Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
1| Bingkisan
2| Jangka
3| Teror
4| Kecemburuan
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
7| Merasa Bersalah
8| Curiga
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
31|Ancam-Mengancam
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

22|Perihal Menfess

5.2K 1.6K 893
By cutputrikh

Jam berapa baca hipokrit?

Spam love item seperti biasa🖤

Jangan lupa share cerita ini ya!

"Tidak ada rahasia yang pernah berhasil menjadi sepenuhnya rahasia."


[.]


"Kalian semua udah pasti lihat kan menfess yang lagi rame di base?"

Suara Ethan menjadi pembuka dalam ruang osis nan senyap yang hanya diisi oleh 4 manusia itu. Tidak ada yang menyahutinya, hingga langkah kaki yang baru saja masuk ke dalam ruangan mengalihkan fokus orang-orang itu untuk kemudian menoleh. Melihat Sena yang baru saja masuk.

Kini, ruangan itu telah diisi oleh Ethan, Alezian yang baru mulai masuk sekolah hari ini, Geyzia serta Sheryl, dan juga Sena yang baru saja bergabung.

Menghembuskan napasnya, Sena membuka suara, "Gue nggak ada lagi urusannya sama ini. Gue udah bilang gue keluar."

Sheryl memutar bola mata, menatap gadis itu sembari menyilangkan kaki santai. "Lo udah milih terlibat, Sena. Jadi lo nggak bisa kabur dan anggap ini selesai gitu aja."

Sena menggelengkan kepalanya. "Kalian bahkan udah nyalahin perjanjian awal yang seharusnya."

Sena menarik napasnya sejenak, lalu bersuara rendah namun terdengar jelas. "Kerja sama awal kita itu bikin Radheya keluar dari Satya Bangsa, bukan bikin Radheya meninggal."

Seisi ruangan itu diam seketika, tidak ada yang membalasi kalimatnya atau meresponnya sedikitpun. Manusia-manusia itu bahkan saling memalingkan pandangannya satu sama lain.

"Bahkan mungkin... satu diantara kalian itu yang sebenernya bunuh Aya kan?"

Semua orang saling memandang, seolah saling melempar tuduhan satu sama lainnya. Merasa jadi yang paling banyak dipandang, Geyzia sontak melebarkan bola matanya tidak terima.

"Bukan gue yang bunuh Dee! Kenapa kalian jadi liatin gue?"

Ethan mendecak. "Udahlah, udah! Nggak usah saling tuduh. Intinya kita semua terlibat dalam penyebab Dee depresi. Dan sekarang ada yang ngungkit soal Dee ke base. Cuma kita berlima yang tau soal ini, jadi siapa diantara kalian yang udah masukin itu ke base twitter?"

Geyzia memandang ke arah Sheryl curiga. Yang ditatap sontak membuka mulutnya menyanggah tuduhan itu. "Bukan gue, Gey! Gila kali?"

"Ya terus siapa? Lo yang udah masukin menfess tentang Raline kan?"

Sheryl menggerling. "Yang Raline emang gue, kalo yang baru ini bukan!"

"Ribut lo pada," sela Alezian. "Kalian mungkin lupa kalo Yovan juga tau semua rencana kita."

Ethan menoleh ke arah Alezian baru sadar. "Ah ya! Yovan. Dia juga tau dan bahkan nyimpen rekaman percakapan kita soal Radheya."

"Tapi, Yovan nggak ada keliatan belakangan." Sena turut menimbrung.

"Bukannya terakhir Yovan ngomong sama lo Sher?" tanya Geyzia mengingat-ngingat kembali.

"Yaaa, tapi itu kan udah lama? Lagian gue cuma ngingetin dia buat tutup mulut dan bayar dia sesuai permintaan. Besoknya dia udah nggak keliatan kan? Habis kecelakaannya Raline lebih tepatnya."

"Gue sebenernya ada ketemu dia pas sebelum masuk sekolah, udah agak lama juga." Kali ini Alezian yang bersuara. Semua orang menoleh ke arahnya. "Dia nemuin gue buat minta uang tutup mulut."

