Never Been Easy [Completed]

By scorbubb

2.1M 172K 2.1K

Kisah tentang seorang duda anak satu yang ditinggal pergi untuk selamanya oleh wanita kesayangannya saat mela... More

S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
L I M A
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H
S E B E L A S
D U A B E L A S
T I G A B E L A S
E M P A T B E L A S
L I M A B E L A S
E N A M B E L A S
T U J U H B E L A S
D E L A P A N B E L A S
S E M B I L A N B E L A S
D U A P U L U H
D U A S A T U
D U A D U A
D U A T I G A
D U A E M P A T
D U A L I M A
D U A E N A M
D U A T U J U H
D U A D E L A P A N
D U A S E M B I L A N
T I G A P U L U H
T I G A S A T U
T I G A D U A
T I G A T I G A
T I G A E M P A T
T I G A L I M A
T I G A E N A M
T I G A T U J U H
T I G A D E L A P A N
E M P A T P U L U H
E M P A T S A T U
E M P A T D U A
E M P A T T I G A
E M P A T E M P A T
E M P A T L I M A
E M P A T E N A M
E M P A T T U J U H
E M P A T D E L A P A N
E M P A T S E M B I L A N
L I M A P U L U H
L I M A S A T U
L I M A D U A
L I M A T I G A
L I M A E M P A T
L I M A L I M A
L I M A E N A M
L I M A T U J U H
L I M A D E L A P A N
L I M A S E M B I L A N
E N A M P U L U H
E N A M S A T U
E N A M D U A
E N A M T I G A
[Author's Note]
[Ekstra Part] S A T U
[Extra Part] D U A
[Extra Part] T I G A
[Extra Part] E M P A T
[Extra Part] L I M A

T I G A S E M B I L A N

27K 2.1K 12
By scorbubb

Hari sudah menjelang siang ketika Renjaka menyetir mobilnya menuju Bandung bersama Renata yang duduk di sampingnya. Rencana Renjaka untuk menemui Ibu Renata baru terlaksana saat ini karena beberapa kesibukan Renjaka pada hari kerja sehingga Renata mengatakan weekend nya harus dihabiskan dengan Rendra. Jangan sampai Rendra merasa diacuhkan oleh ayahnya. Karena hanya weekend waktu yang dimiliki Renjaka untuk bisa dihabiskan bersama Rendra.

Sehingga rencana untuk ke Bandung pada weekend kali ini, Renata meminta mereka tidak berangkat terlalu pagi, agar Renjaka bisa menghabiskan waktu pagi harinya dengan sarapan bersama Rendra atau apapun itu, baru setelah itu mereka bisa berangkat ke Bandung. Sebenarnya Renjaka memintanya untuk berangkat lebih pagi, agar Renata bisa menghabiskan waktu lebih lama di Bandung bertemu Ibunya. Namun langsung ditolak oleh Renata dengan alasan, "Mas, aku bisa pulang weekend besok untuk spending time sama Ibu. Nggak apa-apa"

"Jadi ini kita ke rumah kamu atau ke restoran, Ta?" tanya Renjaka ketika mobilnya sudah memasuki kawasan Bandung.

"Disuruh ke resto aja sama Ibu, Mas. Sekalian makan siang di sana" jawab Renata memperlihatkan layar chatnya dengan Ibu nya yang mengatakan bahwa mereka diminta datang ke restoran.

"Saya nggak enak sama Ibu. Masa baru dateng langsung disuruh makan. Makanya saya bilang tadi kita berangkat lebih pagi aja"

"Jangan bawel, dan nurut aku aja. Ibu ngerti, Mas"

Renjaka membelokkan mobil di salah satu restoran khas masakan sunda yang ada di pinggir jalan raya Kota Bandung. Setelah memarkirkan mobilnya dan mengambil bingkisan yang dibawanya, diantaranya adalah titipan dari orang tua Renjaka, mereka lalu turun dan masuk ke dalam restoran tersebut. 

Disapa oleh banyak pegawai yang sudah mengenal Renata, wanita itu berjalan sambil. Kemudian Ia menyapa Bi Yani, yang berdiri di belajang meja kasir, "Assalamualaikum, Bi"

Wanita paruh baya yang dipanggil oleh Renata itu kemudian mengangkat kepalanya dan memasang wajah sumringah melihat kehadiran Renata di sana, "Neng... Waalaikumsalam. Baru sampe ya?"

