My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

827K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

00 || Pernikahan papa
01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

42 || Untuk Shannon [SELESAI]

18.4K 2.4K 5.4K
By NihaOsh

Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan bati 🙏🏻

BACA SAMPAI HABIS YA, sebenarnya ini untuk dua chapter, tapi aku jadikan satu chapter.

Bonus chapternya ada di paling bawah yaaa...

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga, makasih 😍

.
.
.

Hari operasi Shan pun tiba, sejak bangun tidur Shan banyak diam, ia terlihat takut dan gugup, sementara Jeno terus menenangkan Shan dnegan ucapan lembutnya, namun hal itu malah membuat Shan semakin cemas.

Cklek

Shan menoleh ketika mendengar suara pintu kamar yang terbuka, lalu ia tersenyum kecil melihat Shua, Jaemin, dan Hyunjin datang, padahal jam masih menunjukan pukul setengah 6 pagi.

"L-Lucas," lirih Shan.

"Lucas mau datang?" Tanya Jeno.

"Ya, Lucas bilang mau datang, tapi sampai hari ini belum datang juga," sahut Shan dengan lirih.

"Nanti gue hubungin, dia pasti datang," ujar Jeno, dan Shan hanya diam.

"Kita bawa hadiah buat kak Shan!" Ujar Shua seraya tersenyum senang, Shan pun kembali tersenyum.

"Ini dari gue, gue bakal kasih tau isinya," ujar Shua.

"Biar Shan yang buka," ujar Hyunjin.

"Kita udah janji buat kasih tau hadiah masing-masing," balas Shua.

"Terserah Shua," gumam Jeno, dan Hyunjin menghela nafasnya.

Shua mengeluarkan hadiahnya untuk Shan, "ini coat, bakal pas di badannya kak Shan, bagus kan?"

"Shan suka warna gelap," ujar Jeno yang membuat Shua merengut sendu.

"Gue suka, apapun yang lo kasih," ujar Shan yang membuat Shua kembali tersenyum, lalu menaruh coat berwarna pinknya di atas paha Shan.

"Sekarang punya kak Hyunjin," ujar Shua seraya merebut paperbag Hyunjin, dan Hyunjin hanya pasrah.

"Huh? Apa ini?" Tanya Shua yang mengeluarkan beberapa botol dari dalam paperbag dari Hyunjin.

"Itu sabun dan krim anti bakteri buat ngerawat tato," ujar Hyunjin dengan suara pelan.

"Okay, ini berguna," sahut Shua seraya tersenyum kecil, lalu menaruhnya di atas meja nakas yang kosong.

"Dimana Sena?" Tanya Shan pada Hyunjin.

Hyunjin dan Jeno bertatapan sejenak, lalu ia berdeham sejenak.

"Dia ada urusan keluarga," sahut Hyunjin.

"Gue mau ketemu Sena, Sena harus datang hari ini atau besok," ujar Shan, dan Hyunjin mengangguk kecil.

"Lo aneh, kak Sena kenapa?" Tanya Shua seraya menatap Hyunjin dengan tatapan curiga.

"Gak kenapa-kenapa, tanya Jeno," balas Hyunjin, dan Shua merengut sebal.

"Sekarang kak Jaemin, kak Jaemin buka sendiri?" Tanya Shua seraya tersenyum, dan Jaemin mengangguk.

Jaemin mengeluarkan tanaman kaktus palsu dari dalam paperbagnya, membuat Shua mengerutkan dahinya.

"Gue... cuma bawa ini, biar awet, dan Shan gak perlu ngurus kaktusnya, karena kaktusnya gak akan mati," ujar Jaemin.

"Hm? Kayak pernah denger," gumam Shua yang merasa tak asing dengan kata-kata Jaemin.

Jeno mendengus kecil, ia ingat, itu kata-kata Shan untuk Shua, dan Shan pun pernah memberikan Shua kaktus palsu yang Shan beli di Jeju.

"Taruh di atas meja dekat jendela, nanti gue bawa pulang," ujar Shan, lalu Shua pun menaruhkan tanaman kaktus palsu itu di atas meja dekat jendela.

"Sekarang mana dari Jeno?" Tanya Shua seraya menghampiri Jeno.

"Gak ada, gue gak sempet beli apa-apa," sahut Jeno.

"Ck payah."

"Gak apa-apa," sahut Shan.

"Makasih hadiahnya, gue senang," sahut Shan.

"Sama-sama kak Shan!"

Shan terdiam sejenak, ia memperhatikan mereka satu persatu.

"Kenapa?" Tanya Jaemin.

"Dimana Jaehyun?" Tanya Shan yang membuat mereka terdiam, pasalnya ini pertama kalinya Shan menanyakan Jaehyun.

"Lo pengen kak Jaehyun datang?" Tanya Shua, dan Shan menggelengkan kepalanya.

"Hmm, apa kak Shan gak mau maafin kak Jaehyun? Maaf tapi- tapi aku cuma nanya," ujar Shua, dan Shan hanya diam.

"Kak Jaehyun emang pernah jahatin kak Shan, tapi itu dulu, dia sekarang jadi orang yang baik, tapi terserah kak Shan mau maafin kak Jaehyun atau enggak," lanjut Shua.

"Jangan bahas Jaehyun," gumam Jeno, dan Shua menghela nafasnya dengan lirih.

"Shan pasti bakal maafin Jaehyun," celetuk Jaemin yang menbuat menoleh.

"Shan orang baik, dia bakal maafin siapun," lanjut Jaemin seraya tersenyum kecil pada Shan.

