My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

827K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

00 || Pernikahan papa
01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

39 || Jangan tidur terlalu lama

13.5K 2.3K 1.6K
By NihaOsh

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga ya, makasih 😍😍

.
.
.

Jam menunjukan pukul 8 malam, Hyunjin dan Sena menjenguk Shan di rumah sakit setelah emndapat kabar dari Jeno soal kondisi Shan.

Sebenarnya Jeno tak bermaksud memberitahu Hyunjin dan Sena soal penyakit Shan, namun Jeno tidak sengaja mengatakan bahwa ia sedang menemani Shan yang sedang sakit ketika Hyunjin mengajaknya pergi.

Jadilah Hyunjin dan Sena datang untuk menjenguk, keduanya tampak banyak diam, tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, Shan terlihat berbeda dari terakhir mereka bertemu Shan.

"Gue jadi inget bokapnya Jaemin," gumam Hyunjin, dan Sena menganggukan kepalanya.

"Penyakit ini biasanya turunan, tapi pola makan pun bisa jadi penyebabnya," timpal Sena, sementara Jeno hanya diam.

Jeno ingat bahwa Shan bukan anak kandungnya Yunho, kemungkinan ayah kandungnya Shan memiliki penyakit yang sama dengan Shan, mengingat Taeyong mengatakan padanya bahwa penyakit Shan adalah penyakit jantung turunan.

Sena menghela nafasnya, "Jen, gue tau lo khawatir banget sama Shan, tapi lo juga harus jaga kesehatan, jangan sampe lupain kesehatan lo karena mikirin Shan," ujar Sena yang merasakan bahwa Jeno sangat terpukul, bahkan Jeno terlihat pucat.

Hyunjin menepuk bahu Jeno, "kalau memang Tuhan mentakdirkan Shan buat hidup lebih lama, donor jantungnya bakal dipermudah," ujar Hyunjin, dan Jeno mengangguk kecil.

Cklek

Pintu kamar rawat terbuka, membuat Jeno, Hyunjin, dan Sena menoleh. Seketika Hyunjin melebarkan matanya saat melihat Shua yang baru saja datang bersama Jaehyun.

Shua langsung menghampiri Shan, memandang Shan dengan tatapan cemas dan terkejut, "k-kak Shan.."

"Jangan nangis," ujar Jeno memperingat Shua, Shua pun menahan tangisannya hingga bibirnya terlihat melengkung. Hyunjin yang melihat itu hanya diam, matanya tak bisa lepas dari Shua.

Sementara Jaehyun hanya diam dengan tatapan yang sulit diartikan, namun Jeno yakin Jaehyun masih memiliki hati nurani, merasa sedih dan kasihan dengan keadaan Shan yang seperti ini.

"K-kak Shan serius gak bakal sembuh?" Tanya Shua dengan suara lirih.

"Bisa, Shan butuh donor jantung secepatnya," sahut Jeno.

"Donor jantung? Pasti susah," lirih Shua, dan Jeno mengangguk kecil.

"Jen, gue sama Hyunjin di luar sama Jaemin," ujar Sena seraya menarik tangan Hyunjin untuk keluar dari sana, dan Jeno hanya menghela nafasnya melihat kedua temannya pergi.

Jeno kembali memandang Shua, kini Shua sudah meneteskan air matanya, membuat Jeno terenyuh, ia dapat merasakan setulus apa Shua menyayangi Shan.

"Kak Shan seneng bisa jalan-jalan berdua sama Jeno ke Jeju, jangan sampe hal itu jadi permintaan terakhirnya," lirih Shua.

Jeno mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang berada di atas meja, lalu memberikan gantungan kunci dan tanaman kaktus palsu pada Shua.

"Dari Shan," ujar Jeno, Shua pun menerima gantungan kunci dan tanaman kaktusnya.

"Shan bilang, kaktusnya sengaja yang palsu, biar lo bisa taruh di dalam kamar," gumam Jeno yang membuat air mata Shua semakin menetes deras.

"Gue bakal simpan semua ini, gak bakal gue ilangin," ujar Shua dengan suara pelan, lalu memasukan kedua barang itu dengan penuh kasih sayang.

"Lo bisa pulang, biar gue yang jagain Shan," ujar Jaehyun yang membuat Jeno menoleh, menatapnya dengan dingin.

"Gimana kalau lo nyakitin Shan lagi?" Tanya Jeno yang membuat Jaehyun geram.

"Gue gak segila itu itu," desis Jaehyun.

