Rahasia Yang Terkubur [TAMAT~...

By sariardhi

9.6K 390 80

Kota kecil itu seharusnya memberikan kedamaian dan ketenangan yang Axel cari. Namun, bayang-bayang perselingk... More

- Perkenalan -
- Prolog -
- Bab 1 -
- Bab 2 -
- Bab 3 -
- Bab 4 -
- Bab 5 -
- Bab 6 -
- Bab 7 -
- Bab 8 -
- Bab 9 -
- Bab 10 -
- Bab 11 -
- Bab 14 -
~ PENGUMUMAN EBOOK ~

- Bab 12 -

384 23 2
By sariardhi

Dua kematian dalam rentang waktu yang berdekatan telah terjadi di kota ini. Pertama Agatha ditemukan tidak bernyawa terbenam dalam darahnya sendiri di rumahnya dan kedua adalah Sukma yang ditemukan tewas tenggelam di danau. Dua peristiwa dengan kematian yang tidak wajar. Apakah keduanya berhubungan?

Axel memutar otaknya mencari benang merah antara kematian Agatha dan Sukma sambil duduk melihat ke arah pemandangan luar jendela. Saat ini Axel dan Kalena sedang berada di sebuah penginapan untuk mengungsi. Axel sementara tidak ingin kembali ke rumahnya malam ini dengan suasana di sana yang masih belum kondusif karena polisi masih mencari penyebab tenggelamnya Sukma. Pihak kepolisian sampai saat ini beranggapan jika kematian wanita itu karena sebuah kecelakaan. Tidak ada tanda-tanda orang lain dengan sengaja menenggelamkan tubuh Sukma dengan paksa. Namun, penyelidikan belum berakhir dan karena itu petugas polisi masih dikerahkan untuk mencari petunjuk lain yang mungkin masih dapat ditemukan di sekitar tempat kejadian perkara. 

Sesampainya di penginapan tadi, Axel buru-buru menelepon Reynald menceritakan kejadian yang barusan menimpanya. Reynald yang tentu saja terkejut mengatakan besok pagi akan segera berangkat menemui Axel. Setelah memutuskan sambungan telepon dengan Reynald, tanpa menunggu lebih lama lagi, Axel menekan nomor telepon Marisa. Pria itu menjelaskan sebagaimana dia telah menceritakan kepada Reynald sebelumnya. Suara Marisa terdengar sangat panik dan kalut. Wanita itu berkata akan segera ke kota itu pagi-pagi sekali. Axel berusaha menenangkan Marisa dengan mengatakan bahwa saat ini Kalena telah berada di tempat yang aman dan menyodorkan ponselnya kepada sang putri. Begitu mendengar suara Kalena dalam sambungan telepon, Marisa merasa sangat lega dan mengatakan kepadanya jika besok pagi sekali akan menjemput dirinya bersama Renzy.

"Papa? Papa nggak tidur?" ucap Kalena lemah, terbangun dari tidurnya.

Tanpa menjawab, Axel bangkit dari kursinya dan duduk di atas kasur sambil memangku kepala sang putri. Gadis itu pun langsung tertidur kembali. Axel mengelus rambut Kalena sambil berpikir lagi mengenai kaitan antara kematian Agatha dan Sukma. Pasti ada sesuatu karena terjadi berselang beberapa hari saja. 

Sejauh ini yang berhubungan dengan kedua orang itu adalah Yulius. Namun, sangat tidak masuk akal jika pria itu ada sangkut pautnya dengan kematian Sukma. Mengapa Yulius membunuh sang ibu? Apa motifnya? Suara-suara dalam otak Axel terus menerus mengeluarkan berbagai teori dan pertanyaan-pertanyaan membuat kepalanya pening. Pria itu lama-kelamaan mulai merasa mengantuk. Otaknya terlalu berat bekerja memikirkan tentang tewasnya Sukma dan kaitannya dengan Agatha. Axel mengangkat pelan kepala Kalena, kemudian memindahkannya ke atas bantal. Pria itu berbaring dan tidak berapa lama tertidur.

Keesokan harinya Axel telah kembali ke rumah untuk memeriksa keadaan di sana. Dia terpaksa meninggalkan Kalena di penginapan. Pria itu beranggapan jika sang putri lebih aman tetap berada di sana dan tidak ingin dia kembali ke rumah ini. 

