Hotalge High School

By Enhyliy

206K 25K 1K

Apa kalian tau Hotalge High School? Sekolah ternama di dunia. Mungkin semua murid ingin bersekolah disana. Ta... More

Terpaksa (1)
Tentang Hotalge School (2)
Preliminary Exams (3)
Perpisahan (4)
Makan malam (5)
Teman baru? (6)
Hari perkenalan (7)
Mental orang beda-beda (8)
Rooftop (9)
Iri(10)
Kunjungan orang tua (11)
Chapter exam (12)
Curhat (13)
Game (14)
Buku hilang (15)
Poin berkurang (16)
Jadi bahan gibah (17)
Death note (18)
Maag kambuh (19)
Selamat jalan (20)
Kena hukum (21)
Persiapan semester exam (22)
Rindu ibu (23)
D-day (24)
Dia kembali lagi (25)
Kemarahan orang tua (26)
Jangan lupa bersyukur (27)
Terbunuh (28)
Tae-Ra (29)
Saudara tiri (30)
Bad birthday (31)
Sad boy (32)
Tersangka pertama (33)
Salah tuduh orang (34)
Rest in Peace (35)
Tersangka baru (36)
Amaya (37)
What kind of job? (39)
Three cell phones (40)
Who? (38)
Confession (42)
43 (END)
44 (EXTRA PART)

Flashback (41)

2.7K 390 14
By Enhyliy

10 hari menjelang semester exam.

"Menurut lo alge berikutnya setelah kak Alice siapa ya Len?" tanya Airen pada Elena yang sedang sibuk mengerjakan tugas.

"Maybe Caitlin?"

"Kenapa lo mikirnya dia?"

"Dia hampir perfect dia semua mapel dan gue liat belum ada yang bisa nyaingin dia."

"Tapi dia ranking delapan kan pas tes masuk kesini?" tanya Airen sambil menaikkan alisnya.

"Iya, tapi dia gak mungkin nyuri soal atau semacamnya kegigihannya buat dapetin nilai perfect itu udah keliatan banget, lo tau kan gue pernah temenan sama dia?"

"Iya sih, lo udah gak kesel lagi sama dia?" tanya Airen sambil membuka snack.

"Enggak sih, tapi kalo untuk berteman lagi sama dia sih gue gak mau," balas Elena sambil mengambil beberapa keping keripik dari kantong snack milik Airen.

"Karena Adrin?"

"Yeah," jawab Elena sambil mengangguk. Ia kembali fokus kepada tugasnya setelah menjawab pertanyaan Adrin. Jika terlalu dibahas moodnya bisa-bisa hancur.

Seketika Airen menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara hp yang berdering. Ia tak tau itu hpnya atau hp Elena karena mereka sengaja memakai nada dering yang sama.

"Lo atau gue itu?" tanya Airen pada Elena.

"Gatau lo kali."

"Suaranya darimana sih?" tanya Airen bingung.

"Di atas kasur deh kayaknya," jawab Elena menunjuk ke arah kasur dengan bibirnya.

"Oke bentar gue liat."

Airen berdiri lalu berjalan menuju kasur. "Hp lo ini. Mama lo yang yang nelfon," katanya sambil memberikan hp pada Elena.

Elena mengambil hpnya dari Airen lalu berjalan menjauh menuju balkon.

"Halo maa," sapa Elena.

"Halo Len, kamu apa kabar?" Tanya mama Elena pada putrinya.

"Baik, mama udah keluar dari rumah sakit?"

"Belum. mama butuh uang Len kalo mama gak bayar sampe lusa mama bisa-bisa dipulangin. Mama gak tau harus gimana, sertifikat rumah udah mama gadai."

"Perhiasan mama? Barang-barang kayak kipas angin dan lain-lain gak mama jual?" tanya Elena. Sebenarnya ia sangat menyayangkan kalau barang-barang di rumahnya harus dijual karena setiap barang itu pasti ada kenangannya. Tapi karena krisis ekonomi ia harus merelakan kenangan yang ada pada barang-barang itu.

"Udah mama jualin semua, cuma tinggal barang yang penting-penting aja."

"Kalo gitu Elena keluar dari hotalge aja ya? Biar Elena bisa kerja cari uang buat pengobatan mama."

"Jangan! Kamu harus sampai lulus disana kamu harus bisa kalahin Adrin itu."

"Ma ini bukan waktunya buat bahas gituan, mama kayaknya gamau banget aku kalah dari Adrin."

