Keana's Life Game

By lonelyyystarrr

9.7K 6.2K 9.2K

• Follow sebelum baca! • Tinggalkan jejak berupa vote atau comment! Fiksi Remaja × Misteri Keana's Life Game... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37

31

145 81 336
By lonelyyystarrr

Pulang sekolah. Keana berinisiatif untuk mencari tahu mengenai kepala sekolahnya sesuai dengan intruksi dari si misterius itu.

"Ayo, pulang!" seru Naysa pada kelima sahabatnya.

Mereka berenam keluar kelas bersama. Saat ingin mencapai gerbang, Keana tiba-tiba berhenti.

"Kenapa, Na?" tanya Kayla bingung.

"Ah, itu ... gue kayaknya dijemput di pintu belakang sekolah, deh." semuanya menatap Keana bingung.

"Serius? Emang nggak bisa dijemput di depan sekolah?" Keana menggeleng sebagai jawaban.

"Yaudah mau ditemenin—"

"Nggak. Nggak usah. Gue bisa sendiri, kok. Yaudah gue duluan, ya!"

Teman-temannya hanya menatap kepergian Keana dengan was-was. Rika pun bergumam pelan, "Tuh anak makin hari makin aneh, ya. Heran gue."

"Kayla!" dari arah samping, seorang cowok yang memanggil namanya tadi kini berjalan pelan ke arahnya. Cowok dengan baju putih yang keluar dari celana, almamater yang tersampir di bahu kanan, dasi yang dililit di kepala, dan tak lupa kain hitam yang menempel di lengan kanannya. Dia, Raka.

Kayla menoleh dan terkejut. Teman-temannnya pun juga sama terkejutnya.

"Eh, Raka? K-kenapa?" Kayla melirik cemas pada teman-temannya yang saat ini menatapnya penuh selidik.

"Gue mau ngomong sama lo. Cuma lo dan gue." Raka menatap Kayla lalu menatap semua teman-teman Kayla.

"Lah? Kok main ngomong berduaan aja. Ada apaan nih?" ujar Rika masih dengan kebingungannya.

"Iya, nih. Ekhem, ekhem. Ada apa sih kawannn!" sahut Naysa sedikit berteriak lalu tersenyum bak orang gila.

Raka mendengkus tidak suka pada teman-teman Kayla. Dengan gerakan tiba-tiba, ia langsung menarik tangan Kayla untuk menjauh dari sana.

"Ikut gue," perintahnya dingin.

"Eh! Kok Kayla dibawa!"

"Heh, jangan seenaknya tarik anak orang dong!"

"Gila, dia Raka si pembuat onar itu, kan?!"

Banyak pasang mata yang menatap ke arah Kayla dan Raka. Beberapa dari mereka berbisik-bisik kecil.

Kayla memberikan isyarat pada temannya melalui gerakan mulut tanpa suara. Kayla mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan akan segera kembali.

"Gila, semua temen-temen gue kok pada aneh semua, ya. Banyak yang dirahasiain, ye. Mulai dari Keana, Kayla, Sela, terus kalian berdua pasti pada nyembunyiin sesuatu juga, kan? Hayoloh!" Naysa menunjuk-nunjuk Aina dan Rika. Rika langsung menepis keras tangan Naysa.

"Aw, kasar. Sakit tau." Naysa mengadu kesakitan akibat pukulan Rika yang keras.

"Siapa, suruh! Makan tuh rasa sakit!"

Aina yang melihat itu meiringis. "Udah deh, Nay. Kita kan nggak bisa paksain semuanya buat ungkapin setiap rahasia mereka. Rahasia ya rahasia. Akan ada saatnya kok mereka bakal cerita." Aina sekilas melirik Sela yang tampak diam seperti patung. Sela sedari tadi hanya memandang lurus ke arah depan dengan wajah datarnya.

Raka berhenti di taman sekolah yang sepi. Ia berbalik menghadap ke arah Kayla masih dengan tangannya yang mengcengkram lengan Kayla. Raka memajukan sedikit kepalanya, menyejajarkannya dengan kepala Kayla. Kayla sendiri tiba-tiba bingung dan gugup.

Raka memiringkan kepalanya. "Tawaran waktu itu ... masih boleh?"

Kayla bingung. Ditambah lagi jarak wajah mereka berdua yang berdekatan membuatnya jadi gagal fokus. "M-maksudnya?"

Raka memundurkan tubuhnya dan melepas cengkramannya dari Kayla. "Ketua osis."

"O-Ohh yang itu. Emm masih." Kayla tersenyum canggung. Tidak tahu harus berekspresi bagaimana.

