With Him! ☑️

By afandima25

34.9K 3.8K 324

U Know Me?? More

I.
II.
III.
IV.
V.
VI
VII
VIII.
IX.
X.
XI.
XII.
XIII
XV.
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI

XIV

1K 144 7
By afandima25

Happy Reading.

Ff ini udah mau setahun aja, dan masih belum kelar. Memusingkan.
Oke see 85 ya

*

Alisha mencoba fokus pada foto itu, mencoba mengingat dengan pasti. Jimin dan Alisha berbicara berdua. Jelas untuk tau kabar yang Jimin nanti tapi sudah lebih dari 15 menit Alisha melihat dan belum juga dijawab.

"Maaf Tuan tapi aku lupa" helaan nafas kasar Jimin menguar. Itu sudah lama dan Jimin tidak bisa menyalahkan Alisha. Mungkin belum waktunya kembali.

"Terima kasih" Alisha mengangguk singkat. Sebenarnya tidak enak, tapi dirinya bener-bener lupa.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Alisha menantap penuh harap pada Jimin. Entah kenapa dirinya ingin bertanya.

"Katakan"

"Apa hubungan anda dengan adikku?" Alisha melihat keduanya sangat dekat. Bahkan Jimin tidak terlihat sungkan untuk merangkul Aliya. Alisha melihat tadi.

"Aku suka adikmu" Alisha tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Jimin? Yoo Jimin.

"Panjang ceritanya. Kau bisa tanya Jin Goo nanti, intinya aku menyukai adikmu. Ah bukan suka tapi cinta. Tapi sayangnya pria masa lalunya masih memiliki hatinya" Cetus Jimin tanpa melihat Alisha. Jimin bahkan tidak melihat bagaimana ekspresi Alisha.

"Mungkin lain kali kau akan ingat. Ah ya terima kasih. Beristirahatlah"

Jimin melangkah pergi dari kamar Alisha. Keduanya memang berbicara dikamar. Privasi.

"Ya Tuhan"

*

"Nyonya" Nyonya Yoo tersenyum pada Aliya. Mempersilahkan wanita ini duduk didepannya.

"Aku baru tau kau bekerja disini?" Aliya hanya tersenyum kikuk. Baru dua malam lalu mereka bertemu ya tuhan.

"Saya mencari kesibukan Nyonya" walaupun Aliya tidak tau tata krama dengan baik tapi dirinya cukup tau bagaimana sopan santun pada orang baru. Apa lagi ini ibu Jimin.

"Ah aku tau. Bagaimana kabar mu?"

"Seperti yang Nyonya lihat. Saya baik-baik saja. Nyonya sendiri?"

"Seperti yang kau lihat juga. Aku baik-baik saja"

Keduanya diam dan hanya melemparkan senyum tipis. Aliya tidak tau harus menyatakan apa.

"Jimin. Apa kau mencintai dia?"

"Maaf?"

"Putraku. Apa kau mencintai dia? Aliya dia tidak tau kalau aku disini menemui mu dan berbicara. Ini murni antara kita"

"Saya faham"

"Jadi tentang Jimin?"

"Jujur pribadi saya nyaman dengan Jimin, sebagai teman dia sangat baik dan dia juga bertanggung jawab tapi untuk ukuran melihat dia sebagai pria saya belum bisa memastikan. Saya sendiri masih bingung, saya dan Jimin baru mengenal kurun waktu 3 bulan Nyonya. Jadi saya mohon jangan berharap terlalu lebih"

Aliya tidak bisa berbohong. Apapun itu pasti akan dirinya ucapkan.

"Jimin sangat baik pada saya dan saya tau apa yang dia rasakan pada saya. Saya tidak bodoh, tapi untuk perasaan saya tidak mau coba-coba. Karena ini masalah hati dan saya tidak kau memanfaatkan hati Jimin, saya memang menerima semua fasilitas darinya. Tapi saya janji tidak lama setelah ini saya akan keluar dari apartement Jimin. Saya janji"

Aliya tidak suka terlalu merepotkan orang. Niatnya mencari kerja adalah untuk hidup mandiri tanpa melibatkan siapapun.

"Apa aku membahas soal fasilitas? Bukan itu yang ingin aku tau Aliya. Yang aku ingin tau apa kau juga punya perasaan yang sama dengan putraku? Tapi mendengar itu sepertinya cinta Jimin bertepuk sebelah tangan" Aliya hanya bisa menunduk, tidak tau harus menjawab apa.

"Maaf nyonya"

"Tidak. Ini bukan salahmu. Benar yang kau katakan, hati memang tidak bisa dipaksakan. Kau berhak memilih laki-laki untuk mendapatkan hatimu. Tapi yang aku sesalkan adalah, setelah sekian tahun hidupnya baru kali ini dia menujukkan ketertarikan pada seorang wanita justru tidak berjalan dengan baik"

Aliya sontak menantap Nyonya Yoo. Terkejut jelas.