Saat memasuki rumah, ada hawa yang terasa begitu berbeda dari sebelumnya bagi Axel. Kulitnya merinding, badannya menegang dan sepertinya ada aura negatif yang menyelimuti rumah. Axel melihat ke halaman belakang melalui pintu kaca sambil melipat kedua tangannya. Dia kembali mengingat kejadian kemarin malam, terutama wajah Sukma yang seperti menampakkan ketakutan.

Setelah menelepon polisi, Axel segera menyuruh Kalena kembali ke dalam rumah dan dia bergegas menuju rumah Yulius untuk memberitahukan tentang Sukma. Kaget sekaligus tidak percaya langsung tergambar dari raut wajah Yulius dan pria itu langsung berlari ke danau. Poppy mengejar sang suami yang sudah jauh meninggalkan rumah. Begitu juga Axel yang mengekor mereka. Saat tiba di danau, Yulius mulai histeris melihat Sukma mengambang di permukaan danau. Pria itu selanjutnya menceburkan diri ke danau, mengangkat tubuh sang ibu, kemudian meletakkannya perlahan di atas jembatan. Yulius berusaha untuk memberikan napas buatan dan memompa jantung sang ibu. Berkali-kali dia melakukannya, tetapi tubuh Sukma tetap terbaring kaku tanpa tanda-tanda kehidupan. Poppy menyuruh Yulius untuk berhenti dengan menarik lengan sang suami, tetapi pria itu langsung menampiknya. Yulius ingin terus berada di sisi Sukma dan tetap berusaha menyelamatkan nyawa sang ibu, meskipun mustahil terjadi. Segigih apa pun usaha Yulius, tidak akan mampu menghidupkan kembali Sukma.

Kurang lebih dua puluh menit kemudian, polisi dan petugas medis bersamaan mulai berdatangan. Seorang petugas medis yang memeriksa kondisi Sukma menyatakan jika wanita tua itu telah meninggal dan tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Tentu saja pernyataan itu makin membuat Yulius histeris. Dia berteriak memanggil nama sang ibu saat tubuh wanita malang itu dimasukkan ke dalam kantong mayat berwarna hitam. Selanjutnya, dua petugas medis menggotong kantong mayat itu ke dalam mobil ambulans. Yulius memaksa agar diperbolehkan ikut mengantar jenasah Sukma ke rumah sakit. Poppy yang mencemaskan sang suami juga turut serta dalam mobil ambulans itu.

Seorang petugas polisi mengarahkan Axel agar masuk ke rumah. Di ruang tengah, dua orang polisi bertugas menginterogasi Axel dan Kalena perihal penemuan mayat Sukma. Kalena menjadi orang pertama yang ditanyai. Axel ikut mendamping sang putri saat itu. Pria itu tampak kagum melihat Kalena duduk tegap tanpa rasa ragu maupun takut menjawab setiap pertanyaan dengan tegas. Namun, Axel juga tidak tega dan merasa bersalah kepada Kalena karena menjadi terlibat dalam peristiwa mengerikan semacam ini. Kematian Sukma memang merupakan sebuah tragedi. 

Setelah selesai menanyai Kalena, kemudian giliran Axel. Salah satu petugas polisi yang bertugas menginterogasi memanggil seorang petugas lain untuk membawa Kalena pergi. Gadis itu menoleh ke arah Axel yang langsung memberikan sebuah anggukan pelan sebagai tanda supaya sang putri mengikuti perintah petugas polisi tadi. Kalena bangkit meninggalkan ruang tengah, kemudian mengikuti seorang polisi wanita menggiringnya menuju dapur.

"Kami prihatin putri Anda harus ikut terlibat dalam kematian Nyonya Sylvan. Seorang gadis muda seharusnya tidak mengalami bahkan sampai menemukan hal mengerikan seperti itu, Tuan Harun. Semoga saja kejadian ini tidak membekas trauma kepada Nona Kalena," tutur seorang petugas polisi.

"Terima kasih untuk perhatian Anda. Saya yakin putri saya akan baik-baik saja," balas Axel.

"Baiklah, karena hari sudah semakin larut, kita langsung saja. Sama seperti putri Anda tadi. Saya ingin mengetahui bagaimana Anda menemukan jenasah Nyonya Sylvan?" tanya petugas polisi.

