SWAN COMPLEX

Por devinmaldi07

80 2 2

{CLOUD9 SERIES} Cover art : Fajar Hasmoro . . "Gue paling nggak suka sama cowo blasteran!" Baru saja memasuki... Más

DIARY 0
DIARY 1 - COWO BLASTERAN YANG MENGUNTIT GUE
DIARY 2 - GUE GA SUKA COWO BLASTERAN!
DIARY 3 - INI KURANG JELAS APA?
DIARY 4 - SEHARUSNYA TUH GAK GINI!
DIARY 5 - GUE JADI DILEMMA
DIARY 6 - KENAPA HARUS DIA?
DIARY 7 - GUE HARUS GIMANA?
DIARY 9 - GA SALAH DENGER NIH?
DIARY 10 - GIMANA YA AKU JELASINNYA?
DIARY 11 - AKU DAN TEMAN FACEBOOK AKU
DIARY 12 - SI CANTIK DAN BERBAKAT. TAPI...
DIARY 13 - SI KEPO DAN SI BUCIN
DIARY 14 - NGOBROL EXCLUSIVE

DIARY 8 - BONNE NUIT

1 0 0
Por devinmaldi07

Weekend.  Astrid, Vera serta yang lain sudah janjian Hang out bersama di mall. Awalnya pengen diluar selain Mall, tapi mereka sama sekali ga ada yang kasih ide mau kemana. Akhirnya mereka meutuskan untuk ke mall saja yang lebih mudah. Pagi hari ini, Astrid sudah bangun juga tapi masih di kasur, masih menatap foto dia bersama Theo. Sebelum kelupaan, foto terebut dia pindahkan ke sebuah folder dan di Hide takutnya tanpa sengaja ntar lagi jalan handphonenya dimainin sama teman dan melihat ada foto sama Theo akan jadi permasalahan besar. Apalagi ke Chika.

Dan Elena baru saja nelpon balik ke Astrid pagi hari ini.

"Astrid maaf, semalam aku udah tidur. Kenapa sayang?"

"Oh nggak apa Lena, tadinya aku pengen cerita."

"Maaf ya, aku semalam udah capek banget."

"Iya nggak pa-pa."

"Kamu mau cerita sekarang? Aku ada waktu nih."

"Ntar aja ya, aku mau jalan juga sama teman sekolah bentar lagi."

"Oh oke deh, Have fun ya sayang. Kalau mau cerita, WA aku aja ya."

"Ya Lena. Eh ya, Good morning Lena."

"Good morning juga Astrid. Telat banget ya baru ucapinnya."

"Hehehehe iya, ya udah aku mau siap–siap dulu ya."

"Oke deh..."

Usai telpon, bukannya mandi. Astrid pertama–tama merenggangkan badan dulu sejenak. Bukannya ke kamar mandi, tapi dia ke meja belajar untuk melihat secara dekat bunga plastik pemberian dari Theo kecil waktu itu. Menyentuh–nyentuh saja bunga plastik berbentuk seperti bunga mawar ini.

"Setelah gue inget–inget. Theo lucu juga ya waktu kecil."

Lagi enak mengingat waktu SD. Terganggu oleh panggilan telpon. Handphone Astrid ada di kasur, mau tidak mau kembali ke kasur untuk mengambil handphone tersebut dan mengangkat. Pas dilihat, Vera menelpon. Sudah ada pemikiran bahwa Vera mendadak tidak bisa jalan lagi sepertinya...

"Apalagi? Jangan bilang lo mendadak ga bisa lagi?"

"Dih jangan suudzon dulu dong! gue telpon untuk memastikan lo dah bangun apa belum."

"Gue mah selalu bangun pagi!"

"Kira gitu. Eh,keberatan ga gue ke rumah lo dulu terus kita bareng jalannya?"

"Ke rumah gue dulu lo? gue sih ga masalah."

