He's Dangerous

By wanodyakirana

9.9K 2.1K 7.1K

[Mature Content] "Jung, kau memang berbahaya." Nyatanya, Jeon Jungkook memang sinting. Lebih dari apa pun, Le... More

1. Comfort
2. Treason
3. Risk
4. The Plans That Failed
5. Circulation Of Money
6. Jungkook is Back
7. The Quandary
8. Who is He?
9. Hiraeth
10. Craftiness
11. Tacenda
12. Bamboozle
13. Strange
14. Peace Agreement
15. Decero: Start From Zero
16. Bae Soora's Death
17. Hidden Facts
18. Leira Becomes A Suspect
19. He's Dangerous
20. Traitor's Neighbor
21. The Right Hand
22. Feeling Relieved
23. The Last Wedding Gift
25. Wherever I May Go

24. Now It's All Over

175 29 131
By wanodyakirana

Leira bebas.

Tidak lagi merasa terintimidasi ketika hidup bersama suaminya. Tidak lagi menjadi peran utama yang merasa putus asa, kehilangan arah, dan kehilangan harapan yang Jung ciptakan dalam kehidupan gelapnya.

Semuanya sudah selesai.

Bagaimana Leira tersenyum manis saat menyapa para pelanggan dengan suara lembutnya. Sibuk ke sana-kemari demi mengantar makanan meski perutnya agak membesar. Leira terlihat begitu lega, sangat bahagia, dan lepas---seakan terbebas dari jeratan hidup yang amat menyiksa.

Leira sudah membuka lembaran baru---memulai dari awal lagi. Mengubur luka dan kenangan masa lalu dalam-dalam. Setidaknya, untuk saat ini, Leira masih punya harapan hidup dengan melahirkan anaknya ke dunia, mendengar malaikat kecilnya menangis kencang, dan membesarkannya penuh kasih sayang, walaupun harus menjadi orangtua tunggal.

Orangtua Leira saja memberi dukungan padanya, lebih baik menjanda daripada hidup tersiksa. Semenjak Leira menceritakan sikap sinting Jung, ayahnya bersemangat sekali ingin memisahkan putrinya itu. Namun, hampir saja membuat darah tinggi ayah dan ibunya naik drastis ketika Leira juga menceritakan tentang dirinya yang memanipulasi tes kesuburan.

Belum lagi, perkara Seokjin yang ikut-ikutan masuk ke dalam aksi licik Jung. Mereka marah tentunya, tetapi semarah apa pun mereka, tetap berlapang dada untuk memaafkan. Terlebih, semenjak Kyo Seulgi meninggal karena kecelakaan sehari setelah mereka berkunjung ke Busan. Seokjin harus menelan pahit hidupnya tanpa seorang istri, mentalnya terganggu, bahkan meracau jika raga Seulgi masih dalam dekapannya. Berakhir dengan dirinya yang harus dirawat di rumah sakit jiwa.

Bukan hanya itu saja. Permohonan yang Leira ajukan agar Taehyung dan Dalmi bercerai, ternyata dikabulkan Tuhan. Semenjak mereka bertengkar di balkon tempo lalu, Dalmi menolak mentah-mentah jika Taehyung suaminya. Dalmi tidak akan pernah mau menerima lagi seorang pembunuh dalam hidupnya, dia memutuskan untuk menggugat cerai Taehyung.

Semua kejahatan pasti akan mendapatkan karma, baik itu karma instan atau karma waktu jangka panjang. Semua orang yang terlibat, sudah mendapatkan karmanya masing-masing. Sekarang, hanya tinggal Leira dan Jung yang menunggu karmanya datang.

Tidak apa, semuanya sudah selesai semenjak satu bulan perceraiannya dengan Jung. Leira menjadi lebih tegar dari sebelumnya.

"Bu, pelanggan dengan nomor meja dua belas, pesanannya ingin di antar oleh pemilik restoran, bagaimana?"

Leira tersentak saat lamunannya dihempaskan oleh suara karyawannya. Usapan lembut di perut yang berusia 4 bulan itu mendadak berhenti. "Huh ... baiklah, siapkan dulu pesanannya, baru saya antar."

Leira memejamkan mata sejenak bersamaan mendesah pelan. Lantas ia menaikkan sebelah alis, tatkala dari kejauhan melihat perawakan seorang pria yang tidak asing di ingatannya. Tidak. Ini mustahil. Pria yang selama ini dirindukannya, yang selama ini ia tunggu kedatangannya, bahkan aroma parfum yang sama persis tercium di penghidu Leira. Jas hitam yang terbalut rapi, hingga jenis arloji yang sama dengan miliknya melilit pergelangan tangan pria itu. Jimin kembali menemuinya dengan keadaan baik-baik saja.