"Semua orang pernah berbuat salah, mau sebesar apapun kesalahannya, lo harus maafin mereka, bukan cuma Jaehyun, semua orang-orang yang pernah bebuat salah lo. Lo gak perlu khawatir tentang balas dendam, karena Tuhan bakal balas kesalahan mereka secara langsung, yang harus lo lakuin cuma maafin mereka, lo gak akan rugi berbuat kebaikan," ujar Jaemin lagi.

"K-kenapa kak Jaemin sebaik ini?" Tanya Shua dengan suara lirih.

"Ayah gue orang baik, dia banyak nasihatin gue dengan hal-hal yang baik, hidup lo bakal tenang tanpa mikirin kekesalan lo terhadap orang lain," sahut Jaemin.

"Makasih, Jaemin," ujar Shan yang membuat Jaemin membalas tatapan Shan sambil tersenyum manis.

"Sama-sama, Shan. Semoga kita semua jadi manusia yang lebih baik buat kedepannya."

**

Jam sudah menunjukan pukul 8, Shan sudah siap dibawa ke ruang operasi, namun Shan menolak, ia menunggu Jeno yang katanya tengah pergi ke toilet.

Taeyong tak bisa menyembunyikan tatapan sendunya, ia tak menyangka bahwa Shan begitu bergantung pada Jeno yang katanya hanya saudara tiri.

Tanpa banyak bertanya pun Taeyong tahu, bahwa Shan sosok perempuan yang kesepian, dan kini Shan telah mendapatkan seseorang yang Shan percayai.

Taeyong takut, takut jika operasi yang ia lakukan gagal, membuat Jeno sedih dan kecewa. Sebenarnya ia tak boleh berpikir buruk seperti itu, tapi kali ini ia benar-benar gugup hingga membuatnya takut.

"Jeno," lirih Shan yang membuat Taeyong tersenyum kecil.

"Dia datang, Shan," sahut Taeyong ketika melihat Jeno yang datang dengan langkah cepat, hal itu membuat Shan tersenyum seraya meneteskan air matanya.

"Jeno, Jeno," racau Shan seraya mengangkat tangannya, Jeno pun meraih tangan Shan, lalu membungkukan tubuhnya untuk memeluk Shan.

"Shan," bisik Jeno, hal itu membuat Shan menangis tersedu-sedu seraya membalas pelukan Jeno.

"Jeno, gue t-takut, hks gue takut," ujar Shan di sela tangisannya seraya mencengkram bahu Jeno.

Jeno pun sedikit menjauhkan tubuhnya, hingga ia bisa melihat wajah Shan dari jarak sedekat ini.

Jeno tersenyum manis, bahkan hingga matanya menyipit, "jangan nangis, gue bakal selalu berdoa, agar operasinya berjalan lancar, dan lo bisa sembuh."

"Jeno, jangan pergi- hks j-jangan pergi," racau Shan yang terus menangis, bahkan tangisannya terdengar memilukan.

Jeno merengut sendu, "lo gak perlu khawatir, gue bakal selalu bersama lo, dan semuanya bakal baik-baik aja," bisik Jeno, lalu ia mengecup bibir Shan sedikit lebih lama.

"Gue cinta sama lo, Shan. Lo harus inget itu," bisik Jeno lagi, kemudian ia menjauhkan tubuhnya dari Shan, hingga pelukan Shan terlepas.

Jeno memundurkan langkahnya sambil tersenyum, namun Shan tetap menangis dengan satu tangan yang terangkat seolah ingin menggapainya.

"J-Jeno, Shan takut hks, jangan pergi.."

Jeno melambaikan tangannya, "sampai ketemu nanti, Shan."

Para petugas medis pun mendorong brankar Shan untuk memasuki ruang operasi, meninggalkan Jeno yang masih tersenyum di sana, mengingat waktu untuk operasi mulai nendekat.

Perlahan senyuman Jeno luntur, raut wajahnya berubah menjadi sendu, air matanya menetes begitu saja.

Jeno takut, benar-benar takut, hingga ia tak bisa berpikir dengan jernih, sebab ia sempat mendengar, bahwa jantung yang cocok belum tentu bisa diterima oleh tubuh si penerima donor.

Ddrrtt
Ddrrtt

Jeno melihat ponselnya, tertera nama Tiffany di layar ponselnya, ia pun menjawab panggilan tersebut.

"Bunda," panggil Jeno dengan suara pelan, tiba-tiba tatapannya berubah menjadi cemas ketika mendengar tangisan Tiffany di sebrang sana.

"B-bunda kenapa?" Tanya Jeno dengan suara gemetar.

"Jeno, kakek meninggal dunia, Jaehyun gak bisa dihubungin, tolong pulang sekarang, kita pergi sama-sama."

Jeno terkejut dalam diam, ia meremat ponselnya sendiri dengan tatapan tak percaya.

"Jeno! Cepat, hks bunda tunggu! Kata Shua Jaehyun lagi sama kamu di rumah sakit, titipin Shan ke Jaemin."

Jeno menundukan kepalanya lalu mengusap air matanya yang tak bisa berhenti menetes, ia tidak bisa pergi, namun ia juga ingin pergi menemui kakeknya untuk yang terakhir kalinya

"Jeno! Kamu gak mau pergi?!" Bentak Tiffany.

"B-bunda, Shan lagi operasi transplantasi jantung, aku gak bisa pergi, maafin aku bunda."

Tiffany menangis tersedu-sedu, "Jeno, kamu adalah cucu yang paling susah buat nemuin kakek dan nenek, bahkan ini udah 1 tahun kamu gak nemuin mereka, sekarang buat terakhir kalinya pun gak bisa?"

Jeno memejamkan matanya, isakan lirihnya mulai terdengar.

