Keana's Life Game

Von lonelyyystarrr

9.7K 6.2K 9.2K

• Follow sebelum baca! • Tinggalkan jejak berupa vote atau comment! Fiksi Remaja × Misteri Keana's Life Game... Mehr

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36
37

35

140 70 379
Von lonelyyystarrr

Kayla berbalik untuk menyusul teman-temannya di kantin. Ia sedikit berlari untuk segera sampai ke sana. Namun, karena tak memerhatikan jalan, ia malah menabrak seseorang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Eh, ma-maaf, Kak."

Kayla meringis pelan saat tahu bahwa orang itu adalah Sayina. Entah sudah ke berapa kalinya ia dan guru mudanya itu bertabrakan.

Sayina menatap Kayla datar. "Oh, kamu ya salah satu calon ketua osis itu? Eh, ketua osis atau wakil ketua osis?"

Kayla tersenyum canggung. "Wa-wakil ketua osis, kak."

"Oh, bagus deh." Sayina menatap Kayla sedikit sinis. "Saya cuma nggak nyangka orang kayak kamu bisa ikut mencalonkan."

Kayla bingung. Baru saja ia ingin mengeluarkan suara, Sayina tiba-tiba berucap seraya tertawa pelan, "Saya cuma bercanda, haha."

Merasa tidak ada yang lucu Kayla hanya tersenyum canggung. Seseorang yang tak diduga-duga kini datang dan sedikit menyenggol bahu Sayina dari belakang.

Raka.

Kayla sedikit membelalakkan matanya melihat itu. Sedangkan Sayina, ia menatap Raka kesal. Meskipun hanya senggolan kecil, namun ia kesal karena yakin bahwa Raka melakukan itu dengan sengaja.

Raka menyandarkan tubuhnya di dinding dengan santai. Lalu kemudian ia tersenyum miring menatap guru itu. "Halo Bu. Ah, seharusnya saya panggil Kak, ya?"

Kayla bingung harus apa. Ia memberikan tatapan tajam pada Raka namun tak dipedulikan oleh cowok itu.

Sayina menatap Raka tidak suka. "Oh, jadi kamu yang jadi pasangan Kayla itu?"

Sayina menatap Raka dari atas sampai bawah lalu tersenyum miring. "Percaya diri banget buat ikut sebagai kandidat."

Raka menaikkan sebelah alisnya. "Terus? Apa urusannya sama lo?"

Kayla membulatkan matanya mendengar cara bicara Raka yang tidak sopan.

Sayina tertawa lalu bertepuk tangan. Koridor saat ini sedang sepi jadi tak ada seorang pun yang menyaksikan mereka bertiga.

"Haha, gini amat ya kandidat nomor urut lima. Waw banget."

Kayla terkejut. Bagaimana bisa gurunya bersikap seperti itu. Memang dari awal Kayla sudah merasa aneh dan curiga pada gurunya itu. Dan kecurigaan itu semakin bertambah saat melihat ini.

Lain dengan Raka yang menatap Sayina dengan datar. Lalu kemudian ia tersenyum miring. "Iya, waw banget. So, kenapa lo nggak pergi aja sekarang? Udah nggak ada urusan lagi, kan? Soalnya gue mau ngomong sama calon waketos gue bentar." Raka merangkul Kayla setelah mengatakan itu.

Kayla melotot pada Raka dan melepaskan tangan Raka dari pundaknya seraya tersenyum canggung. "A-apaan sih, Ka."

Sayina mendengkus malas. Ia sudah melupakan predikatnya sebagai guru yang baik di sekolah ini.

"Yaudah lagian saya malas berurusan sama kalian. By the way, good luck," ucap Sayina lalu pergi dari sana dengan senyum anehnya.

Kayla mengernyit bingung menatap gurunya itu pergi, lalu setelahnya ia menatap Raka garang.

"Maksud lo ngomong kayak gitu apaan?"

Raka mengedikkan bahunya cuek. "Ya gitu."

Kayla menghela napas lalu mulai berucap dengan tenang dan sabar, "Lo tahu kan dia itu guru? Lo nggak boleh kayak gitu sama dia. Ingat Ka, lo calon ketua osis. Jadi, jaga sikap lo."

Raka menatap Kayla datar. "Dia nggak pantes dibilang guru."

"Dia ... keliatan licik," sambung Raka masih dengan ekspresi dan intonasi suaranya yang datar.

"Heh, sembarangan. Nggak boleh ngomong gitu."

Raka berdecak dan menaikkan sebelah alisnya. "Brosur osis yang gue suruh kemarin udah lo print kan? Kita harus cepat bagiin ke semua kelas. Sekalian gue mau tebar pesona."

Kayla mengernyit geli menatap Raka lalu setelahnya ia menghela napas malas. "Iya, bentar. Ada di kelas."