"Yaiyalah kamu itu harus lebih unggul dari anak tengil itu."

"Aduh ma terus kalo gitu mama mau aku gimana? Ngemis di sekolah? Percuma ma jelas uangnya gabisa di pake di luar."

"Kamu pinjam ke temen kamu lah Len, mama tau ya temen kamu banyak yang anak orang kaya, tuh si Airen dia sampe punya asisten pribadi."

"Jadi mama mau aku pinjam duit Airen?"

"Iya coba aja dulu."

"Tapi gimana ma? Kita lagi di sekolah."

"Kalian kan masih bisa nelfon orang luar, suruh dia nelfon asistennya terus suruh transfer uang ke rekening mama, kamu mau mama mati gara-gara kamu gengsi minjem ke temen kamu?"

"Ck iya-iya nanti aku tanya, udah ya bye semoga cepet sembuh ma."

Elena memutuskan sambungan telfon segera. Lalu berjalan kembali ke meja belajar.

"Mama lo kenapa?" tanya Airen penasaran.

"Renn gue butuh bantuan lo, pinjemin mama gue uang ya?" rengek Elena meminta bantuan Airen.

"Oh minjem uang, bisa aja sih ntar gue telfon asisten pribadi gue oke?"

"Aaa thanks cuma lo yang bisa gue andelin di masa kayak gini Ren," jawab Elena terharu.

"Iya santai-santai."

○️○️○️

"Eh gue balik ke kamar dulu ya Len, nanti nomor rekening mama lo kirim ke gue aja, " kata Airen yang sudah berdiri di depan pintu. Beberapa detik kemudian ia berbalik badan lalu duduk di pinggiran kasur Elena.

"Oh iya, gue tau sih lo gak bakal bisa uang dua puluh lima juta itu."

Elena meletakkan bukunya di meja lalu berjalan mendekat pada Airen. "Maksud lo?"

"Ya kemungkinan kecil sih lo bisa ganti. Gue tau idup lo susah Len jadi gue gak bakal minta lo buat balikin duit gue," balasnya sambil tersenyum lebar.

"Kalo bisa gue ganti kok Ren."

"Lo bisa kok ngelakuin sesuatu buat gue. Anggep aja buat bayar duit itu ke gue gimana?"

"Lakuin apa?" tanya Elena dengan kening berkerut.

"Agak berbahaya sih, tapi seimbang kok sama uang yang gue kasih."

"Emang apaan?"

"Nyuri soal."

"What the fuck? Lo gila?" tanya Elena tak menyangka dengan jawaban Airen.

Airen menggeleng sambil tersenyum. "Enggak kok. Lo mau apa enggak? Kalo lo gamau kayaknya gue juga gak bisa deh pinjemin lo uang, lo mau mama lo mati?"

"Ya gak nyuri soal juga," balas Elena meninggikan suaranya.

"Oke berarti lo tolak?"

Tanpa berpikir panjang langsung menggeleng dengan cepat. "Enggak. Gue mau ngelakuin yang lo mau."

Airen tersenyum puas. "Good girl. Gue balik ke kamar dulu ya nanti malem gue kesini lagi buat kasih tau rencana."

Elena mengangguk lesu. "Oke."

○️○️○️

Setelah makan malam Elena memutuskan duduk di meja belajarnya. Sebenarnya bukan untuk belajar melainkan untuk mencurahkan isi hatinya pada diary.

"Hello," sapa Airen tiba-tiba membuka pintu kamar Elena. Elena yang sedang menulis diary langsung tersentak kaget lalu segera membuka lacinya dan memasukkan kembali buku diarynya.

"Lo ngapain tiba-tiba masuk kamar gue?" tanya Elena kaget.

"Loh? Lo lupa apa kata gue tadi? kan udah gue bilang bakal kesini."

Elena meneguk ludahnya lalu mengangguk kaku. "Oh iya gue lupa."

"Oke jadi gini ya," katanya sambil merebahkan tubuhnya di kasur Elena.

"Lo tau ruang pembuatan soal kan? Yang jaraknya sepuluh meter dari perpustakaan itu?" tanya Airen pada Elena.

"Iya tau."

"Oke jadi soal-soal ujian kita udah pasti disana kan? Nah gue mau lo yang ambil soalnya," kata Airen sambil tersenyum lebar.

Elena hanya mengeluarkan senyum terpaksanya. "Caranya?"

"Gue udah minta asisten gue buat kirimin handphone besok kesini dan itu buat lo," kata Airen sambil menunjuk Elena dengan jari telunjuknya.

