Alcholyte Saga : Tujuh Astral...

By tutdhirata27

1K 504 2K

Rion Angel melakukan sebuah perjalanan untuk mencari keberadaan sang ayah yang tiba-tiba menghilang saat ter... More

✨Chapter Zero: Pembukaan
Chapter 1: Permulaan
Chapter 2: Memulai Perjalanan
Chapter 3: Sorelis Mansion
Chapter 4: Kuil Lunathea
Chapter 5: Abel Forsetti
Chapter 6: Identitas Rion Angel
Chapter 7: Kepingan Memori
Chapter 8: Wolfang Cross
Chapter 9: Serangan!
Chapter 10: Monster Mega Ragu Ragla
Chapter 12: Astralis Air, Aqualung
Chapter 13: Estardia
Chapter 14: Cliff Estardia
Chapter 15: Lancester Grim
Chapter 16: Kota Mistis, Althena
Chapter 17: Kuil Achidia, Astralis Kegelapan
Chapter 18: Dark Emblem Vs Magis Langit
Chapter 19: Kehancuran Althena
Chapter 20: Organisasi Bayangan
Chapter 21: Dunia Astralis
Bab 22: Mencari Jalan Ke Vandescar
Bab 23: Altair Skyheart Vs Dhaindra Sorelis
Chapter 24: Kemampuan Lurecia
Chapter 25: Invasi Dimulai
Chapter 26: Arc'Angelus
Chapter 27: Terpisah!
Chapter 28: Lunar Meteora
Chapter 29 : Anubis Terra
Chapter 30 : Pandemonium
Chapter 31: Astralis Mekanik
32. Teknik Pembangkit Jiwa
Chapter 33 : Orion Dragonite

Chapter 11: Arcanar Asgar

31 17 125
By tutdhirata27

Sementara di tempat lain....

Di perairan Aspian yang berada di wilayah kekuasaan kuil Asgar, sebuah kapal berukuran sedang terlihat berlayar menembus tenangnya lautan. Langit yang membiaskan warna oranye senja, membuat seorang gadis bersurai hitam panjang, betah berlama-lama memandangi lautan lepas dari atas geladak.

Netra biru mudanya tidak lepas menatap beberapa ekor ikan lumba-lumba yang berenang lincah di sekitar kapal. Sesekali kimono panjangnya tersapu angin senja yang mulai terasa dingin.

"Istirahatlah, perjalanan kita ke Althena masih jauh." Sebuah suara mengalihkan pandangan gadis berusia tujuh belas tahun itu.

Seorang gadis berambut cokelat muda sebahu, tengah berdiri di belakangnya sambil memamerkan senyuman. Sementara, di sebelahnya berdiri dengan gagah sosok pemuda yang penampilannya cukup menyolok dengan rambut hijau yang menghiasi kepalanya.

"Sudah lama aku tidak merasakan segarnya udara lautan lepas, Millia," jawab gadis berambut hitam sambil merapikan pakaiannya yang diterpa angin laut.

"Kau ada benarnya, Caira. Aku pun lupa kapan terakhir kali menikmati udara laut." Millia berdiri di sampingnya, ikut menikmati hembusan angin yang tidak terlalu kencang.

Keduanya terdiam sambil menikmati matahari yang mulai terbenam ke peraduannya, hingga keheningan yang ada disela suara pemuda bersurai hijau yang sedari tadi bersandar di dinding kapal.

"Bagaimana hasil latihanmu, Caira?" tanyanya sambil bersidekap.

"Berjalan baik, Luc," sahut Caira sembari menghadap ke arah pemuda bernama Lucas itu. "Hanya saja ...."

"Hanya apa, Caira?" timpal Millia.

"Kalian masih ingat dengan naga yang menjalin kontrak denganku di gunung Pyrolide?" Caira menjelaskan pada keduanya.

Kedua rekannya serempak mengangguk.

"Aku bisa merasakan aura magisnya, tapi aku tak mampu memanggilnya," ujar Caira sambil melirik segel magis merah terang yang terukir di punggung tangan kanannya.

Millia menyandarkan tubuhnya ke besi pembatas geladak. "Kau harus bersabar, Caira," ucapnya lembut.

"Atau mungkin ...." Lucas menggantung ucapannya, "Sang Raja Naga ingin melihat seberapa jauh kemampuanmu, sebelum kau diakui olehnya."

