Luka dan Takdirku (Hiatus)

Door A_tina03

613 172 365

Dia pergi disaat aku mulai mencintainya. Dan kembali membawa luka yang begitu dalam. Aku percaya bahwa allah... Meer

blurb
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9

Part 1

102 24 64
Door A_tina03

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imron: 139).

*****

Dihari ini, disaat aku mulai mencintai nya dia pergi meninggalkanku tanpa sebab dan tanpa kabar, hatiku sakit saat mengingat janji manis yang dia ucapkan dua hari sebelum dia meninggalkan ku tanpa sebab.Hatiku rasanya hancur berkeping-keping.

Disini aku berdiri dibalkon kamarku, aku menangisi laki-laki yang telah pergi meninggalkanku.

Seseorang menyentuh pundaku" Ibu tau ini semua tidak mudah bagi dirimu, tapi ibu mohon jangan kamu berlarut-larut dalam kesedihan, lupakan dia,mungkin dia bukan jodohmu nak," ucapnya seraya membelai kepalaku yang tertutup jilbab.

Aku bingung harus membalas apa, ketika ibuku berucap seperti itu hatiku terasa bergetar, benar ucapan ibu aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan  mungkin dia belum menjadi jodohku.

Aku menatap ibu seraya mengangguk. Semoga keputusan ku untuk melupakan nya adalah yang terbaik. Ibu membawaku kedalam pelukannya, air mata yang sembari tadi ku tahan  agar tidak keluar tapi nihil air mata itu lolos membasahi pipiku" menangis lah nak untuk hari ini, setelah ini jangan kamu menangis lagi," ucapnya memeluku.

"Maafkan aku ibu," ucapku lirih.

"Jangan meminta maaf kepada ibu tapi meminta maaflah kepada Allah sesungguhnya Allah lah yang maha mengetahui semuanya. Kamu tidak salah nak semua ini takdir yang Allah berikan untukmu, dan agar kamu sanantiasa mengingat nya bahwa jodoh hanya Allah lah yang maha 'aliim," ucapnya seraya tersenyum.

Aku sembari tadi mendengar kan ucapan ibu seraya mengangguk.

"Terimakasih ibu, ibu adalah sosok malaikat yang tidak pernah bosan untuk mengingatkanku ketika diri ini terjerumus dalam maksiat,"ucapku seraya kembali memeluknya.

Aku merasakan tangan kanan ibuku mengelus pundak ku dengan pelan.
"Sudah jangan menangis sekarang lebih baik kamu sholat minta ampunan kepada Allah nak,"ucapnya dan melepaskan pelukan ini.

"Ibu keluar dulu, ingat jangan kamu berlarut-larut dalam kesedihan.Allah tidak menyukai hambanya nya yang bersedih berlebihan dan bersedihlah jika sedihmu membawa pahala
"ucapnya seraya mencium puncuk kepala ku dan berlalu pergi keluar dari kamarku.

Setelah kepergian ibu aku bergegas bangkit dari dudukku  menuju kamar mandi benar kata ibu aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan.

Selesai menjalankan kewajiban aku beranjak membereskan mukena yang aku kenakan dan menyimpannya ketempat semula.

Aku  pun mengambil jilbabku dan memakainya dan beranjak keluar kamar.

"Azra," panggil ayah seraya tersenyum.

"I..iya ayah,"jawabku terbata-bata seraya menunduk.

"Sini duduk ayah mau bicara,"ujar ayah.

Akupun menghampiri ayah dan duduk disampingnya ayah menatapku seraya bertanya-tanya.

Aku takut ayahku marah, aku pun hanya menunduk pasalnya dari dua hari sejak kejadian itu aku tidak keluar kamar, apakah ayah akan memarahiku?

"Bicara lah nak ayah siap mendengarkan keluh kesahmu," ucapnya seraya mengelus puncuk kepalaku yang tertutup jilbab

Aku tersentak kaget aku pun menarik nafas dan seraya berkata,"Ayah mungkin sudah tau apa masalah azra saat ini,"ucapku menunduk.

Afwan sembari tadi mendengar kan ucapan putri nya pun berfikir kata-kata apa yang pantas ia ucapkan agar putri satu-satunya ini mau mendengarkan dan melupakan kejadian dua hari lalu,"Nak, apa kamu tahu tanda-tanda Allah sayang kepada hambanya,"tanyanya seraya menatap putri semata wayangnya.

Aku pun mengangguk. Apakah mungkin kejadian yang menimpah diriku adalah tanda Allah sayang kepada hambanya?

"Kamu tahu coba sebutkan ayah ingin mendengar kan langsung dari mulutmu,"ujarnya.