"Buat gue?"

"Iya nanti lo gunain buat komunikasi sama gue masalah rencana kita, gue juga minta kirimin hp baru kok. Khusus jadi gak bakal ketahuan deh."

Elena tersenyum masam sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Oke-oke."

"Jadi hari senin kita bakalan curi soal oke?" tanya Airen memastikan.

Elena menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Lo yakin gak bakal ketahuan?"

"Ck enggak bakal gue udah susun rencana sebagus mungkin," balasnya sambil mengacungkan jempol.

○️○️○️

Senin (hari pencurian soal)

"Sekarang jam delapan malem gue mau ke perpus sesuai rencana, nanti kalo gue chat lo langsung pergi ke tempat soal oke?"

Elena mengangguk. "Iya."

Airen melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Bye-bye kerja yang bagus supaya nyawa mama lo selamat!"

Beberapa jam kemudian.

Airen merogoh sakunya untuk mengambil handphone. "Oke mari kita chat Elena," ucapnya sambil menggeser-geser layar hp.

Airen
Okee mulaiii

Elena
Ok

Elena dengan tergesa-gesa langsung memasukkan senter dan hp ke dalam tasnya. Lalu segera keluar dari kamar.

Elena pergi menuju taman bagian belakang asrama. Ia akan memanjat pagar belakang agar tidak ketahuan oleh satpam.

Setelah berhasil memanjat pagar ia langsung berlari dengan cepat menuju arah perpustakaan.

Elena
Gue udah nyampe

Airen
Ok

Elena bersembunyi di balik pohon besar yang berada di dekat ruangan pembuatan soal. Ia berusaha menenangkan dirinya agar tidak melakukan kesalahan apapun selama rencana  ini berlangsung.

"Malam pak," sapa Airen ramah kepada satpam yang sedang berjaga di posnya.

"Malam, kamu darimana? Udah jam sebelas loh ini."

Airen tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Abis belajar dari perpus pak."

"Wah gak kerasa iya udah mau ujian aja kalian."

"Iya nih pak," ucap Airen  lesu dan tiba-tiba menjadi tak bersemangat seperti tadi. Ia memegangi kepalanya lalu terjatuh begitu saja di tanah.

Satpam itu tersentak kaget dan langsung berlari menghampiri Airen. "Kamu kenapa?" tanya satpam itu panik.

"Kepala saya pusing banget pak, bapak bisa antar saya ke asrama gak? Saya takut pingsan di tengah jalan."

"Aduh gimana ya? Kamu bener-bener pusing?"

Airen mengangguk lesu. "Iya pak tolong anterin saya ya?"

"Oke-oke kamu naik ke punggung saya biar saya antar ke asrama," balas satpam itu sambil berjongkok.

"Makasih ya pak."

"Iya."

Setelah kepergian Airen dan satpam itu Elena langsung mengawasi keadaan sekitar memastikan bahwa benar-benar tidak ada orang.

Setelah memastikan keaadan aman ia langsung keluar dari persembunyiannya lalu berlari menuju pos satpam.

Ia masuk ke dalam pos itu lalu mengambil kunci yang tergantung disana.

Dengan gerakan cepat ia langsung membuka pintu ruangan itu.

Setelah sampai di dalam ruangan iti ia menyalakan senter yang sudah dibawanya dan menyenter seluruh sudut ruangan itu.

Ia mendekati loker lalu mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak di kunci.

Ia segera memeriksa apa isi loker tersebut dan ternyata isinya adalah semua soal semester exam.

"Ini yang gue cari," ucapnya pelan sambil menyalakan hp untuk mengambil foto.

Ia mulai memotret semua soal-soal itu lalu kembali memasukkannya ke dalam loker.

Setelah memastikan soal itu kembali ia susun dengan rapi Elena langsung menutup kembali pintu loker lalu keluar dari ruangan itu.

Ia mengunci kembali pintu itu dan mengembalikan kuncinya ke tempat semula dan berjalan untuk pulang ke asrama.

○️○️○️

Keeseokan harinya

"Fotonya udah gue kirim semua," kata Elena pada Airen yang sedang berbaring di kasurnya.

"Siniin hp lo!" perintah Airen sambil menengadahkan tangannya.

"Hp yang mana?"

"Yang isinya foto soal itu."

Airen segera merebut hp itu dari tangan Elena. "Hp ini gue ambil balik ya? Lo gak kirim foto ini ke hp lo yang satu lagi kan? Gue gak mau nilai lo sama kayak gue yaa gue udah bayar mahal buat lo."

