Boyfriend In My Dream

By basocihuy_

24.6K 1.9K 316

MIMPI. Semua orang menganggap apa yang ada di dunia mimpi tak akan terjadi di dunia nyata. Tapi sepertinya i... More

Prolog
1. Kenyataan
2. Si Ganteng Datang
3. Sosok Misterius Dalam Gelap
4. Tragedi Bakso Neraka
5. Zoo and First Love
6. Amnesia?
7. Si Culun Introvert
8. Antara Cinta dan Sahabat
9. Gabriel Terkedjoed
10. Vania Bucin!
11. Zilva Minta Putus?!
12. Gabriel Marah-Marah
13. Bos atau Iblis, sih?
14. Pelukan
15. Zilva Perusak Mood
16. Tragedi Wisuda (1)
17. Tragedi Wisuda (2)
18. Cinta atau Cita-cita?
19. Gak Romantis Sama Sekali
20. Levi si Kulkas Berjalan
21. Dunia Kerja
22. Gadis Tak Tahu Diri
23. Sikap Levi yang Aneh
24. Pertengkaran di Apotek
25. Keinginan Seorang Gabriel
26. Marah Tanpa Alasan
27. Kabar Mengejutkan
28. Ruth yang Malang
29. Ada Apa dengan Gabe?
30. Pemicu
31. Donat Kentang dan Bubur Ayam
32. Tentang Vania (1)
33. Tentang Vania (2)
34. Tiga Kotak Bekal
35. Phili dan Davina
36. Godaan Skincare
37. Fakta Baru
38. Masa Lalu Alex
39. Wisuda yang Hampa
40. Over Thinking
41. Gak Berubah, kok
43. PDKT
44. Demam yang Meresahkan
45. Menuju Wisuda Sang Tampan
46. Wisuda yang Dinanti
47. Penantian yang Sia-Sia
48. Pertengkaran
49. Kakak yang Tangguh (1)
50. Kakak yang Tangguh (2)
51. Kakak yang Tangguh (3)
52. Kerapuhan Jiwa Zilva
53. Aku Dimana? Dia Siapa?
54. Tentang Kita
55. Harus Jadi Pacarku!
56. Gabriel dan Masa Kelamnya
57. Kamu Kenapa, Zilva?
58. Semuanya Jahat Termasuk Kamu Kakaknya
59. Maaf untuk Apa?
60. Kenapa Kamu Sembunyikan?
61. Gabriel Sudah Tak Kuat
62. Mantanmu, Kak?
63. Mantan Pacar Levi
64. Mana Maafmu?
65. Manja Banget Kamu!

42. Masih Lanjut, 'kan?

109 10 3
By basocihuy_

"Terlambat," gumamnya pelan.

"Apa?" tanya Zilva memastikan.

"Nggak apa-apa, kok. Aku cuma mau mastiin kalau kabarmu baik."

"Aku sehat, kok. Kamu gak perlu khawatir." Zilva tersenyum. "Gimana pendidikanmu? Lancar?"

"Ya."

Hening. Zilva memikirkan topik yang akan dibahasnya. Ia menggigit bibir bawahnya. Ia merasa ada yang mengganjal dari Gabriel.

"Zilva, kamu bisa yakinin aku lagi nggak?"

Gadis itu mengernyit. "Apa?"

"Yakinin aku kalau kita masih bisa lanjut."

Zilva tersentak hebat. "APA MAKSUDNYA ITU?!" teriaknya hingga membuat beberapa orang di sekitarnya terkejut.

"Aku merasa ada yang berbeda."

"KAMU KALAU ADA YANG MAU DIBICARAIN SERIUS, TUNGGU SAMPAI WISUDA! ATAU KALAU KELAMAAN AKU SUSUL LANGSUNG KE ASRAMAMU BESOK SETELAH DARI JOGJA, GIMANA?!" Zilva sudah berada di batasnya.

Gadis itu merasakan sesak di dadanya ketika kalimat "berbeda" keluar dari mulut kekasihnya. Ia tak pernah semarah itu ke Gabriel.

"Karena itu tolong yakinin aku, Zilva," lirihnya. "Tadi siang aku telepon kamu buat yakinin perasaanku, tapi ternyata gak pernah dikasih kesempatan. Terlambat."

