DOOZY

By Sfiensa

1.6K 612 3K

⚠️ Warning ⚠️ !! Cerita ini mengandung kekerasan fisik !! _____________________________ Arsene Orc atau biasa... More

*PERHATIAN
Prolog
✧◝Cast◜✧
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Orc Visual
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28

Chapter 3

87 32 92
By Sfiensa

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________________

Waktu berlalu dengan cepat. Perlahan Kaisa dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kini Kaisa tengah sarapan bersama anak panti lainnya. Hanya sandwich serta susu strawberry. Hari ini adalah hari minggu, Kaisa berencana untuk pergi ke perpustakaan daerah. Tiba-tiba ibu panti menghampiri Kaisa dengan tergesa-gesa.

"Kaisa.." Tutur ibu panti seraya mengatur nafasnya.

"Ada apa bu?" Tanya Kaisa dengan cemas.

"Ikut ibu sebentar!" Tutur ibu panti seraya mendorong kursi roda Kaisa.

Ibu panti membawa Kaisa menuju ruangannya. Kemudian ibu panti memberikan sebuah surat kepada Kaisa. Sebuah surat tentang pemindahan rumah panti oleh orang tua Kaisa. Sebelumnya, orang tua Kaisa telah meminta ibu panti untuk segera mencari tempat tinggal lain karena tanah di panti ini akan digunakan untuk membangun mall. Namun, ibu panti menolak keras karena hanya rumah ini yang dia punya. Orang tua Kaisa tak memperdulikannya.

"Shit! Kaisa paham, kalau saja kak Kaysen masih ada disini pasti orang-orang biadab itu tak meminta kita pindah!" Tutur Kaisa menggenggam erat surat tersebut.

"Boleh keluar sebentar?" Sambung Kaisa. Kemudian ibu panti keluar dari ruangan ini.

Kaisa menelepon orang rahasia Kaisa untuk mencari tempat yang lebih besar dan lebih layak dari rumah ini. Dia menghela nafas seraya menatap sisa tabungan Kaisa yang cukup untuk membeli rumah lagi. Kemudian Kaisa pergi ke halaman belakang rumah ini. Kaisa mencoba untuk menggerakkan kakinya, namun tak sedikitpun kakinya bergerak. Namun Kaisa tak menyerah, dia terus berusaha lagi.

Srek!

Tiba-tiba Kaisa merasa seperti ada seseorang yang bersembunyi di balik pohon-pohon itu. Lalu Kaisa mendekati pohon tersebut dengan hati-hati. Kaisa berhenti. Dia menatap cap darah di salah satu pohon.

"Dia sungguh ada?" Gumam pelan Kaisa seraya menatap pohon tersebut.

Kemudian Kaisa beralih kembali ke pohon yang dia tuju. Kaisa menggerakkan kursi rodanya perlahan. Jikapun dia kembali seharusnya makhluk itu langsung muncul, batin-nya. Kaisa sampai di samping pohon besar itu, namun sayangnya tak ada siapapun disitu. Kaisa mengerjap. Lalu dia kembali ke dalam panti.

Kaisa mendatangi ibu panti yang tengah duduk dengan pikiran yang bercampur aduk.

"Walaupun kita mengancam, mendemo, mencemooh atau menasehati mereka, semuanya sia-sia. Mereka adalah iblis yang diturunkan ke bumi karena neraka penuh. Jika keinginannya tak terwujud kita yang akan jadi sasarannya, maka untuk menghindari hal yang tidak kita inginkan lebih baik kita turuti saja mereka." Tutur Kaisa.

"Saya tahu. Tapi, rumah ini sangat penting bagi saya. Rumah ini peninggalan kedua orang-tua saya dan saya tak mungkin membiarkan rumah ini hancur di tangan mereka." Balas ibu panti.

Kaisa menghela nafas, "Tapi bagaimana nasib anak-anak itu? Ibu juga tak mau kami menderita karena mereka kan?". Ibu panti menunduk seraya menghela nafas.