"Jeno.." lirih Tiffany.

"M-maaf bunda, aku gak bisa pergi."

"Kalau begitu tolong bilang sama Jaehyun, cepat pulang."

"K-kalau kak Jaehyun gak bisa juga gimana bunda?"

"Kalian ini kenapa?! Kalian lebih peduli sama Shan? Walaupun kakek udah meninggal, Seengaknya kalian temuin dia buat yang terakhir kalinya!!"

Jeno pun memutuskan sambungannya, ia duduk di kursi lalu menangis, tangisan yang terdengar menyakitkan, bahkan ia tak bisa menghentikan tangisnya, dadanya begitu sesak. Ia merasa bersalah pada Tiffany, namun ia benar-benar tak bisa pergi.

**

Operasi berjalan selama 5 jam, dan Shan baru sadarkan diri di pukul 7 pagi, ia hanya diam menatap langit-langit kamar rawat dengan sendu, sementara senyuman para dokter di sana terus mengembang, menandangkan bahwa operasi mereka telah berhasil dilakukan.

Shan terus terdiam, ia belum sadar sepenuhnya, namun ia dapat mendengar suara-suara di sekitarnya dengan samar.

Setelah Shan diperiksa, para dokter pun keluar dari ruang rawat Shan, lalu tergantikan dengan Jaehyun yang datang, ia tersenyum kecil melihat Shan yang sudah sadar setelah semalaman ia gelisah dengan operasi yang berjalan lancar atau tidak.

Jaehyun berdiri di samping brankar Shan, ia melirik jam di pergelangan tangannya, seolah menunggu kedatangan seseorang, sesekali ia menoleh ke arah pintu berharap orang itu datang.

15 menit kemudian, akhirnya Shan menolehkan kepalanya, membalas tatapan Jaehyun dengan tatapan sendu, "J-Jeno," lirih Shan.

"Jeno lagi pergi sama bunda dan Shua, soalnya kakek kami meninggal dunia.," sahut Jaehyun seraya tersenyum kecil.

"Dia ingkar, harusnya dia di sini," bisik Shan yang terdengar egois, namun Jaehyun mengerti dengan keinginan Shan yang menginginkan Jeno selalu di sisinya.

"Dia gak ingkar."

"Hm?"

Jaehyun menghela nafasnya, kemudian ia memberanikan diri untuk menggengam tangan Shan, "tunggu sebentar lagi, Jeno bakal datang buat nemuin lo."

Shan mengerutkan dahinya ketika menyadari seuatu terlingkar di pergelangan tangannya, yaitu sebuah gelang dengan inisial huruf 'J' di tengahnya.

"Dari Jeno," ujar Jaehyun yang membuat Shan tersenyum.

"Dia pakai huruf S," gumam Shan, berharap yang ia ucapkan tak salah.

"Ya," sahut Jaehyun yang membuat senyuman Shan semakin mengembang, Shan pun kembali menatap Jaehyun.

"Sepi, dimana yang lain?" Tanya Shan yang berharap ada orang lain yang menjenguknya lagi.

"Hari ini bukan hari libur, jadi mereka sibuk, mereka bakal datang kalau udah gak sibuk, gue bakal jagain lo di sini, sampai lo sembuh."

"Bilang mereka, jangan lama-lama," ujar Shan, dan Jaehyun mengangguk.

"Sakit," lirih Shan yang membuat Jaehyun cemas.

"Apa yang sakit?"

"Dada gue, sesak, sakit, k-kenapa lagi?"

Jaehyun hendak pergi, namun Shan menahan tangannya, "jangan pergi, gue t-takut."

Jaehyun pun menekan tombol automatis untuk memanggil perawat atau dokter, ia panik ketika Shan mengeluh sakit.

Dan pagi itu Shan kembali diberi obat penghilang rasa sakit, namun obat itu membuat Shan kembali terlelap, dan Jaehyun tetap di sana untuk menjaga Shan, sebab Jeno menitipkan Shan padanya.

Dan Shan nampaknya sudah mulai menerima Jaehyun kembali, ia tak menunjukan rasa bencinya, ia hanya mengatakan bahwa ia menginginkan Jeno, bukan Jaehyun.

**

My Bad Sister
Hold Me Tight

**

Shan: Gue benci sama lo.

Jeno: tunggu, gue belum bisa pulang.

Shan: kenapa? Ini udah sebulan, apa lo gantiin kakek lo yang meninggal buat jagain nenek lo?

Jeno: gak gitu, tapi benar juga, gak ada laki-laki lagi di rumah nenek gue, seminggu lagi gue pulang.
Read

Shan menghela nafasnya, kemudian ia menatap langit-langit kamar rawatnya dengan tatapan sebal, ia benar-benar bosan berada di rumah sakit, bahkan ini sudah sebulan.

Shan kesepian, hanya Jaehyun yang menemaninya di rumah sakit, sesekali Sena dan Hyunjin datang untuk menjenguknya, namun Jaemin tak ada kabar, bahkan ponselnya tak aktif.

Lucas datang beberapa kali, namun Lucas tak bisa menemaninya lebih lama, entah kesibukan apa yang Lucas hadapi, Shan merasa Lucas tak lagi peduli padanya, dan itu membuatnya kesal.

Jeno: Shannon...

Shan: gue benci sama lo!

Jeno: hahahaha
Jeno: sekangen itu lo sama gue?

Shan: lo pikir?

Jeno: gue pikir ya.

Shan: pake nanya.

Jeno: maaf, nanti gue balik kok. Tunggu yaaa.
Read

Shan merengut sendu, ia terlihat begitu sedih karena suatu alasan yang tak ingin ia ucapan.