"Gue cuma takut, sekali berengsek tetap berengsek," gumam Jeno yang terlihat tak peduli, ia pun kembali memalingkan wajahnya.

Jaehyun berusaha untuk menahan emosinya, "lo juga butuh istirahat, gue bisa jagain Shan di sini."

"Gak perlu, gue bisa jagain Shan sendirian," sahut Jeno, lalu Shua memegang kening Jeno sejenak.

"Jeno demam, jangan terlalu dipaksain," ujar Shua yang terlihat sedih.

"Kalian berdua keluar aja, gue gak akan pergi kemana pun, gue bakal jagain Shan sampai kapan pun," sahut Jeno yang terdengar menyakitkan.

Shua memeluk Jeno, lalu mengusap surai Jeno dengan lembut tubuh Jeno cukup tinggi darinya.

"Jeno anak baik, Jeno bakal jagain kak Shan, tapi kalau Jeno sakit, nanti Jeno gak bisa jagain kak Shan lagi," ujar Shua, dan Jeno hanya diam.

Shua pun melepaskan pelukannya. "Jangan lupa periksa juga, kak Shan bakal bangun dan nyariin Jeno, karena cuma Jeno yang kak Shan punya," ujar Shua seraya tersenyum kecil.

Shua menghela nafasnya karena Jeno tak merespon, ia pun memilih keluar dari ruang rawat Shan, lalu mendudukan tubuhnya di samping Hyunjin yang kini duduk berjejer bersama Jaemin dan Sena.

"Jangan gugup Jin," ujar Jaemin yang membuat Hyunjin menoleh.

"Kenapa harus gugup?" Desis Hyunjin, dan Jaemin hanya tersenyum kecil.

Sena yang mendengar kode dari Jaemin dan Hyunjin pun hanya diam, sementara Shua menatap sendu pintu kamar rawat Shan.

"Jangan bengong," gumam Hyunjin seraya mencolek lengan Shua dengan siku tangannya.

"Kak, donor jantung itu harus orang yang hidup kan?" Tanya Shua pada Hyunjin.

"Enggak juga, dari orang yang baru aja meninggal juga bisa."

"Jantung orang meninggal kan gak berdetak lagi, bisa di donorin?" Tanya Shua seraya menatap Hyunjin dengan tatapan bingung.

"Jantung orang meninggal bisa di donorin, tapi jantung yang sehat, misalkan orangnya meninggal karena kecelakaan atau mati otak, tapi kalau jantungnya masih sehat bisa di donorin," sahut Hyunjin.

Tiba-tiba Shua tersenyum, "tetangga gue meninggal karena tabrakan, kepalanya hancur, mungkin dia bisa donorin jantungnya buat kak Shan."

"Kapan meninggalnya?"

"Dua hari yang lalu, t-tapi udah di kuburin," sahut Shua dengan tatapan yang mendadak sendu.

Hyunjin tersenyum kecil, "bakal susah, apalagi nyari yang cocok," gumam Hyunjin yang membuat Shua sedih.

"Tapi lo tenang aja, kalau Tuhan masih pengen Shan hidup, Tuhan bakal kasih banyak cara buat Shan sembuh, termasuk mempermudah dapatin jantung yang cocok," ujar Hyunjin, dan Shua menganggukan kepalanya.

"Kayaknya lo deket banget sama Shan," ujar Hyunjin.

"Ya, gue udah anggap kak Shan sebagai kakak kandung gue sendiri, bahkan Jeno sesayang itu sama kak Shan, kayaknya melebihi ke gue," ujar Shua yang masih sempat-sempatnya cemburu dengan kasih sayang Jeno terhadap Shan.

"Jeno sayang kalian berdua, lo ke sini sama kak Jaehyun?" Tanya Hyunjin, dan Shua menganggukan kepalanya.

"Gue pengen anter lo pulang, boleh?" Tanya Hyunjin yang membuat Shua mengerutkan dahinya.

"Kenapa tiba-tiba?"

"Jawabannya mau atau enggak?"

"Hm?" Shua masih mengerutkan dahinya yang membuat Hyunjin terdiam.

"Mau atau enggak?" Tanya Shua mengulangi pertanyaan Hyunjin.

"Ya, gimana?"

"M-mau," sahut Shua dengan suara yang mendadak terbata, hal itu membuat Hyunjin tersenyum.

"Tapi jangan bilang Jeno sama kak Jaehyun," bisik Hyunjin.

"Emangnya kenapa?"

"Nanti gak boleh," sahut Hyunjin, Shua pun mengangguk patuh.