"Soal tempat tinggal biar Kaisa yang urus." Tutur Kaisa.

"Tapi- bisakah kamu melakukan satu hal lagi agar mereka dapat berubah pikiran? Saya tahu kamu tidak ingin menemui mereka, namun tolong lakukan ini demi masa depan anak-anak. Jika kali ini gagal lagi, saya akan menurut." Tutur ibu panti dengan memelas. Kaisa menelan salivanya. Dia tak tega menatap tatapan ibu panti yang tak ingin meninggalkan rumahnya.

"Akan Kaisa pertimbangan kan," Tutur Kaisa. Kemudian Kaisa berbalik menuju kamarnya.

Kaisa menatap jendela kamarnya. Dia mengingat kembali perkataan keji orang-tuanya. Kaisa berpikir bahwa anak-anak yang mereka buat hanyalah sebuah alat untuk memperuntungkan kepuasan pribadi mereka. Namun dibalik rasa sakitnya kepada orang-tuanya, Kaisa merasa takut saat dia bertatapan dengan orang-tuanya.

"Demi anak-anak panti..." Gumam Kaisa.

Besoknya, Kaisa pergi ke rumah orang-tuanya dengan menaiki mobil panti. Rasa gugup sekaligus takut bercampur menjadi satu. Kaisa takut jika dia akan melewati batasnya. Sesampainya di depan gerbang, sopir membantu Kaisa turun dari mobil.

"Bapak tunggu Kaisa disini aja, Kaisa bakal nggak papa kok," Tutur Kaisa seraya meyakinkan sang sopir.

"Tapi bapak takut kalau kamu nanti di apa-apain sama mereka," Balas sang sopir dengan cemas.

"Tenang aja, Kaisa punya super power di dalam tubuh Kaisa. Bapak jangan takut Kaisa itu sepupunya sailor-moon!" Tutur Kaisa seraya memperlihatkan otot lengannya.

"Iya deh terserah Kaisa aja yang terpenting nanti kalau Kaisa diapa-apain mereka, Kaisa telepon bapak aja." Balas sang sopir. Kaisa mengangguk.

Lalu satpam rumah membuka gerbang rumah ini. Kemudian Kaisa masuk ke dalam halaman rumah. Sesampainya di depan pintu, Kaisa menghela nafas.

"Kaisa- tenanglah jangan takut!" Batin Kaisa.

Kemudian Kaisa menekan bel rumah. Lalu orang rumah membuka pintu. Jantung Kaisa berdegup kencang saat mendengar pintu tersebut terbuka.

"Eh- nona Kaisa? Akhirnya bibi bisa lihat kamu lagi, silahkan masuk!" Tutur pembantu rumah. Kemudian Kaisa masuk ke dalam rumah dengan tatapan dingin.

"Dimana mereka?" Tanya Kaisa kepada wanita itu.

"Tuan besar ada di kamarnya kalau nona besar baru saja dia keluar barusan," Balas wanita ini.

"Bi- boleh minta segelas air nggak?" Tutur Kaisa memelas.

"Oh oke sebentar, non!" Balas wanita tersebut seraya berjalan cepat menuju dapur.

Kaisa menatap sekeliling, tak ada yang berubah kecuali foto yang terpajang di dinding. Foto tersebut telah dirubah menjadi tiga orang yakni Mamahnya, Papahnya, dan Kakaknya. Lalu wanita tersebut kembali seraya membawa segelas air.

"Terimakasih, bi!" Tutur Kaisa seraya tersenyum.

"Sama-sama non," Balas wanita itu. Kemudian dia kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Kaisa menyeringai.

Prang!

Kaisa melempar gelas tersebut ke arah foto besar yang terpanjang di dinding. Lalu Papahnya bergegas keluar dari kamar untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di ruang tamu. Pipi Kaisa sedikit tergores karena pecahan gelas yang di lemparnya.