Cklek

Shan menoleh ketika pintu kamar rawatnya terbuka, ia pun tersenyum seraya mengubah posisinya menjadi duduk dengan susah payah.

"Shua, Shua!" Panggil Jaehyun yang mengikuti Shua dari belakang.

Shan terdiam dengan tatapan bingung ketika Shua berdiri di hadapannya dengan raut wajah dingin.

"Gue benci sama lo," ujar Shua yang membuat Shan mengerutkan dahinya, sementara Jaehyun yang mendengar hanya diam dengan tatapan cemas.

"Lo kenapa?" Tanya Shan dengan suara lirih.

"G-gue benci sama lo, pokoknya benci, sampai mati," sahut Shua dengan suara gemetar.

"Tapi gue salah apa?"

"Lo bikin Jeno pergi," sahut Shua yang membuat Shan semakin bingung.

"Jeno di rumah neneknya-"

Plak!

Jaehyun terkejut ketika Shua menampar pipi Shan dengan keras, air mata Shua menetes namun tatapannya terlihat begitu tajam.

Sementara Shan hanya diam, pukulan itu mengingatkan dirinya pada Yunho, namun bukan saatnya untuk memikirkan hal itu.

"Siapa yang bilang Jeno di rumah neneknya?! Bahkan Jeno gak datang saat kakek meninggal!!" Tanya Shua yang terlihat sangat marah.

"Selama sebulan ini gue chattan sama Jeno," sahut Shan dengan suara pelan.

Shua menatap Shan dengan tatapan tak percaya, ia pun menunjukan nomor Jeno pada Shan dari ponselnya, lalu menelpon nomor tersebut, tak lupa ia menekan loudspeaker.

Suara dering panggilan terdengar beberapa kali, sampai akhirnya seseorang menjawab panggilan tersebut.

"Iya, Shua?"

Shan terkejut setelah mendengar suara itu, ia hafal dengan suara laki-laki itu.

"Kenapa lo pegang hpnya Jeno, kak Jaemin?" Tanya Shua yang membuat Shan menatap Shua dengan tatapan tak percaya.

"Lo dimana? Kita ketemu-"

"J-Jaemin? J-Jaemin kenapa lo pegang hpnya Jeno?" Tanya Shan dengan suara terbata, hal itu membuat Jaemin bungkam di sebrang sana.

Shua pun memutuskan sambungannya sepihak.

Shan tersenyum kecil, "ada apa? Dimana Jeno? Kenapa Jaemin pegang hpnya Jeno?" Tanya Shan berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

Shua kembali meneteskan air matanya, lalu ia menoleh pada Jaehyun, menatapnya dengan sengit, air matanya menetes semakin deras.

Shua memukul bahu Jaehyun dengan keras, "k-kenapa lo lakuin ini? Kenapa lo gak kasih tau Shan tentang apa yang sebenarnya terjadi? KENAPA LO CUMA DIAM?!!" Jerit Shua di akhir kalimatnya.

Sementara Shan hanya diam dengan kepala tertunduk, memandang lantai dengan tatapan yang sulit di artikan.

Jaehyun memegang bahu Shua, membuat Shua berontak dan menangis.

"Sssttt, Shua, Shua, lo harus tenang," bisik Jaehyun dengan tatapan memohon.

"GIMANA GUE BISA TENANG? GUE HAMPIR GILA KARENA KEHILANGAN JENO!!" Jerit Shua yang terdengar begitu histeris.

Shan perlahan mengangkat kepalanya, memandang Shua dan Jaehyun dengan tatapan sendu, perlahan air matanya menetes.

"Kehilangan?" Tanya Shan dengan suara lirih.

Shua pun menoleh, menatap Shan dengan tatapan yang begitu tajam, "ya! Jeno meninggal karena donorin jantungnya buat lo! HARUSNYA LO YANG MATI!!" Jerit Shua, sontak Jaehyun menyentak bahu Shua, hinga Shua kembali menatapnya sambil menangis tersedu-sedu.

"Dia pembunuh, hks Shan pembunuh," ujar Shua seraya menunjuk Shan dengan jari telunjuknya.

"Dia udah bunuh Jeno, sampe Shua gak tau harus gimana, Hks Jeno itu sebagian dari hidup Shua, Shua hampir gila karena kehilangan Jeno, hks sakit banget, hati Shua sakit," ujar Shua di sela tangisannya yang memilukan.

Jaehyun berusaha menahan tangisannya, "gue ngerti, Shua-"

"SHUA SEDIH!! Shua harus apa, kak Jaehyun?!" Jerit Shua lagi, tangisannya pecah begitu saja.

Jaehyun pun memeluk Shua sejenak, mengusap surai Shua dengan lembut, "kita bicarain di luar, gue mohon, Shua," bisik Jaehyun, lalu ia menarik Shua keluar dari kamar rawat Shan.

Menyisakan Shan yang terdiam dengan tatapan sendu, kemudian ia kembali membaringkan tubuhnya, lalu memiringkan tubuhnya ke arah dinding, mengabaikan rasa sakit di dadanya.

Shan meremat sprei brankarnya, tak lama isakan lirih pun lolos, kemudian ia menghubungi nomor Jeno yang berada di paling atas pada daftar panggilannya, sebab ia pernah menghubungi Jeno berulang kali, namun Jeno tak pernah menjawabnya.

Shan meremat ponselnya ketika seseorang menerima panggilannya.

"J-Jeno," panggil Shan dengan suara lirih, namun tak ada sahutan di sebrang sana.

"Ini udah sebulan, kapan pulang?"

