My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

833K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

00 || Pernikahan papa
01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
12 || Trauma
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

30 || Sekali saja

20.6K 2.5K 1.1K
By NihaOsh

Spam komen yuk! Jangan lupa divote juga ya.

Terimakasih 😍😍

.
.
.

Shan dan Jeno dalam perjalanan pulang, ia menyetir mobil baru milik Shan, sesekali ia melirik Shan yang terlelap di sampingnya.

Jeno sudah sering melihat Shan terlelap, namun akhir-akhir ini rasanya begitu berbeda, entah kenapa ia tidak suka ketika Shan terlelap terlalu lama, tapi ia tidak mau membangunkan Shan, sebab tidur Shan terlihat begitu pulas saat ini.

Jeno menghela nafasnya, ia kembali teringat dengan permintaan Shan, Shan bilang itu permintaan utama, Jeno tak menyahut, dalam hatinya ia menolak keras, ia tidak mau terkesan memanfaatkan Shan dalam hal seperti itu.

Tapi sepertinya Shan tidak akan berhenti meminta hal itu sebelum terwujudkan.

**

Setelah sampai di gedung apartment, Jeno menggendong Shan menuju ke unit milik Shan, Jeno mengerutkan dahinya ketika melihat Jaemin yang berdiri di depan pintu apartment Shan.

Sejak kapan Jaemin tahu tempat tinggal Shan?

Jaemin yang melihat kedatangan Jeno dan Shan pun terkejut, terlebih melihat Shan yang terlelap di gendongan Jeno.

"S-Shan, Shannon, bangun," pinta Jaemin setelah Jeno sampai di dekatnya, kecemasan Jaemin membuat Jeno terdiam sejenak dengan tatapan dinginnya.

"Shan kenapa? Kenapa dia gak bangun?" Tanya Jaemin yang terlihat begitu cemas.

"Dia tidur, 120600," gumam Jeno seraya melirik pintu, Jaemin yang cepat tangkap pun memasukan pinnya, kemudian membukakan pintu agar Jeno dan Shan bisa masuk lebih dulu.

Jaemin masih terlihat cemas, ia mengikuti langkah Jeno menuju kamar utama, kemudian Jeno membaringkan tumbuh Shan di atas kasur.

Jeno menoleh dan menatap Jaemin dengan dingin, "kenapa lo bisa disini?" Tanya Jeno, namun Jaemin malah mendekat pada Shan, kemudian menepuk bahu Shan.

"Shan, bangun," pinta Jaemin dengan suara gemetar, hal itu menbuat Jeno geram, karena Jaemin mengganggu tidur Shan, mengingat Shan tak ingin diganggu.

"S-Shan, Shannon," panggil Jaemin lagi, sampai akhirnya Shan membuka matanya, ia menatap Jaemin dengan dahi agak berkerut, Jaemin pun menghela nafas lega.

Setidaknya Shan memang terlelap, Jaemin trauma dengan yang terjadi pada ayahnya, ia takut hal itu menimpa Shan juga.

Shan mengubah posisinya menjadi duduk, "kok lo bisa disini?" Tanya Shan pada Jaemin dengan suara serak.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Jaemin, lalu Shan tersenyum kecil.

"Ya, gue cuma ngantuk."

Tiba-tiba Jeno keluar dari kamar Shan tanpa mengucapkan apapun, membuat Shan memandang kepergian Jeno dengan tatapan bingung, Jeno selalu bersikap aneh ketika sudah menyangkut Jaemin.

"Lo udah minum obat?" Tanya Jaemin dengan suara pelan, takut Jeno mendengar, Shan pun menganggukan kepalanya.

"Sorry, gue datang tanpa ngabarin lo, gue cuma pengen ketemu sama lo," ujar Jaemin seraya menatap Shan dengan lembut, hal itu membuat Shan terenyuh, entah kenapa Jaemin bersikap sebaik ini padanya.

"Jangan bikin Jeno curiga, lo terlalu berlebihan," gumam Shan, hal itu membuat Jaemin merasa bersalah.

"Maaf, Shan."

Shan menghela nafasnya, ia pun beranjak dari kasurnya.