"Tadi sekitar pukul sepuluh lebih dua puluh lima menit, saya dan Kalena baru tiba di rumah setelah berjalan-jalan di pusat kota. Saya yang kelelahan langsung merebahkan tubuh di atas sofa di sana," Axel menunjukkan sebuah sofa di belakang petugas polisi, "sedangkan, Kalena ke luar melihat danau. Tiba-tiba Kalena berlari masuk ke rumah dan dengan terbata-bata dia mengatakan jika ada seseorang yang tenggelam di danau. Saya pun langsung memeriksanya dan saat itulah saya menemukan tubuh Nyonya Sukma mengambang di permukaan air danau." Axel selesai menjelaskan.

"Kemudian, apa yang Anda lakukan?" Sang polisi lanjut bertanya.

"Saya segera menghubungi polisi dan ke rumah Yulius. Memberitahukan tentang ibunya. Dan kami berada di jembatan danau sampai polisi tiba," ujar Yulius tegas.

Petugas polisi yang lain ikut menanyai Axel. Berbeda dengan Kalena, dua petugas polisi itu lebih intens bertanya sampai menyoal tentang tujuan Axel pindah ke kota ini. Pria itu merasa tidak melakukan sesuatu yang salah sehingga menjawab seluruh pertanyaan dengan lancar tanpa ada yang ditutup-tutupi. 

Sekitar tiga puluh menit  Axel dicerca berbagai pertanyaan, bahkan salah satu petugas polisi menyinggung tentang kematian Agatha, "Mengapa setiap ada orang yang tewas, Anda selalu ada di tempat kejadian? Sejak Anda datang ke kota ini, sudah ada dua orang meninggal dengan tidak wajar. Agatha dan Nyonya Sylvan. Sepertinya Anda memikat kematian. Tolong jelaskan kepada saya supaya saya bisa memahami semua ini."

"Saya tidak memiliki jawaban. Saya sama bingungnya dengan Anda," balas Axel seraya meletakkan siku ke atas meja untuk menopang dagu.

Axel sama sekali tidak menyangka jika akan terjadi kematian lagi. Pria itu sangat yakin jika kematian Sukma bukan karena kecelakaan. Apa yang dilakukan seorang wanita tua malam-malam di luar rumah sampai-sampai berakhir dalam danau? Apakah ada sesuatu yang sedang dicarinya di sana? Axel terus berpikir keras sambil masih melihat ke arah danau tanpa berkedip.

Koper itu. Batin Axel tiba-tiba. Aku harus ke sana.

Sebuah suara mesin mobil mengalihkan Axel, kemudian dia berjalan menuju pintu depan. Pria itu membuka pintu tepat saat seseorang keluar dari dalam mobil. Axel mengeluarkan sebuah senyum lebar menyambut tamu yang datang dari jauh.

"Reynald!" teriak Axel dan langsung memeluk sahabatnya.

Reynald mengatakan jika dia datang bersama Marisa dan Renzy, tetapi kedua orang itu langsung menuju penginapan tempat Kalena berada sesuai instruksi Axel tadi pagi. "Ayo kita masuk, ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ajak Reynald sembari mendorong pundak Axel.

Di dapur Axel menyuguhkan kopi panas kepada Reynald yang sedang duduk di meja makan dan terlihat mengeluarkan sebuah map bening berwarna biru. "Ini informasi yang kamu inginkan. Aku harap bisa membantumu karena terus terang aku sama sekali tidak menyukai keadaan ini. Harusnya sekarang aku menyeretmu pulang bersamaku. Percuma aku membawamu ke sini, bukannya tenang dan mulai menulis, tetapi malah membuatmu mendapatkan masalah. Dua kali menemukan orang tewas, bukan sesuatu yang baik. Itu pertanda buruk. Kamu tahu itu 'kan, Xel?"

Setelah mengobrol santai sebentar sekadar menanyakan keadaan masing-masing, Axel dan Reynald mulai membicarakan masalah serius. Reynald membuka map bening yang dibawanya tadi dan mulai menjelaskan,"Elisa menghilang dari kota ini tahun 2003, tetapi seperti yang kamu lihat di sebuah foto hasil dari kamera cctv ini, dia terlihat di sebuah stasiun kereta di tahun yang sama," Reynald menyodorkan sebuah foto yang diduga adalah Elisa kepada Axel, "kemudian ada foto ini. Seorang wanita dengan ciri-ciri yang sama terlihat di sebuah stasiun kereta di kota yang berbeda empat tahun setelahnya. Kamu mengenali wanita dalam foto itu?" lanjutnya. 