"Lo gak kangen sama gue?"

"Gue sebentar lagi pulih."

"Jeno, gue kangen sama lo hks, gue nungguin lo setiap hari di sini, gue pengen peluk lo," ujar Shan di sela isakan lirihnya.

"Jeno.."

"Bulan ini ada pesta kembang api di sungai Han, h-harusnya kita datang, sesuai sama janji lo, tapi kenapa lo malah pergi?"

"Jeno.."

"Gue juga cinta sama lo, gue mengganggap lo lebih dari saudara, gue tertarik sama lo sejak lama, maaf baru bahas sekarang" ujar Shan yang teringat bahwa Jeno menyatakan perasannya beberapa menit sebelum masuk ruang operasi.

"J-Jeno, hks. Jeno.. gue kangen suara lo," lirih Shan lagi, bahkan tangisannya terdengar tersedu-sedu.

"Jangan pergi, gue cuma percaya sama lo, c-cuma lo yang gue punya. Kalau lo pergi, gue sama siapa? Hks J-Jeno.."

Pip

Sambungan terputus begitu saja, membuat tangisan Shan pecah, ia menangis seraya meremat sprei brankarnya, bahkan tubuhnya meringkuk disana, mengabaikan rasa perih yang menyerang kulit dadanya.

"J-Jeno, sayang Jeno. Jeno, Shan kangen, mau ketemu," ujar zshan disela tangisannya, tangisan yang terdengar memilukan, bahkan yang mendengarnya akan ikut merasa sedih.

Sementara itu di kamar Jaemin, Jaemin menangis keras disana, ia bahkan memukul dadanya sendiri, ia merasa sesak ketika mendengar ucapan Shan yang menginginkan kehadiran Jeno.

"A-ayah hks, ayah maaf," lirih Jaemin di sela tangisannya.

"Harusnya aku yang donorin jantungku buat Shan, bukan Jeno."

"Maaf ayah, aku gak bisa bahagiain Shan, aku malah bikin Shan menderita karena kehilangan separuh jiwanya."

Jaemin mengerang kesal, ia benci pada dirinya sendiri yang terlambat mengajukan diri sebagai pendonor untuk Shan, Jeno lebih dulu melakukannya, dan kini Shan telah kehilangan separuh jiwanya, hanya Jeno yang Shan butuhkan, bukan orang lain.

Jaemin menyesal, Jaemin merasa bersalah, harusnya ia yang menjadi pendonor, hingga Shan bisa hidup bahagia dengan Jeno.

**

Sehari sebelum operasi transplantasi jantung tiba.

Jam menunjukan pukul 2 dini hari, Jeno membuka pintu apartment milik Jaehyun. Ia terpaksa meninggalkan Shan di rumah sakit ketika Shan terlelap, dan ia menitipkannya pada Jaemin.

Jeno melangkahkan kakinya memasuki kamar Jaehyun, hingga terlihat Jaehyun yang baru saja keluar dari toilet dengan celana selutut tanpa atasan, bahkan rambut dan wajahnya terlihat basah.

"Kenapa lo belum tidur?" Tanya Jeno.

"Gue baru sampe rumah, abis ngobrol sama temen di kedai," sahut Jaehyun seraya mengeringkan wajahnya dengan handuk.

Ternyata setelah pulang dari rumah sakit, Jaehyun tak langsung pulang, melainkan mengobrol bersama temannya di sebuah kedai.

Jeno terdiam, membuat Jaehyun mengerutkan dahinya, "ada apa? Lo mau nginep?" Tanya Jaehyun, dan Jeno menganggukan kepalanya.

"Tidur aja di sini, kamar tamu kotor," sahut Jaehyun dengan santai, lalu ia beralih menuju lemari, mengambil kaus hitam dan memakainya.

Jaehyun menoleh ketika tak ada sahutan dari Jeno, dan ia semakin bingung ketika Jeno hanya diam dengan kepala tertunduk.

"Lo kenapa? Ada yang mau lo sampein?" Tanya Jaehyun, lalu Jeno mengangkat kepalanya dan mengangguk.

"Ngomong aja."

"Kak Jaehyun," panggil Jeno, dan Jaehyun hanya diam masih dengan tatapan bingung.

"Sebenarnya, pendonor itu adalah gue," ujar Jeno yang membuat Jaehyun terdiam dengan tatapan terkejut.

"O-orang yang donorin jantungnya buat Shan itu gue," ujar Jeno lagi.

Jaehyun melangkahkan kakinya untuk mendekat pada Jeno, ia menatap Jeno dengan tatapan tak percaya.

"Lo gila?" Desis Jaehyun.

"Maaf, kak. Bukannya gue berlebihan, gue cuma ngurangin beban lo, dan gue bisa kasih kehidupan buat Shan."

Sontak Jaehyun mencengkram kerah jaket Jeno, lalu mendorong tubuh Jeno hingga punggung Jeno menabrak dinding dengan keras.

"Gagalin, jangan sampai terjadi," ujar Jaehyun dengan suara pelan.

"Gue bakal tetap lakuin itu, ini jalan satu-satunya buat kesembuhan Shan."

Jaehyun terdiam dengan tatapan marah.

"Gue mohon, jangan dipermasalahin, ini murni dari hati gue, gue pengen Shan sembuh," ujar Jeno dengan nada memohon.

Jaehyun merasa sesak ketika melihat mata sendu Jeno yang seolah pasrah, namun ia tetap terdiam.

"Kak, gue titip Bunda dan Shua-"

"Jung Jeno!" Desis Jaehyun dengan suara gemetar.

