The Devil ✓

By alreschariys

1M 106K 37.6K

[FOLLOW SEBELUM BACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE] RECOBRA CHRONICLES BOOK 1 ••• Perjanjian sumpah darah... More

ATTENTION
THE DEVIL
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
[S2] Chapter 28
[S2] Chapter 29
[S2] Chapter 30
[S2] Chapter 31
[S2] Chapter 32
[S2] Chapter 34
[S2] Chapter 35
[S2] Chapter 36
[S2] Chapter 37
[S2] Chapter 38
[S2] Chapter 39
[S2] Chapter 40
[S2] Chapter 41
[S2] Chapter 42
[S2] Chapter 43
[S2] Chapter 44
[S2] Chapter 45

[S2] Chapter 33

4.7K 472 38
By alreschariys

"As a child I never imagined that all of the real monsters in the world would be humans."
ALEXA

⚜⚜⚜

Leone merasakan ketakutan dari sorot mata Alexa. Ia melihat kilatan kenangan masa lalu melintas dimatanya, teringat akan bahaya yang pernah mereka hadapi bersama. Hal yang paling ia hindari.

Dengan cepat Leone meraih surat itu dari tangan sang istri. Membaca dengan penuh hati-hati hingga amarah perlahan memenuhi diri. Ia telah berusaha menjauhkan Alexa dari masa lalunya dan menjalani kehidupan yang baru. Namun, kehadiran surat itu membuyarkan segala upayanya.

"Dia sudah lama menghilang dari kehidupan kita," gumam Leone, suaranya penuh dengan keraguan. "Apa kau yakin ini surat dari Galen?"

"Aku sangat hafal dengan setiap goresan tinta yang dibuat oleh sahabat-sahabatku. Itu adalah milik Galen." Ujar Alexa dengan tegas. Tidak ada keraguan dari setiap kata yang terucap. Sudah pasti surat itu ditulis oleh Galen.

"Bagaimana surat ini bisa sampai ke tanganmu?"

"Pos."

"Pos?"

Alexa mengangguk perlahan, mencoba menyembunyikan kebingungannya. Ia hanya menjawab apa yang terlintas dikepalanya saat ini. Pikirannya semakin bercabang ketika ia teringat bahwa Galen begitu pandai bermain teka-teki. Orang-orang di Orion selalu menjadi objek percobaan pria berdarah Spanyol itu.

"Aku akan menemuinya," celetuk Alexa tanpa pikir panjang. Menatap Leone dalam, penuh harap.

"Tidak! Aku tidak ingin kau menemui Galen."

"Tapi aku—"

"Jangan membantah perintahku, Alexa. Aku tidak akan membiarkanmu menemui para pengkhianat itu lagi." Leone dengan penuh penekanan mendesak Alexa untuk tidak terlibat lebih jauh dengan orang-orang dari masa lalunya, khususnya orang-orang dari Orion.

"Mereka tidak seburuk yang kau pikirkan."

"Aku hampir kehilanganmu karena sahabatmu yang sangat kau percaya itu mencoba membunuhmu." Leone mulai menurunkan nada bicaranya, tetapi itu tetap terdengar menyakitkan bagi Alexa. "Aku tidak akan tertipu dengan orang-orang naif itu lagi."

Pengkhianatan adalah duri yang menusuk hati, terutama ketika datang dari orang yang telah dikenal selama bertahun-tahun. Takdir memainkan permainannya yang kejam saat Alexa menemukan bahwa sahabatnya adalah orang yang bertanggungjawab atas kematian kedua orangtuanya. 

Wanita itu menatap pria dihadapnnya dengan rasa ketidakpuasan yang jelas terpancar. Kedua tangan telah mengepal sempurna, tetapi ia mencoba untuk tidak terpengaruh dengan emosinya atau Leone benar-benar akan memberikannya hukuman. 

Alexa mulai berbicara dengan nada lembut, senyuman tipis ia ukir dengan sempurna. "Leone, aku mengerti bahwa kau khawatir tentang keselamatanku. Aku mengerti mengapa kau masih berpikir jika sahabat-sahabatku adalah para pengkhianat. Tapi aku juga memiliki hak untuk mencari tahu kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi pada mereka setelah aku pergi. Bagaimana keadaan mereka setelah keluar dari neraka itu? Aku tidak bisa hanya bersembunyi dari masa lalu selamanya. Bagaimana jika ternyata selama ini mereka membutuhkan aku, tetapi mereka tidak bisa menghubungiku karena sulit untuk menembus orang-orangmu? Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa siapapun orang yang telah menyelamatkan anggota keluarga Luciano artinya mereka juga bagian dari keluarga? Sahabat-sahabatku dan Milo telah menyelamatkanku sejak dulu, Leone. Tolong, biarkan aku menemui Galen."

Leone merasakan keputusasaan dan kecemasan yang tak terbendung. Alexa selalu mampu membuatnya berpikir dua kali dalam mengambil keputusan. Saat dikuasai hati, atau dikuasai logika.

