My Bad Sister || Hold Me Tigh...

By NihaOsh

833K 120K 47.7K

[SELESAI] "lagi-lagi Jeno ingkar, ia meninggalkanku tanpa kata selamat tinggal."-Shannon ** "Lihat, siapa ya... More

00 || Pernikahan papa
01 || Bartender
02 || Barcode
03 || Jaehyun
04 || Jalan malam
05 || Sakit
06 || Peduli
07 || Kissing
08 || Mati?
09 || Kafe
10 || Renang
11 || Celia
13 || Mabuk
14 || Kelicikan Yura
15 || Mereka mati
16 || Parasit
17 || Video
18 || Anonim
19 || Rumah sakit
20 || Menyerah
21 || Ayah ingin bertemu
22 || Janji
23 || Ancaman dari Yunho
24 || Menikah?
25 || Lebih dari sahabat
26 || Racun
27 || Rasa sakit
28 || Kenyataan pahit
29 || Pantai
30 || Sekali saja
31 || Cupcake
32 || Ingkar Janji
33 || Menyerah (2)
34 || Ternyata dia juga mencintai Shan
35 || Jalur hukum
36 || Ingkar janji lagi
37 || Pulau Jeju
38 || Jangan tertidur
39 || Jangan tidur terlalu lama
40 || Jeno dan Jaemin
41 || Jangan biarkan dia pergi
42 || Untuk Shannon [SELESAI]
43 || Ending Scene [BONCHAP]
44 || Jeno

12 || Trauma

17.9K 2.6K 821
By NihaOsh

Spam komen yuk!

Jangan lupa Vote juga ya, Terimakasih 😍😍

.
.
.

Shan membuka matanya, ia langsung bertemu tatap dengan penjaga uks, dokter Lee.

Shan pun mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap Dokter Lee dengan tatapa cemas, dokter Lee pun tersenyum dan mengusap bahunya.

"Kamu pingsan di kelas, kamu udah ngerasa lebih baik?" Tanya dokter Lee, namun Shan hanya diam masih dengan tatapan cemasnya.

Dokter Lee yang nengerti kecemasan Shan pun menghela nafasnya, ia meraih tangan Shan dan mengusapnya.

"Kamu hamil, kamu tahu?" Tanya Dokter Lee yang membuat mata Shan memerah dan meneteskan air matanya.

"Shan, aku tau kamu anak yang baik, kamu boleh cerita sama aku soal kehamilan ini," bisik Dokter Lee seraya tersenyum, dokter cantik yang lumayan akrab dengan Shan, mengingat Shan sering ke uks karena sering demam.

Shan terisak lirih, "j-jangan bilang siapapun."

"Ceritakan, Shan."

"Aku diperkosa, hks.. tolong bunuh janinnya, aku takut," lirih Shan dengan suara gemetar, dokter Lee menggeleng kecil.

"Jangan lakuin itu, kalau kamu gak mau cerita sama aku, kamu bisa bicara baik-baik sama orang tua kamu."

"Mereka akan marah hks, aku takut. Tolong bantu aku buat bunuh janin ini," pinta Shan dengan nada memohon, dokter Lee pun memeluk Shan dan mengusap surai Shan dengan lembut.

"Shan, bicara baik-baik sama orang tua kamu, ceritakan kejadian yang sebenarnya, mereka akan mengerti jika kamu gak bersalah," ujar dokter Lee, namun Shan tak menyahut, Shan terus menangis lirih di pelukannya.

Dokter Lee tahu Shan anak yang baik, maka dari itu ia percaya Shan tidak akan melakukan hal sebejat itu di usianya yang masih muda. Dokter Lee iba pada Shan, ia akan membantu Shan menjaga bayinya dan membantu Shan berbicara pada orang tuanya.

**

Shan kembali ke kelas dengan mata sembab, ia telah mengetahui kehamilannya sejak semalam, ia mengetesnya dengan alat tes kehamilan, mengingat akhir-akhir ini ia merasakan hal yang tak enak di tubuhnya, bahkan ia tidak datang bulan sudah dua bulan ini.

Shan memasuki kelasnya, ia berjalan menunduk, kemudian duduk di kursinya.

"Shan," panggil Dera yang duduk di samping Shan, Shan pun mengangkat kepalanya, ia bingung ketika semua mata mengarah padanya.

"Shan hamil," celetuk Celia yang membuat Shan sontak menoleh ke belakang, yang mana Celia duduk tak jauh di belakangnya.