Air mata Zilva menetes deras. "Gabriel, kenapa kamu kek gini? Kita udah jalan hampir delapan tahun loh, kok kamu tega, sih? Terus apa artinya cincin ini kalau perasaanmu udah beda? Aku tahu jaga hati itu susah, aku tahu itu. Aku tahu, mungkin saja ada sosok pengganti di sela-sela kesibukanku yang bahkan gak sempat jawab teleponmu. Tapi percayalah, aku selalu menunggu dering ponsel darimu. Jika benar ada penggantiku, oke aku sadar diri. Aku mungkin gak akan pernah bisa dibandingin sama dia. Tapi apa kamu yakin perasaanmu ke aku udah beda? Tolong, gali sampai ke sudut hatimu yang paling kecil, mungkin masih ada secuil cinta untukku. Gabriel, aku percaya penuh sama kamu. Aku yakin, ruangku di sudut hatimu menempel permanen walaupun tertutup sosok lain untuk sementara."

"Bukan begitu, Zilva."

"TERUS APA, GABRIEL?!" teriaknya frustrasi seraya menangis kencang. "Hiks, hiks ... aku udah nggak tahu lagi mau pakai cara apa buat yakinin kamu lagi."

Gabriel terdiam sesaat. "Zilvania, gak perlu nekat ke sini. Kamu tenang aja. Biar aku yang urus perasaanku sendiri."

Zilva terduduk di jalanan dan menangis dalam diam. Alex yang melihat gadis itu tiba-tiba terduduk dengan spontan berteriak dan menghampirinya. Levi dan yang lainnya sontak menoleh dan ikut berlari mendekati.

"Zilva, kamu kenapa?" tanya Alex khawatir.

"Gak apa-apa kok." Ia mengangkat wajahnya yang sembab dan penuh air mata itu seraya tersenyum. "Alex, tolong beliin empat kaos sama bakpianya dua, ya. Aku percayakan ke kamu."

Zilva menatap ke arah Levi dan juga teman-temannya kemudian melanjutkan ucapannya, "Kalian bisa lanjut belanja. Ruth, temenin aku di sini."

Ruth mengangguk beberapa kali. Ia mengambil dompet di tasnya dan memberikan beberapa lembar uang seratus ribu ke Alex dan berucap, "Lex, aku pesen sama yang dipesen kek Zilva."

"Aku temenin kamu di sini. Kamu pasti di apa-apain sama Gabriel, 'kan?" tanya Levi khawatir.

"Kak, ini urusan perempuan," jawab Ruth.

Levi terdiam. Ia menghela napas dan mengangguk paham. Ia segera menarik semua laki-laki itu dan pergi berbelanja walau perasaan mereka kacau.

Ruth yang melihat semua laki-laki itu sudah menghilang dari pandangan, dengan segera menuntun Zilva untuk duduk di bangku terdekat. Ia mengusap rambut Zilva dengan sayang.

Gadis cantik yang tengah sedih itu terdiam beberapa saat. Kepalanya ia sandarkan ke bahu kecil Ruth. Matanya menatap jalanan dengan kosong.

"Ruth ..., " panggilnya lirih.

"Hm?" respons Ruth yang tetap mengusap rambut Zilva.

"Aku gak mau putus sama Gabriel .... "

Ruth tersentak. Ia menoleh cepat ke arah Zilva. "Putus? Dia minta putus?!"

Zilva menggeleng lemah. "Enggak. Dia tadi cuma bilang ada yang beda. Ini yang paling aku takutin selama ini, Ruth. Kek-nya ini terjadi secara alami karena kita gak pernah ketemu sama sekali selama beberapa tahun."

Ruth mengembuskan napas lega. "Astaga, Zilva. Dia bahkan belum berniat untuk putus sama kamu, tapi bisa-bisanya pikiranmu sampai sana."

"Belum bukan berarti enggak."

Ruth mengangkat dagu Zilva agar menatapnya. Gadis kecil berwajah imut itu menatap dalam seraya berkata, "Zilva, jangan nyerah dulu. Kamu masih punya kesempatan. Kamu harus bisa buat Gabriel gak pergi dari kamu. Sekarang giliranmu berusaha untuk pertahanin hubungan kalian. Aku selalu dukung di belakangmu. Tapi, kalau pada akhirnya dia sampai membuatmu menderita untuk waktu yang lama ...

"maaf, kamu harus relain dia."

Zilva bungkam. Pikirannya melayang bersamaan dengan rasa lelahnya. Ia tak pernah bisa membayangkan kehilangan Gabriel. Tapi, jika ini yang terbaik, ia harus bersiap untuk itu semua.

Setelah beberapa menit dalam suasana sedih, ponsel Ruth berbunyi singkat, tanda ada pesan masuk. Ia mengambil ponsel itu dan segera membacanya.