Raka tersenyum tipis. Lalu mendekat pada Kayla lagi. Kali ini ia berbisik pelan di telinga Kayla. "Gue mau. Gue mau jadi partner lo."

Kayla menegang. Sungguh? Cowok di hadapannya ini setuju dengan tawarannya beberapa hari yang lalu. Padahal setelah pulang dari markas Raka, Kayla merutuki kebodohannya karena langsung mengajak Raka untuk jadi partner pemilihan ketua dan wakil ketua osis nanti.

Flashback.

"Raka," panggil Kayla pelan membuat orang yang dipanggil bergumam pelan.

"Mau jadi ketua osis gue?"

Raka terdiam. Lalu perlahan ia menoleh bingung. "Lo ... ngajak gue buat jadi partner lo?"

Kayla mengangguk. "K-kenapa? Lo ... nggak mau, ya?" Kalau misalnya—"

"Serius lo ngajak gue?" Raka tersenyum miring. "Lo sendiri tahu kan gimana sikap gue di sekolah? Nama gue aja udah hampir menuhin buku harian BK."

Kayla meneguk ludah. "I-iya sih ... tapi sistem untuk calon ketua dan wakil ketua osis tahun ini udah beda. Gue sendiri yang denger. Siapa aja boleh mencalonkan, asal dia bisa bertanggung jawab dan jadi sosok pemimpin yang baik."

"Dan lo pikir gue bisa jadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab?" Raka sedikit menajamkan matanya.

Kayla menunduk. "I-iya ...."

"Ck, gue nggak tahu kenapa lo tiba-tiba ngajak gue kayak gini. Apalagi lo pasti belum tahu banyak tentang gue. Lo pasti tahu kan kalau gue dan temen-temen gue nggak suka sama para anak osis? Jadi mending lo nyari orang lain daripada harus sia-sia ngajakin anak berandalan kayak gue."

Raka berdiri. Dengan langkah pelan dan pasti ia berjalan menuju ke dalam markas.

"Tapi Ka!" Raka berhenti mendengar teriakan Kayla. "Gu-gue tahu lo anak berandalan, tapi lo bisa ubah itu semua kan? Gue yakin lo itu masih punya sisi baik. Dari yang gue lihat ... lo itu orangnya emang baik dan bertanggung jawab. Gue yakin lo bisa berubah jadi lebih baik asalkan lo mau dan punya niat yang tinggi." Kayla memandang nanar punggung Raka.

Raka tersenyum miring lalu menghela napas. "Lo harus pulang sekarang."

Raka melangkahkan kakinya lagi. Kayla mau tak mau harus mengikutinya. Padahal ia masih belum mau pulang ke rumah. Kayla berpikir, sepertinya Raka kesal dan marah padanya. Apalagi cowok itu tidak menjawab perkataan Kayla tadi.

Setelah Raka mengantar Kayla di kompleks perumahannya, ia langsung beranjak pergi ke apartemennya karena merasa butuh istirahat.

Malam itu Raka habiskan dengan merenung. Mencerna setiap kata yang diucapkan Kayla di halaman belakang markas. Ia memikirkan semuanya selama berhari-hari. Hingga akhirnya ia tiba pada keputusan akhirnya. Dia mau. Dia mau mencalonkan menjadi ketua osis tak peduli bagaimana buruknya ia di sekolah.

Sehari sebelum Raka mendatangi Kayla untuk memberitahukan jawabannya, Raka pergi ke markasnya terlebih dahulu.

"Widih, halo Pak Ketu!" sapa salah seorang teman Raka di sana.

"Udah jarang ke sini, ya. Ngapain aja lo?"

Raka langsung duduk tenang di salah satu kursi yang ada di sana tanpa membalas ucapan teman-temannya tadi.

"Gue mau ngomong sesuatu. Penting."

Semua yang mendengar perkataan Raka langsung mendekat.

"Ada apa nihh. Bos mau bagi-bagi duit, ya?" sahut Tio dan langsung dihadiahi geplakan dari beberapa teman di sebelahnya.

Raka menatap semua temannya. Kedua tangannya bertumpu di atas pahanya lalu mulai berbicara, "Gue mau mencalonkan jadi ketua osis."

"What?"

"Ka, nggak salah lo?"

"Maksud lo ngomong gitu apaan!!"

"Lo kan benci sama anak-anak osis! Oh, atau jangan-jangan lo udah nggak benci lagi gara-gara si Kayla itu? Cih."

"Ka, jelasin sebenarnya."

