, kamu juga yang paham sama sibuk-sibuknya Mas Renja. Tapi ternyata kejadian juga. It's okay. This phase will pass kok"

Adelia memegang bahu Renata yang sedari tadi tertunduk, "Cara penyelesaiannya cuma satu, harus ada yang ngalah. Kalau sama-sama diadu terus pendapatnya yang merasa paling bener, nggak akan ada habisnya, Ren. Sedangkan di sini, aku sebagai WO kalian, butuh kerjasama dari kalian berdua, dengan porsi yang sama, nggak ada yang satu lebih sibuk daripada yang lain. Aku butuh kalian akur."

Adelia tersenyum melihat Renata yang kini menatapnya, "Turunin ego kalian ya. Untuk bikin semuanya perfect buat hari H kalian, aku butuh kalian berdua, in a good term, in a good mood. Masih banyak yang perlu kita urus dan pikirin, Ren. Jangan sampe kalian yang bertengkar kaya begini nambahin beban pikiran calon pengantin ku. I need the groom and the bride to be happy. Bisa, kan?"

Renata mengangguk, "Sorry ya, Li. Bikin suasana hari ini nggak enak"

Adelia mengibaskan tangannya, "It's okay. Aku udah bilang kalau aku sering menghadapi keadaan kaya gini kan? Ini cuma satu hal yang bisa banget terjadi ke pasangan yang mau menikah. Kalian capek, tapi kalian mau buat semuanya perfect, tapi kalian juga saling mengkhawatirkan satu sama lain karena nggak mau ada yang sakit kelelahan. This all happened because you too area care for each other. No need to sorry"

"Thank you, Li" Renata tersenyum lalu memeluk calon adik iparnya itu. Entah bagaimana urusan pernikahan ini tanpa bantuan Adelia. Renata harus mengingatkan Renjaka untuk menambah uang jajan Adelia saat menonton konser nanti. 

"Can we move to another place untuk deal undangan dan souvenir kalian hari ini? Mumpung kalian berdua bisa" tanya Adelia ketika Renata sudah melepaskan pelukannya.

Renata mengangguk lalu mereka berjalan bersama keluar dari butik. Begitu berjalan ke dekat mobil Renjaka, Adelia mendorong Renata untuk duduk di depan seperti biasanya apabila mereka sedang pergi bersama.

Renjaka sedang memperhatikan layar tabnya ketika melihat ada yang membuka pintu mobilnya, dan cukup terkejut ketika mendapati Renata yang kini duduk di sebelahnya. Ia segera mematikan tabnya dan duduk tegak memakai seatbelt-nya, bersiap menjalankan mobilnya.

"Mas, ke tempat undangan dan souvenir dulu ya sebelum makan siang" ujar Adelia dari bangku belakang.

Renjaka diam tidak mengacuhkan instruksi Adelia, masih memperhatikan Renata yang juga sedang memakai seatbelt-nya, ketika sudah terpasang, Renjaka akhirnya tersenyum ketika melihat wanita itu melemparkan senyumnya kepadanya. 

Renjaka kemudian menjalankan mobilnya menuju tempat  yang ditunjuk Adelia. Ketika berhenti di salah satu lampu merah, Renjaka kembali menatap Renata. Yang ditatap kemudian menghadapkan wajahnya pada Renjaka kemudian memberikan satu senyuman lagi yang dianggap Renjaka sebagai tanda bahwa perdebatan dan aksi saling diam mereka sudah berakhir. Ia kemudian menggenggam tangan Renata tanpa mengucapkan apapun. Mencoba berbicara mengenai perasaan leganya melalui tindakan.

Adelia tersenyum geli melihat kelakuan pasangan di depannya, kemudian memajukan wajahnya ke tengah diantara bangku Renjaka dan Renata, "Apa perlu gue aja yang nyetir, Mas, biar kalian bisa asyik tatap-tatapan, gue nggak dianggep ada?"

Renjaka mengangguk lalu berniat untuk meminggirkan mobilnya, "Ide bagus. Kamu pindah duduk di belakang sama saya, Ta, biar Lia yang nyetir"

Adelia langsung menyandarkan tubuhnya dan memejamkan matanya, "Enak aja! Nggak mau! Gue mau tidur, bangunin kalau udah sampe di tempat"

Renjaka dan Renata langsung tertawa mendengar penolakan Adelia tanpa melepaskan tautan tangan mereka berdua walaupun Adelia terus menyindir mereka karena asyik bermesaraan di depannya. 

-----

hai gaesss, gimana hari jumatnya?

semoga menyenangkan ya

btw, kayaknya minggu depan Never Been Easy akan tamat :')

jadi, enjoy the last part of this story :D

Continue Reading

You'll Also Like

366K 17.6K 33
CERITA 5 {Follow dulu yuk sebelum membaca.} Spin-off Cukup Tau. 🔎🔍 Gena gak tau harus senang atau bagaimana untuk mengungkapkan rasa yang sedang di...
1.3M 66.3K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1.3M 132K 40
#Sequel moveon "Kamu itu, pacaran udah kayak baju, Gonta-ganti terus. Kalau gitu terus nikahnya kapan?" -Raina Azalea Lubis, Ibunda Ratu "Beli sayura...
163K 9.7K 35
"Mereka benar-benar pasangan yang serasi." "Kyra dan Pak Ezra bersatu, wesss pasti anaknya serbuk berlian, guys!" Uhm... Jadi, apa benar Kyra dan Ezr...