"Iya, Bi. Ibu mana?" tanya Renata dengan senyum yang sama sumringahnya menanyakan keberadaan Ibunya. Pasti wanita itu sedang sibuk di dapur sehingga tidak terlihat di seantero restoran yang saat ini tidak terlalu ramai karena memang jam makan siang sudah lewat.

Bi Yani tertawa, "Biasa, Neng. Kalau ngga ke dapur, nanti ngeluhnya bosen"

Renata hanya bisa menggeleng sambil tertawa, "Minta tolong panggilin ya, Bi. Aku nunggu di saung ya"

Bi Yani mengangguk lalu meninggalkan tempatnya menuju dapur. 

Renata kemudian menggandeng lengan Renjaka dan mengarahkan ke salah satu sudut favoritnya di restoran. Tempat yang selalu Ia pilih apabila ingin makan di restoran yang hari ini sudah dikosongkan oleh Ibu nya khusus untuk menyambut Renata yang akan datang. 

Renjaka tampak memperhatikan suasana restoran milik keluarga Renata ini. Kemudian pandangannya terhenti pada Renata yang sedang memperhatikannya, "Kenapa?" tanya Renjaka dengan senyum geli.

"Kok Mas nggak grogi sih mau ketemu Ibu?"

Renjaka mengacak lembut rambut Renata, "Emang kamu?"

"Curang. Kamu mau ketemu calon mertua loh, masa nggak gugup sama sekali?"

Renjaka menatap Renata menggoda, "Emang anaknya Ibu mau saya ajak nikah?"

Justru malah Renata yang kali ini terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan Renjaka akibat dari pertanyaan sendiri tadi. Renjaka kembali tertawa, kemudian berbisik pelan, "Dalem hati deg-degan banget ini, cuma gak keliatan aja. Mau pegang dada saya biar tahu gimana deg-degannya?" Renjaka baru akan menarik tangan Renata untuk dibawanya ke dadanya, namun Renata lebih dulu berdiri menghindar.

Tidak lama dilihatnya seorang wanita, yang mungkin lebih muda beberapa tahun dari Ibunya, yang Renjaka temui beberapa waktu lalu dalam keadaan lemas terbaring di rumah sakit, hari ini terlihat sangat segar dan sehat dengan gamis panjang berwarna peach dipadu dengan kerudung berwarna orange menutupi kepalanya. 

Renata berjalan ke arah Ibunya dan mencium tangan wanita itu, diikuti oleh Renjaka. Di belakangnya terlihat pelayan restoran yang membawakan piring makanan untuk disantap oleh Renata dan Renjaka, kemudian diletakkan di atas meja mereka. 

"Ibu sehat kan?" tanya Renata yang kini duduk di sebelah Nirmala, Ibunya. Sedangkan Renjaka duduk di depan mereka.

"Alhamdulillah, sehat, Neng. Neng gimana?"

"Ata juga sehat, Alhamdulillah" jawabnya dengan senyum lebarnya. 

Nirmala kemudian menatap lelaki di hadapan mereka, masih dengan senyum yang sama ramahnya, Ia menyapa Renjaka, "Pak Renjaka..." panggil Nirmala, masih menggunakan Bapak, karena dirinya sendiri bingung harus memanggil apa, padahal Ia sudah tahu kalau Renjaka kini sudah menjadi pacar Renata.

"Panggil Renja aja, Bu, jangan pake Bapak" Renjaka langsung menyela perkataan Nirmala yang mendapat tawa dari Renata dan Nirmala yang mengangguk tidak enak.

"Aduh, iya. Kebiasaan karena denger Ata kalau cerita manggilnya pake Bapak jadi Ibu kebawa"

Renjaka mengangguk maklum, "Maaf, Bu, kesiangan mampir ke sininya"

Nirmala menggerakan tangannya, "Nggak apa-apa atuh. Pas sama jam makan siang"

Renjaka mengangkat beberapa bingkisan yang dibawanya dari rumah, "Ini ada titipan dari orang rumah buat Ibu"

Nirmala menerimanya, "Aduh, merepotkan. Hatur nuhun ya, Ren. Sampaikan salam Ibu ke orang rumah ya"

"Sami-sami, Bu" balas Renjaka. Pria itu lalu mengalihkan tatapannya pada Renata dan menangkap senyum lebar dari Renata yang membuatnya ikut tersenyum. 

