Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOL...

By hanwistereia

32.1K 5.2K 1.9K

"...ada yang mau sama lo, tapi lo-nya gak mau. Giliran lo-nya mau, dianya gak mau..." -Yang Jeongin, 2020 Ini... More

00 : prolog
01 : new page
02 : another side
03 : as if it's
04 : inner
05 : mood
06 : Jongho
07 : play date
08 : all day long
09 : move on? system not found
10 : don't die
11 : I like him
12 : focus
13 : lunch
14 : thinking out loud
15 : day and night
16 : pleasure
17 : like always
18 : conversation
19 : followed
20 : boy-space-friend
21 : reason
22 : let it all go
23 : sweet talking
24 : attached
25 : Cause I'm Envy
26 : coming home
27 : from home
28 : for home
29 : hands on me
30 : next to you
31 : meet up
32 : sick
33 : almost ended
34 : just a dream
35 : how it's ended
36 : summer break
37 : affirmation
38 : another page
39 : roommate
40 : bothered
41 : daily of college
42 : dating on the festival
43 : dating on the festival (2)
45 : confident
46 : under control
47 : who's knows?
48 : he knows
49 : tossed around
50 : the bitter part of life

44 : two is better than one

388 66 40
By hanwistereia

THIS IS REALLY FOR A REALLY A LONG LONG LONG LONG LOOOOOOOOONGGG TIME AAAAAAAAAAAAAAAA pls aku gatau ini nulis apa dan sejujurnya agak kurang pd hshshsh

kayaknya ini kebanyakan dialog atau deskripsi?? narasi??? grammarlyl error bcs i just write everything anything that passed in my head???? rllyy??? but not sure?? HAHAHAHAHHA PLS GTW HEMEHEHHSHHWUUSHHS (y ok penulisnya mulai kumat gilaknya)

pls really idk what i write but hope you like it and enjoy it!

happy reading guys 😭❤️😭




❏❏❏



Festival telah selesai, kembali lagi ke perkuliahan seperti biasa dengan rentang dua hari telah berlalu.

"Jeong," Beomgyu mencolek lengan temannya dari belakang. "masih ngambek?"

"...."

"Ini dah hari ketiga loh."

Yang Beomgyu maksud itu soal dirinya meninggalkan Jeongin berduaan dengan Nako pas festival kampus. Jeongin benar-benar kemusuhan sama sahabat sepergoblokannya itu. Ogah berinteraksi dengannya.

"Gue tadinya udah gak mau ngambek, tapi karena ditanyain jadi pengen ngambek lagi."

"Oh, ya udah kalau masih ngambek, gue cuman memastikan. Berarti gue kudu jaga jarak dulu sama elu."

Jeongin berjengit dan menahan lengan Beomgyu. "GUE NGAMBEK KENAPA MALAH LO TINGGAL?!"

"KEMARIN-KEMARIN LO NGAMBEK OGAH NGOMONG SAMA GUE!?" Beomgyu ikut ngegas.

"YA MAKSUDNYA TUH—"

"HOIIIIIIIII, masih pagi dah ribut aje!" Junseo menyela diantara keduanya.

"Lo juga gak perlu ikutan teriak, berisik!" sewot Nakyung sambil emukul punggung Junseo. Dia baru datang tapi kebetulan berdiri di belakang Junseo jadi pas tu cowok teriak, Nakyung kebudekan sejenak.

"Auw! Kenapa sih, gue salah mulu di mata lo? Besok-besok  gue pindah ke hidung lo aja!"

"Najis!"

"Hiyaaaa! Kalian berdua juga berantem mulu, dahal kelompok PRD-nya dah kelar!" ledek Beomgyu, sengaja biar gak fokus ke dia sama Jeongin lagi sih.

"Naksir kalee," Jeongin menimpali.

"Najis banget! Siapa yang naksir?!"

"Junseo maksudnya, tapi kok lo yang marah sih, Kyung? Jangan-jangan... lo yang naksir beneran?"

"Hiyaaaa!" Beomgyu kompor.