"Kira-kira, sudah berapa lama kita tidak bertemu?" tanyanya, Jimin tersenyum manis hingga matanya membentuk bulan sabit.

"K-kau ... Jimin a-asli, k-kan?" Saking kagetnya, Leira sampai terbata-bata.

"Tentu saja. Ini bukan jin yang lagi menduplikat Jimin. Aku benar-benar Jimin asli, Jiminmu ini telah kembali, Sayang." Jimin merentangkan tangan, mau merengkuh Leira ke dalam pelukannya.

Leira tidak menyambut pelukan Jimin. Ia malah meneteskan air mata, entah itu sedih atau bahagia. "Tolong, ya Tuhan---hentilan halusinasi bodoh ini!

Jimin tertawa. "Kau tidak sedang berhalusinasi tentang diriku yang telah mati dan hidup kembali. Aku memang tidak pernah mati, astaga."

"M-maksudmu?"

Singkatnya begini.

Rencana Jung dan Jimin berubah. Merubah sasaran, lebih tepatnya. Maka saat malam itu tiba, sebelum semua orang menyentuh wine yang dia bawa, Jimin harus meminumnya duluan. Sebelum itu, Jimin sudah menyiapkan tiga buah pil berwarna merah, yang bisa membuat dirinya memproduksi banyak air ludah dalam waktu cepat. Jimin membiarkan tiga pil itu di dalam mulutnya selama mungkin, membiarkan zat merah itu bercampur dengan air ludahnya, sehingga saat dia muntah nanti, bentuknya sama persis seperti darah. Pil itu rasanya manis seperti permen, tidak berbahaya juga. Kehebatannya, bisa mengubah air ludah menjadi kental, berwarna merah, dan berbau amis layaknya darah segar.

"Darahnya palsu juga, kok," kata Jimin, terkekeh kecil.

"Darah mana bisa dipalsukan, bodoh!" sungut Leira, mendengkus kesal bersamaan mengusap air matanya. "Kau tidak mungkin melakukan ini secara cuma-cuma, kan?"

Jimin mengangguk. "Cukup aku yang bisa memalsukan darah, kalau kau jangan. Anyway, kantor Jung dan uang sepuluh milliar itu sudah di tanganku."

Leira menelan ludah samar. Kewarasannya hampir hilang gara-gara kelakuan Jimin yang berengsek. "Jim, a-aku ...."

"Aku tidak menduga kau akan melakukan hal sinting ini. Dan aku juga ingin memberitahumu bahwa pernikahanku dengan Jung sudah bubar," tebak Jimin, merampungkan kalimat Leira secara spontan. Sudah ketebak, Leira pun mengangguk. "Selamat, karena menjadi istri Jimin harus sudah sendiri. Kalau aku punya penawaran untuk menikah minggu depan, kau akan menerima atau menolaknya?"

Sumpah. Leira kaget untuk kedua kalinya. "Hilangkan sintingmu sebentar saja, kumohon."

"Lebih cepat, lebih baik. Ada dua alasan yang membuatku untuk menikahimu minggu depan. Pertama, agar aku bisa bermain denganmu secara halal, kita sudah terikat, dan suasananya pasti berbeda. Kedua, aku merindukan tubuhmu sekaligus sentuhanmu."

Leira menepuk jidatnya. "Gila! Selalu saja seks menjadi topik utama kita."

Jimin mendekat ke wajah Leira. "Apa kau tidak memiliki pertanyaan tentang semuanya? Mungkin, semua pertanyaanmu akan kujawab satu-satu, dan juga membantu otakmu untuk mencerna lebih baik lagi. Selagi aku membuka penawaran gratis."

"Belum berminat. Jika otakku sudah bisa diajak kerja sama untuk membuka pertanyaan, aku akan menghubungimu."

"Sayangnya, jika nanti sudah tidak gratis lagi. Satu pertanyaan, melumat bibirmu selama sepuluh menit," sela Jimin, dia tertawa lebar.

Jimin ini usil sekali, tidak heran jika Leira sering merajuk akibat keusilannya. Kalau sudah mendengar dengkusan kasar Leira, dan bola matanya berotasi, itu tandanya---Leira marah. Seketika wanita itu luluh begitu tangan Jimin mengusap punggung tangannya lembut. "Aku minta maaf karena menyetujui rencana Jung tanpa memberitahumu, aku juga minta maaf karena membuatmu menangis dan menahan rindu untukku. Sekarang, aku janji tidak akan meninggalkanmu lagi. Kita akan memulai hari bersama---aku, kau, dan anak kita."