"Oke sip! Gue jalan sekarang ya."

"Ya dah, hati–hati lo."

Dengan Vera mau datang. Astrid pun memutuskan untuk mandi. Kemungkinan juga Vera sampai Astrid juga pasti udah selesai mandi dan rapih–rapih juga.

Sekitaran satu jam berlalu. Vera pun sudah sampai ke rumah. Dengan Astrid juga udah selesai mandi dan juga keramas. Mau tidak mau, dia turun dulu untuk menyapa Vera di depan rumahnya. Pembantu rumah sudah membukakan pagar dan sekarang Vera sudah ada di depan pintu masuk dengan Astrid juga sudah ada.

"Lah lo baru selesai mandi?" Tanya Vera.

"Udah daritadi, lo datang gue baru mau ngeringin rambut."

"Oh..."

Berhubung ada orang tua Astrid juga. Vera diperkenalkan dulu kepada orang tua Astrid baru ke kamar. Dalam kamar, Astrid melepaskan handuk yang ada di kepalanya untuk berniat mengeringkan rambut secepatnya. Rambut yang masih setengah kering ini pun teurai dengan Astrid masih mencoba keringan dengan handuk.

"Cid, mana Hair dryer lo?"

"Hair dryer? mau ngapain emang lo?"

"Sini, gue yang keringin rambut lo."

"Hmm? Bentar gue ambil..."

Pas banget Vera datang. Dengan sangat baik hati. Vera membantu Astrid ini mengeringkan rambut ala–ala salon. Blow Dry menggunakan Hair dryer serta memakai sisir roll milik Astrid.

"Jago lo Ver kayak gini."

"Ya lah, nyokap gue punya salon kecantikan. Dari kecil gue udah belajar.."

"Oh pantes."

"Jadi Cid, siapa tahu lo perlu Make up Artist. Gue nawarin diri nih ke elu."

"Lo bisa rias?"

"Woh iya jelas bisa! Lo lom Follow IG Make up gue ya? cek aja dah!"

"Apa IG-nya? Gua coba liat."

Vera memberitahukan IG make up-nya. dalam IG, banyak sekali hasil Make up Vera. Dari rias pengantin sampai acara penting juga. sampai bahkan ada untuk Vera lagi dandan iseng juga. udah kayak IG Make up tutorial iseng dari Vera. Serta ada tata rambut juga dari Vera sendiri. Terbukti ada video Vera sedang hairdo salah satu pelanggan.

"Cakeep hasilnyaa, boleh deh ya gue panggil lo kalau ada acara."

"Siap Cid! Tenang, khusus buat lo doang ada harga spesial!"

"Nggak gratis nih?"

"Wey! Make up ga semurah itu juga kale!"

"Candaaa Ver!"

Rambut Astrid sudah kering hasil Blow. Vera memakai jari–jari tangan juga untuk menyisir jari rambut Astrid ini. "Sumpah Cid, rambut lo tebal banget."

"Emang, lo tahu kan betapa repotnya punya rambut tebal gini."

"Tapi bagus tahu! Gue aja pengen tebal gini tapi emang pada dasarnya rambut gue tipis. Jadi ya gini–gini aja." Vera melanjutkan "Pengen lo apain ga nih?"

"Ga usah Ver, biarin gini aja." Sambil Astrid megang rambutnya juga.

"Ok sip!"

Masih ada waktu juga, bahkan Odi dan Chika baru mau siap–siap. Udah pasti ga akan sesuai jam ketemu juga saat sampai. Jadi, Vera dan Astrid di kasur saja dulu sambil buka social media. Apalagi Vera, kayak kasih liat beberapa make up instagram yang menurut dia sangat unik dan keren. Baik dalam negeri ataupun luar negeri. Sampai, dia mengasih liat salah satu IG make up juga tapi kayaknya yang punya IG ini juga seorang model.

"Nama IG-nya siapa?" Tanya Astrid dengan rasa penasaran.