"Lagi? Minta uang apa lagi?"

Alezian memandang ke arah Ethan yang baru saja bertanya. Memberi jeda beberapa saat untuk sebelum kemudian menjawab pelan, "Foto itu... Foto di hari kematiannya Dee."

Ethan yang tau foto apa yang dimaksud lantas manggut-manggut paham. Sheryl memiringkan kepalanya penasaran. "Foto apa?"

Ethan mengibaskan tangannya di udara. "Bukan foto penting. Sekarang yang penting soal menfess itu. Kita terlibat. Kita nggak bisa diem aja."

"Kira-kira... siapa yang masukin menfess itu?"

Mereka saling pandang satu sama lain. Saling menerka-nerka siapa yang sudah memasukkan menfess itu hingga persoalan terkait Radheya kembali mencuat ke permukaan.

Siapa sebenarnya yang melakukan itu?

Sementara Raline yang kebetulan sedang berjalan di koridor tidak sengaja melihat Radian sedang berdiri membelakangi dinding di depan ruang osis sembari memainkan jangkanya. Mengerutkan kening heran, Raline baru saja ingin menghampiri ketika Radian malah melangkahkan kakinya pergi.

"Radian habis ngapain di depan ruang osis?"

Tak lama setelah Radian menghilang, pintu ruang osis terbuka. Menampilkan orang-orang yang Raline kenali keluar dari sana. Entah bagaimana instingnya berkerja, Raline spontan memundurkan dirinya bersembunyi di balik pilar. Melihat orang-orang itu keluar satu persatu menyambut rasa penasaran yang tiba-tiba menguasai pikirannya.

"Ethan, Alezian, Geyzia, Sheryl,... Sena?" Raline mengerutkan keningnya tidak paham. Mencoba menerka-nerka alasan paling masuk akal mengapa mereka semua bisa bersama.

"Kenapa mereka... tiba-tiba barengan?"

[.]

Agaknya aneh.

Mengingat bagaimana respon Sena pada Raline saat di perpustakaan dan juga saat melihatnya tiba-tiba bersama Sheryl dan Geyzia. Ada perlu apa mereka bersama?

Setau Raline, mereka tidaklah dekat dan Sena bukanlah anggota osis. Ethan dan Alezian pun bukan anggota osis. Lalu mereka habis melakukan apa?

Saat jam pulang tadi, Raline sempat melihat Sena sedang berbicara dengan Pak Risandi. Setelah Pak Risandi pergi, barulah Raline mendekati Sena yang kebetulan baru saja membalikkan badannya.

"Hai Sen," Raline menyapa.

Gadis di hadapannya itu bertingkah seakan baru saja kepergok sesuatu, kemudian tersenyum canggung menjawab sapaan Raline barusan.

"Lo nggak pulang?" Sena bertanya seraya berjalan melaluinya.

"Baru aja mau. Nggak sengaja liat lo lagi sama... Pak Risandi."

Sena tidak menjawabnya, hanya diam saja sembari berjalan bersama keluar menuju gerbang sekolah.

"Sen," panggil Raline, yang dipanggil berdeham singkat. "Lo bilang... Radheya ninggalin lo demi temenan sama Sheryl Geyzia dan Dhea kan? Lo juga sempet gabung sama mereka?"

Sena berhenti melangkah, memandangi Raline penuh tanya. "Kenapa belakangan lo jadi kayak ngepoin gue gini Lin?"

"Hah?" Raline sontak mengusap tengkuknya, apakah perilakunya terlalu kentara?

"Nggak-nggak, gue nggak kepoin lo kok. Gue cuma pengen temenan aja sama lo, Sena."  Raline tersenyum ramah.

Sebelah alis Sena menukik heran. "Kalo beneran mau temenan sama gue... nggak seharusnya lo terus-terusan nyinggung soal Radheya, Raline."

Raline terdiam, lagi-lagi ia terlalu kentara perihal itu. Raline menggelengkan kepalanya dan membuka mulut ingin memberi alibi, namun Sena sudah lebih dulu berbicara.