"Enggak kok gue bakal belajar sendiri."

Airen tersenyum miring. "Bagus deh."

○️○️○️

Beberapa hari menjelang kematian Elena

"Ren gue boleh minta uang lagi? Mama harus transplantasi ginjal."

Airen yang sedang membaca novel langsung menoleh. "Banyak?  Mama gue bisa curiga tau."

"Iya banyak, gue butuh banget Ren."

"Gabisa gue maksimal gue bisa kasih lima juta. Karena lo itu minta uang Len mama gue bisa marah kalo tau."

"Tapi yang gue lakuin selama ini udah lebih  dari cukup kan? Atau gue keluar dari sini aja? Dan bilang semua kelakuan lo selama ini? Gue gak masalah sih gue harus di keluarin toh gue emang juga mau keluar dari sini."

Airen langsung membalas dengan tatapan tajam. "Lo ngancem gue?"

Elena mengedikkan bahunya. "Kalo iya emang kenapa? Lo pasti takut banget kan kalo ketahuan?"

Airen diam sejenak lalu berdiri. "Oke-oke gue bakal transfer uang ke rekening mama lo sekitar lima hari lagi."

"Oke kalo gitu rahasia lo aman sama gue," jawab Elena tersenyum puas.

"Yaudah gue balik ke asrama gue dulu ya," pamit Airen sambil tersenyum.

○️○️○️

Airen mengigiti kukunya berusaha memikirkan suatu rencana untuk melenyapkan Elena. "Gue butuh anak Elite Class."

"Tapi siapa?"

"Apa yang bisa gue jadiin buat ngancem anak elite class?"

"Apa ya?"

"Apa mereka ada yang pakai narkoba ya?" tanya Airen tiba-tiba. Tiba-tiba pertanyaan itu terlintas di otaknya.

"Kalo ngerokok mungkin gak terlalu berat jadi mereka gak bakal takut. Apa ada yang pakai narkoba?"

"Kalo mereka pake narkoba berarti orang nganternya kesini lewat paket kan?"

"Okee berarti gue harus liat daftar murid penerima paket tapi gimana caranya ya?"

"Oke gue bakal suruh asisten gue ngirim paket besok jadi gue bisa sekalian daftar penerima paket deh. Ck gue nih emang pintet banget ya," ucapnya dengan senyuman licik.

○️○️○️

Keesokan harinya

Sepulang sekolah Airen langsung menyalakan hpnya untuk memastikan apakah penjaga gerbang mengiriminya email atau tidak.

Dan ternyata ia mendapatkan pesan email.

To: Airene Aquila

Satu paket datang untukmu.

Airen tersenyum miring lalu bergegas pergi menuju gerbang utama.

"Airen lo mau kemana?" tanya Tiana teman sekelasnya.

Airen tersenyum. "Gue mau ke gerbang utama jemput paket."

"Jadi lo gak pulang naik bus?"

Airen menggeleng. "Enggak gue nanti jalan kaki aja."

"Oooh okee byee," balas Tiana sambil melambaikan tangan dan segera berjalan menuju bus.

Airen langsung meninggalkan pekarangan sekolah dan berjalan dengan kecepatan sedang.

Setelah lima belas menit berjalan kaki akhirnya ia sampai di gerbang utama dan langsung berlari mendekati pos satpam.

"Halo pak saya Airene Aquila. Saya mau jemput paket pak," ucapnya memperkenalkan diri sambil tersenyum lebar.

"Oooh sebentar saya lihat daftar dulu ya," ucap satpam itu sembari mengambil buku daftar.

"Pak saya boleh liat? Saya mau liat nama orang yang ngasih saya paket," katanya dengan senyuman.

"Oh iya silahkan," balas satpam itu memberikan buku itu pada Airen.

Airen menerima buku itu lalu melihat halaman terakhir buku itu hanya untuk meyakinkan satpam itu, lalu ia membalik halaman  buku daftar itu dari halaman pertama.

"Loh ada apa kenapa di balik ke halaman pertama?"

"Maaf pak teman saya tadi minta tolong buat ngeliat nama pengirim paketnya karena katanya orang tuanya gak pernah ngasih paket selama dia disini boleh kan pak?"

"Kenapa temanmu itu gak langsung liat waktu dia nerima?" tanya satpam itu curiga.

"Waktu itu dia buru-buru pak jadi gak sempet."

"Oh yaudah saya izinkan," balas satpam itu.

"Makasih ya pak."