Terkadang Kayla merasa bingung dengan sifat Raka. Cowok itu terkadang baik, cuek, dan menyebalkan. Oh, dan jangan lupakan sifatnya yang misterius itu.

"Btw lo udah makan? Nggak ke kantin?" tanya Raka yang mulai mengikuti Kayla dari belakang.

Kayla sedikit menoleh ke belakang. Ia merasa aneh saat Raka bertanya seperti itu. "Nggak. Gue lagi nggak mood makan."

"Gara-gara si nenek lampir tadi, ya?"

Kayla meringis seraya mendesis tajam pada Raka. Demi apa Kayla jadi teringat dengan Keana yang dulunya memanggil Sayina dengan sebutan nenek lampir juga.

Di tengah perjalanan mereka ke kelas Kayla, banyak pasang mata yang menatap mereka. Siswi teladan dan seorang cowok berandalan sekolah berjalan bersama? Tentu itu adalah hal yang langka bagi para siswa-siswi di sini.

Apalagi satu sekolah ini tahu bahwa Raka dan teman-temannya itu sangat benci dengan yang namanya OSIS.

Meskipun Kayla dan Raka tidak berdekatan saat jalan, namun hal itu tetap membuat banyak orang yang melihatnya jadi berprasangka buruk dan beberapa dari mereka kesal dengan Kayla. Apalagi saat tahu bahwa mereka berdua adalah pasangan calon ketua dan wakil ketua OSIS.

Kayla mencoba untuk tak memedulikan mereka. Dari awal ia memang sudah menyiapkan tekad dan keberaniannya untuk semua konsekuensi yang akan ia dapat.

"Gue cuma bingung. Kenapa dia ngomong gitu," ucap Kayla di tengah perjalanan mereka.

Raka terdiam sejenak. Lalu membalas dengan sedikit berbisik. "Gue kasi tau satu hal, dia cewek aneh."

Kayla menghentikan langkahnya. Selain karena terkejut akan Raka yang berbisik tepat di telinganya, Kayla juga terkejut akan ucapan Raka.

"Maksud lo? Kenapa lo ngomong gitu?"

Raka mengedikkan bahunya. "Kelihatan. Dia emang cewek aneh."

Kayla menghela napas pasrah. Jika dipikir-pikir gurunya itu memang terlihat aneh. Gurunya itu seperti menyimpan dendam untuknya dan Kayla tak mengerti apa itu.

Kini mereka berdua sudah berada di depan kelas XI IPA 1. Kayla lalu masuk ke dalam kelasnya dan mencari sesuatu di tasnya.

Setelah sudah menemukan apa yang ia cari, Kayla lalu membagikan brosur yang ada di tangannya itu ke teman-teman sekelasnya.

"Wah, Kay. Gue nggak nyangka lo bakal sama si Raka."

"Semoga lo terpilih ya!"

"Aku doain yang terbaik untuk Kayla, ya? Semangatt!"

"Jangan dengerin apa kata orang, gue tahu lo itu orangnya dewasa dan bisa berpikir dengan baik untuk ke depannya."

"Hati-hati kepincut sama kegantengannya Raka."

Kayla tersenyum dan sesekali membalas ucapan dari beberapa teman sekelasnya. Ia bersyukur teman-teman sekelasnya mendukung keputusannya. Setelah selesai ia langsung keluar dan menghampiri Raka yang menunggu depan pintu.

"Yuk ke kelas lain," ajak Kayla seraya tersenyum.

"Keana nggak ada di kelas?" pertanyaan Raka itu membuat Kayla sontak mendongak untuk melihat wajah Raka yang sedang menelusuri tiap sudut kelasnya.

"Keana? Dia tadi ke toilet. Kenapa emang?"

"Oh, nggak apa-apa," balas Raka cuek.

"Lo kenal Keana?" tanya Kayla lagi.

Raka membalas dengan datar, "Iya."

Setelahnya Kayla hanya tersenyum kecil. Lagian, siapa sih di sekolah ini yang tidak mengenal sahabatnya itu?

Raka mengambil sebagian brosur yang ada di tangan Kayla. Brosur yang terdiri dari empat halaman itu mereka buat untuk menarik perhatian siswa-siswi yang ada di sekolah ini. Brosur itu berisikan foto Kayla dan Raka, visi misi osis, program kerja, dan lain sebagainya.

Brosur itu akan dibagikan ke seluruh kelas di sekolah ini. Gunanya untuk menarik perhatian dan memperoleh banyak vote nantinya.

Berbagai kelas sudah mereka datangi dan membagikan brosur itu.

"Jangan lupa. Pilih nomor lima." Raka mengedipkan salah satu matanya pada seorang cewek yang saat ini memekik tertahan akibat ketampanan Raka.

"Pa-pasti Kak," jawab cewek itu dengan malu-malu.