"Shua suka dipeluk, kalau lo marah sama Shua jangan dibentak, lebih baik diemin aja-"

"Jeno, gue benci sama keputusan lo!" Ujar Jaehyun menyela perkataan Jeno, ia terlihat sangat marah.

"Shua suka diusap rambutnya, Shua benci cicak, Shua-"

Bugh!

Ucapan Jeno terhenti ketika Jaehyun menonjok dinding di samping kepalanya, membuat Jeno terkejut dalam diam.

"Gak seharusnya lo lakuin ini!"

"Maaf, kak."

Jaehyun terdiam sejenak, ia mengatur emosinya agar tidak menggebu-gebu, lalu ia menatap Jeno dengan tatapan sendu.

"Jeno, jangan, gue gak mau lo donorin jantung lo buat Shan. Lebih baik Shan yang mati, dari pada gue harus kehilangan lo," lirih Jaehyun.

"Lo gak boleh ngomong gitu, Shan pengen bahagia juga, tolong bahagiain dia, buat dia percaya lagi sama lo."

"Kebahagiaan Shan cuma lo! Gimana bisa lo pergi ninggalin dia, Jeno?!!" Bentak Jaehyun.

"Enggak, kata Shan kehilangan itu cuma sedih di awal, kalian bakal terbiasa setelah beberapa bulan gue mati."

"J-Jeno," desis Jaehyun yang semakin mencengkram kerah jaket Jeno, nafasnya terdengar berhembus lirih, bola matanya bergerak gelisah karena takut, takut kehilangan Jeno.

"Sorry, gue pernah nyakitin perasaan lo, gue tau gue bukan adik yang baik, tapi gue sayang sama lo, kak."

Jaehyun meneteskan air matanya setelah mendengar ucapan Jeno yang terdengar lirih.

"Semoga usaha lo lancar, bisa bahagian bunda dan juga Shua," lanjut Jeno.

"K-kalau lo mati, gue harus bilang apa sama Shua? Dia bakal sedih, lo tega bikin Shua dan bunda sedih?" Tanya Jaehyun dengan suara gemetar.

Jeno terdiam dengan raut wajah yang sendu.

"Jeno, tolong, jangan lakuin ini. Gue sayang sama lo, adik gue yang baik, anak bunda yang paling baik, anak bunda yang paling nurut," ujar Jaehyun yang terus meneteskan air matanya.

"Lo anak kesayangan bunda, gimana bisa lo ninggalin bunda gitu aja, Jeno?" Ujar Jaehyun dengan nada frustasi.

Jeno menyingkirkan tangan Jaehyun dari kerah jaketnya secara perlahan, "keputusan gue udah bulat, gue gak akan berubah pikiran," gumam Jeno, lalu ia memeluk Jaehyun, menepuk bahu Jaehyun dengan pelan.

"Lo anak bunda yang paling hebat, lo bisa gantiin posisi ayah di keluarga ini," bisik Jeno, dan Jaehyun hanya diam.

"Kak, jangan ngelakuin kesalahan buat yang kedua kalinya, jangan ngerusak perempuan lagi, perempuan itu harus dilindungin, gue percaya sama lo, lo bisa berubah jadi lebih baik lagi," bisik Jeno lagi.

Jaehyun memejamkan matanya sejenak, lalu melepaskan pelukan Jeno dengan paksa.

"Pergi," desis Jaehyun seraya menatap Jeno dengan tajam, hal itu membuat Jeno meringis karena merasa sesak di dadanya.

"Temuin bunda di rumah nenek, bilang kalau lo mau mati," gumam Jaehyun.

"Tolong kasih tau bunda dan Shua setelah hari operasi," ujar Jeno, lalu ia pergi dari sana, mengabaikan panggilan Jaehyun yang memintanya untuk mengabari Tiffany dan Shua soal ini.

Jaehyun mengerang kesal, ia tak menyangka bahwa Jeno serius dengan keputusannya.

Jaehyun kesal, sedih, dan takut, bahkan ia sempat-sempatnya berpikiran untuk menbunuh Shan malam ini, agar Jeno tak perlu mendonorkan jantungnya untuk Shan, namun ia tak sampai hati untuk melakukan hal itu.

**

My Bad Sister

**

"Shan, aku harap kamu bisa menjaga pemberianku, merawatnya dengan baik, agar kamu bisa hidup lebih lama."

"Aku tidak pergi, aku juga tidak mengingkari janji, karena aku akan selalu berada di dalam dirimu, berdetak setiap waktu untuk memberimu kehidupan."

_Jung Jeno.

**

"Jeno, kau bilang padaku untuk tidak tertidur terlalu lama, tapi apa? Sekarang kau yang tertidur untuk selamanya."

"Jeno, aku juga mencintaimu, maaf baru mengatakannya setelah kamu pergi, karena aku berniat mengatakannya setelah hari operasi."

"Ternyata rencanaku gagal."

"Ini keputusan yang salah! Aku tidak akan mengucapkan terimakasih, karena kepergianmu akan membuatku mati secara perlahan."

_Shannon

.
.
.

SELESAI

©️My Bad Sister

**

Bonus Chapter!

Shan berlari ketika melihat Jeno yang tengah duduk di atas rerumputan pendek, kemudian ia duduk di samping Jeno dengan senyuman yang mengembang.

Jeno menoleh dan membalas senyuman Shan, "hai Shan.."

"H-hai," sahut Shan dengan suara yang mendadak terbata, lalu ia tersenyum malu.

"Lo ganteng," ujar Shan yang membuat Jeno tertaw pelan hingga matanya menyipit indah.

"Gue emang ganteng, apa lo baru sadar sekarang?"

"Ternyata lo percaya diri juga," gumam Shan.