Jaemin tersenyum kecil mendengar percakapan Hyunjin dan Shua yang ada kemajuan, sebab Hyunjin sudah menyukai Shua sejak lama, namun Jeno dan Jaehyun melarang keras, membuat Hyunjin kesulitan mendekati Shua.

Jaemin menoleh pada Sena yang banyak diam, " lo kenapa?" Tanya Jaemin, Sena pun membalas tatapannya.

"Jadi itu adiknya Jeno?" Tanya Sena seraya melirik Shua, dan Jaemin menganggukan kepalanya, Jaemin tahu bahwa Sena belum pernah bertemu Shua, hanya dirinya dan Hyunjin saja yang sudah.

"Kenapa?" Tanya Jaemin, dan Sena menggelengkan kepalanya.

"Lo cemburu?" Tanya Jaemin dnegan telak, sontak Sena kembali menggelengkan kepalanya.

"Jangan ngomong sembarangan," desis Sena, dan Jaemin menghela nafasnya, ia menyandarkan punggungnya di kursi, memandang pintu kamar rawat Shan dengan sendu.

Jaemin tahu betul, bawa mencari donor yang cocok itu sangat sulit, bahkan pihak keluarga pun belum tentu bisa melakukan donor.

Jaemin menyentuh dadanya sendiri, terdiam cukup lama hanya untuk merasakan detak jantungnya sendiri, "semoga sehat."

**

Cklek

Jaehyun beranjak dari sofa saat melihat Yunho datang, sementara Jeno memandang Yunho dengan pandangan dingin, kemudian ia beranjak juga dari kursinya.

Yunho melewati Jaehyun, ia menghampiri Jeno dan Shan, "apa yang terjadi?" Tanya Yunho yang mendapat kabar dari Jaemin kalau Shan sempat kritis di rumah sakit.

"Buat apa om kemari?" Tanya Jeno yang tak lagi memanggil Yunho dnegan sebutan papa.

"Hanya menjenguk anak saya, apa lagi?"

"Anak?" Tanya Jeno yang membuat Yunho terdiam degan dahi berkerut.

"Siapa anak siapa?" Tanya Jeno lagi, hal itu membuat Yunho mengeraskan rahangnya, nampaknya Jeno sudah tahu bahwa Shan bukan anaknya, dan Yunho yakin bahwa Tiffany yang memberitahukan hal tersebut pada Jeno.

"Jadi bagaimana keadaan Shan?" Tanya Yunho.

"Shan sakit jantung turunan, dia butuh donor jantung dalam dua minggu ini, dia hampir mati, apa yang bakal om lakuin buat Shan?"

Yunho terdiam sejenak dengan tatapan yang mengarah pada Shan.

"Kalau gak ada yang bisa om lakuin buat Shan, sebaiknya om pergi," ujar Jeno yang membuat Yunho membalas tatapannya dengan dingin.

"Hak asuh Shan berada di tangan saya, harusnya kamu yang pergi."

"Om mau mengurus Shan di sini? Serius?" Tanya Jeno dengan tatapan tajam, nafasnya mulai memburu karena kesal.

"Kalau Shan bukan anak kandung om, harusnya om bilang sama Shan sejak lama, biarkan Shan pergi, bukan siksa dia berulang kali!" Bentak Jeno dengan mata memerah.

"Itu urusan saya dengan Shan, kamu hanya orang asing-"

"Terkadang orang lain lebih peduli dari pada orang yang sudah mengenal Shan sejak kecil," ujar Jeno yang menyela perkataan Yunho.

"Saya bakal usut soal ini sampai tuntas, saya bakal temuin orang tua kandung Shan, tunggu sampai hari itu terjadi, om bakal dituntut atas penganiayaan terhadap anak, dan ibu saya," ujar Jeno yang membuat Yunho kembali terdiam.

Jaehyun menghampiri Yunho, berdiri di hadapan Yunho seraya menatap Yunho dengan tajam.

"Pergi, jangan menambah beban hidup Shan," ujar Jaehyun dengan suara pelan namun menusuk.

Yunho tersenyum kecil, "saya tetap ayah sambungnya Shan, dan hak asuh masih ada di tangan saya, jika Shan mati, gak ada bukti kuat bahwa saya suka menyiksa Shan, lebih baik kalian diam."

Jaehyun tersenyum kecil, "terserah, siapkan uang yang banyak biar om gak kalah dalam persidangan nanti," ujar Jaehyun yang membuat Yunho geram.

