My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

833K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

00 || Pernikahan papa
01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

38 || Jangan tertidur

14.6K 2.3K 1.3K
By NihaOsh

Spam komen yuk! Jangan lupa Vote juga, makasih 😍😍

.
.
.

Shan terus memuntahkan makanan yang sudah ia makan tadi pagi, bahkan hingga tubuhnya lemas dan bersimpuh di atas lantai toilet.

Shan terbatuk, lalu kembali memuntahkan isi perutnya, Shan memejamkan matanya, berusaha tenang dan mengatur nafasnya dengan teratur, agar jantungnya yang berdetak keras beralih menjadi normal.

Jeno memasuki toilet, ia menghela nafasnya, kemudian menekan tombol bilas di bagian atas closet.

Jeno meraih handuk kecil bersih, lalu mengusap mulut Shan dengan handuk tersebut.

"Harus jadi keluar, mau ke pantai," ujar Shan dengan bisikan.

"Iya jadi, masih mual?" Tanya Jeno, dan Shan menggelengkan kepalanya.

Jeno pun menggendong Shan, membawanya keluar dari toilet, kemudian mendudukan Shan di atas kursi roda.

"Buat jaga-jaga, pake kursi roda aja," ujar Jeno, dan Shan mengangguk pasrah.

Shan memperhatikan Jeno yang tengah mengenakan kemejanya untuk melapisi kaos lengan pendeknya.

Raut wajah Jeno terlihat dingin, tidak seperti semalam, hal itu membuat Shan merasa tidak enak pada Jeno, nampaknya Jeno kelelahan karena dirinya.

"Gak jadi keluar," ujar Shan dengan suara pelan, Shan meringis kecil ketika rasa sesak kembali menyerangnya.

"Kenapa?" Tanya Jeno.

"Kita istirahat aja," sahut Shan seraya tersenyum kecil.

Tanpa mengatakan apapun Jeno mendorong kursi roda Shan keluar kamar.

"Jen, gak jadi pergi aja, lo pasti cape, gue ngerepotin lo terus akhir-akhir ini," ujar Shan.

Jeno mengusap dagu Shan dari belakang, "enggak, berapa kali gue bilang kalau gue gak ngerasa direpotin," ujar Jeno seraya tersenyum kecil.

Shan pun menolehkan kepalanya hingga bertemu tatap dengan Jeno, "tapi lo keliatan cape, bete, kesel, males."

"Siapa yang bilang? Gue biasa aja kok." Jeno malah tertawa.

"Tapi lo dingin," gumam Shan dengan suara lirih.

"Jadi lo kepikirian gara-gara gue banyak diem?" Tanya Jeno, dan Shan menganggukan kepalanya.

"Gue gak apa-apa, gue gak ngerasa kesel atau apapun, sorry kalau bikin lo tersinggung," ujar Jeno, dan Shan menghela nafasnya, ia kembali menatap ke depan sana.

"Maaf ya, Jeno." Shan berucap lirih lagi.

"Santai aja."

**

Kini Jeno dan Shan memutuskan untuk berbelanja di toko khusus oleh-oleh, banyak sekali berbagai macam souvenir di sana, bahkan Shan tak bisa berhenti memilih.

"Jen, ke sana," pinta Shan seraya menunjuk rak yang berisi berbagai macam gantungan kunci, lalu Jeno pun mendorong kursi roda Shan untuk mendekat pada rak tersebut.

Jeno beralih menuju rak gelang, membiarkan Shan memilih gantungan kunci yang ia suka.

Shan mengambil dua gantungan kunci yang terdapat huruf J dan S sebagai bandulannya.

"Alay, tapi gue suka," gumam Shan, lalu ia menaruh dua gantungan kunci itu di keranjang kecil yang berada di atas pangkuannya.

Shan mengambil beberapa gantungan kunci lagi, namun beda model, ia akan memberikannya pada Jaemin, Lucas, dan Shua.

Beberapa menit kemudian, Jeno menghampiri Shan, melihat apa saja yang Shan masukan ke keranjang.