"Yang lain juga, ya. Awas aja kalau nggak pilih nomor lima," ancam Raka sebelum keluar dari kelas X IPS 3 itu.

Kayla menggeleng-geleng seraya menghela napas pelan melihat tingkah Raka. Dari tadi cowok itu seringkali menggombali cewek-cewek dan memaksa mereka untuk memilihnya di pemungutan suara nanti.

"Sisa kelas mana lagi?" tanya Raka menghampiri Kayla.

"Sisa kelas sebelas jurusan IPS." Raka mengangguk lalu mengajak Kayla untuk ke sana segera.

"Btw Ka, lo nggak usah maksa orang buat vote kita gitu. Nanti kesannya kayak apa, ya," ujar Kayla. Raka menoleh lalu menaikkan satu alisnya.

"Gue nggak maksa kok. Gue cuma nyuruh. Kalau mereka nggak mau yaudah."

"Terus tadi—"

"Sstt, diem aja. Yang penting nanti kita harus terpilih. Ingat, harus."

Raka lalu berjalan duluan meninggalkan Kayla yang bingung. Ia merasa ada yang salah di sini. Raka seharusnya cuek dan tidak terlalu antusias untuk ini. Apapun yang terjadi ke depannya, Kayla berharap jika mereka terpilih, maka Raka akan bertanggung jawab sebagai ketua osis yang baik.

Kini Kayla dan Raka berada di dalam kelas Raka. Yang membuat Kayla bingung adalah teman-teman Raka tidak membencinya atau memberikan ejekan-ejekan seperti yang biasa mereka lakukan padanya.

Raka memang sudah memberitahunya bahwa teman-temannya setuju dengan ia yang mencalonkan sebagai ketua osis bersama Kayla. Namun, Kayla masih tak percaya bahwa teman Raka akan memperlakukannya sebaik ini.

"Wihh, halo tuan putri."

"Tenang aja bos, kita pasti bakal coblos lo!" sahut salah satu teman Raka lalu bertos ria ala-ala cowok.

"Coblos? Anjay, kayak coblos presiden aja haha."

"Serius deh, Ka. Pasangan lo beneran dia?" ujar Dira kesal seraya melirik Kayla sinis.

(Buat yang lupa, Dira pernah muncul di part 13. Di situ juga ada sedikit penjelasan tentang Dira).

Kayla menatap Dira dengan sayu. Ia merindukan temannya itu. Ia baru sadar ternyata Raka dan Dira berada dalam satu kelas yang sama.

Raka memandang Dira lalu melirik Kayla sekilas. "Iya, dia pasangan gue. Kenapa?"

"Widihh, udah kayak pasangan anu aja," sahut Tio yang duduk di atas meja.

"Pasangan anu apaan goblok?" ucap seseorang di samping Tio.

"Pasangan suami istri kali, hahaha."

"Enggak anj-r. Bukan itu maksud gue. Pasangan nikah woi. Itu yang gue maksud," jelas Tio pada teman-temannya.

"Lah? Bukannya pasangan nikah sama aja jadi pasangan suami istri?"

Tio berpikir lalu berkata, "Hah, iya ya? Nggak tau ah gue pusing. Males mikir."

Semua teman-teman satu geng Raka yang berada di kelas ini tertawa. Raka hanya menanggapinya dengan tatapan datar lalu beralih melihat Kayla yang merasa risi.

Lain dengan Dira yang kekesalannya tak bisa disembunyikan.

"Gue ngerasa aneh aja. Lo kan nggak suka sama anak osis. Terus sekarang lo malah deket sama si cabe ini," ujar Dira diakhiri dengan senyum remehnya untuk Kayla.

Kayla hanya menunduk diperlakukan seperti itu.

"Sekarang udah beda," Raka berusaha untuk menimpalinya dengan tenang.

"Ya tapi kan—"

"Apa bedanya sama lo? Lo dulunya juga anak osis, kan?" suara Raka mulai sedikit meninggi namun tetap mempertahankan tatapannya yang datar.

"Tapi kan itu dulu!" balas Dira ngotot.

Raka memalingkan wajah malas lalu mengajak Kayla untuk keluar dari kelas itu segera.

"Yang penting pernah," ucap Raka datar sebelum benar-benar keluar dari kelas itu.

•••

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

4.1M 510K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...
1.2M 95.8K 73
"lo itu cuma milik gue Lia, cuma gue, gak ada yang boleh ambil lo dari gue" tekan Farel "sakit kak" lirih Lia dengan mata berkaca kaca "bilang kalo...
ElgaZa Von Saha Ria

Jugendliteratur

33.9K 2.2K 34
(DILARANG PLAGIAT!!!) (FOLLOW DULU DONG!!) Elgara Alexander Graham harus menikahi seorang gadis bernama Zahra Aurelia Rahman. Mereka menikah bukan ka...
196K 17.7K 33
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...