"Bacot! Minggir lo pada!" Nakyung mendorong Junseo menjauh sebelum melenggang pergi.

Junseo meringis. "Kalian yang ngeledekin, kenapa gue yang didorong?"

"Naksir lah, fiks!" tukas Beomgyu, sengaja teriak barangkali kedengaran sama Nakyung di dalam kelas.

"Gue. Enggak. Naksir!"

Ketawa semua selain Junseo.

Giliran orang lain yang dinistain, Beomgyu-Jeogin baru akrab.

Tapi tawa Jeongin berhenti duluan lantaran kaget ditepuk Minju yang baru datang. "Ayo, kalian juga cepet masuk keas. Udah mau jam 9."

Beda Jeongin yang malah diam, Beomgyu dan Junseo langsung hormat. "Siap, Nona Minju!"


❏❏❏


Beberapa hari terakhir semenjak 'kencan' di festival, rasanya hidup Beomgyu begitu berwarna.

Lebay banget sebenarnya kalau dibilang 'berwarna', wong kenyataannya mereka cuman temenan kayak biasa. Yang ada rasa lebih cuman Beomgyu, yang mesem-mesem cuman Beomgyu, yang goblok cuman Beomgyu doang.

Kalau Beomgyu pikir-pikir, hubungan antara dia dengan kak Soobin gak beda jauh dengan Minkyu dulu. Hanya saja, kalau mau jujur, kalau bareng Minkyu memang lebih menjerumus ke 'friends with benefit', tapi tentunya bukan yang menjerumus ke sana. Tapi tetap saja intinya mereka temenan tapi kencan ya gas.

Persisnya, kalau sama Minkyu, hubungan mereka seperti datang ketika sama-sama saling ada butuh—seperti perlu teman untuk belajar, atau pinjam barang, atau sama-sama saling suntuk sehingga pergi kencan dan ekhem—kalau dengan Soobin... itu murni mereka sama-sama berkeingin dari satu sama lain.

Selain perbedaan itu tadi, perbedaan lainnya yang paling kentara antara Beomgyu dengan Minkyu itu mereka hampir gak pernah berantem, malah gak pernah ribut sama sekali. Kalau Beomgyu sudah resek, Minkyu biasanya cuman diam saja sampai bikin Beomgyu merasa gak enak hati dan merasa tolol sendiri karena ngambek gak jelas terus minta maaf. Kalau sama Soobin... dibilang pernah berantem juga enggak, tapi kalau ribut mah jangan tanya.

Waktu sama Minkyu tuh berasa banget mereka ada sesuatu yang lebih begitu. Kalau sama Soobin... benar-benar gak jauh beda antara Beomgyu dan teman-temannya kayak Jeongin, Jiheon, Ryujin, atau dengan siapa pun lah.

Tapi, lepas semua itu, sebenarnya Beomgyu sendiri juga gak melakukan sesuatu yang berarti. Bukan berarti Beomgyu gak mau pacaran sama Soobin, tapi rasanya di saat-saat ini pacaran bukan sesuatu hal yang prioritas. Entah itu memang karena kuliah beserta tugas-tugasnya makin lama makin sinting membuatnya cuman bisa meleng sepersekian detik atau Beomgyu sendiri yang terlalu malas berharap.

Ya sudahlah.

Pena yang sejak tadi diputar di antara jemarinya terjatuh, menggelinding sekali di atas buku catatannya. Suaranya jadi satu-satunya keributan di antara senyap ruang perpustakaan tempatnya—seharusnya—belajar tapi malah dipakainya bengong.

Beomgyu mengerang tertahan seraya menjatuhkan kepalanya di atas buku-bukunya. Menggeliat pelan di tempat. Untuk beberapa saat dia membiarkan matanya terpejam tanpa coba memikirkan apa pun. Entah soal kuliah, soal kak Soobin, soal teman-temannya, soal apa pun... bahkan dirinya sendiri—atas hal-hal yang pernah dilakukannya.