Beberapa saat kemudian, seekor burung elang hitam terlihat terbang berputar di atas kapal. Lucas mengangkat tangan kanannya dan burung elang itu segera menukik ke arah geladak. Sesaat sebelum mendarat, elang itu bertransformasi menjadi sosok pria berpakaian serba hitam, lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya dan hanya menampakkan rambut cepak yang sama hitamnya.

Pria tersebut langsung berlutut memberi hormat saat tiba di hadapan Lucas Green.

"Berita apa yang kau bawa Altair?" tanya Lucas saat pria berpakaian ala ninja itu bangkit dari posisinya.

Altair mengulurkan sebuah gulungan perkamen berwarna abu-abu pada pemuda jangkung yang langsung membacanya.

"Dari pengamatan saya, serta keterangan dari korban selamat yang sempat saya temui di Asgar, penyerangan Sky Garden hanya dilakukan oleh satu orang," lapor Altair.

Meskipun Lucas membaca perkamen di tangannya, bawahannya itu tetap melaporkan secara langsung isi laporan yang tertulis di dalam perkamen. Hal itu memang menjadi kebiasaan Lucas, karena pemuda itu ingin memastikan bawahannya bekerja dengan baik dan sesuai standar yang dia tentukan.

"Satu orang?" Lucas mengangkat sebelah alis tebalnya.

"Dari keadaan di Sky Garden, tidak ada tubuh selain anggota guild. Keterangan yang saya peroleh dari Tuan Calahad, menguatkan dugaan bahwa penyerangnya hanya seorang diri, " papar Altair.

"Apa mungkin menghancurkan satu guild seorang diri?" Millia ikut menimpali perbincangan keduanya.

Altair mengangguk hormat pada gadis dengan pedang hitam yang terselip di pinggangnya itu. "Sejauh ini, hanya informasi itu yang berhasil saya dapatkan."

Millia tampak memikirkan sesuatu. "Apa kau tahu keberadaan, Vetto Saradine?" tanyanya setelah terdiam beberapa saat.

Lucas mengalihkan perhatian dari perkamen yang dia pegang, pemuda itu menatap Altair serius menanti jawaban yang akan diberikan pemuda berpakaian hitam itu.

"Tuan Muda Vetto ditemukan tewas di aula utama guild, Nona Millia," jawab Altair datar.

Millia tampak kaget, sementara Caira mendekap mulutnya mendengar ucapan pria di hadapan mereka. Seorang Vetto Saradine yang merupakan kesatria terhebat Sky Garden, serta pemegang tombak suci Olympus terbunuh oleh seseorang yang masih misterius.

Mereka pun yakin, penyerang guild terbesar ketiga di wilayah Asgar itu memiliki kemampuan yang luar biasa.

"Ada lagi yang ingin kau sampaikan, Altair?" Lucas menyerahkan perkamen yang dibacanya pada pemuda itu.

"Nona Yuri dan Tuan Calahad saat ini tengah melakukan perjalanan ke wilayah Golliath Emperium atas perintah, Maester Gerrald," pungkasnya.

"Baiklah. Terima kasih atas laporanmu. Kau boleh pergi. Laporkan jika ada perkembangan terbaru."

Altair membungkuk hormat pada Lucas dan lainnya, sebelum melompat dan kembali bertransformasi menjadi elang hitam.

"Dia seorang, Animagi?" Caira membuka suara setelah sejak tadi hanya menyimak. Sedangkan Lucas hanya memberi anggukan sebagai jawaban.

"Dia satu-satunya ras Animalium yang berhasil selamat dari pembantaian 5 tahun lalu di Silleria," pungkas Lucas singkat.

Tidak banyak yang mengetahui bawahan Lucas yang bernama Altair Skyheart itu. Selain bertugas secara rahasia di bawah perintahnya, Altair merupakan salah satu ras Animalium yang masih tersisa.

Sepeninggal Altair, ketiganya nampak sibuk dengan pikiran masing-masing. Lucas menghempaskan tubuh jangkungnya di kursi kayu dekat tiang kapal, sementara Caira dan Millia masih bersandar di pembatas geladak.

"Kau tak apa-apa, Mil?" tanya Caira pelan.

Millia melempar senyum simpul pada gadis yang mengenakan pakaian berupa kimono tanpa lengan berwarna putih, dengan paduan bawahan motif bunga bergradasi merah.

"Aku tidak apa-apa. Hanya tidak percaya, jika Vetto dikalahkan semudah itu," ujarnya lirih.

Lucas berdiri dari duduknya. "Kalian lebih baik beristirahat malam ini. Aku akan berjaga!" tegasnya seraya berlalu.