"Benar. Kau yang pertama di hidup Jimin. Setelah 26 tahun"

"Maafkan saya"

"Tidak. Ini bukan salahmu. Ah sudahlah. Aku tidak mau menyudutkan mu. Lagi pula ini hidupmu"

"Apa ada yang salah?"

Aliya tersentak mendengar suara Jimin yang tiba-tiba. " Kau melamun? ada apa?"

Aliya menggeleng pelan. "Kenapa? Apa ada yang kau sembunyikan?"

"Aish tidak. Kenapa kau tanya terus. Bagaimana dengan kalung itu?"

"Kakakmu lupa"

"Ah sayang sekali"

"Tidak masalah. semoga saja dia segera ingat"

Keduanya diam, Jimin juga sibuk menunduk. "Jim?"

"Hem?"

"Kau oke?"

"Sebenarnya tidak. Tapi mau bagaimana lagi?"

Benar. Jimin laki-laki yang baik, sementara dirinya. Sejatinya laki-laki ini tidak jatuh cinta padanya.

"Kau harus menghibur ku"

"Hah?"

"Ikut aku"

"Kemana?"

"Sudah ayo" Jimin menarik Aliya keluar. Jelas membawa Aliya pergi dari rumah Jin Goo, dari balkon Alisha memperhatikan keduanya. Menarik nafas dalam dan menutup korden. "Memusingkan"

*

"Jadi Aliya tidak tertarik dengan anakmu?" Nyonya Yoo menggeleng. Menceritakan peristiwa pertemuan itu.

"Bagaimana bisa?"

"Jelas bisa. Aliya manusia"

"Bukan itu. Maksudnya ini Jimin" Nyonya Yoo tersenyum samar dan melihat luar.

"Itu membuktikan Aliya bukan gadis yang melihat segala kesempurnaan, dia tidak tertarik dengan materi. Menarik untuk gadis seperti dia"

"Jimin tau?"

"Kurasa anakmu tau dari awal. Hanya saja terus mencoba membuat Aliya suka padanya. Ya berusaha"

"Ah begitu. Kasihan sekali"

"Entahlah. Jangan ikut campur lagi. Biarkan saja keduanya menyelesaikan sendiri. Akan sesak bagi Jimin jika kita ikut campur apalagi saat dia tau jika kita mengetahui situasi yang sebenarnya"

"Jimin akan kalah?"

"Entahlah. Jika Jimin bisa meluluhkan Aliya kemungkinan berhasil"

"Sepertinya dia gadis keras kepala"

"Terlihat sangat jelas. Apalagi diusia 21 tahun dia sudah keluar dari rumah dan hidup dengan kekasihnya"

"Yeobo?"

"Aku tau semuanya. Aliya"

*

"Kau puas?" Jimin hanya tersenyum simpul. Memperhatikan langit Seoul yang gelap. Hari sudah malam.

Menghabiskan waktu seharian di Lotte Word. Bermain layaknya anak kecil. Beruntung Jimin tidak mendapatkan telfon dari ayahnya untuk bekerja.

"Semoga Alisha cepat ingat"

"Aku tidak mau terlalu memaksa"

"Kau menyerah?"

"Tidak. Hanya saja Alisha baru saja pilih. Akan sangat tidak manusiawi jika aku memaksa dia ingat"

"Tumben bijak"

"Posisiku minta tolong Aliya dan aku tidak bisa memaksa"

"Aku mengerti. Ayo pulang. Disini dingin"

"Ayo...."

*

Kau akan menjadi ratu ditangan yang tepat. Itu yang akan terjadi jika benar-benar kau temukan pangeran.

Tuhan memang selalu baik mempertemukan dirinya dengan laki-laki tapi Tuhan tidak baik pada hidupnya. Aliya menyadari itu. Sisi hidupnya yang cacat.

Aliya diam memperhatikan Jimin yang tengah tidur. Hari sudah siang dan laki-laki itu tidak beranjak sama sekali dari kasurnya. Keduanya berakhir di kamar semalam. Entah bagaimana mulainya Aliya lupa. Yang jelas bangun tadi pagi sudah ada didalam pelukan Jimin. Bukan keinginan Jimin, keduanya sama-sama sadar semalam dan tidak ada unsur paksaan.

Aliya sendiri hanya mengenakan selimut membalut tubuhnya. Pukul 10 siang. Satu jam lagi Cafe nya buka. Aliya tidak boleh bolos kerja lagi.