"Nama orangnya sih Fitra Lia, kayaknya dia model juga. Suka banyak postingan foto dia lagi jadi model Darwis triadi."

"Model utamanya Darwis mungkin?"

"Bisa jadi! Gue pernah sih DM dia. Cuman sampe sekarang nggak dibaca."

"Orang sibuk Ver, apa yang lo harapin."

"Tahu sih...Gue pengen gitu sekali–kali bisa Make up in model atau artis."

"Ya lo coba gih tawarin ke mereka."

"Mana berani juga gue. Lom lagi, pasti mereka juga punya MUA-nya sendiri."

"MUA?"

"Make up artist! Ah elah lo ga tahu singkatan semudah itu!"

"Mane guee tahu!"

"Eh ya, lo tahu soal Hazard Agency nggak?"

"Hazard Agency?  Apa ya?"

"Agency Model gitu di London. Gue tahu, gara-gara gue lagi iseng buka IG. Ga sengaja ada Instagram dari Agency mereka. Modelnya cantik-cantik semua asli!"

"Ya jelaslah Ver, mereka model."

"Eh tapi, ada tapinya nih....Gue ngeliat satu model. Modelnya ini Asia banget!"

"Oh ya? coba Ver, gue pengen lihat."

Vera akhirnya mengakses Instagram milik Hazard Agency.  Mencari-cari model yang dia maksud ini, hingga dia menemukan model tersebut. Dalam foto feed ini, Model yang dia lihat merupakan sosok Asia blasteran juga. Astrid yang melihatnya begitu terpukau dengan kecantikannya, serta hasil foto yang begitu indah juga dari fotografer yang mengambil foto ini. Kebetulan, dalam caption foto tersebut, terdapat informasi kecil mengenai siapa model ini.

"Namanya, Winter?" Ucap Astrid.

"Iya Cid, tapi menurut gue ya. Itu kayak nama panggung doang deh. Soalnya, pas gue lihat model yang lain. Namanya, Frost terus Crystal. Ga ada nama lengkap mereka."

"Oh gitu, Kayaknya yang punya Agency suka namain model mereka."

"He'eh." Vera melihatkan lagi foto lain. Kali ini, Winter sedang memakai Summer dress yang begitu indah serta, wajahnya lebih jelas. Ditambah, latar belakangnya merupakan jalanan di Central London.  "Tuh Cid, liat. Mukanya Asia banget kan tapi kayak sedikit......" Vera tiba-tiba berhenti.

"Blasteran maksud elu?"

Vera manggukan kepala. Ga mau sebut nama Theo atau kata blasteran dihadapan Astrid.

"Ya sih, Kalau dilihat-lihat dia agak sedikit bule." Astrid melanjutkan." Ada Informasi nggak dia keturunan Asia apa?"

"Ora ono Cid.....Agency mereka menjaga banget informasi soal Model mereka."

"Menurut lo, dia Indonesia bukan?"

"Mungkin Cid, kalau dinilai dari muka sama warna kulitnya ya."

"Terus, lo ga coba cari Sosmed-nya?"

"Tak ada.....Dia doang yang ga ada Sosmed. Kalau model lainnya ada."

"Aneh banget...."

"Ya, mungkin bukan tipe yang suka Sosmed mungkin."

Astrid sempat berpikir sejenak, Elena juga tidak mempunyai Sosmed. Sepertinya, biarpun jaman sudah modern. Masih banyak orang-orang diluar sana yang tidak menyukai Social Media. Baik itu orang awam sampai ke seorang Selebritis. Model pula yang nota benanya perlu sebuah Followers untuk lebih dikenal.

"Gue jadi penasaran sama itu model...."

"Cid? halooooo....."

"Hmm? Eh ya Ver, maaf. Kenapa-napa?"

"Nggak ape, lo tiba-tiba bengong aja."