"Ini Elisa, bukan? Tapi dia terlihat berbeda." Axel menyipitkan kedua kelopak matanya untuk melihat lebih jelas.

"Namanya Amanda. Aku menduga jika Elisa dan Amanda adalah orang yang sama. Pada tahun 2004 Elisa bekerja pada seseorang wanita kaya raya, tetapi satu setengah tahun kemudian wanita itu mengalami sebuah kecelakaan yang tidak wajar. Dia ditemukan tewas di lantai rumahnya. Polisi mencurigai keterlibatan Elisa. Namun, karena kurangnya bukti maka kasusnya tidak dilanjutkan. Elisa pun tidak lagi bekerja di sana dan dia menghilang," ujar Reynald sambil menyeruput kopinya karena tenggorakannya kering akibat banyak berbicara, "selanjutnya pada tahun 2009 terjadi sebuah pencurian disertai pembunuhan terhadap seorang petugas keamanan yang bertugas menjaga sebuah toko emas dan ini foto para pelaku yang berhasil terekam dari kamera cctv. Coba kamu lihat siapa wanita yang di sini?" Axel menunjuk seseorang di dalam foto.

"Ini Elisa! Tapi mengapa namanya Amanda?" Axel menebak dan Reynald menganggu setuju, "Jadi, dia masih hidup?" lanjutnya bersemangat.

"Entahlah, aku tidak mendapatkan infomasi selanjutnya. Dia tiba-tiba menghilang setelah pencurian besar itu. Dua temannya yang berhasil ditangkap mengatakan jika teman mereka yang ikut terlibat bernama Amanda telah menghilang begitu dilakukan pembagian hasil barang curian," ungkap Reynald, " sayang sekali di tahun 2012 ayah Elisa meninggal dunia, sedangkan sang ibu telah lama meninggal sejak Elisa berusia enam tahun. Aku kehilangan jejaknya."

Axel mengangguk, kemudian mengambil berkas yang lain, "Lalu apa yang terjadi dengan Hanna?"

"Dia memang menghilang pada petang setelah meninggalkan tempat kerjanya. Ada laporan yang menuliskan jika ada seorang saksi mata melihat Hanna mengobrol dengan seseorang pada malam dia menghilang dan mereka terlihat seperti sedang bertengkar. Saksi mata itu juga mengungkapkan mereka berjalan berdua beriringan menuju hutan di belakang sebuah toko. Di tempat itulah polisi menemukan tas Hanna, tetapi perempuan itu sampai sekarang tidak ditemukan," ujar Reynald sambil membenarkan posisi duduknya, "ayah Hanna meninggal tiga tahun setelah Hanna menghilang. Tujuh tahun kemudian ibu Hanna menikah lagi dan mengikuti sang suami baru menetap di kota lain." Reynald mengakhiri dengan menyeruput habis kopinya.

Axel membuka lembar demi lembar berkas yang dibawa Reynald dan mengulang-ulang dalam kepalanya semua informasi yang telah diceritakan oleh sahabatnya itu. Dia melihat foto Elisa dan Hanna lebih saksama. Saat melihat foto Hanna lebih teliti, mata Axel melotot. Dia mengingat wajah itu. Wajah sama yang pernah menakutinya saat muncul bersama Agatha malam itu. Seketika Axel yakin jika Hanna telah meninggal. Pria itu beralih kepada foto Elisa lagi, mencoba membandingkan apakah wajah perempuan itu pernah dilihatnya saat malam itu juga. Namun, Axel menyadari bahwa dia belum pernah melihat Elisa sebelumnya. Hanya saja dia berpikir jika wajah Elisa tampak tidak asing baginya.

"Ngomong-ngomong, bukannya kamu bilang ada seorang yang mengurus rumah. Siapa namanya? Carisa ya? Ke mana dia?" tanya Reynald tiba-tiba sambil memutar kepalanya melihat sekeliling dapur yang tampak berantakan.

Axel benar-benar telah melupakan Carisa dan belum mengabarkan tentang kejadian kemarin malam. "Astaga, aku sampai lupa. Aku harus menemuinya sekarang. Dia pasti sedang kebingungan mencariku," ujar Axel sambil buru-buru meninggalkan dapur, "tunggu di sini, aku tidak akan lama. Rumah Carisa tidak jauh," teriak Axel kepada Reynald. 