Raka menghela napasnya. Ia tahu balasan dari teman-temannya akan seperti ini.

"Kenapa, Ka?" tanya Laskar yang kini ikut duduk di samping Raka.

Raka memandang lurus ke depan dengan wajah datar. "Karena gue mau cari tahu penyebab kakak gue koma. Dan dengan cara ini, gue bisa cari tahu kejadian sebenarnya waktu itu."

Semuanya diam. Mereka tidak terlalu tahu banyak tentang Raka kecuali Laskar, salah satu teman yang paling dekat dengan Raka. Mereka hanya tahu bahwa Raka punya kakak yang juga bersekolah di Rimbajaya. Dan sekarang kakaknya itu masih terbaring di rumah sakit.

Penyebab kakak Raka koma adalah karena tertabrak mobil. Kejadian itu terjadi di sekitar area sekolah. Namun, pelakunya masih belum diketahui. Raka sendiri pun tahu, ada hal yang janggal sebelum kakaknya itu koma. Dan hal itu ... berkaitan dengan osis di sekolah ini. Ya, Raka tahu itu.

•••

Keana masuk kembali ke sekolah. Ia tidak pergi ke pintu belakang sekolah, melainkan ia kini berada di dekat pohon besar yang dekat dengan ruang guru. Keana mengamati ruang guru itu. Para guru di sana perlahan mulai pulang. Ini kesempatan yang bagus untuk Keana menjalankan aksinya.

Keana berdecak sebal karena salah satu guru di sana sangat lama keluar dari sana. Guru itu adalah seorang lelaki gendut yang menjabat sebagai guru olahraga di sekolah ini.

"Tuh guru dari tadi main hp mulu aduh. Gimana ya," gumam Keana seraya berpikir keras.

Tak lama setelahnya, guru itu akhirnya keluar juga. Keana bernapas lega. Pintu di ruang guru itu masih belum dikunci. Keana melihat-lihat sekelilingnya. Merasa sudah aman, ia dengan langkah hati-hati masuk ke dalam ruang guru itu.

Keana menelusuri setiap jalan di ruangan luas itu. Hingga akhirnya ia sampai pada tujuannya. "Nah, ruang kepsek."

Keana tidak langsung masuk ke ruangan itu. Yang harus ia lakukan pertama adalah menempelkan telinganya di pintu ruangan itu. Tak ada suara.

Keana menggigit bibir bawahnya. Dengan sedikit gugup, ia mengetuk pintunya. Tak ada hasil. Keana akhirnya memutuskan untuk membuka pintu ruang Kepala Sekolah itu walaupun ia tahu itu adalah perilaku yang tidak sopan.

Mata Keana menatap ke sekelilingnya. Ruangan ini terasa nyaman dan tentram. Namun anehnya, tak ada siapa-siapa di sini. Kakinya perlahan membawanya ke sebuah meja. Ada tiga meja di ruangan ini. Namun, hanya ada satu meja yang menarik perhatiannya.

Di atas meja itu tampak beberapa lembar kertas yang berserakan. Keana mengambil salah satu kertas di sana dan membacanya.

Biodata Ribra. Biodata yang sama dengan yang ia lihat ketika bertabrakan dengan Lirdan di koridor depan WC.

"Rean Ribrani Raenosyah," ucap Keana membaca kertas itu dengan pelan.

"Rean ...," gumam Keana pelan seraya terus berpikir. Nama itu tampak tak asing namun terasa jauh. Keana bingung. Ia kembali menggumam, "Ribra ...?"

Ceklek

•••

ngegantung ya?

jangan lupa follow akun ini yaa, biar sama-sama nguntungin sebagai pembaca dan penulis.

jangan lupa komen yang banyak jugaa biar aku bisa rajin update part baru

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 230K 52
"Satu langkah kakimu keluar dari rumah, aku tidak akan segan-segan memotong kakimu!" Memiliki suami mafia berjiwa psikopat itulah yang dialami wanita...
KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

6.9M 523K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
20.7K 2.2K 11
Bertahan hidup dengan dikelilingi para kanibal? Siapa yang kuat? Tentu saja mereka bertujuh. [ 𝗕𝗢𝗕𝗢𝗜𝗕𝗢𝗬 𝗙𝗔𝗡𝗙𝗜𝗖 ] Sebuah virus menyebar...
KENZOLIA By Alpanjii

Mystery / Thriller

18.1K 1.3K 9
"Hidup lo, tubuh lo, cinta lo, itu semua milik gue." Ketika gadis bernama lengkap Lilia Armolla Zeidan itu sakit hati diputuskan oleh pacarnya...