"Lo bisa tidur lagi, gue gak akan ganggu," ujar Jaemin, dan Shan menggelengkan kepalanya.

"Ikut gue," pinta Shan, kemudian ia keluar dari kamarnya, di ikuti oleh Jaemin di belakang.

Shan mengambil minuman di dalam lemari pendingin, lalu memberikannya pada Jaemin, Jaemin pun dengan senang hati menerimanya, keduanya duduk di kursi meja makan.

Sementara Jeno entah kemana.

"Shan, ada dua pilihan, lo bisa operasi bypass jantung atau pasang ring, lo harus putusin secepatnya," ujar Jaemin.

"Gue rasa gak perlu, buang-buang waktu," gumam Shan yang membuat Jaemin menatap Shan dengan tatapan tak percaya.

"Shan, ini masalah hidup, lo harus berjuang buat hidup lebih lama."

"Ini hidup gue, terserah gue, makasih udah kahwatirin gue, tapi Biarin gue lakuin hal yang gue mau," ujar Shan dengan santai, bahkan ia tersenyum tipis, membuat Jaemin terdiam sejenak.

"Emangnya lo gak mau hidup lebih lama? Ngerasain punya pasangan, menikah, punya anak, lo harus laluin semua itu," tanya Jaemin dengan suara gemetar.

"Gue tetap gak mau operasi bypass jantung atau pasang ring, karena semua itu bakal sia-sia, jadi gue bakal jalanin sisa hidup dengan sebaik mungkin, kayak apa yang lo bilang sebelumnya."

"Maksud gue biar lo bisa berjuang walau keberhasilannya cuma beberapa persen. Gue berharap banget lo mau lakuin itu, Shan," ujar Jaemin dengan tatapan sendu.

Shan menatap mata Jaemin dengan tatapan yang sulit diartikan, sampai akhirnya ia menghela nafas lirih, "apa susahnya buat pura-pura gak tau sama apa yang gue alamin? Bersikap kayak biasa aja, gue lebih seneng lo kayak gitu."

"Gimana bisa gue pura-pura gak tau? Sementara gue udah mewanti-wanti hal itu sejak lama," lirih Jaemin.

"Lo belum cerita kenapa lo bisa punya firasat jelek itu, dan akhirnya jadi kenyataan, seolah lo tau kalau gue emang punya penyakit itu," ujar Shan yang membuat Jaemin terdiam.

"Gak mau cerita kan? Okay, gak masalah, gue hargain keputusan lo," lanjut Shan seraya mengangguk kecil.

Shan pun meminum minumannya, namun Jaemin tetap terdiam masih dengan mata yang memandang Shan dengan sendu.

"Gue benci sama tatapan lo, seolah gue manusia paling lemah di dunia ini, kalau lo tetep lakuin itu, lo bisa pergi," ujar Shan yang tiba-tiba menatap Jaemin dengan dingin.

Bersamaan dengan itu Jeno kembali dengan barang belanjaannya, lala ia menaruhnya di atas meja makan, tiba-tiba Jaemin beranjak dari kursinya.

Jaemin terlihat berusaha untuk bersikap biasa saja, namun jatuhnya seperti dipaksakan, senyumannya terlihat kecut seolah ada sorot kekecewaan di matanya.

"Gue pergi, lain kali mampir lagi," ujar Jaemin, dan Shan menganggukan kepalanya.

"Lo boleh dateng kapan aja, Jaemin," sahut Shan, kemudian Jaemin menoleh hingga bertemu tatap dengan Jeno.

"Gue titip Shan," ujar Jaemin, lalu ia melangkahkan kakinya keluar dari apartment milik Shan.

Jeno pun tanpa banyak bicara mengeluarkan barang belanjaannya, hal itu mengundang tatap dari Shan.

"Lo gak nanya buat apa Jaemin kesini?" Tanya Shan.

"Lo gak akan mau bilang, entah apa yang lo dan Jaemin sembunyiin, gue gak peduli," gumam Jeno yang membuat Shan mendengus kecil.

"Kayaknya Jaemin suka sama gue, tepat sesuai dugaan lo," ujar Shan, dan Jeno tak menyahut, ia masih melakukan aktivitasnya untuk mengeluarkan semua barang belanjaannya, lalu menaruhnya di tempat masing-masing.