Axel menyambar jaketnya, memutar kenop pintu, kemudian membuka pintu dan langsung menghambur ke rumah Haikal. Pria itu rupanya telah melupakan peringatan Carisa agar tidak mendatangi rumahnya. Kekhawatirannya kepada wanita itu lebih utama. Axel mempercepat langkahnya agar cepat sampai.

Tiba di depan rumah Haikal, dengan tidak sabar Axel mengetuk pintu kencang sedikit menggedor-gedor. Tidak ada respon dari penghuni rumah. Kepalan tangan Axel menggantung di udara dan sudah bersiap menggedor pintu lagi sampai dia mendengar seseorang membuka pintu dari dalam rumah. Axel langsung menurunkan tangannya.

"Siapa kamu? Tidak sopan sekali menggedor rumah orang! Menggangguku istirahat saja!" hardik Haikal.

"Maafkan saya, tapi saya mencari cucu Anda. Carisa." Axel mengungkapkan alasan kedatangannya dengan sopan.

"Mengapa Anda mencarinya?!" Haikal kembali menghardik Axel.

"Kemarin terjadi sesuatu di rumah saya dan semalam saya tidak berada di rumah sampai tadi siang baru kembali. Pasti tadi pagi Carisa datang ke rumah saat tidak ada orang." Axel menjelaskan.

"Apa Anda sedang memperolok-olok saya? Mengapa Carisa harus datang ke rumah Anda? Saya tidak mengenalmu," ujar Haikal bernada kesal.

"Apa maksud Anda? Tentu saja dia bekerja untukku. Membantuku mengurus rumah setiap hari. Bukankah Anda sendiri yang menyuruh Carisa pulang awal kemarin?" Axel mulai merasa gusar.

Haikal memajukan badannya ke arah Axel seperti sedang menantang, "Saya tidak tahu permainan apa yang sedang Anda lakukan. Berani-beraninya Anda membawa nama cucuku," Haikal menunjuk-nujuk muka Axel, "Saya beritahu Anda. Carisa tidak ada di sini. Dia sudah mati. Dia sudah meninggalkanku tujuh bulan yang lalu!"

"Anda berbohong. Itu tidak mungkin. Dua bulan yang lalu Carisa baru bekerja bersama saya," ungkap Axel dengan nada panik.

"Carisa sudah mati! Aku sudah menguburnya!" Suara lantang Haikal seperti menggelegar dalam kepala Axel.

Tidak mungkin! Sebuah suara berteriak dalam kepala Axel.



---------- TAMAT ----------

Terima kasih sudah setia mengikuti dan membaca cerita nubar ketigaku...

Terima kasih juga untung dukungan vote dan komennya...

Rahasia Yang Terkubur tamat sampai bab 12 untuk versi Wattpad..

Cerita selanjutnya pastinya akan memuaskan rasa penasaranmu karena misteri-misterinya belum terpecahkan. Plus kejutan lain bagi kalian yang suka sama cerita plot twist. Ketambahan juga tentang Carisa. Carisa sudah mati? Wow jadi selama ini siapa yang bekerja dengan Axel? Apakah itu arwah? Atau orang lain yang sedang menyamar? Kalau arwah, berarti Axel terjebak dalam cinta terlarang donk...

Penasaran????

Ikutin terus ya kelanjutan kisah Axel beserta misteri-misterinya yang akan dipublikasikan di Google Play...

Tanggal terbitnya nanti diumumkan di sini ya...

tengkyu

sampai jumpa lagi...

***pssstt sambil menunggu, yuk diintip ceritaku lainnya di akunku. PEOPLE ON THE BUS dan MYSTERIOUS GARDEN yang juga bergenre misteri....

Continue Reading

You'll Also Like

4.4K 427 16
𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah t...
Ranjang Tetangga By Ry

Mystery / Thriller

467K 38.8K 18
Bukan cantik, lebih ke menarik aja. Bukan ingin menjadikannya sosok istimewa, tapi akan menjadikannya sebagai wanita yang sangat berharga. Kriteriany...
129K 9.3K 25
Disatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bi...
360K 32K 23
Ini tentang Na jaemin dengan cara anehnya, dalam mencitai Huang Renjun. Warning!!! mengandung kekerasan, adegan penyiksaan, dan sejenisnya:) BXB YAOI...