"Jim ...." Sudah bisa dipastikan Leira menangis bahagia. Wanita itu berdiri, lalu memeluk Jimin hangat tanpa peduli banyak pasang mata yang menatapnya.

Di balik kebahagiaan mereka, di sudut ruangan ada seorang pria yang memakai masker dan topi hitam, ia meringis sedih. Hati Jung kembali nelangsa ketika menyaksikan Leira bersatu dengan Jimin lagi. Mau tidak mau, Jung harus melupakan mantan istrinya perlahan-lahan, karena bagaimanapun ia tak bisa membuat Leira memeluknya kembali.

***

Sabtu sore yang lumayan cerah. Tidak terbayangkan, Jung dalam posisi menatap sendu satu objek yang ada di depannya. Selesai mengurus kepindahan rumahnya, ia pergi ke Busan. Sebenarnya, dua keputusan ini memberatkan hatinya. Pindah dari rumah yang banyak kenangan, dan berdiri menatap Seokjin yang kondisinya semakin memburuk.

"Hyung ...."

Jung iba. Meskipun itu kakak tiri Leira, tapi ia menyayangi Seokjin sebagai kakak kandungnya juga. Melihat Seokjin yang tidur di lantai dengan tatapan kosong, tangannya juga diikat kain, Jung jadi tidak tega. Kabarnya, Seokjin sering meracau hingga merusak seisi ruangan.

Baru kali ini ia melihat pria yang mencintai istrinya begitu tulus, seperti Seokjin mencintai Seulgi dengan sepenuh hati. Tidak seperti dirinya, bukan cinta, malah mengarah ke obsesi yang membuatnya kehilangan segala-galanya.

Penyesalan memang selalu berada di akhir. Jung sadar dan menyesal. Namun, kesadarannya terlambat. Penyesalannya tidak akan membuahkan apa pun, Leira juga tidak akan kembali padanya.

Sekali lagi ia membuang napas panjang. Bersandar di bangku taman dan menatap langit berwarna oranye yang akan berubah gelap. Masih di area rumah sakit jiwa, sambil merenung sejenak. Atensinya teralihkan ketika menangkap sebuah mobil hitam mengkilat parkir tidak jauh dari jaraknya.

Mobil Jimin.

Presensi dua makhluk hidup itu keluar, lalu bergandengan tangan. Sebelum melangkah pergi, Jimin sempat melihat keberadaan Jung. Bahkan, dia tersenyum manis dan melambai kecil pada pria yang hatinya teriris itu.

Sialan sekali.

Jimin enggan memberitahu jika Jung ada di sini juga. Cukup dia saja yang melihat, Leira tidak usah. Jimin malah mempererat genggaman tangannya, lalu berjalan ke dalam.

Astaga, pemandangan yang tidak baik sekali untuk hati Jung yang tersakiti.

"Kasihan Seokjin hyung yang bernasib buruk. Aku tidak menyangka dia sinting sungguhan."

"Jim ...," Leira melirik sinis sekilas, "mulutmu bangsat sekali. Meskipun aku muak dengannya, dia masih kuanggap sebagai kakak, aku juga menyayanginya."

"Iya, iya, aku minta maaf." Dia mencium pipi Leira sebagai bentuk permintaan maaf. "Seokjin hyung memang secinta itu ya, pada istrinya? Sampai-sampai mentalnya terganggu saat istrinya meninggal dalam kecelakaan." Jimin merangkul Leira. Mengusap lengannya lembut.

"Dia sangat mencintai Seulgi Eonni. Aku tahu mereka saling mencintai dan menguatkan. Kau tahu sendiri, apa pun yang dilakukan Oppa pasti Eonni akan mendukungnya, tidak peduli itu benar atau salah. Entahlah, aku juga tidak bisa menilai ke mana arah cinta mereka. Yang pasti, Oppa tidak bisa hidup tanpa istrinya."

"Cinta mereka menurutku klise juga, sih. Berbeda dengan kita, meskipun banyak juga yang berselingkuh---tapi tidak banyak yang menjadikan seks sebagai topik utama dalam percakapan dan kegiatan." Jimin tertawa, pukulan Leira melayang ke lengannya.