Lantas dilihatnya jam pada ponsel didekatnya, menunjukkan pukul 4.13 PM. Beomgyu gak punya kelas lagi dan gak ada kegiatan khusus selain tugas individu dan merangkum materi. Akhirnya dia pun memutuskan beranjak pergi, kembali ke asrama.

Sekeluarnya dari gedung perpustakaan, Beomgyu diterpa dinginnya udara petang musim gugur. Meski gak sampai menggigil, tetap saja membuatnya sempat berjengit dan merapatkan jaket juga membenarkan lengannya.

Kampus masih seramai biasanya. Meski kebanyakan hanya orang-orang atau kendaraan berlalu lalang karena udara tidak sehangat musim lalu untuk bertahan lama di luar ruangan. Dari luar dinding kaca, Beomgyu bisa melihat sekumpulan mahasiswa yang belajar atau sekadar nongkrong sambil tertawa.

Apa yang dilihatnya, apakah sama seperti yang orang lain lihat padanya? Ketika Beomgyu juga bersama teman-temannya.

Menghindari jalan utama, karena Beomgyu pun gak begitu ngebet ingin cepat pulang, dia berputar mengambil jalan belakang. Lewati jalur yang lebih banyak rindang pohon dan semak. Kebetulan Beomgyu melewati gedung jurusan kimia yang bersebelahan dengan bekas laboratorium yang tak lagi terpakai. Tanpa ada alasan, dia menoleh menatap ke sana. Dan di tengah itu dia menangkap seseorang yang duduk—persisnya di pojokan area bebas merokok.

Langkah Beomgyu langsung tertahan, sebab dia kenal dengan sosok yang tengah merokok itu. Iya, siapa lagi kalau bukan teman sekamarnya, Cho Chanhyuk. Hanya dia satu-satunya teman Beomgyu yang merokok aktif.

Tanpa ragu, Beomgyu berjalan mendekat.

Beomgyu baru mengangkat tangannya buat menepuk pundak Chanhyuk ketika cowok itu lebih dulu menoleh bertepatan dengannya mengembuskan kepul rokok dari mulutnya.

"Beomg—uhuk—sorry, sorry! Lo gak pa-pa?"

"Gak pa-pa," wajah Beomgyu tetap berkerut, tapi lebih karena kaget. Chanhyuk juga sepertinya sama, kalau enggak dia gak akan tersedak sendiri sekarang.

"Sorry. Gue... gak sengaja." Chanhyuk menatap Beomgyu sungguh-sungguh.

"Iye, dibilang gak pa-pa. Lagian juga salah gue yang tiba-tiba muncul, ngagetin kakak juga. Kita sama-sama kaget, fair."

"Yeah," Chanhyuk mengangguk, lantas mematikan puntung rokoknya sebelum menyentilnya ke tempat sampah di dekatnya.

Beomgyu mengamati geraknya sambil beranjak duduk di sebelahnya. "Kenapa dimatiin rokoknya?"

"Kenapa? Ya karena lo gak ngerokok."

"Gue gak masalah. Lagian gue punya kakak juga ngerokok, udah biasa."

"Oh ya? Emang kakak lo di rumah juga ngerokok?"

"Jarang sih, soalnya kakak gue juga jarang pulang."

"Nah, itu maksud gue."

"Hah?"

"Lo membiasakan diri, bukan terbiasa. Even kakak lo aja gak ngerokok di hadapan elo, kenapa gue yang orang lain harus? Lagian gak ada kewajiban lo harus begitu, sama juga dengan gue sebenernya. Mau berhenti atau enggak, itu terserah gue."

Beomgyu terdiam sejenak. "Maaf, gue gak maksud—"

"No, please don't get it wrong." Chanhyuk menukas cepat. "Lupain soal rokok, lagian lo udah di sini. Mending gue tanya, lo habis darimana?"

"Perpus?"

"Nugas kelompok?"

"Enggak."

Chanhyuk tersenyum, "Orang biasanya kalau ditanya gitu, kalau gak diiyain dia bakal langsung ngasih tahu mereka ngapain."