Tapi laki-laki ini belum bangun. Tidak ada cara selain meninggalkan Jimin sendirian.

Aliya masuk kedalam kamar mandi. Membersihkan diri dengan cepat lalu siap-siap. Melihat Jimin yang masih anteng tidur.

"Lebih baik aku pamit" Aliya meninggalkan note untuk Jimin. Entahlah Aliya merasa tidak tega dengan Jimin sekarang.

Aliya ikut naik keatas kasur. Jimin masih saja tengkurap. Jemari Aliya mengusap rambut Jimin perlahan, menunduk dan mendekatkan bibirnya ketelinga Jimin. "Aku berangkat kerja Jim" entah kenapa Aliya ingin mencium kening Jimin, melihat Jimin yang masih sangat nyenyak.

"Baiklah Aliya"

Chup.  Aliya memberikan ciuman singkat dipelipis Jimin dan bangkit dari kasur. Berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu dengan pelan.

Tepat saat pintu tertutup mata Jimin terbuka. Lebar sekali, jemarinya meraba bekas ciuman Aliya tadi. "justru aku takut dengan kau yang seperti ini Aliya"

Jimin sudah bangun dari tadi hanya saja enggan menunjukkan pada Aliya. Wanita itu memberikan hal yang luar biasa mengejutkan pada dirinya.

*

"Apa anda belum ingin kembali"

"Belum"

"Kenapa begitu lama"

"Aku pergi waktu"

"Bagaimana jika..."

"Biarkan takdir yang menjawab itu"

*

"Berhentilah bekerja" Aliya menggeleng tidak mau, Alisha datang ketempat kerjanya. Entah dari mana kakaknya tau.

"Aliya..."

"Tidak Eonni. Aku akan hidup mandiri tanpa merepotkan siapapun" pada dasarnya Aliya masih anak keras kepala seperti dulu.

"Hiduplah dengan Eonni"

"Tidak. Aku cukup waras menggunakan uang kakak iparku untuk membeli pakaian dalam. Tidak" ah ya mengenai kejadian Aliya yang lupa ingatan dan menjadi istri Jin Goo tetap dirahasiakan. Mereka sepakat untuk tidak menyatakan apapun. Mereka tidak ingin Alisha berfikiran aneh-aneh dan Aliya tidak ingin mengatakan jika dirinya pernah kecelakaan hingga kehilangan anak. Aliya tidak mau Alisha tertekan. Kakaknya baru saja kembali dari sakitnya.

"Kenapa keras kepalamu tidak berubah?" Aliya hanya mengangkat bahunya acuh. Tidak tau juga kenapa. "Bawaan ayah mungkin" dan mulut Aliya yang tidak pernah bisa dikondisikan.

"Mengenai Ji Hyun" Aliya membuang pandangannya, menantap luar dengan diam. Aliya tidak baik-baik saja jika menyebut Ji Hyun.

"Aliya dia masih baik-baik saja"

"Lalu?"

"Kalian bertengkar?"

Alisha tidak tau apa yang terjadi antara keduanya. Bagaimana bisa keduanya terpisah, Alisha mencoba bertanya pada Ji Hyun dan buntu juga. Apa adiknya akan diam.

"Biarkan saja dia disana. Jika dia kembali hanya akan tersiksa"

"Apa ayah masih tidak suka padanya?"

Aliya tersenyum tipis dan mengangguk. " Kau menyerah?"

"Tidak. Hanya saja aku tidak kau dia terluka lebih jauh karena aku"

"Aliya kalian sudah sama-sama dewasa dan Eonni tidak mau ikut campur lebih soal masalah kalian. Semoga ini cepat berlalu dan ya boleh Eonni tanya soal Jimin?"

Aliya menantap Alisha. Berfikir apa Alisha berhak tau soal Jimin.

"Katakan"

"Kalian serius?" Aliya menggeleng pelan.

"Lalu?"

"Teman. Aku dan Jimin"

"Dia jatuh cinta padamu"

"Aku tau"

"Dan kau diam saja?"

"Lalu Eonni mau aku seperti apa? Merespon Jimin. Atau menerima cintanya?"

"Apa selama setahun ini kau semakin bodoh?" Sebal Alisha pada Aliya. Gadis ini banyak beralasan dan sok tidak tau.

"Aku memang bodoh..."

"Aliya dengar. Kau terlihat dengan 2 orang sekaligus. Jimin dan Ji Hyun. Bagaimana bisa kau melakukan ini. Kau tau jika Jimin mencintaimu dan kau diam saja, kau sama saja mempermainkan Jimin dan Ji Hyun, kau mencintai dia tapi tidak berani bergerak maju. Sebenarnya kau mau apa?"