Nirmala lalu menunjuk makanan di atas meja di depan mereka, "Hayuk, atuh. Di makan dulu nih. Pasti pada laper abis perjalanan jauh. Maaf ya, Ren, seadanya begini. Semoga berkenan ya"

"Terima kasih banyak, Bu, sudah dipersiapkan sedemikian rupa. Jadi merepotkan Ibu, ikutan masak di dapur ya, Bu?"

Nirmala tertawa, "Anak perempuan Ibu suka ngeluh kalo masakan yang disediain bukan masakan Ibu nya. Padahal dia sendiri yang komplen kalau Ibu kelamaan di dapur, tapi tetep mintanya Ibu yang masak sendiri kalau dia dateng" Nirmala mengelus pelan surai hitam panjang Renata di sampingnya sambil tersenyum sayang menatap Renata.

"Punya Ibu jago masak harus dimanfaatkan dong. Kan jarang makan masakan Ibu"

"He eh, Neng. Ibu mah seneng aja kalau masakin buat Neng. Dah, jangan ngomong terus. Abisin makanannya, itu Renja juga diambilin dulu nasinya"

Renata mengambil piring lalu menuangkan nasi dan mengambil lauk untuk Renjaka, "Mas harus cobain sayur asem bikinan Ibu. Juara satu belum ada yang ngalahin, Mas" 

Renata menyerahkan piring berisi nasi dan lauk kepada Renjaka lalu menuangkan sayur asemnya di mangkuk terpisah.

"Ya gimana nggak juara 1, kamu makan sayur asem cuma sayur asem Ibu aja. Jelas ya paling enak" Nirmala menanggapi pujian Renata.

"Ata udah cobain sayur asem di tempat lain, Bu, nggak ada yang seenak bikinan Ibu"

"Iya, iya. Percaya. Tenang aja, kamu nggak disuruh bayar makanannya kok nanti. Nggak usah puji-puji masakan Ibu terus, sekarang makan" ujar Nirmala bercanda yang ditanggapi dengan tawa oleh Renata dan Renjaka. 

Setelah menghabiskan makanan sambil mengobrol dengan topik macam-macam, pelayan restoran diminta untuk mengangkat piring kosong sisa makan mereka kemudian menyuguhkan minuman segar dan buah-buahan untuk dinikmati setelah makan. 

Nirmala kemudian menatap Renata dan Renjaka bergantian, lalu membuka suaranya, "Jadi ada apa nih, Renja sampe nyempetin dateng ke Bandung, main ke restoran Ibu hari ini?"

Renjaka berdeham pelan setalah meneguk es kelapa jeruknya, kemudian menegakkan tubuhnya sambil merapihkan lengan kemeja yang tergulung ke siku itu kemudian menatap Nirmala dan Renata bergantian, "Pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih, Bu, untuk sambutan hangat Ibu atas kedatangan saya..."

Renata tertawa mendengar sapaan Renjaka yang terlalu formal, "Maafin Mas Renja ya, Bu, kebiasaan nyapa klien penting di kantor. Jadi ngomong sama Ibu kaya ngomong sama klien" Renata terkikik kecil yang dibalas tepukan pelan dari Ibunya di lengannya.

"Neng mah jangan dibercandain atuh. Kasian itu Renja-nya makin grogi" Nirmala menambahkan candaannya, yang membuat Renjaka tertawa malu.

"Maaf, Bu. Sudah kebiasaan"

"Nggak apa, santai aja sama Ibu, Ren."

"Iya, Bu" Renjaka kembali melanjutkan pembicaraannya, "Hari ini saya ingin minta izin sama Ibu. Saya sedang menjalin hubungan yang serius dengan Ata" Renjaka menatap Renata yang dibalas dengan senyum dan anggukan dari wanita itu.

"Saya meminta restu dari Ibu untuk mengizinkan saya menjalani hubungan yang bukan hanya berpacaran. Mungkin Ata juga sudah cerita ke Ibu, saya adalah laki-laki yang sudah memiliki seorang putra di rumah, Bu. Hubungan yang ingin saya jalani dengan Renata bukan hanya sekedar berpacaran dan main-main, tapi saya juga ingin hubungan ini mengarah pada hal yang serius."