Airen memperhatikan setiap nama yang rutin menerima paket lalu menemukan satu nama yang sangat sering ia temukan dalam satu halaman. Ketika ia melihat tanggal diterimanya paket itu ia langsung tersenyum licik.

"Oke pak udah ketemu makasih ya pak," kata Airen ramah.

"Iya sama-sama. Nih paket kamu," jawab satpam itu memberikan sebuah kotak pada Airen.

"Wah makasih lagi ya pak."

"Iya."

○️○️○️

"Di liat dari peringkat hariannya dia gak begitu unggul jadi gak mungkin gue minta tolong supaya dia jadi tutor gue kan? Ya walaupun dia murid elite class di banding teman sekelasnya yang lain dia masih di bawah banget deh gue rasa."

Ada suatu kebiasaan para murid-murid hotalge yaitu menjadikan kakak kelasnya untuk menjadi gurunya di luar jam belajar.

Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak sepuluh tahun lamanya, guru-guru di Hotalge juga tidak mempermasalahkan kebiasaan itu. Guru-guru disana sangat mendukung kebiasaan itu karena  memberikan dampak positif pada muridnya.

Namun tidak semua kakak kelas ingin menjadi tutor untuk adik kelasnya. Mereka boleh saja menolak dengan berbagai alasan.

Namun kebanyakan para murid-murid kelas 11 dan 12 menerima adik kelas yang menawarkan diri untuk menjadi muridnya. Karena dengan mengajarkan kembali ilmu yang sudah ia dapat di kelas sebelumnya membuat ilmu itu akan terus berada di otaknya dan juga ketika ujian akhir sekolah pasti soal-soal yang keluar juga berasal dari bab-bab yang mereka pelajari ketika kelas 10.

Dengan itu mereka tidak perlu mengulang-ulang pelajaran itu terlalu berlebihan ketika akan ujian karena ilmu-ilmu sudah mereka kuasai dan tentu saja mereka tidak mudah lupa.

"Dia jagonya apa ya?"

Airen membuka website Hotalge lalu mengetikkan nama Gilang Bamantara di kolom pencarian, beberapa detik kemudian biodata Gilang langsung muncul di layar laptopnya.

Ia langsung menggulir ke bawah untuk melihat prestasi yang di dapatkan Gilang saat berada di hotalge high school.

Prestasi:
juara 1 kompetisi biola nasional tahun 2020.

Juara 2  kompetisi biola  internasional tahun 2020.

Ketika membaca itu Airen langsung tersenyum senang. "Okey besok rencana kita mulai."

○️○️○️

~Tomorrow~

14.30

Airen yang baru keluar dari kelasnya langsung menaiki tangga menuju elite class.

Ia mulai mencari dimana kelas Gilang berada. Dengan beberapa langkah saja ia langsung menemukan kelas Gilang.

Ia mengetuk pintu perlahan lalu semua murid yang ada di dalam kelas itu langsung menoleh pada Airen.

"Who are you?" tanya seorang gadis yang sedang mengemasi barang-barangnya bersiap-siap untuk kembali ke asrama.

"Aku Airen dari middle class," ucapnya sambil tersenyum ramah. Ia masih tetap berdiri di depan pintu karena belum ada yang mengizinkannya masuk.

"Middle class? Lo anak kelas berapa?"

"Kelas sepuluh kak."

"Butuh apa kesini?"

"Mau cari kak Gilang," jawab Airen pelan.

"Hey Gilang someone is looking for you," teriak gadis berdarah amerika itu.

"Oh who?"

"Dia dari middle class adik kelas," jawab gadis bule itu.

Gilang mengangguk sambil merangkul tasnya lalu berjalan menuju pintu kelas. "Lo siapa? Kenapa nyari gue?"

"Aku pengen belajar biola dari kakak," jawab Airen kaku.

"Lo bisa ikut ekskul," balas Gilang cuek lalu pergi meninggalkan Airen begitu saja.

Airen yang ditinggalkan langsung segera mengejar Gilang. "Gabisa kak."

"Maksimal ekskul yang boleh diikutin ada tujuh dan lo ikut tujuh ekskul?" tanya Gilang sambil mengernyitkan dahi.

"Aku udah ikut seleksi ekskulnya tapi di tolak. Aku harus bisa main biola karena mama yang maksa. Karena pas libur semester besok aku harus tampil di acara perayaan ulang tahun perusahaannya kak," kata Airen memohon-mohon.

"Kali ini aja kak please," ucap Airen sambil menyatukan dua tangannya masih tetap memohon.