Jeno tersenyum kecil, kemudian tangan kanannya merengkuh pinggang Shan, hingga tubuh Shan lebih mendekat padanya.

"Kayaknya mau hujan," ujar Shan ketika melihat awan hitam yang menyelimuti langit.

"Hm, tapi gue gak mau pergi," sahut Jeno.

"Kita harus pergi kalau hujannya turun," ujar Shan seraya menolehkan kepalanya kemari, lalu ia menunjuk bangunan bambu yang terletak tak jauh dari tempatnya.

"Ada bangunan, nanti kita neduh di sana," ujar Shan, dan Jeno mengangguk setuju.

"Jeno, boleh gue minta sesuatu?" Tanya Shan yang membuat Jeno kembali menatapnya seraya tersenyum kecil.

"Apa? Tapi gak semuanya bisa gue kabulin."

"Pasti bisa, hmmm gue pengen pergi ke Jeju lagi, berdua aja," ujar Shan yang membuat Jeno tertawa pelan.

"Apa lagi?"

"Hmm, jalan-jalan kemana pun, ke tempat-tempat yang bagus dan indah, cuma berdua."

"Jadi intinya lo pengen kita pergi berdua?"

"Ya, kita harus pergi berdua."

Jeno mengangguk-anggukan kepalanya, "kita emang bakal selalu bersama, sampai kapan pun."

"Bohong, lo itu pembohong!"

"Serius," sahut Jeno seraya tertawa gemas.

"Kali ini janji gue bakal selalu ditepatin, percaya sama gue, gue bakal selalu bersama lo, gak akan pernah ninggalin lo."

Shan terdiam sejenak dengan tatapan sendu, lalu Jeno mengusap surainya dengan lembut, "percaya sama gue."

"Hm gue percaya sama lo."

Jeno tersenyum manis, kemudian ia beranjak dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya pada Shan, Shan pun memegang tangan Jeno, lalu ikut beranjak.

Shan mengerutkan dahinya ketika ia menyedari sesuatu, bahw tempat yang ia pijaki dikelilingi pepohonan tanpa jalan keluar.

Shan menoleh ketika genggaman tangannya terlepas, ia melihat Jeno yang berjalan menuju pohon yang tak terlalu besar, kemudian meraih sesatu yang menggantung di sana.

Jeno pun kembali menghampiri Shan, "siniin tangan lo," pinta Jeno, Shan pun mengulurkan tangannya, kemudian Jeno melilitkan tali hitam di pergelangan tangan Shan, lalu mengikatnya membentuk pita.

"Bagus kan?" Tanya Jeno, dan Shan menganggukan kepalanya sambil tersenyum senang. Entah kenapa tali hitam itu terlihat indah ketika Jeno yang melilitkannya.

Tiba-tiba Jeno membaringkan tubuhnya di atas rumput, membuat Shan berdecak sebal.

"Jeno, gerimis, Ayok pergi!" Ajak Shan.

"Sebentar, air hujannya segar," sahut Jeno seraya memejamkan matanya, membiarkan air hujan membasahi tubuhnya.

Shan menghela nafasnya, lalu ia berlutut di dekat kepala Jeno, kemudian menundukan kepalanya hingga bibirnya nenyentuh bibir Jeno dari atas.

Jeno tersenyum tanpa membuka matanya, kemudian Shan sedikit menjauhkan birbirnya dari bibir Jeno.

"Jeno.." lirih Shan.

"Hm?"

"I love you," bisik Shan.

"I love you too," balas Jeno, Shan pun kembali mencium bibir Jeno.

Shan membuka matanya, ia menyentuh air matanya yang menetes membasahi bantal yang tertindih kepalanya.

Mimpi yang ia lalui begitu menyakitkan, ia bermimpi bertemu Jeno di suatu tempat yang bahkan tak tau dimana.

Jeno terus tersenyum, ia terlihat begitu tampan dengan kemeja putih dan celana putih senada, kulit putihnya terasa lembut dan terlihat indah.

Jeno, datang ke mimpi Shan hanya untuk menunjukan betapa sayangnya Jeno terhadap Shan. Tanpa di mimpi pun Shan sudah merasakan hal itu sejak lama.

"Shan, jangan nyakitin diri lo sendiri, diri lo itu berharga."

Shan meremat ujung bajunya, air matanya tak berhenti menetes ketika ucapan Jeno terngiang di telinganya.

"Shan, jangan ngerokok lagi."

"Shan, jangan mabuk lagi."

"Shan, jangan ngelamun terus."

"Shan, jangan lupa makan."

"Jangan lupa minum obat."

"Gue udah masakin lo sesuatu, jangan lupa dimakan."

"J-Jeno, hks. Jeno.." lirih Shan ketika ia ingat bahwa selama ini Jeno yang selalu memasak untuknya, walau terkadang Jeno juga membeli makanan di luar, yang pasti Jeno mengurusnya lebih dari seorang ayah.

"Shan, jangan tidur terlalu lama."

"G-gue takut."

"Sampai ketemu nanti, Shan."

Shan mengerang kesal, ia ingin menangis menjerit-jerit saat ini, namun ia berusaha untuk menahannya.

Kata 'sampai ketemu nanti' terdengar menyakitkan, nyatanya Shan tak bisa lagi bertemu dengan Jeno.

Cklek

Shan terdiam, menyembunyikan isak tangisannya yang lirih, ia tak berniat menoleh ketika pintu kamar rawatnya terbuka, ia tidak ingin bertemu siapapun, ia hanya ingin sendiri.

"Shannon.."

Shan malah terisak ketika namanya di sebut, lalu ia memunggungi orang itu.