"Gue nggak tau lo kenapa tiba-tiba aneh gini. Tapi asal lo tau, Radheya nggak sebaik yang lo kira dari cerita orang-orang yang lo dengar. Dan kita udah lama nggak temenan, jadi jangan tanya-tanya gue soal dia."

"Satu lagi. Gue tau lo deketin gue karena anak-anak satu sekolah mulai hilanh respect sama lo karena kematian Dhea dan kak Rafathan. Tapi jangan ngira lo bisa manfaatin gue supaya tetep kelihatan populer." Sena menggelengkan kepalanya, menatap Raline agaknya berbeda. "Lo nggak jauh beda kayak Radheya."

Itu menjadi akhir pembicaraan mereka.

Raline telah pulang ke rumah dengan menaiki taxi, tentu saja masih berupaya menjaga pandangan orang lain terhadap dirinya. Raline tidak bisa membiarkan orang-orang terus membicarakan dirinya. Raline harus mengambil tindakan.

Tapi, si peneror itu masih menjadi halangan untuknya menjalani hidup tenang.

"Raline pulang." Raline melengos masuk ke dalam rumah melewati Rendriyan yang sedang mengurus pesanan katring.

Baru saja membuka pintu kamarnya, Raline sontak membulatkan bola matanya kaget begitu mendapati kondisi kamarnya sekarang.

Kamarnya berantakan. Acak-acakan dan kotor. Coretan merah menghiasi dinding kamarnya. Raline sampai sulit berkata-kata melihat kondisi kamarnya saat ini.

"Ayah! Ayah!"

Rendriyan yang mendengar teriakan Raline lantas mendekat. Turut terkejut begitu melihat kondisi kamar gadis itu.

"Siapa yang berantakin kamar Raline?!"

"Ayah nggak tau, ayah nggak ada masuk kamar kamu."

"Terus siapa?!" Tangan Raline menutup matanya frustasi, lantas memasuki kamarnya dan memeriksa.

"Terus siapa yang berantakin kamar Raline? Cuma ayah satu-satunya yang di rumah!"

Rendriyan memintanya untuk sedikit lebih tenang. "Ayah benar-benar nggak tau, kak. Tapi tadi..." Raline menoleh. "Tadi adik kamu pulang."

"Revin?" Raline menaikkan alisnya sebelum kemudian mendapatkan pesan baru dari penerornya.

Anonym
Suka dengan kejutannya, Babytch?

"F*ck!" umpat Raline pelan. Jadi, ini ulah si peneror itu?

Raline benar-benar tidak habis pikir. Peneror ini benar-benar tidak mau berhenti membuatnya frustasi. Raline lantas mengedarkan pandangannya, membaca tulisan merah di dinding untuk kemudian mencerna maksud dari tulisan-tulisan itu.

Depression for depression
Death for death
You deserve it

[.]

Apa yang kalian pikirkan terkait part kali ini?

Ada yang paham maksud tulisan di dinding kamar Raline?

Kira-kira foto apa yang Alezian hapus?

Kira-kira Ethan, Alezian, Sena, Geyzia, dan Sheryl kenapa bisa terlibat? Kenapa mereka kerja sama?

Kira-kira Radian ngapain?

Jangan lupa follow instagram @akunhipokrit buat tau info-info dan spoileran

Spam next disini yak!

Update lagi nunggu komennya nembus 500 yah

*Catatan: do not call me thor pwease

Continue Reading

You'll Also Like

8.8K 2.2K 65
Anak hasil pernikahan siri seorang direktur perusahaan entertainment membuat laki-laki bernama Gian Bramana Alexander disembunyikan dari dunia, tidak...
9.8K 1.8K 36
Story by: @saskiafadillaaa . . Naura adalah gadis yang bisa melihat waktu kematian di tubuh seseorang. Mengerikan, dia seolah selalu melihat waktu hi...
559K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
39.1K 1.8K 24
Lana adalah kutu buku cupu yang mengidap skoliosis. Dia merasa dikutuk. Tapi itu sebelum dia kenal dengan anak laki-laki dokternya. *cerita ini adala...