Yunho pun memilih untuk pergi, Shan benar-benar dilindungi oleh Jeno dan Jaehyun, ia tak bisa gegabah untuk mengklaim seluruh harta Ailee, ia takut Jeno dan Jaehyun tahu bahwa Shan adalah anak kandung Ailee yang lebih berhak mendapatkan harta tersebut.

Jeno mendengus lirih, "Shua kemana?" Tanya Jeno.

"Jaemin bilang, dia pulang sama Hyunjin, si Hyunjin sialan itu nyuri kesempatan," sahut Jaehyun yang terlihat kesal.

"Lain kali jangan sampe kecolongan," ujar Jeno yang terlihat sama-sama kesal, sebab Hyunjin adalah buaya darat yang selalu menggoda banyak gadis di luar sana, bahkan entah berapa perempuan yang sudah ia tiduri.

Jeno melangkahkan kakinya menuju toilet, tiba-tiba tangannya menyentuh dinding karena tak bisa menahan berat tubuhnya sendiri.

Jaehyun yang melihat itu menghampiri Jeno, namun tiba-tiba Jeno ambruk di sana, membuat Jaehyun terkejut.

"Jeno," panggil Jaehyun seraya berjongkok dan menepuk pipi Jeno, Jaehyun kembali terkejut ketika merasakan suhu tubuh Jeno yang tinggi.

Jaehyun yang panik segera mengangkat tubuh Jeno dengan susah payah, lalu mendudukannya di kursi roda yang tersedia di sana, ia pun dengan cepat membawa Jeno ke ruang gawat darurat.

Jeno terlalu mencemaskan Shan, hingga tak menyadari kesehatannya juga memburuk.

**

Jeno tak sadarkan diri selama 4 jam, itu waktu yang cukup lama karena Jeno benar-benar kelelahan, selama ini ia membagi waktunya untuk kuliah, bertemu bundanya, belajar, dan menemani Shan, otaknya pun terlalu banyak berpikir dan mencemaskan sesuatu.

Jeno membuka matanya, bola matanya bergerak melihat ke sekitar, ia pun mengubah posisinya nenjadi duduk, sontak ia meringis seraya memegang kepalanya sendiri.

Jeno nelihat tangannya yang di infus, ia menghela nafasnya dan mengusap wajahnya sejenak, nampaknya ia tengah berada di ruang unit gawat darurat, dapat ia dengar suara orang lain di balik tirainya yang tertutup.

Jeno menekan tombol automatis di sampingnya, tak lama seorang suster pun datang, Jeno meminta selang infusnya dilepas, suster tersebut pun melakukannya, mengingat cairan infusnya hampir habis.

Jeno segera keluar dari ruang unit gawat darurat, ia memilih kembali ke ruang rawat Shan, ia takut untuk meninggalkan Shan terlalu lama.

Sesampainya di lantai 4, Jeno mengerutkan dahinya ketika melihat Jaehyun dan Jaemin yang berada di luar ruangan, ia pun berjalan cepat, kemudian memasuki ruang rawat Shan mengabaikan panggilan Jehyun.

Jeno panik melihat dua orang dokter dan empat orang suster berada di ruangan Shan, Taeyong pun menoleh dan menatapnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jeno dengan suara serak, ia mendekat pada Shan, Taeyong pun menggeser tubuhnya agar Jeno bisa melihat Shan yang kini sudah sadarkan diri, namun Shan hanya diam dengan tatapan sendu memandang langit-langit kamar.

"S-Shan," lirih Jeno, namun Shan tak merespon.

Taeyong memberi kode pada rekannya untuk pergi lebih dulu, mereka pun melakukannya, menyisakan Taeyong, Jeno, dan Shan di ruangan tersebut.

"S-Shan, lo denger gue?" Tanya Jeno dengan suara gemetar.

"Jaga kesehatan, Jen. Kamu gak bisa jagain Shan dalam keadaan kayak gini," ujar Taeyong yang menatap Jeno dengan tatapan cemas.

"Gimana kondisi Shan?" Tanya Jeno.

"Belum ada perkembangan lebih, Shan baru sadar beberapa menit yang lalu, tapi dia gak ngerespon, aku gak tau apa yang bikin Shan bungkam," sahut Taeyong yang membuat Jeno merengut sendu.

"Kamu bisa mengajak Shan mengobrol, kabari suster kalau ada apa-apa, kami masih berusaha mencari donor jantung yang cocok buat Shan," ujar Taeyong, Jeno menganggukan kepalanya, Taeyong pun keluar dari ruang rawat Shan.

Jeno menghembuskan nafasnya dengan lirih, lalu ia menggenggam tangan Shan, tanpa diduga Shan menoleh padanya, membalas genggaman tangannya dengan lemah.