"Aku sendiri bingung dengan diriku sendiri"

"Jika kau tidak mencintai Jimin jauhi dia. Kau hanya akan melukai dia jika terus berada disisinya tanpa melibatkan hati, apalagi jika Ji Hyun kembali dan kau berjalan kembali kesisinya, kehancuran Jimin akan didepan mata"

"Apa dia berniat kembali?" Tanya Aliya dengan pandangan kosong.

"Ya. Dia bilang akan kembali, entah apa masalah kalian pasti dia kembali. Hanya saja tidak tau kapan. Putuskan itu dari sekarang. Antara Jimin dan Ji Hyun, Eonni tidak mau ditengah mereka. Pilih salah satu atau tidak sama sekali. Yang aku tau Seorang Aliya tidak akan mempermainkan hati orang"

"Aku akan berfikir"

"Dan lebih baik kau lepaskan semua fasilitas dari Jimin. Itu akan mempermudah mu untuk memilih"

"Haruskah?"

*

"Aku tidak tau jika kau akan pulang kesini" Jimin hanya diam dan sibuk berlalu. Entah mondar mandir atau sibuk masuk kamar mandi dan dari tadi Aliya diabaikan. Dan Aliya jadi kesal karena diabaikan.

"Ya...." Aliya langsung saja mendorong Jimin hingga jatuh keatas ranjang. Wajahnya sudah sangat sebal menantap Jimin yang terlihat bodoh.

"Jangan buat aku pusing"

"Memang aku melakukan apa?"

"Kau bodoh atau apa? Dari tadi aku bicara dan kau sibuk mondar mandir, kau fikir aku patung. Kau membuat suasana jadi canggung bodoh"

"Aku tidak tau harus melakukan apa?"

Laki-laki ini bodoh. Kemana Jimin yang suka memaksa seperti dulu. "Apa kau kerasukan hantu diam. Mana Jimin yang suka mengatur dulu?"

"Apa aku harus kembali seperti itu agar tidak canggung" rasanya Aliya ingin membenturkan kepala Jimin ke tembok, laki-laki ini masih saja bertanya. Dasar bodoh.

"Terserah kau saja Jim. Kepalaku pusing" Aliya memilih pergi dari kamar. Mungkin ini lebih baik dari pada bertengkar dengan Jimin. Menyebalkan.

*

Menyusul Aliya yang ada diruang tamu, Jimin tau wanita ini kesal padanya. Jimin menyusul ikut duduk disofa. Tv menyala hanya saja Jimin yakin wanita ini tidak fokus pada TV nya.

Jimin berdehem unruk menarik perhatian Aliya, tapi wanita ini masih saja bisu. Merasa diabaikan sontak saja Jimin menarik lengan Aliya dan menghadap padanya. "Kenapa?" Jelas Aliya semakin kesal karena Jimin sangat kasar menariknya. Sakit.

"Entahlah, tapi sepertinya aku memang aneh hingga kita jadi asing seperti ini. Tapi...."

Jimin menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu. Aliya sangat sexy, hanya mengenakan kemeja kebesaran warna putih dan transparan. Jimin bisa melihat puncak dada Aliya malu-malu terlihat dibalik kain itu.

Terakhir mereka kan tadi pagi. "Jika kau diam lepas... abhh..." Aliya terkejut saat tiba-tiba laki-laki ini menyusu padanya. Bahkan tanpa melepas bajunya.

"Jim..." Aliya mencoba menjauhkan wajah Jimin, tapi pinggangnya justru ditarik hingga duduk di pangkuan Jimin. "Kufikir harus seperti ini agar semua baik-baik saja"

Jimin melepaskan kancing baju Aliya dan kembali meneruskan kegiatannya, Aliya sendiri hanya menikmati. Padahal akhir-akhir ini mereka sering melakukan itu dan Aliya merasa tidak masalah melakukan dikurun waktu yang singkat Jimin. Apa yang salah dengan dirinya.

Entah Jimin yang tidak sabaran atau Aliya yang terlalu bersemangat. Keduanya bahkan melakukan itu sofa. Aliya duduk diatas Jimin.

Dengan tubuh sama-sama utuh.

"Ugh...."

5 menit keduanya diam menikmati pelepasan. Dan tanpa melepaskan penyatuan mereka, Jimin membawa Aliya masuk kedalam kamar. Aliya sendiri hanya mengalungkan kakinya dipinggang Jimin dan lengannya memeluk leher Jimin sangat erat.

"I Love You"

"Hem. Abhh...."

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

524K 5.6K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
153K 8.8K 12
"Aku masih terlalu kecil" "Aku tidak peduli" "Kau maniak" "Terserah" Pernikahan perjodohan yang dilakukan dua orang dengan kepribadian yang berbeda...
508K 37.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...