Nirmala mengangguk, mengalihkan padangannya pada Renata lalu mengelus sayang kepala putrinya itu. Renata membalas tatapan Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca, "Kalau Ibu, yang penting Ata seneng. Kalau Ata happy dan yakin menjalani semuanya sama Renja, insya Allah Ibu selalu merestui"

Renata kemudian memeluk Ibunya dan terdengar isakan kecil dari Renata dibalik punggung Ibunya. Nirmala tertawa mendengar Renata yang malah menangis. Sambil mengelus tangan Renata yang memeluknya, Nirmala kembali memandang Renjaka, "Pesen Ibu cuma supaya Renja bisa bener-bener sayang dan jagain Renata ya. Renata tinggal sendirian di Jakarta. Kelihatannya aja mandiri dan tangguh, berani nyetir bolak-balik Jakarta-Bandung kalau lagi mudik, tapi kalau lagi manja ya begini. Nempel sama Ibunya"

Renjaka tertawa. Akhirnya melihat sisi lain dari Renata yang ternyata bisa manja, terutama pada Ibunya, "Insya Allah pesan dari Ibu akan selalu saya ingat, Bu. Saya juga minta ijin untuk bisa menjaga Renata selama di Jakarta"

Nirmala mengangguk. Kemudian menepuk pelan lengan Renata, "Neng, ih, kenapa nangis terus? Udah atuh, cup cup. Malu sama pacarnya tuh. Ini mah malah jadi kaya seumuran anaknya Renja." Nirmala kembali menatap Renja, "Ja, putranya sudah umur berapa?"

"3 tahun, Bu. Namanya Rendra"

"Tuh, Neng, ih. Malu atuh udah ah"

Renata mengusap air matanya yang masih tersisa di pipinya, masih sambil memeluk lengan Ibunya, Renata memaksakan tawanya, "Kan jarang-jarang Ata manja sama Ibu"

"Sekarang nggak boleh manja lagi atuh. Udah diajak serius itu sama Renja, kalau masih suka nangis begini, gimana Ibu bisa ngelepas Neng jadi Mamanya Rendra? Ntar Rendra nangis, Neng juga ikutan nangis"

Perkataan Nirmala sukses memecahkan tawa di antara mereka. Pembicaraan selanjutnya mereka lanjutkan berkisar tentang obrolan mengenai keluarga Renjaka dan juga Renata. Juga mengenai kehidupan Renata selama di Jakarta dn topik ringan lainnya. 

***

Setelah mengantar Nirmala pulang ke rumah dari restoran, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Hari sudah mulai gelap. Renjaka rencananya akan langsung kembali pulang ke rumah. Awalnya Renata berencana akan menginap di Bandung sampai besok, namun Ibunya melarang dan menyuruhnya kembali ke Jakarta untuk menemani Renjaka di jalan. Renata bisa menginap di weekend berikutnya. Yang langsung disetujui oleh Renata, padahal Renjaka sudah mengatakan bahwa Ia tidak masalah harus menyetir sendiri ke Jakarta malam ini.

Renata sedang di toilet ketika Renjaka ditinggalkan berdua dengan Ibu nya sebelum mereka melakukan perjalanan pulang.

"Renja..." panggil Nirmala pelan.

Renjaka menolehkan kepalanya sambil mengangguk, "Iya, Bu"

"Sudah tahu soal alasan Renata putus dengan Sultan, mantan pacarnya yang terakhir?"

Renjaka mengangguk, "Saya tidak menanyakannya secara jelas, Bu. Tapi sedikit banyak saya sudah tahu ceritanya"

Nirmala tersenyum, "Ibu punya 2 anak, ada Abi, kakaknya Renata. Alhamdulillah semuanya keras kepala, turunan ayahnya. Kalau dulu pada berantem, kadang Ibu diemin aja biar pada adu tinju karena nggak ada yang mau ngalah" Nirmala tertawa sambil menerawang menatap jalan di depan rumahnya mengingat kelakuan dua anaknya saat masih kecil dulu.

"Setelah lulus kuliah, kakaknya Ata maunya Ata di kerja di Bandung aja, biar nggak jauh sama Ibu, biar Aa'-nya tetep bisa kontrol. Tapi Ata nya nggak mau, karena kalau di Bandung, keinget sama Almarhum Ayahnya terus, jadi sering nangis. Abis itu, mereka berantem lagi" Nirmala tertawa lagi yang juga diikuti oleh tawa Renjaka. 