"Gue salah—"

"Lo gak salah, gue cuman bilang." Chanhyuk menyela lagi. "You're differents."

"From who?"

"Anyone... anyone that I know."

"Well... oke."

"Itu aja?"

"Hngh... terus gue harus gimana?"

"Tersipu malu?"

"Geez, please, gue gak sehebat itu karena agak beda sampai kayak gitu?"

"Oh, bukan karena yang bilang gitu gue ya?"

"Maksudnya?"

"Maksudnya?"

Beomgyu cemberut, "Kenapa malah balik nanya sih?"

Chanhyuk tergelak pelan. "Gak tahu, pengen aja, soalnya... lo lucu."

"Makasih."

"Gak ada efeknya ya?"

"Maksudnya?" dahi Beomgyu berkerut bingung. "Ini ngomongin apa sih, kok gue jadi bingung sendiri?"

"Mungkin... karena lo pikir itu 'apa' sementara gue sebenarnya mengacu ke 'siapa', jadinya beda server."

"...."

"Tapi kalau lo gak mudeng, ya udah, lupain aja. Btw—"

"Apa? Apa sih? Jangan bikin gue penasaran—gak, gue bahkan udah terlanjur penasaran! Itu maksudnya apa?"

"Nothing, just asking."

"Asking my ass." Beomgyu berbisik kesal.

"Hey, we're too close, I can hear you, roommates." Chanhyuk mendorong dahi Beomgyu mundur dengan telunjuknya. "Jangan cemberut, nanti gue gak tahan."

"TU APA LAGI MAKSUDNYA? Daritadi ngomong gak jelas!"

"I don't wanna flirting, so we just stop here, alright? Right. Next question, lo udah makan belum? Gue sih belum, tapi belum laper, apalagi nanti masih ada kelas. Tanggung kalau mau makan."

"Kakak ada kelas apa jam segini? Yakali praktikum."

"Kalkulus 3, kelas malam khusus buat yang ngulang."

"Oh..."

"Tapi ya gak malem banget, toh, mulainya jam setengah 6. Setengah 8 juga dah balik kalau gak ada tambahan."

"Balik ke kamar?"

Chanhyuk gak menjawab, cuman bergumam samar dan malah berbicara hal lain. "Makin sore, lo gak kedingi—"

"Kenapa kakak jarang balik ke kamar?"

"...karena gue ada kegiatan di luar."

"Apa? Kegiatan apa sampai lewat tengah malem? Emang kakak ngapain makanya baru balik lewat tengah malam? Kakak ada kegiatan di kampus atau di luar kampus? Kenapa kakak tetep bela-belain balik ke kamar ketika lewat jam 11 malam gerbang utama asrama udah ditutup jadi mau gak mau kakak harus bela-belain jalan kaki sampai ke kamar? Apa gak capek?"

"Well... ternyata selama ini lo numpuk pertanyaan ya, dikirain gak pernah penasaran—"

"Gue penasaran, tapi buat apa gue penasaran tapi gak peduli?"

"Secara gak langsung, lo bilang kalau lo sebenarnya peduli sama gue?"

"Iyalah, kakak temen gue."

"Temen sekamar?"

"Temen."

"Temen sejurusan?"

"Temen. T-e-m-e-n. Temen." Beomgyu menjawab serius.

Chanhyuk terdiam, tapi tak lama setelahnya tertawa pelan. "Lo lucu banget, beneran."

"Jujur, gue gak tersinggung karena gue lebih gak ngerti. Apa sih maksudnya? Kakak sering bilang gue lucu tapi kayaknya bukan lucu dalam artian sebuah tingkah atau wajah menggemaskan gitu."

"Kalau yang itu, gue akui, itu gak salah juga. Kadang lo lucu secara harfiah, kadang lo lucu dalam arti yang lain... kayak sekarang. Jangan tersinggung."

"Gue gak tersinggung, tapi—ah! Omong-omong, kakak gak jawab sama sekali satu pertanyaan gue tadi!"