"Jauh-jauh ke Jeju cuma beli gantungan kunci," ujar Jeno.

"Gak ada yang kayak gini di Seoul."

"Bukan gak ada, lonya gak nyari."

"Jadi, gak boleh?" Tanya Shan dengan tatapan sebal.

"Boleh, gue cuma ngasih tau," sahut Jeno.

"Lo beli apa?" Tanya Shan, dan Jeno menggelengkan kepalanya.

"Jauh-jauh ke Jeju, gak beli apa-apa," balas Shan yang membuat Jeno tertawa.

"Gue bingung mau beli apa, lo aja yang pilihin, nanti gue yang bayar," ujar Jeno, dan Shan menganggukan kepalanya.

"Lucas suka pakai topi, baguss yang mana?" Tanya Shan seraya menunjuk dua topi dengn berbeda warna, yang satu putih, yang satu lagi hitam.

"Gue juga suka pakai topi, lo gak mau milihin buat gue?" Balas Jeno yang membuat Shan terdiam sejenak.

"Topi pantai aja, yang pink itu," ujar Shan seraya menujuk topi pantai, lalu Jeno meraihnya.

"Lo gila?" Gumam Jeno yang membuat Shan tertawa.

"Pake, gue pilihin khusus buat lo," ujar Shan, dan tanpa protes lagi Jeno memakai topi pantainya, membuat Shan kembali tertawa.

"Gak cocok, tapi harus tetap di pakai," ujar Shan, dan Jeno mendengus kecil.

Shan pun mengambil topi warna hitam untuk Lucas, lalu membeli barang apapun yang sekiranya tak merepotkan untuk di bawa pulang.

**

Shan dan Jeno sudah sampai di dekat pantai, mereka duduk di kursi, kebetulan ada kedai di sana, jadilah mereka memesan minuman dan mengobrol di sana.

"Gak enak," gumam Shan setelah mencicipi minumannya, Jeno pun meminum minumannya yang sama dengan Shan.

"Hm gak enak," bisik Jeno yang membuat Shan tertawa pelan, padahal Jeno merasa tidak ada yang aneh dengan minumannya.

"Bokap lo gimana? Masih nelpon lo buat nyuruh pulang?" Tanya Jeno, dan Shan menggelengkan kepalanya.

"Hpnya gue matiin, dia tuh bisanya ngancam, tapi gue gak takut," sahut Shan.

"Gak takut? Lo gak trauma di pukulin terus sama bokap lo?"

"Hm sebenarnya ada rasa takut, tapi gue gak mau keliatan ketakutan di depan dia, dia bakal ngerasa menang."

Jeno terdiam, bagaimana reaksi Shan jika Shan tahu bahwa Yunho bukan ayah kandungnya?

Shan mengeluarkan ponselnya dari saku blazernya, lalu memberikannya pada Jeno, "fotoin," pinta Shan, Jeno pun mengangguk.

"Senyum," pinta Jeno, dan Shan melakukannya, namun hanya senyuman kecil dan kedipan mata.

Jeno tersenyum, "lagi lagi, senyum terus," ujar Jeno, dan Shan pun tersenyum lebar.

Jeno selesai mengambil gambar Shan, lalu mengembalikan ponselnya pada Shan, Shan melihat-lihat gambar hasil jepretan Jeno.

"Jelek," gumam Shan.

"Cantik, siapa yang bilang jelek?"

"Gue," sahut Shan seraya tertawa pelan, dan Jeno tersenyum kecil.

"Kalau sakit bilang," ujar Jeno.

"Jangan bahas sakit-sakit terus, gue mau seneng-seneng di sini!" Ujar Shan yang terlihat sebal, dan Jeno kembali tersenyum kecil sambil memperhatikan wajah Shan yang pucat.

Shan benci dibilang sakit, namun Jeno kesal karena Shan selalu menyembunyikan rasa sakitnya sendirian, Shan akan mengeluh sakit jika hal yang ia rasakan benar-benar menyakitkan.