"Tapi akhirnya setelah Ibu bilang, Ata boleh kerja di Jakarta tapi harus rutin pulang ke Bandung, dan diiyakan sama Ata, Aa'-nya juga akhirnya ngalah. Tapi ya jadinya ngontrol Ata buat nanya kabar dan lain-lain, mungkin karena Abi juga merasa tanggung jawab sebagai anak laki-laki yang gantiin tugas Ayahnya buat jagain Ata. Kadang-kadang dimaklumin Ata, kadang ya berantem lagi"

Nirmala menoleh kepada Renjaka, "Ibu cuma mau titip sama Renja, mohon dimaklumi kalau misalnya Ata keukeuh mau tetep kerja, mungkin kalau nanti kalian sampai menikahpun, Ata pengennya kerja. Katanya biar bisa jajanin Ibu, walaupun Ibu juga udah ada restoran. Tapi itu pengennya Ata yang nggak bisa dibantah. Padahal Ibu udah minta Ata nemenin Ibu aja di sini ngurus restoran, tapi katanya sayang sama ilmu kuliahnya"

"Insya Allah, Bu. Saya tidak akan melarang Ata untuk tetap bekerja. Saya juga akan mendukung Ata untuk bisa mengembangkan diri sesuai keinginan dia"

Nirmala mengangguk, "Sultan kemarin juga ngomong begitu, tapi ujungnya seperti yang kamu tahu. Ibu minta tolong lagi, jangan bikin Ata nangis karena keinginannya itu ya. Anak itu kalau sudah sayang sama sesuatu, bisa jadi sayaaanggg banget. Jadi, kalau hatinya dipatahkan sama orang yang dia sayang, sakit hatinya akan luar biasa sekali"

Renjaka kali ini hanya mengangguk tanpa berbicara sedikitpun. Mantan pacar Renata itu pasti pernah menjanjikan hal yang sama kepada Nirmala, tapi ternyata dipatahkan semua janjinya itu. Menyakiti hati Renata, menyakiti hati Ibunya. 

Renjaka memang tidak mempermasalahkan mengenai wanita yang menjadi istrinya tetap bekerja. Ibu dan adiknya juga terus bekerja sampai saat ini, walaupun Adelia belum menikah. tapi, sepertinya setelah Adelia menikah pun, Ia akan tetap bekerja, karena Ia memiliki usaha wedding organizer yang tidak mungkin ditinggalkannya walaupun sudah menikah nanti. 

Nirmala kembali berkata, "Tapi satu yang Ibu bisa janjikan ke Renja soal Ata, Ata memiliki komitmen dan prioritas dalam menjalankan suatu hal. Dan Ibu bisa yakinkan ke Renja kalau kalian memang direjekikan untuk berjodoh, keluarga akan jadi prioritas Ata. Itu yang Ibu paham dan yakini"

Renjaka mengangguk kemudian melihat Renata ke luar dari dalam rumah setelah menyelesaikan urusannya.

"Mas mau ke toilet lagi, nggak? Sebelum jalan pulang" tanya Renata pada Renjaka, yang dijawab dengan gelengan oleh Renjaka.

Renata kemudian berhadapan dengan Ibunya, "Bu, Ata pamit ya. Minggu depan Ata nginep"

"Iya, Neng. Hati-hati di jalan ya. Neng jangan tidur! Temenin Renja nyetir" nasihat Ibunya yang dibalas dengan tawa dan pelukan Renata pada Nirmala.

Setelah mencium tangan Ibunya, Renata dan Renjaka masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pekarangan rumah Renata di Bandung. 



Continue Reading

You'll Also Like

174K 21.3K 40
Lantaran belum juga menikah, Brianna dijodohkan oleh sang Oma dengan seorang pria yang sialnya adalah mantan pacarnya waktu SMA, bernama Edden. Lanta...
332K 21.9K 49
Mungkin kamu akan jatuh cinta dengan kisah mereka, Adrian, Lilya dan Nala. Satu malam telah membawa Adrian masuk ke dalam kehidupan Lilya, begitu jug...
287K 18.2K 44
I'm Rose *Married by accident* "Saya sebenarnya telah lama ingin bertemu dengan Anda, Pak Wijaya. Saya ingin menikahi Karina. Ia tengah mengandung an...
1.5M 59.3K 32
I LOVE YOU! Abinaya Satrio Prasetia Laki-laki berusia 30 tahun. Seorang arsitek yang bekerja diperusahaan kontraktor milik keluarganya. Senang memban...