"Yah..." Chanhyuk menimbang-nimbang sejenak. "Gue kerja, oke? Selama ini gue kerja part time di luar, makanya balik malem terus."

"Weekend juga? Jangan-jangan kakak fulltime?"

"Enggak, gue shift siang sampai sore doang itu, cuman yah... emang sengaja balik malem. Me time."

"Oh, oke... tapi omong-omong..."

"Apa?"

"Kerjanya..." Beomgyu merendahkan kepalanya dan berbisik. "...legal kan?"

"Gue kerja di restoran, jadi pramusaji beneran."

"Hoo... syukur deh."

"Dan kenapa gue bela-belain tetep pulang ke asrama? Soalnya... biar gue inget kalau gue masih kuliah di sini."

"Maksudnya... kakak gak—hngh... suka kuliah di sini?"

Chanhyuk cuman senyum. "I'll let you answer by yourself."

Beomgyu sudah mangap hendak protes, namun diurungkan lantaran merasa gak enak hati kalau memaksa bertanya lebih jauh. Seenggaknya, sekarang Beomgyu tahu apa yang teman sekamarnya ini lakukan. Meski dia baru mengetahuinya lewat sebulan kemudian, tapi lebih baik dibanding tidak sama sekali. Seenggaknya lagi, Beomgyu gak perlu khawatir berlebihan akan tampilan berantakan Chanhyuk. Dia lelah dengan alasan—alasan kegiatan yang legal maksudnya.

"Oke, ya udah." Beomgyu menarik diri.

"Yup, sekarang giliran gue yang tanya, boleh?"

"Boleh."

"Lo udah punya pacar?"

Gedebuk

Chanhyuk berjengit kaget, tapi gak sempat beranjak menarik Beomgyu berdiri karena dia sudah berdiri duluan sambil menepuk lututnya yang mencium tanah. "Kenapa lo kaget banget?"

"Tiba-tiba banget, ya!" Beomgyu menatap protes. "Out of the blue. Gue kira kakak mau tanya kegiatan gue ngapain atau apa gitu kek yang lain, keluarga gue misal, atau Jeongin atau Jiheon dah punya pacar atau gebetan atau belum. Sapa tahu kakak naksir atau siapa gitu yang jomblo atau ada ribut-ribut apa. Ini mah—"

"Oke, sorry, lagian gue gak serius nanya itu. Cuman sengaja ngisengin lo doang."

Beomgyu langsung menghela napas dengan muka sepetnya. "Emang muka gue tipe yang gampang diisengin ya?"

"Kinda?" Chanhyuk tersenyum geli.

"Nyebelin, tapi gue gak akan banyak protes, udah biasa soalnya."

"Oke, gue gak akan nanya lebih lanjut, tapi... kita udah cukup lama di luar, apa lo gak kedinginan?"

"Gak terlalu, kakak sendiri bertahan lama di luar, sendiri pula."

"Kan sekarang lo temenin."

"Ya ya, serah," Beomgyu mengecek jam di ponselnya. "Kelas kakak jam setengah 6 kan? Sekarang ja, 5 juga belum ada, wanna go get something to eat? Or drink?"

"You treat?"

"Geez, all right, my treat."

"Gue bercanda."

"Udah terlanjur serius." Beomgyu yang pertama kali beranjak, berdiri dari duduknya dan menepuk pelan celana bekangnya. Menoleh pada Chanhyuk yang bergeming. "One cup of coffee and my treat."

"Sure, kalau lo maksa."

"Enggak juga, tapi, ayo kak." tangan Beomgyu terulur di hadapan Chanhyuk yang termangu sejenak menatap uluran tangan kepadanya dan si empunya gantian.

Beomgyu cuman memiring kepalanya seraya mengendikkan bahunya pelan.

Chanhyuk seperti gak punya pilihan selain menyambut uluran tangan Beomgyu dan beranjak turun dari duduknya. "All right, your treat."


❏❏❏


Setelahnya, Beomgyu kembali ke asrama seorang diri. Chanhyuk bilang kalau setelah kelas pun dia bakal langsung pergi, enggak kembali dulu ke asrama.