Odi dan Chika akhirnya menghubungi Vera bahwa mereka sudah dijalan. Degan begitu, Vera dan Astrid pun berangkat juga. menaiki Taksi saja.

***

Astrid dan Vera sampai duluan, dengan menunggu sekitaran sepuluh menit kemudian, Odi dan Chika pun datang bersama-sama. Layaknya wanita remaja, mereka berempat heboh saat bertemu, ciuman pipi dulu baru jalan. Pertama sih, ke bioskop dulu untuk membeli tiket daripada ga dapat jam nonton yang mereka inginkan.Usai itu, mereka menghabiskan waktu bersama dengan makan siang dulu. Seperti biasa, Astrid si ratu sambel pengennya suatu yang pedes, Vera ingin mie, Odi yang penting makan nasi, malahan Chika pengennya suatu yang manis. Mereka berempat sangat bentrok untuk ingin makan dimana.

"Udeh! Paling gampang kita ke Food court! Daripada kita argumen gini. Ujung–ujungnya ga tahu mau makan apa!" Saran dari Odi yang udah kesal sebenarnya.

"Ya udah gue setuju." Ucap Astrid.

"Sama...." Ucap Vera.

"Aaah Odi.." Cuman Chika yang kayaknya ga setuju.

Memutuskan ke Food Court, sudah deh, berempat memesan tempat yang berbeda. Malahan Chika lebih kayak ngemil dibandingkan makan siang. Yang dia beli malahan Es Cream singapore, Vera membeli Taiwan Beef Noodle soup dengan ada cakue. Sementara, Odi dan Astrid lebih ke Indonesia. Sudah pasti, Astrid membeli makan yang ada sambelnya dan Odi beli Nasi dengan makanan berkuah.

"Udah aman lo makan sambel?" Tanya Odi.

"Udah kok."

"Awas aja lo ntar lagi nonton tiba–tiba mules."

"Tenang aje, gue tadi juga udah minum obat sisaan dari dokter."

"Lo kenapa secinta itu dah sama sambel?"

"Emang gue suka aja makan pake sambel."

"Moga–moga lo punya pacar suka sama sambel yee."

Astrid hanya menghiraukan ucapan tersebut dan kembali makan saja. Dan, kembali lagi dengan Chika yang sanga bucin ini kepada Theo. Meminta saran dari ke tiga temannya ini. Chika berniat ingin mengasih Theo sesuatu, sampe Chika udah buka aplikasi online shop dan sudah memilih–milih banyak benda yang mungkin Theo suka.

Chika memperlihatkan Wishlist barang untuk kepada yang lain. "Gimana menurut kalian?"

"Ga yakin gue, masalahnya emang lo tahu selera Theo?" Tanya Odi.

"Ya makanya gue minta pendapat kalian! Kemarin gue juga tanya Dani sama Vero yang paling deket sama Theo di kelas mereka cuman bisa geleng kepala doang!"

"Wajar Chik! Dani ma Vero juga kayaknya ga banyak nanya soal Theo."

"Haaaaa..." Astrid cuman nikmatin makan sambel aja.

"Astrid! Gimana menurut lo?!" Chika yang masih keras kepala.

Astrid melihat saja barang yang kemungkinan Chika beli ini... "Mending jangan deh."

"Kok lo gitu sih?!"

"Noraak pilihan lo!"

"Astrid mah gitu..." Chika mulai inget soal Sheila. "Tanyain dong sama temen lo itu, Theo suka apa."

"Ngapain?" Nada Astrid agak sedikit ditekankan.

"Tolong dong Cid, lo kan temen gue."

"Gue emang temen lo. tapi gue ga mau juga ganggu privasi orang! Sheila itu teman gue dari kecil. ntar dikira gue apa–apa lagi."

"Yah Astrid..."