"Kaisa?" Gumam Papahnya.

Lalu Kaisa menatap Papahnya yang sedang menuju dirinya.

"Mau apa kamu kemari lagi?" Tanya Papahnya dengan dingin.

"Untuk menghancurkan foto itu," Balas Kaisa seraya menunjuk foto yang telah rusak karena ulah Kaisa.

"BERANINYA KAMU MENGHANCURKAN FOTO KELUARGA SAYA!" Bentak Papahnya.

Kaisa tak peduli. Suruh siapa mereka berani mengusik Kaisa, inilah balasannya. Namun ini belum seberapa, Kaisa punya ribuan rencana untuk menghancurkan keluarga ini tak peduli ada Kaysen di dalamnya.

"Tentu saja aku berani, Tuan Lazarus!" Tutur Kaisa seraya menyeringai.

"Dengar-dengar kalian ingin memindahkan panti itu bukan? Kaisa paham, Kak Kaysen tahu kan Kaisa tinggal di panti? jadi kalian berniat memindahkan kami dengan alasan tanah itu akan dibangun mall!?" Sambung Kaisa.

"Baguslah jika kamu menyadarinya. Gara-gara kamu, saya gagal mengirim Kaysen ke perusahaan di luar negeri!" Tutur Papahnya dengan menatap tajam Kaisa.

Kaisa merasa lega saat kakaknya tidak jadi pergi ke luar negeri.

"Ada apa ini?" Celetuk Mamahnya seraya berjalan menuju Kaisa dan Papahnya. Tiba-tiba dia berhenti saat menatap foto keluarganya rusak. Moona tahu jika itu ulah Kaisa, karena jika orang dalam yang melakukan itu tidak mungkin.

"Wah- Ratu iblis sudah kembali ke singgasananya," Tutur Kaisa dengan nada mengejek.

"Jaga bicaramu!" Tegas Mamahnya.

Kaisa hanya memutar bola matanya jengah. Yang terpenting sekarang adalah meyakinkan mereka untuk tidak merebut tanah itu. Lazarus melenggang mengambil sesuatu di dalam laci. Sedangkan Moona tengah duduk di kursi kebesarannya seraya menenggak segelas teh hijau. Lalu Lazarus memberikan Kaisa sebuah surat yang harus Kaisa tandatangani. Surat tersebut berisi tentang persetujuan penjualan tanah. Tentu saja Kaisa tak terima dan menyobeknya. Lazarus dan Moona tampak geram.

"Jangan harap kalian bisa mendapatkan tanah itu! Oh iya aku dengar-dengar tanah itu adalah tanah warisan, jika kalian merebutnya sama saja menarik kalian ke dalam jeruji besi!" Tutur Kaisa dengan penuh kemenangan.

"Tenang saja tanah itu sudah menjadi milik kita sekarang," Celetuk Kaysen seraya menyerahkan sebuah map kepada Lazarus.

Kaisa tercengang. Bagaimana bisa kakaknya yang berhati bersih dapat melakukan hal ini. Kaisa mengepalkan kedua tangannya. Ini sama saja seperti perlawanan tiga banding satu. Jika Kaysen berada di pihak lawan, maka Kaisa tak dapat berkutik lagi. Awalnya Kaisa ingin meminta bantuan kepada Kaysen tentang masalah ini, namun ini seperti di luar nalar Kaisa.

"Kaisa- bukankah sekarang kamu seharusnya menata barang-barang mu dan pergi dari panti itu bersama anak-anak lain? Kenapa masih disini?" Tanya Kaysen dengan dingin. Kaisa terdiam. Kaisa tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan agar mereka dapat mengembalikan tanah itu kepada ibu panti.

"Kalian tidak merasa keterlaluan? Kalian mengambil paksa hak milik orang!" Tutur Kaisa seraya menahan amarahnya.