"Oke ikut gue ke asrama sekarang! Gue naik bus lo jalan kaki aja karena anak kelas lain gabisa naik bus gue paham?"

"Paham kak aku langsung ke asrama kakak ya?"

"Yaudah pergi aja duluan sana ."

○️○️○️

Setelah sampai di asrama elite class ia langsung masuk ke dalam dan pergi ke resepsionis.

"Permisi Gilang Bamantara kamarnya nomor berapa ya?"

"Sebentar saya cek dulu."

"Kamarnya nomor 76 ya di lantai tiga."

"Oh oke thank you."

○️○️○️

Setelah menemukan kamar Gilang ia langsung memencet bel kamar milik laki-laki itu.

Tak butuh waktu lama pintu itu langsung terbuka.

"Lama banget," ejek Gilang pada Airen.

Airen menghela napas pendek. "Aku jalan kaki ya pasti lama lah kak,"

"Iyasih yaudah masuk."

"Oke ini biola gue. Gue bakal ajarin lo dari dasar ya?"

Airen mengangguk semangat. "Siap kak."

○️○️○️

"Karena setengah jam lagi gue ada ekskul jadi lo boleh pulang ya?"

"Oooh oke kak makasih ya," balas Airen.

"Iya."

○️○️○️

16.45

Airen sekarang sedang berdiri di depan supermarket yang ada di lingkungan Hotalge.

Ia akan segera menjalankan rencananya.

Ia mencari nomor Gilang yang baru ia minta tadi. Lalu memencet ikon telfon.

Halo kenapa?

Maaf kak ganggu. Gue sekarang lagi di supermarket tapi dompet gue ketinggalan di kamar lo.

Hah kok bisa?

Tadi pas gue mau nyari hp di dalam tas dompetnya ga sengaja gue keluarin.

Gue selesai ekskul jam enam sore sekarang gue lagi istirahat  tapi sepuluh menit lagi gue harus ngumpul jadi gimana?

Yah gimana ya kak? Gue lagi laper banget sekarang stok makanan  di kamar gue tadi bener-bener dah abis.

Ck ck yaudah gue kasih pin kamar gue, lagian juga gaada yang bakal bisa lo maling jadi gapapa.

Gue ga bakalan maling lah kak.

Iya iya percaya gue. Pinnya 567832

Oke makasih kak maaf ya ngerepotin.

Iya gak masalah.

○️○️○️

Setelah sampai di depan pintu kamar Gilang ia langsung memasukkan pin yang disebutkan Gilang tadi. Dan tentu saja berhasil.

Tentu saja Airen berbohong tentang dompetnya yang ketinggalan dan kamarnya yang kehabisan stok makanan.

Itu semua hanya rencananya.

Ia mulai membuka laci-laci yang ada di kamar Gilang. Dan saat membuka laci nakas ia menemukan buku di dalam laci itu dengan tatapan curiga ia membalik-balik semua halaman buku dan menemukan sesuatu yang ia cari.

Itu adalah narkoba.

"Udah gue duga nih anak emang pecandu," ucapnya sambil tersenyum miring. Ia mengeluarkan hpnya lalu mulai merekam.

"Hai guys liat apa yang aku temukan di kamar Gilang Bamantara murid elite class yang pernah meraih juara 2 kompetisi biola internasional," ucapnya sambil merekam narkoba yang ada di tangannya lalu merekam keseluruhan kamar Gilang.

"Ini adalah kamar murid hotalge high school namun ternyata dia adalah pecandu guys hahahaha."

"Oke cukup sekian dokumentasinyaa," ucapnya mematikan rekaman.

Airen

️ send video ○️

Hi pecanduu!!!! Temuin aku besokk ya, kamu datang aja ke asrama middle class sepulang sekolah kamarku nomor 93 yaaa.

Oh ya kalo kamu ga datang sampe jam 6 sore video itu bakalan aku sebarin ya kak Gilang Bamantara yang terhormat🤗🤗

○️○️○️

19.00

Gilang mengusap-usap rambutnya yang basah menggunakan handuk lalu di tepian kasur untuk bermain handphone.

Ketika handphonenya dinyalakan langsung muncul notifikasi pesan dari Airen di layar kuncinya.

"Nih anak ngapain lagi deh," ucapnya heran sambil mengklik notifikasi pesan itu.

"Video apaan nih?"