"Gue denger lo hamil, gue habis dari uks dan gak sengaja dengerin obrolan lo sama dokter Lee," ujar Celia yang terlihat cemas, namun Shan tahu raut wajah cemas Celia hanya topeng.

"Gue gak nyangka sama lo," ujar Dera yang membuat Shan menatapnya, namun Shan tak mampu berkata-kata.

"Jangan bikin gosip yang gak bener, Celia," ujar Lucas yang terlihat kesal, ia menghampiri Shan dan berdiri di dekat Shan yang terlihat meremat roknya sendiri.

"Ngomong aja kalau semuanya gak benar," bisik Lucas yang tahu Celia selalu menganggu Shan, mengingat Shan adalah anak terlugu di kelas ini.

"Cel, gue tau lo selalu gangguin Shan, tapi tuduhan lo udah parah banget," ujar ketua kelas, Mark.

"Gue udah bilang dari tadi, kalau gue denger langsung dari dokter Lee, bahkan Shan nangis di sana. Pasti itu benar," sahut Celia yang membuat orang-orang berbisik tentang Shan.

Sementara Shan menundukan kepalanya dengan nafas memburu, kedua tangannya terus meremat roknya.

Lucas menatap Celia dengan tajam, "lo bisa buktiin kalau ucapan lo benar?" Tanya Lucas, dan Celia menganggukan kepalanya sambil tersenyum kecil.

"Kalau Shan berenti sekolah dalam waktu dekat, tandanya dia hamil," ujar Celia yang membuat Shan mengeraskan rahangnya, ia menahan tangisnya, padahal ia bisa saja mengatakan bahwa itu tidak benar, namun ia tidak bisa, ia hanya ingin menangis saat ini.

"Shan, jangan diem aja, kalau emang itu gak benar, lo bisa bantah!" Ujar Dera seraya menarik bahu Shan, namun Shan tetap terdiam, mengundang kecurigaan yang kuat dari teman-temannya.

"Shan," bisik Lucas dengan tatapan cemas, sampai akhirnya ia bisa melihat Shan yang meneteskan air matanya dengan bibir gemetar.

Seketika Lucas terdiam dengan tatapan tak percaya, kesedihan Shan telah menjawab tuduhan Celia.

Lucas pun kembali menatap Celia dengan tajam, "berhenti ganggu Shan, Shan gak mungkin hamil, dia anak baik," desis Lucas, lalu matanya mengarah pada yang lain.

"Kalian semua tahu Shan anak baik, jangan percaya ucapan Celia," desis Lucas lagi, lalu ia menarik tangan Shan hingga keluar dari kelas, dan Shan mulai terisak lirih, membuat hati Lucas terasa sakit.

"G-gue harap semua itu gak benar," bisik Lucas dengan suara gemetar.

**

Setelah turun dari motor, Shan segera memasuki rumahnya meninggalkan Jeno di depan rumah.

Jeno mendengus kecil, nampaknya Shan memiliki masalah dengan teman SMAnya yang bernama Celia.

Sebenarnya Jeno mendengarkan percakapan Shan dan Yunho malam itu, dimana Shan mengakui bahwa dirinya diperkosa, hal itu membuat Jeno sakit mendengarnya, ditambah perkataan Yunho yang begitu menusuk, membuat Jeno ingin melindungi Shan lebih dalam lagi, namun Jeno sadar, ia belum sepenuhnya mengetahui permasalahan Shan.

Jeno menghela nafasnya, ia pun kembali melajukan motornya pergi dari rumahnya, ia harus bekerja, dan tidak memaksa Shan untuk hari ini.

**

Shan berulang kali menghembuskan nafas memburunya, tangannya meremat pinggiran Bathtub hingga jarinya memutih, ujaran kebencian yang ia dapat di waktu SMA kembali terngiang, bahkan bayangan raut wajah jijik mereka terbayang begitu saja.

Shan membuka matanya, memandang langit-langit toilet dengan bola mata yang bergerak gelisah, ia kedinginan, namun keringat terus bercucuran di wajahnya.

"P-pergi," desis Shan dengan suara gemetar, ia tidak boleh kalah dengan traumanya, ia harus menahan rasa takutnya dan mengusir bayangan itu, bayangan dimana Jaehyun merusaknya.

Shan mengubah posisinya menjadi duduk, kemudian kedua tangan gemetarnya meremat rambutnya sendiri, kepalanya tertunduk dengan mata yang memandang air yang menenggelamkan setengah tubuhnya.

Shan terus mengerang tertahan, rasanya sakit ketika bayangan menjijikan itu terus terlintas di otaknya, ia memang menjadi bebas sekarang, melakukan Sex dengan siapapun, namun ia melakukan itu untuk menghancurkan bayangan Jaehyun yang merusak dirinya saat pertama kali.