Pria itu menghela napas panjang. Mengalihkan pandangan dari Alexa dan menatap lampu di jalan setapak kebun selama beberapa saat. Berpikir dengan penuh kehati-hatian. Memikirkan setiap kemungkinan yang dapat terjadi jika surat itu memang dikirim oleh Galen.

Alexa menggenggam tangan Leone dengan lembut. "Jika tidak boleh sendirian, kau bisa ikut denganku. Tetapi hanya kau, tanpa pengawal, Dante, ataupun Xander."

Leone berjuang dengan perasaannya yang bertentangan. Di satu sisi, ia sangat ingin melindungi Alexa dan menjaganya dari bahaya. Namun, di sisi lain, dia tidak ingin membatasi keinginan dan hak sang istri untuk mengetahui kebenaran orang-orang dari masa lalunya.

"Alexa, aku mencintaimu," bisik Leone dengan penuh kelembutan. "Aku takut kehilanganmu. Tapi jika ini adalah langkah yang harus kau ambil untuk menemukan jawaban dari kegundahanmu selama ini, aku akan berdiri di sampingmu."

Air mata mengembang di mata Alexa saat dia merasakan kehangatan cinta dan dukungan dari Leone. "Terima kasih, Leone. Aku sangat menghargai keputusanmu. Aku berjanji akan berhati-hati dan tidak akan membiarkan diriku terjebak dalam bahaya."

Leone mengelus pipi Alexa dengan lembut. "Mereka yang ada dalam bahaya jika berani mengangkat senjata di hadapanmu," katanya dengan senyum menenangkan. Tangannya beralih mengusap perut sang istri, tempat di mana buah cinta mereka sedang tumbuh.

Alexa akhirnya bisa bernafas lega, ia tampak lebih tenang ketika Leone mengusap perutnya yang belum terlalu besar. Tidak ada yang lebih memberikannya kenyamanan selain sentuhan hangat Leone.

"Galen adalah sahabatku, aku yakin dia tidak akan melakukan hal buruk yang akan mengganggu rencana kita. Aku pikir dia ingin membantu kita menghancurkan Bratva." Alexa masih meyakinkan Leone dengan keputusan akhirnya.

Leone tersenyum lembut, lalu membawa Alexa dalam dekapan rasa aman. Ia menyadari bahwa kenangan tidak akan pernah mudah dilupakan, ia hanya bisa menyembunyikannya di lubuk hati yang paling dalam. Alexa memilih untuk kembali ke masa lalu dan mencari jawaban yang belum dapat ia dapatkan, tentang keberadaan sahabat-sahabatnya.

"Aku tidak akan membiarkan seorangpun melukai ratuku. Aku akan melindungimu dengan nyawaku, Alexa Rachele Luciano."

⚜⚜⚜

Pagi ini, Xander mengemudi dengan lebih hati-hati. Ia mengantar Alexa untuk menghadiri pertemuan dengan para petinggi Morel Bank. Dalam perjalanan, mereka berbincang tentang bagaimana kehidupan Xander saat masih bekerja di CIA. Alexa berusaha mengalihkan kegugupan yang masih saja ia rasakan saat akan menghadiri rapat bersama para pengusaha kelas atas. Berbeda ketika ia bertemu dengan para bos mafia, ia akan menjadi orang yang paling banyak berbicara dan mengatur. Tidak ada yang berani membantah istri kesayangan Don Luciano.

"Xander, aku penasaran, bagaimana perasaanmu setelah keluar dari CIA? Terlebih kau meninggalkan kehidupan militermu untuk menikah dengan putri seorang mafia," tanya Alexa. Ia merasa memiliki kisah yang sama dengan pria itu.

Xander menghela nafas, menatap jalan di depan dengan fokus. "Tentu ada campuran perasaan, Alexa. Aku merasa lega karena akhirnya bebas dari bayang-bayang operasi rahasia dan senjata. Tapi di sisi lain, ada rasa hampa juga. Aku terbiasa dengan adrenalin dan misi-misi berbahaya. Kehidupan sipil terasa sedikit monoton setelahnya."

"Kehidupan sipil? Apa maksudmu?"

"Setelah aku resmi meninggalkan timku, aku bekerja sebagai chef di salah satu restoran milik ayah Serena selama beberapa bulan. Itu adalah pengalaman yang cukup menyenangkan." Xander kembali pada ingatan masa lalu yang dipenuhi dengan rasa aman dan damai.

Alexa mendengarkan dengan penuh perhatian. Tidak ada yang pernah mengatakan hal itu sebelumnya. Tidak ada yang pernah bercerita tentang kehidupan Xander, bahkan tentang Serena. Xander mengingatkan Alexa pada Milo yang pandai memasak, namun lebih suka bekerja di lapangan bersama sahabat-sahabatnya.