Ia mulai memutar video tersebut. Setelah video berdurasi tiga puluh detik itu diputar seketika jantung Gilang berdebar dengan cepat. Tangan dan kakinya mendadak dingin. Kenapa harus sekarang?

Dengan panik ia segera mengklik ikon telepon untuk menghubungi Airen.

"Cewek sialan," umpatnya namun tangannya masih bergemetar saat memegangi handphone.

Haloooo

Apa kabar?

Jadi gimana?

Mau gue sebarin?

Jangan gue bakal lakuin apapun yang lo mau tapi jangan kasih tau siapapun please gue masih pengen sekolah disini

Okeyy jangan lupa datang yaa besok ^^

○️○️○️

"Jadi  gue harus ngelakuin apa?" tanya Gilang siang itu di dalam kamar Airen.Ia mengikuti perintah Airen dengan datang ke kamar gadis itu sebelum jam enam sore.

"Pertama. Kasih hp lo ke gue," kata Airen sambil menengadahkan tangannya.

"Okee," balas Gilang sambil merogoh sakunya dan meletakkan hpnya di atas tangan Airen.

"Terus apalagi?"

"Yang kedua. Malam ini lo harus bisa dapetin kunci pintu belakang asrama lo oke?"

Gilang langsung terbelalak kaget. "Gila lo?" tanya Gilang tak habis pikir.

"Lo mau video itu gue sebar?"

"Oke cara gue dapetin kuncinya gimana?"

"Masih nanya? Ya lo curi lah! Di asrama kan kalo udah lewat jam sebelas malem meja resepsionis gaada yang jaga."

"Tapi kan nanti bisa ketangkep cctv," kata Gilang sambil mengacak-acak rambutnya.

"Lo bisa matiin listrik," bentak Airen pada Gilang.

"Lo cuma perlu keluar asrama terus lo matiin listriknya, mcb itu ada di dinding luar  bagian kanan," jelas Airen dibalas anggukan oleh Gilang.

"Lo gausah khawatirin penjaga gerbang asrama, lo tau kan jarak gedung asrama sama gerbang tuh jauh banget?"

"Iya paham-paham. Cctv juga cuma ada di depan asrama doang kan? Bagian samping gaada cctv kan?"

"Gaada,jadi yang kerekam cuma pas lo keluar dari asrama dan pas lo udah mau matiin listrik ga bakal kerekam karena gaada cctv," jelas Airen pada Gilang.

"Oke jadi mau lo mau apa sama gue?"

"Gue udah apus semua chat kita dan video itu juga udah gue hapus. Jadi lo pake hp ini buat komunikasi sama  gue," jawab Adrin lalu memberikan hp baru kepada Gilang.

"Lo jangan pernah pake hp lo yang ini buat hubungin gue. Pake hp yang baru gue kasih ini," ucap Airen memperingati.

"Oke nanti malam gue bakal lakuin semua perintah lo."

○️○️○️

01. 20

Gilang memotret kunci yang baru ia dapatkan lalu ia mengiriminya pada Airen.

Gilang
️ send foto ○️
Udah gue dapetin

Airen
Baguss!!!

Sekarang lo buka pintu asrama belakang itu ya! Gue bakal manjat pagar belakang asrama lo nih.

Btw lo tunggu gue di rooftop ya ada satu lagi yang harus gue omongin sama lo.

Gilang
Okeee

Setelah melihat balasan Gilang ia tersenyum miring lalu melompat untuk memanjat pagar.

Setelah berhasil memanjat pagar yang tingginya 2,5 meter itu ia langsung berlari menuju pintu belakang asrama.

Ia mencoba membuka pintu dan terbuka. Ia mengambil kunci itu dan menaiki tangga menuju rooftop.

Setelah menaiki puluhan tangga akhirnya ia sampai di rooftop. Terlihat seorang laki-laki berdiri di tepi rooftop tanpa pagar pembatas.

"Gilang gue ada surat buat lo," kata Airen memberikan kertas yang sudah di lipat-lipat.

"Surat apa ini?" tanya Gilang mengambil surat itu dari tangan Airen.

"Jangan dibuka dulu ya sekarang,dibukanya nanti pas lo udah sampe asrama ya,"ucap Airen sambil tersenyum.

"Oh oke tapi kenapa lo pake sarung tangan sama sarung sepatu gitu Ren?" tanyanya sambil memasukkan surat itu ke saku celananya.

"Gue takut ninggalin sidik jari sama jejak sepatu ajasih btw gue boleh minta hp yang gue kasih waktu itu?"

Gilang mengangguk paham lalu segera memberikan hp itu pada Airen. "Oh iya nih hp lo."