"Shan, maafin gue," lirih Jaemin yang menghilang selama sebulan ini.

"Gue terpaksa lakuin itu, karena gue gak mau lo tau lebih cepat tentang hal ini, gue mau lo sembuh dulu," lanjut Jaemin, namun Shan tetap diam, ia tak mau menyahuti perkataan Jaemin.

"Shan, gue udah cegah Jeno buat gak donorin jan-" Jaemin menghentikan ucapannya ketika melihat bahu Shan yang gemetar, nampaknya Shan susah payah menahan tangisannya agar tidak pecah.

"Lo harus tau tentang ini, lo boleh nangis sepuasnya," ujar Jaemin memperingati Shan.

"Gue udah cegah Jeno buat gak donorin jantungnya buat lo, tapi Jeno tetap mau dia yang donorin jantungnya buat lo."

"Jeno bilang, lo harus b-bahagia," ujar Jaemin yang suara gemetar, ia tau cerita ini dari Jaehyun.

"Lo cuma harus sembuh, karena satu-satunya cara buat lo sembuh itu harus dapetin donor, tapi saat itu donor belum ada yang cocok, dan yang cocok cuma empat orang."

Shan memeluk dirinya sendiri, menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangis.

"Empat orang yang masih hidup, yaitu gue dan Jeno, dua orang lagi Shua dan Yoan yang masih kemungkinan besar."

"Gue udah ajuin diri sebagai pendonor buat lo, tapi tanpa gue tau, ternyata Jeno lebih dulu ajuin hal itu ke pihak rumah sakit di bantu kak Taeyong."

"M-maafin gue, Shan. Harusnya gue lebih dulu lakuin itu, biar lo gak kehilangan Jeno. Maaf, m-maaf banget, karena udah bikin lo sesakit ini."

Shan mengubah posisinya menjadi duduk, satu tangannya terulur pada Jaemin.

"J-Jaemin," lirih Shan, lalu Jaemi lebih mendekat pada Shan dan menggapai tangan Shan, tiba-tiba Shan memeluknya dengan erat, dan tangisan Shan pecah begitu saja.

Jaemin meringis seraya memejamkan matanya, dadanya terasa sesak ketika mendengar Shan menangis sepilu ini, rasa bersalahnya pada Shan semakin menjadi.

Jaemin membalas pelukan Shan, "maafin gue Shan, maaf udah bikin lo kehilangan Jeno, maafin gue."

Shan tak menyahut, ia terus menangis pilu, bahkan ia menangis menjerit-jerit, kedua tangannya mencengkram punggung Jaemin dengan erat.

"S-Shan," lirih Jaemin.

Sementara itu di depan kamar rawat Shan, Jaehyun hanya diam dengan punggung yang bersandar pada dinding, mendengarkan tangisan Shan yang terdengar hingga keluar kamar.

Jaehyun memejamkan matanya sejenak, lalu meneteskan air matanya, ia begitu merindukan Jeno.

**

Sudah 2 jam Shua duduk bersimpuh di atas rerumputan, tatapan sendunya terus tertuju pada foto Jeno yang ia sandarkan pada batu nisan.

Shua menekuk kedua kakinya, lalu memeluk lututnya sambil menahan tangisnya yang hampir pecah.

"Jeno.." lirih Shua.

"Shua kangen, seharusnya Jeno gak pergi."

"Shua mau nyusul Jeno aja.."

.
.
.
.

Selesai

Btw, apa yang mau kalian sampein buat mereka?

Jung Jeno

Shannon

Na Jaemin

Jung Shua

Jung Jaehyun

Hwang Hyunjin

Oh Sena

Lucas

Yura

Celia

YUNHO!!

**

Akhirnya cerita My Bad Sister selesai juga, Terimakasih buat kalian semua yang udah ikutin cerita ini sampai akhir.

Maaf kalau endingnya gak memuaskan, aku udah berusaha agar cerita ini bisa kalian kenang dan selalu kalian ingat.

Jangan ambil sisi buruknya cerita ini, tapi ambil sisi baiknya aja.

**

Aku minta Review kalian tentang cerita My Bad Sister.

**

Aku mau bikin cerita baru, kalian mau cast laki-lakinya siapa? Biar aku pertimbangkan.

Yang mau saran nama perempuannya juga boleh, nanti aku pertimbangkan juga.

**

Jangan lupa follow ig aku niha.osh
Follow wattpad aku juga, makasih.💚💚

Terimakasih 😍😍

Continue Reading

You'll Also Like

8.6K 512 11
:v just read it if you like
26.8K 3.8K 41
"ʟᴏᴠᴇ ᴏʀ ʙʟᴏᴏᴅ? ɪ'ʟʟ ɢɪᴠᴇ ᴀɴʏᴛʜɪɴɢ ʏᴏᴜ ɴᴇᴇᴅ ʙᴜᴛ,ʏᴏᴜ ꜱʜᴏᴜʟᴅ ʙᴇ ᴍɪɴᴇ ᴘʟᴇᴀꜱᴇ ʟᴇᴛ ᴍᴇ ɪɴ ʏᴏᴜʀ ᴡᴏʀʟᴅ"
117K 9.8K 79
ketika seorang Oh Sehun si siswa cerdas harus bertanggung jawab atas kesalahan yang di sengaja oleh musuhnya dan Lee Jieun si cantik yang mandiri har...
10.4K 1.5K 92
Bahasa Thai Penulis ปลา กระ พง ทอด Artis T / A Tahun 2018 Status di COO 86 Bab + Epilog dan 12 cerita sampingan (Sedang berlangsung?) Deskripsi "Dala...