Memang cara yang gila, tapi cara itu sukses menganbil alih pikiran Shan bahwa Sex bukanlah hal yang salah, ia menikmatinya, jadi tidak perlu ada lagi rasa trauma yang menyerangnya. Namun trauma itu kembali datang sejak ia kembali bertemu dengan Jaehyun, bahkan malam itu ia hampir kehilangan kendali jika saja Jeno tidak menemaninya terlelap.

Entah kenapa, Shan bisa melupakan rasa takutnya ketika bersama Jeno.

"Aarggghhhh"

Shan mengerang lagi, ia semakin menarik surainya dengan kencang, semakin keras ia berusaha menghapus bayangan itu, semakin terlihat jelas bayangan buruk itu terlintas.

Cklek

"Shan!"

Shan mematung ketika seseorang datang dan memeluknya, menarik kedua tangannya agar menjauh dari surainya sendiri.

"J-Jeno," lirih Shan.

"Hm, ini gue," bisik Jeno yang membuat Shan sontak membalas pelukan Jeno, ia menangis tertahan, menahan jeritan memilukan yang tak mau ia tunjukan.

Jeno mengusap punggung polos Shan dengan lembut, "ada gue, lo aman," bisik Jeno lagi, ia tak memperdulikan bajunya yang basah karena tubuh Shan, yang penting ia harus menenangkan Shan yang terlihat sedang tak baik-baik saja.

Sebenarnya Jeno dalam perjalanan ke Kafe, namun ia putar balik ketika ia rasa cemas itu muncul, ia mencemaskan Shan, sebab sekarang ia tahu, Shan suka nenyakiti dirinya sendiri jika sedang tak baik-baik saja, ia tidak akan membiarkan Shan melakukan itu.

Setelah beberapa menit kemudian, tangisan Shan mereda, hanya tersisa isakan lirih dengan suara gemetar.

Jeno meraih jubah mandi Shan dengan tangan kirinya yang tersampir disana, kemudian menarik Shan agar berdiri, ia tak memperdulikan tubuh polos Shan, ia langsung memakaikan Shan jubah mandi menggendong Shan keluar dari sana.

Jeno mendudukkan Shan di pinggiran kasur, ia memandang Shan yang tertunduk dengan bahu gemetar, Jeno pun memeluk Shan, membiarkan Shan menyandarkan pipi di perutnya.

"Lakuin apapun yang bisa bikin lo tenang," ujar Jeno dengan suara pelan, hal itu membuat Shan memeluk pinggangnya.

"Jangan pergi," bisik Shan, dan Jeno tak menyahut, ia malah mengusap surai Shan dengan lembut.

Cukup lama mereka dalam posisi itu, sampai akhirnya Shan melepaskan pelukannya.

"Gue baik-baik aja, lo boleh pergi," ujar Shan dengan suara pelan, masih dengan kepala tertunduk.

Jeno pun melangkah pergi, namun ia kembali begitu cepat dengan handuk kecil di tangannya, ia pun menaruh handuk itu di kepala Shan, kemudian mengusap surai Shan yang basah dengan handuk tersebut.

Jeno sedikit menarik wajah Shan, hingga kepala Shan terdongak dan bertemu tatap dengannya.

"Lo jelek," gumam Jeno dengan dingin, membuat Shan menatapnya dengan tatapan sebal, namun mata sembabnya tak bisa berbohong, bahwa Shan masih merasa sedih saat ini.

"Udah gue bilang jangan nyakitin diri sendiri, berapa kali gue harus bilang biar lo denger?" Ujar Jeno yang terlihat marah, namun Shan hanya diam masih dengan tatapan sebalnya, seolah tak ada yang terjadi sebelumnya.

Jeno menyingkirkan surai blonde Shan yang terlepas dari kulit kepalanya Shan, untungnya tak terlalu banyak.

Jeno menghela nafasnya, "pakai baju lo, setengah jam lagi gue-"

"Jangan pergi." Shan menyela perkataan Jeno.

"Lo mau pake baju di depan gue?" Desis Jeno.

"Emangnya lo gak punya kelopak mata?" Shan balik bertanya, kini Shan yang menyebalkan telah kembali, membuat Jeno mendengus sebal.

Jeno pun melangkahkan kakinya menuju jendela besar di kamar Shan yang tirainya masih tertutup, ia pun sedikit menyibbakan tirainya hingga cahaya matahari masuk ke kamar tersebut.