"Kita punya 2 hari lagi di sini, sebentar banget," ujar Shan seraya memasukan ponselnya ke saku blazernya.

"Kita bisa ke sini lagi lain waktu."

"Hmm benar, tapi gak perlu janji, semampu yang gue bisa aja," ujar Shan seraya tersenyum kecil.

"Bakal bisa, asalkan harus sesuai sama jadwal libur gue," ujar Jeno, dan Shan menganggukan kepalanya.

Shn menolehkan kepalanya ke arah lautan, matanya memicing karena matahari yang terlalu terik di siang hari, senyumannya kembali mengembang ketika mendapati sebuah kedai lain.

"Minum kelapa muda kayaknya enak," ujar Shan seraya menunjuk kedai penjual es kelapa muda.

Jeno pun beranjak dari kursinya, "kita coba, kayaknya seger."

**

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore, Jeno memutuskan untuk kembali ke hotel, dan untungnya Shan setuju.

Jeno mendorong kursi roda yang Shan duduki di lorong hotel, sesekali melirik Shan yang tak banyak bicara sejak tiba di hotel.

"Jeno," panggil Shan dengan suara lirih.

"Hm?"

"Jeno," panggil Shan lagi yang membuat Jeno mengerutkan dahinya.

"Jeno.."

"Iya, Shan?"

"Gue takut," sahut Shan yang membuat Jeno terdiam sejenak, namun tetap melangkahkan kakinya menuju kamar di ujung lorong.

"Jeno," lirih Shan yang membuat Jeno menghentikan langkahnya, kemudian beralih ke hadapan Shan, menatap Shan dengan cemas.

"S-Shan, ada yang sakit?" Tanya Jeno dengan suara gemetar, mata Shan terlihat sayu dengan nafas yang berhembus pendek-pendek.

"Peluk, peluk," bisik Shan yang terlihat panik, sontak Jeno memeluk Shan.

"T-takut," bisik Shan lagi.

"Lo kenapa?" Tanya Jeno yang ikut panik.

"Takut, takut, takut," racau Shan dengan suara lirih, bahkan hampir tak terdengar.

"Ada gue di sini, lo gak perlu takut," sahut Jeno seraya mengusap surai Shan.

"Gue takut, gimana ini, Jen?" Lirih Shan yang terdengar menyakitkan.

"Takut kenapa? Bilang sama gue." Tanya Jeno, ia dapat merasakan kedua tangan Shan mencengkram lemah bajunya pada bagian pinggang.

"Dada gue sakit banget, g-gue bakal mati," bisik Shan lagi, sontak Jeno melepaskan pelukannya, menatap Shan dengan tatapan panik.

"Jangan ngomong sembarangan!" Jeno terlihat marah.

"J-jangan, jangan pergi, gue takut," ujar Shan seraya menahan tangan Jeno yang hendak beralih ke belakang tubuhnya untuk mendorong kursi rodanya.

"B-benar, gue takut buat mati, jangan tinggalin gue," ujar Shan seraya meneteskan air matanya, hal itu membuat mata Jeno memerah menahan tangis.

"Gue takut sendirian, Ugh j-Jeno."

Jeno mengambil ponselnya di saku celana dengan tergesa-gesa, ia pun menghubungi Taeyong, sementara tangan yang satunya menggenggam tangan Shan.

"Ada apa Jen?"

"Sore ini Shan udah minum obatnya, t-tapi sekarang dia keliatan lemas, dadanya sakit, Shan kesusahan buat bernafas, apa yang harus aku lakuin?" Tanya Jeno yang terlihat panik, sementara Shan menatapnya dengan sendu, bahkan matanya hampir menutup dengan dahi berkerut menahan sakit di dadanya.

"Kalian masih di Jeju?"

"Y-ya.. Shan, tetap sadar!" Pinta Jeno saat melihat bibir bawah Shan yang mulai gemetar.