Tiba-tiba pintu ruangan kapten kapal terbuka dengan kasar. Arden sang kapten, nampak pucat sambil menunjuk ke arah lautan di hadapan mereka.

"Apa itu?" Millia menyipitkan mata untuk memperjelas pengelihatannya, karena gelapnya malam telah menyelimuti laut Aspian.

"Sesuatu datang dari tengah laut menuju arah kapal. Itu seperti gelombang. Stabilkan kapal, Kapten!" perintah Lucas yang dengan mata tajamnya melihat gelombang misterius yang mendekati kapal.

"Caira, menjauh dari sana!" seru Lucas.

Millia dengan sigap mendekat ke arah Caira.

Namun, gadis itu hanya terpaku di depan geladak. "Dia ... Memanggilku," ucapnya pelan.

Gelombang bergulung yang ternyata kabut itu, menerpa kapal yang ditumpangi Caira. Kapal bergetar beberapa saat, sebelum lenyap tanpa jejak.

"Semua baik saja?" tanya Lucas pada Arden dan beberapa awak kapal yang berkumpul di geladak. Semua mengangguk.

"Luc ... Caira hilang!" Millia berseru panik ketika sosok gadis yang dijaganya lenyap dari tempatnya tanpa ia sadari.

"Bagaimana bisa?"

"Aku pun tak mengerti. Dia memegang lenganku sewaktu kabut menerpa kapal, lalu ...." Millia tercekat karena bulir-bulir air mulai tampak menggenang di matanya.

"Tenanglah, kita akan mencarinya," ujar Lucas menepuk bahu gadis itu.

"Kapten Arden, aku perlu bantuan anak buahmu melakukan pencarian, Caira." Pemuda itu berbicara pada pria dengan topi pelaut yang menjadi kapten kapal.

"Aku sudah memerintahkan pencarian, Tuan Lucas. Tiga sekoci sedang menyisir area sekitar kapal saat ini," jawab pria itu penuh kagum menatap pemuda di hadapannya.

"Ada sesuatu di area lima ratus meter dari kanan kapal, Kapten!" seru seorang awak kapal dari atas tiang pengawas sambil menunjuk ke tempat yang ia sebutkan.

Lucas segera melompat ke tempat awak kapal itu berada.

"Lihat itu, Tuan Lucas." Awak kapal itu menunjuk ke tempat yang dia maksud.

Dari tempatnya berada, Lucas bisa melihat sesuatu berpendar di tempat yang ditunjukkan oleh awak kapal itu.

"Millia, Caira di sana!" serunya sambil menunjuk ke arah kanan kapal.

Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, gadis berambut sebahu itu segera melompat ke arah laut di bawahnya.

"Deficiere Magicae." Tubuh Millia diselimuti aura transparan yang membuatnya mampu berlari di atas air laut.

Segera, ia menuju ke tempat yang ditunjukkan oleh Lucas, diikuti para awak kapal yang menggunakan sekoci di belakangnya.

Di lokasi yang dilihat Lucas sekitar 500 meter dari kapal, tampak sebuah lingkaran sihir yang menyala terang. Saat Millia mendekati lingkaran tersebut, tiba-tiba sesuatu melesat ke udara dari dalam laut dengan kecepatan tinggi. Disusul oleh sosok lain yang berukuran lebih besar, Membuat millia terhempas dengan kuat.

Para awak kapal membantu gadis itu menaiki salah satu sekoci, sementara mereka tercengang melihat seekor naga raksasa melesat ke udara mengejar sosok misterius yang terbang terlebih dahulu.

"Naga laut, Aqualung?" Lucas berujar tidak percaya.

Dirinya tidak menduga, jika di perairan Aspian bersemayam seekor roh Astralis Suci. Matanya yang tajam mencoba melihat apa yang diburu naga laut itu.

"Itu, Caira!" serunya pada Millia yang juga telah menyadari Caira sedang menaiki roh Astralis miliknya yaitu Sylph, seekor burung garuda penguasa elemen angin.

"Kita harus membantunya, Lucas," ucap Millia sambil mencabut pedangnya, sementara pemuda bersurai hijau itu kini menjajari larinya.

Millia merapal sebuah mantra, "Volantes Magicae!"

Bersambung

Continue Reading

You'll Also Like

216K 24.3K 27
Sang Tiran tampan dikhianati oleh Pujaan hatinya sendiri. Dia dibunuh oleh suami dari kekasihnya secara tak terduga. Sementara itu di sisi lain, dal...
1.2M 90.4K 36
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
133K 14.5K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
183K 585 4
pak bima yang tadinya setia berubah menjadi pencinta wanita