Dangerous Dragon

By alvinanora

7M 1M 428K

Karya pertama yang dibuat pada 18 Februari 2021, selesai pada 23 Mei 2021, diterbitkan tanggal 22 Agustus 202... More

PEMBUKA
1. Saya persembahkan, iblis kesayangan kita.
2. Membidik gadis sekolah.
3. Perlakuan tidak adil.
4. Jangan banyak bertingkah, jalang.
5. Selamat datang, Anna.
6. Satu kamar dengan pembunuh bayaran.
7. Pengakuan.
8. Beraninya, dia sentuh Anna!
9. Our new devil.
10. Tutup mulut baumu.
11. Masih dalam pelatihan.
12. Bendera perang telah dikibarkan.
13. Jalang dari yang terjalang.
14. Musuh mulai bertindak.
15. Tumbangnya ratu kita.
16. Who's Belezza?
17. Kejanggalan masa lalu.
18. Kecupan Sang Ratu untuk Raja.
19. Carlos.
20. Badai yang tak diinginkan.
21. Black Killer?
22. Menghilangnya Belezza.
23. Rundingan pagi.
24. Koneksi untuk menang.
25. Abang.
26. Puncak pembalasan dendam?
27. Selamat tinggal.
29. Pemusnahan hama.
30. Rekayasa.
31. Pregnant?
32. Selamat datang, Tuan.
33. Hello Kitty.
34. Positif.
35. Dinyatakan jatuh.
36. Italia.
37. Ancaman.
38. Tertangkap.
39. Terdakwa, Anna Alessia.
40. Pertengkaran narapidana.
IMPORTANT
41. Sinyal perang kedua.
42. Hari sebelum perang.
43. Fero Aaron dan Laudya.
44. Perang kedua dimulai.
45. Selamat tinggal, Anna.
46. Dangerous Dragon.
47. Mission completed.
48. Melepas rindu.
49. Kabar Gembira.
50. Pembersihan nama.
51. Janji Suci.
52. Setelah pemberkatan.
53. Potongan hari.
54. Baby Naiel.
55. Akhir dari kisah ini [ END ]
PENUTUP
PLAGIAT, X.
EVENT PASORA
INFO ORDER
MINI SERIES
EBARA

28. Yang ditinggalkan.

101K 17.3K 6.4K
By alvinanora

3 hari setelah kematian Ray Sean.

Iya. Tiga hari telah berlalu. Keliatannya cepat, ya? Tapi bagi mereka mungkin tidak. 3 hari mereka lalui dengan putus asa. Terkadang mata masih basah di setiap malam, bayangan Ray yang menyebalkan itu pun masih muncul, bahkan dimana-mana.

Dia selalu muncul dengan canda dan tawanya. Berlagak tak terjadi apa-apa.

Dia datang? Tidak.

Ketiga orang itu hanya halusinasi, belum sepenuhnya berdamai dengan diri sendiri.

Anna selalu memberikan satu piring setiap makan untuk Ray yang jelas-jelas telah tiada, Gabriel terkadang mendengar ucapan-ucapan Ray yang konyol, Fero pun juga sering berbicara sendiri di ruang tengah.

Entahlah.

Mereka sedang hancur.

Dua hari yang lalu, Anna sempat datang ke rumahnya untuk sedikit memperlihatkan diri kepada media.

Tangisnya pecah di sana. Tapi, bukan karena mama tirinya telah tiada. Melainkan karena Ray.

Media sempat bertanya-tanya dimana keberadaan Boy dan Helena. Ada artikel juga yang baru saja muncul tadi pagi, menyatakan bahwa Helena tak pulang ke Dalles karena kepentingan bisnisnya.

Bodoh.

Artikel itu sangat murahan. Entah dapat informasi dari mana, Dangerous Dragon tak menggubrisnya.

Helena dan Boy masih aman di ruang kematian masing-masing. Belum mereka sentuh. Tak di beri makan dan tak di biarkan mati juga. Hanya diberi minum, itupun air mentah.

Malam ini, Anna sedang membuatkan taco untuk kedua lelaki yang sudah duduk di ruang makan.

"Gue juga buatin dong!"

Anna menarik senyumannya mendengar suara Ray. Ia berbalik sambil membawa dua piring berisi taco untuk Gabriel dan Fero.

"Ini buat iel," Kata Anna menyodorkan satu piring kepada kekasihnya.

"Ini buat abang," Katanya lagi sambil menyodorkan piring lainnya kepada Fero.

Anna berbalik sambil membawa dua piring lagi. Ia meletakkan piring miliknya dan piring milik Ray di depannya.

"Ini buat abang juga," Kata Anna sambil tersenyum ke arah bayangan Ray di depannya.

Fero dan Gabriel menoleh ke arah Anna lalu saling bertatapan.