"T-takut," lirih Shan seraya berusaha mengeratkan genggamannya di tangan Jeno.

"Shan ketakutan, k-kak, tolong Shan, apa yang harus aku lakuin?" Racau Jeno dengan tatapan yang terus mengawasi Shan.

"Kapan kalian pulang ke Seoul?"

"Dua hari lagi."

"Aku bakal siapin tiket pulang darurat buat kalian berdua, bawa Shan ke rumah sakit terdekat, sekarang!"

Jeno pun memutuskan sambungannya, kemudian melepaskan tangan Shan secara paksa, ia pun mendorong kursi roda Shan menuju lift.

Shan melenguh lirih, air matanya menetes semakin deras, ia ingin menangis keras, namun ia harus menenangkan diri agar jantungnya kembali berdetak dengan normal.

"Jeno hks, Jeno," lirih Shan.

"Sabar, Shan. Lo bakal baik-baik aja, lo harus tenang, tetap sadar, jangan coba-coba buat tidur," ujar Jeno berusaha untuk tenang, padahal dirinya begitu panik saat ini.

Jeno menggeram kesal ketika lift berjalan terasa lama, ia kembali melihat Shan, ia terkejut ketika Shan sudah menutup matanya.

"Shan, Shannon," panggil Jeno seraya menepuk pelan pipi Shan.

"Hm, t-takut," lirih Shan yang terlihat begitu lemas, Jeno pun menggenggam tangan Shan.

"Ada gue, ada gue, Shan."

Jeno meneteskan air matanya, sesekali megecup punggung tangan Shan yang terasa dingin, Jeno menghangatkan tangan Shan dengan kedua tangannya.

"Ini gak akan lama. Lo bakal baik-baik aja," bisik Jeno.

"M-mama," lirih Shan yang membuat Jeno mengerang kesal, pasalnya pintu lift tak kunjung terbuka.

"Shan kangen mama-"

"Shan, jangan pikirin apapun ada gue di sini," ujar Jeno menyela perkataan Shan, pasalnya Shan terus meracaukan kata-kata yang aneh.

Akhirnya pintu lift terbuka, Jeno mendorong kursi roda Shan menuju lobby, lalu menggendong tubuh Shan dan masuk ke dalam salah satu taxi yang berjejer di depan hotel.

"Rumah sakit terdekat, tolong secapatnya!" Pinta Jeno seraya merengkuh pinggang Shan, sementara kepala Shan terkulai lemas di bahunya.

"Shan," bisik Jeno.

"Hm," sahut Shan, Jeno pun memeluk Shan dan mengecup kening Shan sejenak.

"Berapa kali gue bilang, kalau sakit bilang, walau baru sakit sedikit," ujar Jeno yang terdengar marah, namun ia jga terlihat panik dan sedih.

"Nggak, gue gak marahin lo, gue cuma takut lo terluka lebih dari ini," ujar Jeno lagi.

"S-sayang Jeno," bisik Shan yang membuat Jeno tersenyum kecil.

"Gue juga sayang sama lo, maka dari itu jangan tidur, apapun yang terjadi lo garus tetap sadar."

"Shan, lo dengar gue?" Tanya Jeno, namun tak ada sahutan dari Shan, membuat Jeno semakin panik.

"S-Shannon, jawab gue, jangan bikin gue takut."

Tetap tak ada jawaban, "S-Shan, sekarang gue yang ketakutan," lirih Jeno yang mulai menangis lirih.

"Shannon, kita masih punya dua hari di sini, lo bilang mau seneng-seneng, lo gak boleh kenapa-kenapa, tetap bertahan, S-Shan!"

Jeno memeluk Shan lebih erat, bibirnya gemetar menahan tangisannya yang hampir pecah.

"H-harusnya gue gak bawa lo ke sini, harusnya lo tetap istirahat, maafin gue, Shan. Jangan pergi, kita harus sama-sama lebih lama lagi," racau Jeno, ia menangis lirih seraya memeluk Shan yang sudah tak sadarkan diri, bahkan nafas Shan terdengar putus-putus.