Shan beranjak dari kasurnya, ia pun mengenakan pakaiannya disana.

"Apa kita perlu ke rumah sakit?" Tanya Jeno secara tiba-tiba, namun tak ada sahutan dari Shan.

"Cuma perlu check kesehatan lo, lo demam lagi," lanjut Jeno.

"Gue baik-baik aja," sahut Shan dengan suara pelan.

"Apa lo bisa bedain yang mana baik-baik aja dan gak baik-baik aja?"

"Hm, keduanya sama aja, dan gak merubah apapun."

Jeno terdiam sejenak, kemudian ia membalikan tubuhnya, sementara Shan segera nengenakan kaos oversizenya.

Ddrrtt
Ddrrtt

Tiba-tiba ponsel Shan berdering di atas nakas, Shan pun dengan malas meraih ponselnya di sana, dan ia mengerutkan dahinya ketika nama Jaemin tertera di layar ponselnya.

Shan pun menerima panggilan tersebut.

"Iya?"

"Kata Jeno lo sakit," ujar Jaemin yang membuat Shan membalas tatapan Jeno.

"Hm enggak, cuma butuh istirahat."

"Ah iya, kalau begitu istirahat yang banyak, jangan kerja dulu kalau masih gak enak badan."

"Hm."

"Hm, yaaa, gue tutup, Shan."

"Ya," sahut Shan dengan singkat, kemudian sambungan pun terputus.

"Lo bilang apa sama Jaemin?" Tanya Shan yang terlihat kesal.

"Lo sakit, gak bisa kerja," sahut Jeno, dan Shan hanya mendengus kecil, dan siang itu Jeno menemani Shan di rumah, mereka mengobrolkan hal kecil.

**

"J-jadi Shan pernah hamil waktu SMA?" Tanya Yura setelah mendengar cerita dari Celia mengenai Shan seraya meremat stir mobilnya sendiri, dan Celia yang duduk di sampingnya mengangguk kecil.

"Gue denger di perkosa sama kakak kelas, tapi sampe sekarang belum tahu siapa kakak kelas itu, ngomong-ngomong kenapa Shan bisa sama Jeno?"

"Sekarang Shan sodara tirinya Jeno, dia sombong, nyebelin, bahkan mereka keliatan deket banget," sahut Yura yang terlihat tak suka, lalu ia membalas tatapan Celia.

"Shan keliatan takut waktu ketemu lo, dia bahkan langsung pergi gitu aja," ujar Yura.

"Hm, setelah orang di sekolah tau dia hamil, dia berenti sekolah, tapi ada yang bilang beberapa bulan kemudian dia sekolah di sekolah lain. Kayaknya dia nyembunyiin fakta tentang dia hamil sampe sekarang, makanya dia langsung pergi setelah liat gue," sahut Celia.

Yura tersenyum kecil, "kayaknya Jeno gak tau soal ini," gumam Yura, dan Celia mengangguk setuju.

Yura menghela nafasnya, "gak tau kenapa gue takut Jeno suka sama Shan, padahal mereka saudara tiri sekarang."

"Gimana kalau Jeno beneran suka sama Shan?" Tanya Celia seraya tersenyum kecil ketika Yura terlihat kembali kesal.

"Gue gak akan Biarin iru terjadi, lagi pula yang gue tau Jeno gak suka cewek nakal, apalagi Jalang kayak Shan," sahut Yura, dan Celia tertawa pelan.

Yura meremat stir mobilnya, kemudian ia melajukan mobilnya menjauh dari supermarket, "gue gak akan kalah sama jalang itu."

.
.
.
.
Tbc

Next?

Btw umur kalian berapa? Hehehehe

Continue Reading

You'll Also Like

152K 371 8
" Dia yang mengajariku arti berjuang." -RachelRainaPutriHumaira " Dia yang mengajariku arti bertahan di sisa waktuku." -RendyAlvianoBramasta " Bisaka...
126 75 3
Mengisahkan seorang Wanita yang sedang menyukai adik kelasnya yang sangat cuek dan dingin dan juga populer yang membuat dia bertekat mendekati bahkan...
337K 49.1K 28
[SELESAI] Shannon hanya gadis polos yang ingin disayang oleh Jean, namun Jean malah mengambil kesempatan untuk merusaknya. "Ya, seharusnya aku tidak...
3.8K 424 42
[ C O M P L E T E ✓ ] • Weeeklyhypen stories || Heesoojin • Soojin dan Heeseung ditantang untuk berkencan selama 2 bulan. Berpikir itu adalah permain...