"Gue-" ucapan Shan terhenti ketika Jeno menjauh darinya, Jeno mencuci beberapa buah apel di wastafel, membuat Shan beranjak dari kursinya dan menghampiri Jeno.

Tiba-tiba Shan memeluk Jeno dari belakang, membuat Jeno mematikan keran airnya, lalu terdiam.

"Jaemin temen deket lo kan? Dia temen baik lo kan? Tapi kenapa lo bersikap dingin sama dia?" Tanya Shan yang membuat Jeno tersadar, bahwa sikapnya berubah pada Jaemin, dan Jeno tersadar kenapa sikapnya bisa berubah seperti itu.

"Dia baik, dia tulus temenan sama lo dan gue, kayak lo tulus temenan sama gue," ujar Shan seraya menyamankan pelukannya, menyandarkan pipinya di punggung Jeno.

"Lo harusnya bersikap lebih baik sama Jaemin, dia orang baik ke tiga yang gue temuin setelah lo dan nyokap lo," ujar Shan yang membuat Jeno melemaskan bahunya ketika bundanya disebutkan, hal itu membuat Jeno senang.

Jeno menaruh buah apelnya, kemudian mengelap tangannya hingga kering, ia pun membalikan tubuhnya hingga kini berhadapan dengan Shan yang tengah menatapnya.

"Ya, Jaemin orang baik, gak tau kenapa sikap gue ke Jaemin agak berbeda akhir-akhir ini, tapi Jaemin gak akan sakit hati, gue sama dia bakal tetep temenan," ujar Jeno, dan Shan hanya diam.

Jeno mengangkat tubuh Shan dan mendudukannya di atas meja makan, membuat Shan sedikit terkejut.

Jeno menatap Shan dengan intens, "gue setuju kalau lo mau pacaran sama Jaemin, gue yakin dia bakal bantuin gue buat jagain lo," ujar Jeno yang membuat Shan tidak suka, namun Shan tersenyum kecil , seolah hal itu tak membuatnya kesal.

Tiba-tiba Shan menarik kerah kemeja Jeno, hingga wajah Jeno semakin dekat dengan wajahnya, tanpa diduga Jeno tersenyum kecil.

"Jaemin gak berani buat lukain hati lo, jadi lo gak perlu kha-" ucapan Jeno terhenti ketika Shan mencium bibirnya, dan langsung melesakkan lidahnya ke dalam mulutnya.

Tanpa di duga kembali, Jeno tiba-tiba membalas ciuman Shan tanpa di minta, bahkan keduanya berciuman dengan agak terburu-buru, hingga decakan liur terdengar jelas di ruangan tersebut.

Tangan Shan menarik tangan kanan Jeno, lalu membawanya ke pipinya, hingga tangan besar Jeno menyentuh rahang Shan dan mengusap pipi Shan dengan ibu jarinya.

Jeno meladeni pagutan bibir Shan yang semakin menjadi, bahkan Shan telah mengisap-hisap bibir atasnya dengan keras, membuat Jeno mengerutkan dahinya cukup dalam.

"Nghh," lenguh Shan ketika Jeno mengisap bibir bawahnya dan menjilatnya, kemudian Jeno mengisap lidahnya membuat Shan kembali melenguh sambil meremat kedua bahu Jeno dengan kencang.

"Amphhh," Shan memukul pelan bahu Jeno ketika Jeno melahap habis kedua belah bibirnya, ciuman Jeno kali ini tak seperti biasanya, benar-benar memabukan.

Shan kembali memukul bahu Jeno saat ia merasa agak sesak di dadanya, Jeno yang mengerti pun menurunkan ciumannya ke rahang Shan, mengucupnya dengan lembut, membuat nafas Shan memburu hebat.

"J-Jeno," lirih Shan di sela nafasnya yang memburu, Jeno pun menjauhkan bibirnya dari rahang Shan, hingga ia dapat melihat wajah Shan yang pucat berubah menjadi merah.