"Tolong lebih cepat, pak!"

"Baik, tuan."

**

Shan tengah ditangani oleh dokter ahli jantung, sementara Jeno duduk di kursi tunggu, hatinya tak berhenti berdoa untuk kebaikan Shan.

Tiba-tiba ponselnya berdering, ia pun menjawab panggilan dari Taeyong.

"Shan lagi ditanganin, dia sempat gak sadar, denyut nadi dan jantungnya melemah," ujar Jeno yang mendengar ucapan petugas medis ketika melakukan pertolongan pertama untuk Shan, sebelum ia diusir dari ruangan itu.

"A-apa? Kalian melakukan hal berat?!"

"Enggak, aku sama Shan jalan-jalan, Shan pakai kursi roda, bahkan dia baik-baik aja sebelum sampai hotel, dia mendadak sakit-"

"Tolong kasih nomorku ke dokter yang nanganin Shan, Jaemin lagi nyari tiket buat kalian pulang lebih cepat."

"Y-ya."

**

Shan terbaring lemah di atas brankar dengan alat-alat yang menempel di tubuhnya, monitor jantung memperlihatkan detak jantung Shan yang berdenyut tak senormal biasanya.

Shan sempat mengalami henti jantung saat penanganan, namun syukurnya alat pacu jantung membuat jantung Shan kembali berdetak, namun bukan berarti kondisi Shan mulai membaik, kondisi Shan malah lebih parah dari hari sebelumnya.

Ini sudah 4 jam berlalu, dan Shan tak kunjung terbangun dari tidurnya, membuat dokter dan beberapa perawat harus mengecek keadaan Shan secara berkala.

Sementara Jeno duduk terdiam di kursi samping brankar Shan, kedua tangannya saling bertaut dan kepalanya tertunduk dalam.

Jeno terlihat begitu terpukul dengan keadaan Shan yang terdengar mengerikan, ia hampir kehilangan Shan hari ini, dan itu menbuatnya ketakutan. Jeno belum siap untuk ditinggal Shan.

Ucapan Taeyong saat di basment apartment Shan kembali terlintas di pikiran Jeno. Taeyong bilang, tak ada gunanya memasang ring pada jantung Shan, keadaan Shan sudah cukup parah, hal itu karena Shan tak mau melakukan tindakan lebih untuk kesembuhannya, hanya dibantu oleh obat-obatan yang bahkan jarang Shan minum.

Tadi, dokter Han menjelaskan keadaan Shan yang sekarang pada Jeno, Shan mengalami kerusakan jantung, yang mana hanya ada satu cara untuk memulihkan kondisi Shan, yaitu mengganti jantung rusak Shan dengan jantung yang baru, sementara mendapatkan donor jantung bukanlah hal yang mudah.

Jeno menghela nafas lirih, suaranya terdengar gemetar, bahkan wajahnya memucat karena mencemaskan Shan.

Jeno pun mengangkat kepalanya, kemudian menggenggam tangan Shan dengn lembut.

"Gue benci hari ini," bisik Jeno dengan mata yang memerah, ia tak bisa menahan air matanya untuk tidak menetes setiap kali melihat wajah Shan yang pucat.

"Jangan pergi, gue bakal nunggu sampai lo bangun, gue bakal jadi orang pertama yang lo liat saat lo bangun nanti," bisik Jeno lagi, Jeno mengecup punggung tangan Shan cukup lama seraya memejamkan matanya.

Jeno kembali berdoa untuk kesembuhan Shan, ia berharap Tuhan memberikan keajaiban untuk Shan agar Shan kembali sehat, walau tak mungkin, ia akan tetap meminta.

**

Hold Me Tight

**

Jeno dan Shan sampai di rumah sakit Seoul, Shan langsung di bawa ke ruang rawat inap yang sudah di siapkan sejak ia dan Shan kembali dari Jeju.