"Jangan pergi," bisik Shan yang membuat Jeno meneteskan air matanya, Shan begitu menginginkan keberadaannya, Shan begitu bergantung padanya, ia tidak bisa meninggalkan Shan kemana pun.

"G-gue di sini," ujar Jeno seraya tersenyum lirih, namun air matanya tak bisa berhenti menetes.

"Gue cuma pengen sama lo, jangan pergi," ujar Shan lagi dengan suara yang hampir hilang, Jeno pun mengangguk.

"Gue gak akan kemana-mana, gue bakal nemenin lo di sini."

"Jangan terlalu maksain buat cari donor jantung," bisik Shan.

"Ssstt, jangan terlalu banyak bicara, lo harus banyak istirahat, gak ada yang perlu lo pikirin selain sembuh," bisik Jeno, sesekali mengecup tangan Shan seraya memejamkan matanya.

"Tapi Jeno, lo sakit ya?"

"Enggak, gue baik-baik aja, gue masih kuat buat jagain lo, bahkan gendong lo," sahut Jeno seraya tersenyum kecil pada Shan.

Shan tersenyum lirih, hal itu membuat Jeno semakin meneteskan air matanya, padahal Shan hanya tersenyum, namun hatinya begitu sakit.

"Gue gak mau nerima donor kalau ngerenggut nyawa orang lain," lirih Shan.

"Hm, lo bakal dapatin donor jantung yang sehat, lo tenang aja."

"Gak perlu-"

"Jangan nolak, gue gak akan maafin lo kalau lo pergi lebih cepat, gue gak akan datang ke pemakaman lo, bahkan gue gak akan nangisin lo, lo harus baik-baik, sorry kalau gue egois," ujar Jeno yang menyela perkataan Shan, hal itu membuat Shan bungkam.

"Gue cuma pengen hidup lebih lama sama lo, kenapa susah banget buat wujudin itu, Shan? Sekarang lo yang terlihat egois, lo milih buat nyerah tanpa mikirin perasaan gue," lirih Jeno di sela isakan lirihnya, ia tak peduli dianggap lemah karena menangis, hatinya benar-benar skait melihat kondisi Shan yang seperti ini, ia takut Shan pergi darinya, ia tidak mau hal itu terjadi.

"Setau gue, donor juga hal yang sia-sia," bisik Shan.

"Gak ada yang sia-sia selagi kita mau berusaha, berhenti buat nyerah."

"J-jeno-"

"Lo pikir gue bakal baik-baik aja? Enggak, lo cuma mau bunuh gue secara perlahan dengan kematian lo, maka dari itu jangan mati, gue pengen hidup lebih lama sama lo, gue pengen ngembaliin kebahagiaan lo yang udah direnggut orang lain," racau Jeno dengan suara gemetar, isakannya terdengar memilukan.

Shan meneteskan air matanya, lalu memejamkan matanya, hal itu membuat Jeno panik.

"Jangan tidur, Shan. Gue t-takut," lirih Jeno.

"Gue ngantuk," sahut Shan yang membuat Jeno terus terisak lirih.

"Janji sama gue," bisik Jeno yang membuat Shan mengeratkan genggamannya sebagai respon.

"Jangan tidur terlalu lama, gue takut," lirih Jeno.

"Hm, jangan pergi, nanti gue bangun," sahut Shan seraya tersenyum kecil tanpa membuka matanya.

Jeno pun mengecup tangan Shan cukup lama, sampai akhirnya senyuman Shan pun luntur, ia kembali terlelap karena pengaruh obat.

"Bahkan lo cuma tidur, tapi kenapa gue setakut ini, Shan?" Lirih Jeno.

**

Yunho keluar dari kamarnya, ia mengeluarkan ponselnya dari kantung celananya, kakinya melangkah menuju ruang kerjanya.

"Iya, Yunho?"

"Harin, Shan sekarat," sahut Yunho seraya menyeringai kecil.

.
.
.
.
Tbc

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

47K 6K 34
Ketika ketiga pentolan Slytherin (tidak) sengaja mencium tiga gadis dari Gryffindor. [Amortentia Universe; Book 1] ©winniedepuh, 2020
237K 35.5K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
766 52 18
Mencintai musuh ku sendiri itu tidak buruk
384K 50K 38
Menggenggam hati kamu itu seolah aku tengah menggenggam sebilah pisau. Menyenangkan tetapi berakhir menyakitkan. - Min Soora Publish: 22-02-2019 End:...