"Mengambil paksa? Lihat ini!" Balas Kaysen seraya melempar map tersebut kepada Kaisa. Kemudian Kaisa membuka map tersebut.

"Ini-" Gumam Kaisa tak percaya. Ibu panti telah setuju menjual tanah tersebut kepada mereka. Kaysen mengambil paksa map tersebut dari Kaisa. Pikiran Kaisa mulai bertanya-tanya, jika ibu panti bersedia menjual tanah itu lantas mengapa dia menyuruh Kaisa datang kemari.

"Kamu memang pantas menyandang gelar anak tak berguna, tempat yang kamu pijak pasti selalu mengalami kesialan. Sekarang mau apalagi? Silahkan keluar!" Tutur Kaysen seraya menunjuk pintu.

Kaisa menelan salivanya dengan susah payah. Kakak yang dulu dia kenal kini telah berubah. Bahkan tak sedikitpun membelanya. Manik Kaisa mulai berkaca-kaca namun Kaisa tahan agar tidak keluar. Kemudian Kaisa memutar kursi rodanya dan menuntunnya keluar.

"Untuk masalah pigura yang telah kamu rusak tak perlu kamu menggantinya, cukup kamu keluar dari rumah ini sudah membayar kerugian pigura itu," Celetuk Moona dengan dingin.

Lalu Kaisa kembali menuntun kursi rodanya sampai luar gerbang.

"Maafkan Kakak, Kaisa, Kakak terpaksa melakukan ini agar kamu tetap hidup," Batin Kaysen. Kemudian dia melenggang menaiki tangga menuju kamarnya.

Kaisa termenung seraya menatap luar jendela mobil. Saat di pemberhentian lampu lalulintas, Kaisa tak sengaja menatap sepasang kekasih yang tengah memakan ice cream di sudut kafe. Hal itu membuat memori Kaisa tentang Teon kembali muncul.

Flashback On

Kaisa dan Teon berhenti di depan supermarket. Hari ini cuaca sangat panas. Mereka berdua sedang menikmati liburan akhir tahun bersama.

"Nih kamu satu," Tutur Teon seraya menyodorkan ice cream kepada Kaisa.

"Makasih, cuacanya nggak dukung banget buat liburan! Kenapa nggak beli es kelapa muda aja sih?" Balas Kaisa seraya mengibaskan tangannya.

"Kelapa-nya juga kepanasan jadi nggak ada yang jual es kelapa muda," Tutur Teon seraya membuka bungkus ice cream.

Kaisa berdecak kesal dan memilih membuka ice cream tersebut.

"Ih ini kan ice cream yang waktu itu Kaisa mau beli tapi udah habis, sekarang ada stok lagi?" Tanya Kaisa seraya menatap Teon.

Teon beranjak dari kursi, "Pegang sebentar!". Lalu Kaisa mengambil ice cream milik Teon. Kemudian Teon kembali masuk ke dalam supermarket dan membeli semua ice cream yang Kaisa suka. Setelah itu, Teon kembali dan menyodorkan semua ice cream tersebut kepada Kaisa.

"Ini untuk Kaisa?" Tanya Kaisa dengan bingung.

"Of course! Sebut aja buat pengganti ice cream yang waktu itu Kaisa mau beli tapi udah habis," Balas Teon seraya tersenyum dan mendapat balasan senyuman sumringah dari Kaisa.

Flashback Off

-tbc-

Continue Reading

You'll Also Like

7.5M 253K 25
Gimana jadinya kalau kalian menjadi Hana yang tiba-tiba menjadi istri yang akan diceraikan dan bukan itu aja tapi Hana juga tiba-tiba memiliki anak k...
160K 11K 14
Liviana sangat mencintai Xaverius, mereka sudah menjalin hubungan selama 4 tahun lamanya. Lalu tepat di hari ulang tahunnya Xaverius justru menikahi...
76.1K 4.9K 18
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
700K 42.2K 68
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...