"Anna," Panggil Gabriel.

"Hm?" Suara Anna sambil tersenyum menatap Gabriel.

"Aku tau," Kata Anna mendahului Gabriel yang ingin berbicara.

"Ayo dimakan!" Seru Anna sambil memasukkan satu gigitan taco ke mulutnya.

"Enak juga masakan lo!" Seru Ray.

Anna kembali tersenyum.

"Nanti malem tidur sama iel lagi, ya?"

"Cieilah yang katanya mau nikah!"

"Tar deh gue fotoin tempat-tempat di Italia biar lo nggak nangis! Hahahahahaha!"

Anna sempat tertawa kecil mendengarnya. Gabriel dan Fero melahap taco dengan ragu sambil menatap Anna.

Tatapan dari keduanya terlihat sendu.

"Gue ganggu lu ya ntar kalau malem pertama sama Iel!"

"Ehh! Udah malem pertama kan yak? Lupa guaaa. HAHAHAHAHAHAHAHA!"

Anna kembali tertawa. Kali ini, tawanya lebih dari yang tadi. Beberapa detik setelah itu, air matanya meleleh bersamaan dengan taco yang ia lahap.

"Abang," Panggil Anna.

Fero dan Gabriel menoleh melihat Anna yang sedang menatap kursi di depannya.

Kursi tersebut kosong, tempat Ray duduk.

"Abang pergi sekarang, ya?" Pinta Anna. Bayangan yang ia ajak bicara tak bersuara.

"Anna capek," Lirih Anna sambil menahan isak tangisnya.

"Gue di sini sekarang, kenapa lo nyuruh gue pergi?"

"Abang nggak nyata, abang udah ninggalin kita semua, Anna ikhlas kok. Pergi sekarang, ya?" Pinta Anna, lagi.

"Jangan muncul lagi...." Lirih Anna.

"Anna mohon." Tepat setelah itu, bayangan yang sedari tadi melahap taco di depannya mulai sirna.

Tangisan Anna deras saat itu. Ia terus menangis sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Anna," Panggil Fero.

"Hm?" Anna menoleh sambil mengunyah taco.

"Nggak papa, kan?" Tanya Fero.

"Nggak papa," Jawab Anna. Hampir tak bersuara. Ia menarik senyum dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan. Setelah itu, tak ada percakapan lagi di antara ketiganya. Hening.

Memang tak hanya Anna yang sedang bersedih. Tapi, entah mengapa dadanya terasa sesak sekali. Ia ingin sekali bertanya kepada kedua lelaki ini, bagaimana mereka bisa menyembunyikan kesedihannya?

Ray yang biasanya mencairkan suasana ketika sedang makan bersama telah tiada.

Kini, benar-benar telah tiada.

Hanya terkenang sisa tawanya di setiap sudut markas.

Bagaimana ini? Siapa yang nantinya akan membuat mereka tertawa lagi? Siapa yang akan menjaili Anna? Siapa yang akan membuat Gabriel jengkel?

Ray,

Kami semua rindu. Tak bisakah kau sedikit lebih lama di sini untuk membuat kami tertawa lagi?

"Kita nggak bisa gini terus." Suara Fero memecahkan keheningan malam itu.

"Kapan kita sentuh mereka berdua?" Tanya Fero kepada Gabriel.

"Besok." Suara Gabriel.

"Secepet itu?" Tanya Anna.

"Kamu mau terus-terusan kayak orang gila?" Tanya Gabriel. Tak ada jawaban dari Anna.

"Kita selesaiin mereka berdua, besok. Lusa gue sama Fero ke Italia," Lanjut Gabriel.

"Yang bikin Ray kecelakaan itu Black Killer," Sambung Fero, memberitahu Anna.

"Uh?" Suara Anna, memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

"Kita harus cepet ke sana biar ada kesepakatan. Kita nggak boleh ada musuh sesama pembunuh bayaran atau bahkan mafia sekalipun," Tambah Gabriel.

Anna terlihat menganggukkan kepalanya tanda mengerti apa yang kedua lelaki itu katakan.

Benar.

Walaupun hatinya sedang hancur. Bukan berarti ia meninggalkan semua rencana yang sudah repot-repot mereka susun. Mereka harus gerak cepat, sebelum salah satu dari mereka

Mati lagi.

•••oOo•••

Anna menggeliat dari ranjangnya, tangannya ingin merengkuh lelaki di sampingnya. Namun, ia merasakan di sampingnya tak ada apa-apa.

Anna mengerjapkan matanya. Memang benar. Gabriel tak ada di sana.

Wanita itu sempat celingukan ke arah balkon, Gabriel juga tak ada di sana. Ia pun bangkit dari tidurnya lalu meraih ponsel di meja. Ponselnya menunjukkan pukul setengah dua pagi.