Aku pun mengambil nafas dalam-dalam dan berkata,"Tanda-tanda Allah sayang kepada hambanya yang pertama, Allah berikan sebuah kehilangan,kedua Allah berikan kesedihan,ketiga Allah berikan sebuah kesakitan,keempat Allah berikan kesusahan dalam segala hal," ucapku menunduk tidak berani menatap ayahku.

"Apa kamu tahu maksud dari ucapan mu barusan?"

Aku mengangguk faham.

"Lalu apa yang kamu khawatirkan nak?"

Sembari tadi aku hanya mengangguk atas pertanyaan yang dilontarkan ayah untuku aku tidak tahu harus berkata  apa, semua yang ayah ucapkan benar, mungkin aku yang terlalu bodoh memikirkan orang yang telah meninggalkan ku tanpa sebab.

"Maaf ayah," ucapku lirih.

"Tidak apa-apa nak,"ucapnya sembari memelukku

"Yah kopinya nya diminum dulu,"ucap ibu sembari memberikan kopi kepada ayah.

Aku beralih melepaskan pelukan ku dari ayah dan duduk disamping ibu"udah sholat Ra?"

Aku seraya mengangguk.

"Alhamdulillah"ucap ibu mengelus puncuk kepalaku.

"Kalok gitu azra kedapur dulu mau ngambil minum"ucapku berjalan kearah dapur.

"Assalamualaikum"ucap seseorang dari luar langkahku terhenti.

"Siapa yang bertamu siang bolong seperti ini"tanyaku menatap ayah dan ibu.

"Entah biar ibu buka"ucapnya seraya beranjak pergi kearah pintu.

Aku pun melanjutkan jalanku kedapur untuk mengambil minum.

"Wa'alaikumussalam"ucapnya membuka pintu.

"Eeh nak arifah udah pulang dari jawa?"

"Sudah bu"ucapnya menyalami ibu.

"Siapa bu?" kata Azra

"Ini nak Ar...."

"Arifah ya Allah aku kangen banget sama kamu, kamu pulang nggak ngabarin aku," ucapku memotong ucapan ibu.

Arifah terkekeh melihat tingkah Azra yang kelewatan seperti anak kecil," Udah Ra arifah nya ajak masuk."

"Ayok masuk," ucapku menarik tangan arifah.

Mereka semua duduk di ruang keluarga dan berbincang banyak hal,"Bagaimana kabar ibu dan ayahmu nak arifah,"tanya ibu.

"Alhamdulillah baik Bu."

"Alhamdulillah."

"Saya dengar Azra habis dikhitbah seseorang"tanyanya,  " kamu gitu nggak ngabarin aku Iih sebel aku sama kamu apa kamu udah nggak anggap aku sahabat,"tanyanya sembari menatapku.

"Bukan nggak ngabarin tapi...."

"Tapi apa bener kan kamu mah jahat ra," ucapnya memalingkan wajah.

"Kamu mah baru mau dijawab udah nerocos terus,gimana mau ngomong kalok kamunya aja nggak berhenti nerocos,"ucapku kesal

Arifah yang tidak merasa bersalah pun hanya memperlihatkan deretan giginya,"maaf ya udah sekarang jawab dari pada aku nerocos terus kan"ucapnya

"Dikamar aja ya nggak enak disini kurang leluasa gitu"ucapku Manarik tangan arifah masuk kedalam kamarku.

"Jadi"tanyanya.

"Jadi setelah dia ngekhitbah aku dia pergi," ucapku lirih.

"Apa kok bisa dia pergi?"

"Dia nitipin surat dan setelah itu dia pergi, orang tuanya aja ngga mau ngasih tau ke aku dia pergi kemana,dan isi surat itu dia nggak bisa ngelanjutin acara itu,"ucapku menatap arifah seraya berkaca-kaca

Arifah menatap azra sendu,kasian Azra pasti hatinya sakit. Mungkin Allah sedang menyiapkan  jodoh terbaik untuk azra,"kamu yang sabar ya ra mungkin dia bukan jodohmu,siapa tau Allah menyiapkan orang yang lebih baik dari dia kamu yang sabar. Allah sayang kepada hambanya yang mau bersabar dalam menghadapi masalah," ucapnya sembari memeluk ku

Aku mengangguk,aku bersyukur aku masih dikelilingi orang-orang yang baik hatinya,parasnya,  seperti kamu fah,kamu memang sahabat terbaikku.

*****

Lampung,20 Mei 2021

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

376K 20.7K 70
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
674K 78.6K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
8.8M 946K 65
[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki-laki yang rela membakar jari-jari tanga...
6.6M 216K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...