"Oke makasih ya buat semuanya lo tenang aja rahasia lo bakal aman sama gue," ujar Airen sambil tersenyum lebar berusaha meyakinkan Gilang.

"Okee gue percaya sama lo."

"Makasih udah percaya sama gue," kata Airen lalu langsung mendorong Gilang sekuat tenaganya agar terjatuh dari rooftop.

Tubuh Gilang mendarat di tanah.

Surat yang Airen berikan tadi adalah surat bunuh diri Gilang yang ia rekayasa, ketika masuk ke dalam kamar Gilang hari itu dan ia mencari buku tulis milik laki-laki itu.

Ia memotret tulisan Gilang untuk ditiru. Ia berusaha menulis surat itu semirip mungkin.

Setelah mendorong Gilang ia langsung menyalakan senter hp lalu menuruni rooftop dan akan menuju ke kamar Elena.

○️○️○️

Airen mengetuk pintu kamar Elena berkali-kali. Ia tau Elena mudah terbangun.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka menampakkan sosok Elena yang masih belum sepenuhnya terbangun.

"Siapa ya?" tanya Elena dengan suara khas bangun tidurnya. Ia tidak mengenal orang yang ada di depannya karena orang itu menggunakan topi hitam dan masker.

Airen langsung menusukkan pisau yang ada di tangannya ke leher Elena. Lalu ia beralih menusuk dada kiri Elena dan berakhir menusuk perut Elena.

Lalu ia pergi begitu saja saat melihat Elena sudah terbaring lemah dengan pisau yang masih tertancap di perutnya.

Ia pergi ke meja resepsionis dan kembali meletakkan kunci pintu belakang asrama.

Lalu keluar asrama kembali menggunakan pintu belakang. Ia menutup pintu itu tanpa menguncinya.

Ia harus segera pergi.

○️○️○️

Tae-Ra keluar dari kamar Evelyn sekitar pukul 02.23.

Lalu ia menyalakan senter hp karena keadaan sangat gelap. Ia ingin menuju kamar darurat namun tiba-tiba berteriak saat melihat seseorang terbaring dengan pisau yang masih tertancap di perutnya.

Orang itu adalah Elena.

Karena panik ia langsung mencoba mencabut pisau itu dari perut Elena.

○️○️○️

"Kok di bagian sana keliatan terang ya?" tanya  seorang satpam pada temannya. Sudah hampir satu jam lampu mati namun ada beberapa bagian yang terlihat terang

"Coba cek mcb asrama siapa tau mati sendiri," jawab

Satpam itu mengangguk lalu pergi menuju letak mcb yang ada di samping kanan gedung asrama.

"Wah iya ternyata mati mcbnya," kata satpam itu lalu kembali menghidupkan mcb.

"Mcbnya mati sendiri ternyata."

"Nah bener kan."

○️○️○️

Karena panik ia langsung mencoba mencabut pisau itu dari perut Elena.

Lalu tiba-tiba lampu hidup kembali.

Dan cctv kembali menyala.

Tae-Ra langsung melepaskan tangannya dari pisau itu dan pergi begitu saja. Ia sudah terekam cctv saat memegang pisau dan berarti hanya sidik jarinya yang ada di pisau tersebut karena Airen menggunakan sarung tangan sehingga tidak meninggalkan sidik jarinya di pisau itu.

○️○️○️

Hi guysss aku kembali hahahaha

Maaf ya baru update sekarang

Kalo ada typo komen aja yaaa

Baru kli ini aku nulis satu chapter isinya 4000 kata lebihh hahaha








Continue Reading

You'll Also Like

46.3K 7.5K 38
Misteri/Thriller+Horor+Teenfic+Roman, dll bergabung menjadi satu:) ______________ Di dunia ini memiliki banyak kebetulan yang disebut takdir. Tapi...
2.2K 246 41
"Jika aku pergi semua akan berakhir, benar bukan?" -Anwa Fildzhah Anwa dipertemukan dengan takdir yang mengharuskannya mengikuti semua perintah Yara...
12.9K 3.4K 55
"Lo tau gak gara gara lo gue gak bisa hidup tenang dengan nilai"kata lelaki itu "maaf, aku gak maksud begitu kalian tau kan aku hanya orang biasa"bal...
43.1K 3.6K 26
Cerita ini dimulai di sebuah SMA yang terletak di pinggiran kota besar. Suasana harian sekolah berlangsung biasa hingga suatu hari sebuah virus miste...