Anna pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu. Tapi, langkahnya terhenti ketika mendengar suara yang tak asing baginya.

Itu, suara Gabriel dari arah kamar mandi.

Anna mengganti arah tujuannya ke kamar mandi, perlahan ia mendekatkan telinganya di pintu kamar mandi tersebut.

Gabriel terisak di dalam sana. Sangat jelas terdengar di telinga Anna, Gabriel sedang larut dalam tangisnya.

Apa selama ini Gabriel menyembunyikan tangisnya di setiap Anna tidur?

Sungguh. Anna tak tahu.

Wanita itu malah merasa tak enak kepada Gabriel dan Fero. Bukankah seharusnya mereka yang lebih hancur ditinggalkan oleh Ray? Mereka bersama-sama sudah hampir 8 tahun. Sedangkan Anna? Satu tahun saja belum ada.

Tangan Anna sempat ingin mengetuk kamar mandi tersebut, namun ia urungkan lalu kembali menuju ranjangnya lagi.

Menunggu, Gabriel keluar dari sana.

Anna mengigit jarinya sambil terduduk di ranjang. Bodoh. Seharusnya ia merengkuh lelaki itu. Bukannya larut dalam kesedihan terlalu lama dan berlagak seperti yang paling hancur di antara mereka.

Anna tersentak kecil dan menoleh ke arah pintu kamar mandi ketika Gabriel membukanya.

"Loh kok belum tidur?" Tanya Gabriel. Matanya terlihat merah dan sembab.

"K-kamu nggak papa?" Tanya Anna.

"Ah, nggak papa tuh. Kenapa? Kamu nggak bisa tidur?" Tanya Gabriel sambil berjalan mendekati Anna.

Tangannya mulai mengelus lembut puncak kepala kekasihnya.

"Sini tidur di sini kalau susah tidurnya," Kata Gabriel sambil menepuk pahanya. Anna menggeleng pelan.

"Kamu nggak lagi baik-baik aja," Lirih Anna. Tak ada jawaban dari Gabriel.

"Mau aku peluk?" Tanya Anna sambil merentangkan kedua tangannya.

Gabriel sempat terdiam beberapa detik. Bimbang.

"Hm? Tanganku pegel loh," Kata Anna. Akhirnya lelaki itu jatuh dalam pelukan kekasihnya.

Ia menenggelamkan wajahnya di bahu wanita itu.

"Ssssttttt, nggak papa." Suara Anna sambil mengelus lembut punggung Gabriel.

"Aku kangen sama Ray," Kata Gabriel.

"Maafin aku. Aku lupa kamu butuh pelukan juga," Bisik Anna, tangannya masih sama seperti tadi. Sibuk mengelus Gabriel.

"Kenapa aku pengen di telfon lagi sama Ray? Kenapa dia nggak ganggu kita lagi?" Tanya Gabriel kepada Anna.

Di sana, Anna tak bisa lagi membendung air matanya.

Untuk yang kesekian kalinya, mereka menangis.

"Aku ada di sini," Bisik Anna.
"Sakit banget, ya?" Tanyanya. Gabriel masih diam tak menjawab.

"Nggak papa, aku bakal nemenin kamu sampai semua baik-baik aja," Kata Anna lagi.

"Kita bener-bener nggak bisa ketemu sama Ray lagi?" Tanya Gabriel. Tangis Anna semakin deras mendengarnya.

"Bener-bener udah nggak bisa?" Tanya Gabriel, lagi.

"Ssstttttt," Suara Anna menenangkan.

"Katanya dia capek, An. Mau liburan....." Lirih Gabriel.

"Ray kan udah istirahat. Dia nggak capek lagi sekarang," Jawab Anna, hampir tak bersuara. Ia menyembunyikan isaknya dari Gabriel.

"Udah ya sayang nangisnya?" Pinta Anna.
"Ayo tidur, besok kita lanjut lagi."

Gabriel melepaskan pelukannya. Ia menatap Anna di sana.

"Nggak papa," Kata Anna tersenyum kepada Gabriel.

"Ada aku," Lanjutnya.

•••••

Apa yang mau kamu sampaikan ke Ray?

Continue Reading

You'll Also Like

10.8K 1.5K 47
DANMEI TERJEMAHAN
1.6M 93.2K 29
CERITA PINDAH KE PLATFORM NOVELTOON Gimana ya rasanya punya empat kakak yang bad boy? Ditambah satu sahabat dari kecil yang sama bad boy nya? Itu ya...
9.7K 991 27
Aurora benar-benar tak sengaja saat menyenggol gelas berisi kopi panas milik cowok bernama Fajar, yang akhirnya tumpah mengenai kaki bagian atas cowo...
14.6K 816 40
⚠️ TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN. ⚠️ _________________________________ "Seorang kakak yang penuh dendam bisa berubah menjadi monster te...