Tiba-tiba Shan memeluk Jeno, lalu menyandarkan pipinya di bahu Jeno, ia juga memejamkan matanya dan mengatur nafasnya agak kembali normal, rasanya begitu menyakitkan di rongga dadanya.

"Shan," panggil Jeno, namun nafas Shan terus memburu, membuat Jeno cemas.

Jeno pun melepas paksa pelukan Shan, lalu kembali mencium bibir Shan yang terbuka, menyalurkan nafasnya ke dalam mulut Shan, membuat Shan meremat bahunya dengan tatapan sayu.

Jeno menggerakan bibirnya di sela hembusan nafasnya yang membuat nafas Shan perlahan kembali normal.

Shan memejamkan matanya, kepalanya mendadak pening, kemudian Jeno kembali menjauhkan bibirnya dari bibir Shan, menatap Shan dengan intens.

Jeno menyadari sesuatu, bahwa Shan tak bisa berciuman terlalu lama, mengingat sebelumnya ciuman mereka tak selama ini, dan lebih banyak mengambil nafas.

"Gue mau lanjut," bisik Shan dengan tatapan yang sayu.

"Lo harus istirahat," sahut Jeno seraya menggendong Shan seperti koala, lalu membawanya ke kamar.

Sesampainya di kamar, Jeno mendudukan tubuh Shan di atas kasur, namun Shan enggan melepaskan pelukannya pada leher Jeno.

"Shan, lepas," pinta Jeno.

"Kenapa lo gak mau tidur sama gue? Padahal itu permintaan sederhana," tanya Shan dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat.

Jeno terdiam sejenak, "gue gak mau bikin trauma lo kambuh."

"Siapa yang bilang gue trauma? Gue baik-baik aja."

"Gue tau walau lo gak bilang, Shan," bisik Jeno.

"Sekali aja gak bisa? Kapan lagi? Kalau nanti gue gak bisa," tanya Shan dengan tatapan sendu, membuat Jeno kembali terdiam.

"Jen, sekali aja," pinta Shan dengan suara lirih.

"Kita gak boleh lakuin itu," ujar Jeno, dan hal itu membuat Shan terlihat kecewa.

Shan hendak melepaskan pelukannya di leher Jeno, namun tiba-tiba Jeno menahan pinggangnya dengan tangan kanannya.

Keduanya terdiam sejenak, sampai akhirnya Jeno mendekatkan bibirnya ke perpotongan leher Shan, membuat bahu Shan agak menegang ketika bibir Jeno menyentuh kulit lehernya.

Shan meremat bahu Jeno ketika Jeno mulai mengecup lembut perpotongan lehernya, lalu Jeno mendorong tubuh Shan hingga Shan berbaring di atas kasur tanpa menghentikan kecupannya.

Hal itu membuat Shan melenguh lirih.

Dan sore malam itu, keduanya benar-benar melakukan sebuah dosa yang seharusnya tak mereka lakukan, entah sekecewa apa Tiffany jika mengetahui hal tersebut.

Dan Jeno merasa dirinya tak ada bedanya dengan Jaehyun- tidak! Ia pikir, ia harus memperlakukan Shan lebih lembut dari yang Jaehyun lakukan, karena ia tak bermaksud untuk merusak Shan lebih dalam, ia hanya ingin menuruti keinginan Shan yang katanya hanya sekali saja.

.
.
.
.
Tbc

Next?

Continue Reading

You'll Also Like

3.8K 424 42
[ C O M P L E T E ✓ ] • Weeeklyhypen stories || Heesoojin • Soojin dan Heeseung ditantang untuk berkencan selama 2 bulan. Berpikir itu adalah permain...
383K 67.8K 34
katanya, cewek sama cowok ngga mungkin cuma sahabatan. [ short ver - © lacunea, 2020 ]
10K 729 35
Tentang Sam dan taruhannya yang harus berpacaran selama tiga bulan dengan gadis yang dikenal lesbi satu sekolahan. ... "Lo mau gak jadi pacar gue?" S...
9K 329 2
Bagaimana jika takdir bahkan tuhan sekalipun menentang hubungan mu dengan orang yang kau cintai setengah mati? Apakah kamu akan bisa bertahan dan mem...