Beomgyu tahu kok, lagipula buat apa Chanhyuk singgah ke asrama dulu? Terlalu buang-buang waktu dan tenaga, buatnya pribadi.

Padahal Beomgyu cuman berjalan biasa, gak memikirkan hal-hal penting. Bahkan berpikir ingin cepat-cepat ke kamar dan rebahan di kasur. Membayangkan bagaimana tubuhnya merenggang di tempat setelah seharian diterpa udara luar dan kegiatan yang menguras tenaga, lantas bengong menatap langit-langit kamar seperti rutinitas biasanya.

Tapi itu selalu datang ketika Beomgyu hal yang dibayangkannya itu berhenti sampai di sana. Seperti bayangan indah yang tiba-tiba diterpa kenyataan. Tiba-tiba saja sekelebat percakapan dengan Chanhyuk tadi teringat.

"Lo udah punya pacar?"

Langkah Beomgyu sampai spontak berhenti buat memukul pelan sisi kepalanya. "Kenapa tiba-tiba kepikiran, kampret!"

Seolah itu memang telah diatur, ketika Beomgyu mencapai lantai lima asramanya dan berbelok menuju kamarnya, di situlah dia menemukan jawabannya.

"Lo udah punya pacar?"

Beomgyu ingat kalau dia pernah bilang, ingin berhenti mencari pacar dan fokus dengan kuliahnya.

Tapi Soobin ada di sana. Berdiri di depan kamarnya hendak membuka kunci pintu kamarnya. Dan entah siapa yang berbisik padanya, saat memegang hendel pintu, dia tiba-tiba menoleh. Bertemu dengan Beomgyu yang menatapnya dari jarak lima meter. Dia tersenyum dengan lesung pipinya.

"Yo, dek, baru balik juga?"

Deg deg deg deg

Debaran jantung ini membuat Beomgyu merasa konyol sendiri. Dia pun mendekat sambil—tanpa sadar—merapihkan poni rambutnya.

"Iya nih kak, lo sendiri aja?"

"Iya, kayak lo, sama-sama jomblo."

Menyebalkan. Beomgyu diingatkan, kapan terakhir kali Soobin berbicara dengan baik padanya? Tentu saja, maksudnya... bukan berarti Soobin enggak baik. Soobin baik. Terlampau baik.

Kenapa ya, gue bisa suka sama lo?

"Sorry, tapi gue bukan jomblo, gue—"

"Oh iya, lo jones, jomblo nelangsa."

Beneran deh, lo pake pelet apaan sih? Resek gini padahal.

"Ayok berantem deh kak, kayaknya dah lama kita gak saling tonjok."

Soobin cuman ketawa dan memberikan kepalan tangannya mendorong dahi Beomgyu pelan. "Nyoh."

"Resek lu kak. Awas minggir, badan lo gede, ngalangin jalan!" Beomgyu mendorong Soobin supaya menyingkir kendati lebar jalan jelas muat buat mereka berdua berdiri sejajar. Sengaja. Beomgyu ingin menyentuh Soobin, tapi kalau disentuh duluan oleh Soobin, Beomgyu megap-megap.

Seperti sekarang. Jantungnya berasa jeblos seketika ketika Soobin meraih pergelangan tangan Beomgyu dari belakang.

"Lo dah makan belom?"

"B-belum lah, jam makan malem aja juga belum."

"Makan bareng yuk, dek."

Oke, ini cuman diajak makan bareng, bukan diajak kawin tapi jantung Beomgyu jedug-jedug untuk ke-unlimitted kalinya tanpa sumimasen.

"Gue punya kupon stiker jjajangmyeon, beli satu gratis satu, keren kan?"

"Keren banget kak, coba kalau bayar UKT juga sistemnya gitu."

"Hahahaha, gue juga mau kalau gitu mah."