"Sialan. Otakmu kapan berhenti mesum, sih?" Leira berkacak pinggang. Mereka bertengkar kecil di depan rumah sakit jiwa setelah menengok Seokjin beberapa menit lalu.

"Entahlah, mungkin tidak akan bisa. Tapi, omong-omong, kau sudah berapa kali mengumpat hari ini? Agaknya dari kemarin aku selalu mendengar cerocos burukmu saja, tidak ada yang lembut." Lalu, Jimin sengaja mengusak rambut Leira agar berantakan. Biar kekasihnya itu marah.

"Jim! Kurang ajar banget!" Leira mengejar Jimin yang berlari kecil menuju mobil. Senja hari ini mereka lengkapi dengan pertengkaran kecil. Menggemaskan sekaligus menyebalkan.

***

Taehyung sengaja menghampiri Jung yang tengah memasukkan banyak koper ke dalam bagasi mobilnya. Agaknya pria itu benar-benar akan meninggalkan komplek ini.

"Bercerai dengan orang yang kita cintai memang sulit," kata Taehyung terang-terangan.

"Lalu?"

"Apalagi harus mengubur kenangan bersamanya."

"Pergilah, jangan mengoceh di sini," usir Jung pelan. Ia tidak ingin berdebat di pagi yang cerah ini.

"Hati pasti nelangsa, sih---saat melihat dia lebih memilih selingkuhannya daripada suaminya. Tapi, menjadi duda juga tidak terlalu buruk."

"Kau sedang mengejek atau berkomentar tentang hidupku, Tae?" Jung tersenyum hambar. Taehyung terlalu menyebalkan untuk diajak berdebat.

Tawa Taehyung mengudara. "Dua-duanya. Aku mengejek hidupmu yang berakhir dengan perceraian saat Leira mengandung. Tapi, aku juga berkomentar tentang dirimu sekaligus diriku yang harus melepas istri yang kita cintai. Ditinggal memang sakit, kok."

"Jalani hari-hari sendirimu dengan baik. Jangan sampai kau bertambah sinting karena Dalmi menceraikanmu." Jung menepuk lengan Taehyung pelan. Setidaknya ia memberi peringatan sebelum Taehyung sinting sungguhan seperti Seokjin.

"Tidak perlu khawatir, aku masih bisa mengendalikan kewarasanku untuk saat ini. Sebaiknya kita melupakan mereka pelan-pelan, membiarkan hidup kita berbahagia dengan suasana yang baru."

Jung mengangguk setuju. Tumben sekali si bedebah satu ini bersikap dewasa. Meski di awal-awal ucapannya menyebalkan, yang terakhir tidak terlalu buruk juga untuk Jung terapkan---yaitu melupakan Leira dan membiarkan dirinya bahagia.

"Ah, kau jadi pindah ternyata. Sayang sekali rumah besar ini harus dijual. Saranku, setelah kau pindah dari komplek ini, jangan jadi gelandangan, Jung." Taehyung menyambung dan tertawa lagi. Baru saja Jung mengangumi ucapan berbobotnya, sekarang sudah menyebalkan lagi.

Jung memutar bola matanya jengah. "Simpan cerocosmu dulu. Lebih baik bantu aku mengemas barang-barang ini. Kuberi uang tip nanti."

Tawaran yang bagus. Lumayan buat menambah pemasukan---begitu kata hati Taehyung. Lagi pula, sesekali dia membantu Jung yang akan pindah hari ini. Mereka juga tidak akan pernah bertemu lagi, kecuali membuat janji. Untuk yang terakhir, Taehyung memberikan kesan agak baik sebelum Jung pergi dari sini. Mereka benar-benar berdamai sungguhan.

Continue Reading

You'll Also Like

390K 19.8K 15
[DIBUKUKAN] [SEBAGIAN PART DI HAPUS!] [E-BOOK BISA DIBELI KAPAN SAJA] Menentang aturan, hukum alam. Bertolak belakang, melawan arus, mengabaikan kons...
31.8K 4K 7
Post-it misteri. Hidup Park Jiyeon yang semula penuh warna berubah suram seketika saat dirinya mulai mendapatkan kiriman post-it tak terduga. Based...
S E L E C T E D By mongmong09

Mystery / Thriller

329K 17.3K 32
Tentang obsesi seorang pria misterius terhadap seorang gadis yang menolongnya. ---------------------------------------------------- Raina Karlova, se...
5.5K 813 11
Pada pertemuan pertama mereka Sujin langsung mengerti bahwa Kang Taehyung tertarik padanya, hal demikian juga dirasakannya. Tetapi sayangnya Sujin ma...