"Lalu apakah kau telah menemukan kedamaian dalam kehidupanmu sekarang?"

Xander tersenyum lembut. "Ya, karena Serena dan putriku selalu bersamaku." Jemarinya mengusap kalung salib dengan ukiran nama sang mantan istri.

Alexa hanya tersenyum. Ia bisa merasakan kebahagiaan dan rasa sakit secara bersamaan saat Xander mengucapkan nama Serena atau calon anaknya yang bahkan tidak sempat merasakan pelukan kedua orangtuanya. Cinta Xander benar-benar sangat tulus, sama seperti yang ia rasakan saat bersama Leone.

Perjalanan yang ditempuh cukup jauh. Mereka terus mengobrol hingga gelak tawa menyelimuti keduanya. Namun, ketenangan mereka terganggu saat sebuah mobil polisi muncul di belakang mereka dengan sirine berkejaran. Xander menatap cermin dan melihat lampu merah dan biru yang berkilauan di atas mobil polisi.

"Apa yang terjadi? Seorang polisi di tempat seperti ini?" Ia melirik kaca spion dengan wajah serius."Tidak mungkin."

"Kau bisa melihatnya?"

"Tidak. Tampaknya aku harus segera menghubungi seorang pembersih." Alexa menyeringai saat melihat ke arah Xander yang ikut tersenyum dengan sedikit anggukan.

Dengan cepat, mereka memutuskan untuk berhenti di tepi jalan dan menurunkan kaca jendela saat mobil polisi berhenti di belakang mereka. Seorang polisi berbadan tegap turun dari mobil dan melangkah mendekati mereka.

"Selamat pagi, Nona. Bisa tunjukkan identitas Anda," kata polisi dengan suara tenang.

"Mungkin kau harus melepas kacamata itu, bukan aku yang menyetir."

"Tentu saja identitas pengemudi adalah yang utama. Tetapi saya harus memeriksa identitas Anda juga."

"Maaf, tapi kamu sedang dalam buru-buru," Xander segera menyerahkan kartu identitasnya dan meminta Alexa untuk lebih kooperatif. Mungkin saja polisi itu sedang melakukan patroli dan melihat mobilnya yang melaju dengan kecepatan melebihi batas.

"Tolong keluar sebentar dari mobil," desak pria berseragam itu.

Xander dan Alexa saling pandang. Tanpa pikir panjang mereka keluar dari mobil, diikuti oleh pria berseragam lain yang juga keluar dari mobil polisi. Xander mencoba menjelaskan kepada polisi bahwa mereka tidak melanggar hukum, tetapi suasana menjadi semakin tegang saat polisi itu mendekati Alexa dengan penuh curiga.

"Tolong tunjukkan identitas Anda," kata polisi dengan nada yang semakin tidak bersahabat.

"Kau ingin tahu siapa aku?"

"Aku akan meminta untuk terakhirnya kalinya. Berikan identitas Anda."

"Kasihan sekali," gumam Alexa sembari mengeluarkan dompet lipat kecil dari saku celananya.

Namun tepat sebelum Alexa dapat menunjukkan identitasnya, terdengar suara tembakan dari arah yang tak terduga. Polisi dihadapan mereka terkena tembakan dan terjatuh ke tanah.

Tiada hari tanpa melihat darah yang tumpah. Xander tanpa sadar menarik Alexa ke belakangnya untuk melindunginya. Sampai pada polisi lain yang hampir menarik pelatuk pistolnya ke arah mereka menjadi korban selanjutnya. Tertembak di bagian belakang kepala.

"Apa yang baru saja terjadi?" Mata Xander segera memburu sekitar. Ia tidak dapat menemukan siapapun yang menembak kedua polisi itu.

Namun tawa Alexa mengalihkan perhatian Xander. Pria itu kebingungan. Ekspresi Alexa mengungkapkan bahwa ada sesuatu yang lebih rumit di balik insiden ini. Ia kembali menatap dua mayat bersimbah darah ditengah jalanan sunyi.

"Itulah yang akan terjadi ketika seseorang mencari masalah dengan Luciano. Kematian hanya berjarak satu inci," kata Alexa dengan wajah senang.

Continue Reading

You'll Also Like

4.3K 367 9
setiap foto yang aku upload aku persembahin pada ownernya. Tidak ada yang disesali saat Xiaozhan menginjak Bar pertama kali malam itu. Bahkan Wang Yi...
37.4K 1.4K 26
Ini cerita dari Kinanti Azhira, gadis cantik dari kampung yang harus rela dinikahkan di usianya yang baru minginjak angka 20. Memiliki orang tua yan...
344K 20K 61
[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang d...
1.6M 116K 44
[PRIVAT ACAK - FOLLOW SEBELUM BACA] - OBSESI, HUBUNGAN TERLARANG, PERSAINGAN BISNIS, PERSAHABATAN, TOXIC RELATIONSHIP, FRIENDZONE. Ini tentang para t...