Tiba-tiba Jeno mendapat pukulan telak di rahangnya dari Jaemin, lalu Jaemin mencengkram kerah jaketnya dan menatapnya dengan tajam.

"Harusnya lo gak bawa Shan ke Jeju," desis Jaemin, sementara Jeno hanya diam dengan tatapan sendu, hatinya benar-benar hancur saat ini, tak ada waktu untuk meladeni Jaemin.

"Jawab Jeno!!" Bentak Jaemin yang terlihat begitu marah, lalu Jeno membalas tatapannya.

"Ya, harusnya gue gak bawa Shan ke sana," sahut Jeno yang terdengar pasrah. Jaemin kembali menonjok wajah Jeno, hingga sudut bibir Jeno mengeluarkan darah.

"Lo udah tau keadaan Shan!! Tapi lo tetap bawa Shan pergi! Lo mau bunuh Shan?!!" Teriak Jaemin, matanya memerah karena tak bisa menahan marahnya.

"Sorry, gue salah," sahut Jeno yang benar-benar pasrah, Jaemin pun melepaskan cengkramannya dengan kasar.

Taeyong menghampiri Jaemin dan Jeno, "gak ada yang perlu disalahin, mau Shan pergi ke Jeju atau enggak pun Shan bakal ngalamin hal ini," ujar Taeyong yang membuat Jaemin menoleh dan menatapnya.

"Kamu tau sendiri kondisi Shan semakin memburuk, tapi Shan tetap gak mau lakuin apapun buat kesembuhannya selain minum obat, ini resiko dari hal itu, bukan salah Jeno," ujar Taeyong lagi yang memberi pengertian untuk Jaemin.

Sementara Jeno hanya diam dengan kepala tertunduk.

Taeyong pun menepuk bahu Jeno sejenak, "Shan bakal sembuh," ujar Taeyong yang membuat Jeno membalas tatapannya.

"Jangan bikin aku berharap lebih," gumam Jeno dengn suara serak.

Taeyong tersenyum kecil, lalu ia menghela nafasnya, ia menatap Jaemin dan Jeno secara bergantian.

"Pihak rumah sakit bakal bantu Shan buat nemuin jantung yang cocok, biasanya diambil dari orang yang baru aja meninggal, memang susah, tapi kita harus berusaha," ujar Taeyong.

"Berapa lama kita harus nyari?" Tanya Jaemin.

"Dua minggu, kita harus dapat donor jantung buat Shan dalam waktu dua minggu," sahut Taeyong.

Jeno tersenyum kecil, lalu tanpa mengatakan apapun kakinya melangkah memasuki kamar rawat Shan, ia pun menghentikan langkahnya di samping brankar Shan, memandang Shan yang terbaring lemah di sana.

Kini jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, dan Jeno tak terlelap sedikit pun, ia hanya diam menunggu Shan untuk terbangun.

Jeno menghela nafasnya, lalu ia tersenyum, "lo tenang aja."

"Kalau dalam dua minggu lo gak dapat donor jantung, ada jantung sehat yang siap gantiin jantung lo yang rusak."

.
.
.
.
Tbc

Next?

Maaf kalau part ini gaje 🤧🤧

Continue Reading

You'll Also Like

9K 329 2
Bagaimana jika takdir bahkan tuhan sekalipun menentang hubungan mu dengan orang yang kau cintai setengah mati? Apakah kamu akan bisa bertahan dan mem...
3.8K 424 42
[ C O M P L E T E ✓ ] • Weeeklyhypen stories || Heesoojin • Soojin dan Heeseung ditantang untuk berkencan selama 2 bulan. Berpikir itu adalah permain...
116K 23.9K 23
✦ ft. jay ━━ hobinya lompat kebalkon orang, ngetok ngetok terus teriak "WOI LIAT TUGAS DONG!!" © chihoonl , 2020
337K 49.1K 28
[SELESAI] Shannon hanya gadis polos yang ingin disayang oleh Jean, namun Jean malah mengambil kesempatan untuk merusaknya. "Ya, seharusnya aku tidak...