"Yah..." lantas pandangan Beomgyu mengarah pada cekalan tangan Soobin masih bertahan di pergelangan tangannya. Itu antara masalah dan gak masalah. Mungkin yang jadi agak masalah karena tangan kanan Soobin yang mencengkeramnya terisi oleh sesuatu yang sama dengan di tangan kiri Beomgyu.

Gelang 'hadiah' dari permainan tembak-tembakan saat festival tempo lalu.

Tunggu, Beomgyu memakai gelangnya di tangan kiri dan Soobin memakainya di tangan kanan, terlebih ini gelang pasangan yang kaitannya bisa disatukan ketika gandengan...

"Dek? Beomgyu? Muka lo kenapa tiba-tiba merah? Lo sakit?"

Beomgyu mengerjap dan menengadah, seketika merasakan telapak tangan Soobin di dahinya.

Beomgyu melotot seketika dan menarik diri, melepaskan cekalan tangan seketika. "Enggak! Gue—"

"Tangan lo gue pegang lumayan dingin, jangan-jangan lo demam? Mau gue—"

"Enggak! Gue gak pa-pa! C-cuman—cuman—" Beomgyu memutar cepat otaknya. "Cuman habis lari di tangga! Ya, iya!"

Soobin menatap dengan sebelah alis terangkat. Skeptis.

"Gue gak pa-pa, kak!" Beomgyu mendorong Soobin menjauh. "Mending lo pesen jajjangmyeon-nya sekarang selagi gue mandi dan ganti baju. Nanti gue ke kamar lo, oke? Oke!"

"Tapi—"

"Dah kak, jangan kangen ya! Gue cuman mau mandi bukan mencari kitab ke timur, bubay!"

Dan dengan itu Beomgyu segera berjalan mundur memasuki kamarnya. Membuka kunci terburu-buru, meninggalkan suara berdebam pintu.

Berharap suaranya mampu mengalahkan detak jantungnya sendiri.

[28-07-2021]

sebentar, aku mau ketawa lagi

HAHAHAHAHHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAHSAHSAHSJSAHDJKSAHJDSHDJSHDSHDJSH

ok sdh

firstly, aku mau minta maaf dulu karena pls ini terabaikan begitu lama dan beberapa mungkin tahu alasannya kenapa ):

terlepas dari kesibukan rl (ofc theres always busy duh hshs) karena jujur aku terlena mengerjakan book sebelah yg PLIS ITU RINGAN BANGET KONFLIKNYA KAYAK HAHAHAHAHA WKWKWKWKWK NANGIS PLS AKU GAK PUNYA ALASAN LAIN KARENA EMANG ITU ALASANNYA 😭😭😭😭

selain karena ringan sekali konfliknya, aku pun secara tidak bertanggungjawab jadi bucin cast di sebelah, damn... i really into make that! (nangis lagi) 😭😭😭

ya udah, kayaknya gitu aja dulu, aku berencana untuk double up atau setidaknya up next chapter dalam waktu dekat tapi karena click on rata2 panjang banget dan penggambaran detailnya terlalu shswasweswos jadi yah mungkin cukup makan waktu, tapi karena kebetulan aku lagi punya waktu dan ide sedang mengalir turun dan wangsit sedang kenceng, aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk menulis (sampai mentok lagi tepatnya ._.)

oke! seperti biasa aku yg banyak ngebadut, aku tetap berterimakasih buat teman-teman yg menyempatkan mampir ke mari, really thank you so much i really appreciated that gosh i love you so much guys but sorry i love soobin more /dipukul/ (NANGIS LAGI) 😭😭😭

ya sudah, begitu saja, see ya! and dont forget keep healthy and stay safe! loppp ❤️❤️❤️

Ps: untuk moment soogyu, silahkan mungut di twitter karena ANJIIMMM ITU BANYAK SEKALI BERSERAKAN HAHAHAHAHHA OK JA MATTA NE! /berseru ala cwk loli/

Continue Reading

You'll Also Like

78.2K 7.6K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
71.3K 5.2K 24
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ Ma...
180K 15.3K 26
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
49.2K 3.5K 51
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...