"Alex dan yang lain udah selesai belanjanya. Kita tunggu mereka balik terus pulang ke hotel, oke?" tanya Ruth dengan lembut.

Zilva mengangguk lemah.

Tak berselang lama, mereka datang dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Ruth berdiri dan merangkul pundak Zilva agar gadis itu berdiri dan tetap tegak saat berjalan.

"Udah baikan?" tanya Gabe khawatir.

"Harusnya sih udah," jawab Ruth. "Tapi, lihat sendiri gimana keadaannya sekarang. Gini nih kalau bucin."

♫~♥~♫

Pagi hari telah menyapa. Udara segar menyapa hidung mereka. Tapi sayangnya tetap tak membuat Zilva segar. Sejak kemarin malam di Malioboro, ia seperti kehilangan roh-nya.

Setelah check-out dari hotel, mereka bergegas memasuki mobil milik Levi dan duduk dengan tenang. Pulang dengan selamat adalah harapan mereka.

"Oi, Zilva, udahlah jangan galau mulu. Lo mau apa? Es krim? Cokelat? Bakso? Atau yang lain?" tawar Felix yang duduk di jok belakang.

"Gak ... mood ..., " jawab Zilva dengan enggan. Matanya menatap kosong jalanan lewat kaca mobil.

"Zilva, kamu sama Gabriel ada masalah apa, sih?" tanya Levi dengan mata tetap fokus di jalanan. "Kalau mau aku bisa bujuk dia."

"Iya, Vania. Aku mungkin juga bisa bujuk si Gabriel," sahut Gabe.

Zilva menoleh dengan raut datar. "Gak perlu. Kalian gak perlu ikut campur. Kalau kalian nekat ikut campur, aku gak akan ngobrol sama kalian lagi."

Levi dan Gabe terdiam. Mereka mengembuskan napas pasrah dan kali ini membiarkan hingga gadis itu sendiri yang meminta tolong pada mereka.

Cyrus yang duduk di antara Zilva dan Ruth hanya bisa menatap sedih orang yang sudah ia anggap seperti kakak perempuannya. Dengan sengaja ia menaruh kepalanya ke pangkuan Zilva dan menatap wajahnya dari bawah.

"Kak Zilva, izin tidur di pangkuan Kakak."

Zilva sempat terkejut. Namun sedetik kemudian ia mengangguk mengiyakan. Tangannya dengan refleks mengusap lembut rambut pirang ombre milik Cyrus.

Bocah itu benar-benar menikmati elusan lembut di kepalanya. Ia menatap sayang ke Zilva yang masih setia menatap ke jalanan.

"Kak Zilva, aku benar-benar sayang Kak Zilva."

Satu kalimat itu berhasil membuat Levi memberhentikan mobilnya secara mendadak dan semua orang di mobil menatap Cyrus dengan kaget.

"Oi, bocah! Apa maksud omonganmu tadi?" tanya Levi dengan ketus.

Zilva menatap Cyrus dengan lembut kemudian tersenyum. Gadis itu paham dengan ucapan Cyrus yang disalah pahamkan oleh orang di dalam mobil.

Bocah yang beberapa bulan lagi berusia lima belas tahun itu tak memedulikan Levi dan menyentuh tangan Zilva yang masih mengelus kepalanya. "Aku nggak punya siapa-siapa lagi selain Kak Zilva dan Kak Gabe. Kak Zilva adalah ibu sekaligus kakakku. Aku sayang Kak Zilva."

Perasaan Zilva tersentuh. "Kamu kalau mau ngomong kek gini lihat situasi dong. Lagi patah hati malah ngungkapin perasaan. Kan jadi terharu. Bentar lagi nangis, nih. Tanggung jawab!" Setelah mengatakan itu, tak lama air matanya turun.

Levi tertawa kecil dan melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda. Ruth yang duduk di sebelahnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum manis.

"Sa ae lo bocah!" seru Felix seraya memukul pelan kepala Cyrus.

"Maafin Cyrus ya, Vania. Aku gak tahu kenapa dia manja banget kalau sama kamu."

"Kak Gabe jangan iri," jawab Cyrus.

Zilva tertawa kecil. Ia mengusap rambut Cyrus dengan gemas. "Phili, jangan naksir aku loh. Inget, aku ini udah kamu anggep ibu! Hahaha."

🍃🍃🍃

Bersambung :)
Vote dan komen? ❤

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 234K 58
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
4.9M 370K 52
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
6.2M 120K 30
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...