"Udeh Chika! Masih banyak juga cowo di sekolah kita! Kenapa harus Theo dan lo bucinin? Jelas – jelas dia udah nolak lo!" Odi yang mulai ceramahin Chika saat lagi makan gini.

"Ya kan Theo baru tahu gue di sekolah. Pasti kan kalau udah ngenal gue. Dia bisa berubah pikiran!"

"Gini deh yang mudah! Lo bandingin dah elu sama 'sahabatnya' dia itu! Jauuuh bangeeeet!"

"Odi ih!"

Dan Astrid, terlihat sudah tidak membesar–besarkan apabila mereka bahas Theo. Apalagi Chika masih aja bahas Theo dengan dia juga udah tahu kalau Astrid sebenarnya males mendengar pembahasan yang sama terus-meneurs setiap hari mengenai Theo. Vera jadi sedikit khawatir aja, bahwa jalan-jalan bersama pertama kalinya ini akan rusak gara-gara Chika yang masih aja bahas Theo di hadapan Astrid.

"Cid, sorry, lo jangan marah ke Chika" Ucap Vera.

"Nggak kok, gue lagi nikmatin makan aja." Astrid pun kembali makan.

"Tumbeeeen.."

***

Dengan makan sudah selesai, jam nonton bioskop pun sudah dekat juga. berempat memutuskan untuk menunggu saja di bioskop sambil duduk. Karena udah makan, berempat beli minum saja agar tidak kehausan di dalam bioskop. Baru aja duduk. 

"Eh, gue ke WC bentar." Ucap Astrid.

"Jangan bilang lo mules?" Balas Vera.

"Nggak, pengen buang air kecil doang. Bentar ya."

Astrid pun menitipkan minumannya ke Vera dan jalan ke WC. Dan disaat tiga wanita ini lagi menunggu mereka juga lagi melihat aja disekitaran. Sampai, ada satu orang yang Chika tahu banget datang.

"Eh?! Itu!"

"Siapa Chik?"

"Itu! Cewe yang waktu itu sama Theo?!"

"hah?"

Yap, Sheila rupanya datang ke bioskop bersama kakak lakinya alias Bian. Cowo anak band Indie yang menjadi Lead vocal serta Gitaris band juga. bisa dibilang, Bian ini mempunyai ketampanan juga sebagai anak band. Tinggi dia pun sama dengan Theo. Namun dia lebih kekar saja.

"Eh? Itu, kan. Bian?" Ucap Odi.

"Lo tahu siapa cowo yang sama tuh cewe?" Tanya Vera.

"Tahu, dia anak band Indie. Gue sempat datang ke konsernya juga. Apa jangan-jangan dia itu cowonya itu cewe?"

"Mungkin Di...."

Entah apa yang merasuki Chika, dia berdiri malah menghampiri dimana Sheila dan Bian berada. Lom lagi dengan Vera dan Odi ini juga berusaha memanggil Chika untuk jangan mendekati mereka juga. Namun sayang telat, Chika beneran gerak cepat dan beneran ada di depan Sheila lagi jalan. Mereka berdua saling tatapan satu sama lain.

"Lo bukannya cewe kemarin itu ya?" Tanya Sheila.

"Lo ternyata cuman sahabatnya Theo kan?!"

Bian yang ga tahu apa–apa. "Kenapa dah ini?"

"Panjang gue ceritanya Ian."

"Lo kenapa menghalangin gue kemarin untuk bisa jalan sama Theo?! Kalau ternyata lo hanya sahabatnya!"

"Haaa berisik lo ah! Minggir napa gue mau beli tiket." Sheila mau melewati Chika. Namun sayangnya, Chika beneran tidak memberikan jalan untuk Sheila. "Bisa ga sih lo minggir?"

"Gue ga akan kasih lo jalan sampe lo kasih tahu gue. Cara supaya gue bisa dapatin Theo!"

"Hah?! lo ngimpi?!" Sheila bener–bener jadi orang jahat seperti di sinetron. "Denger yee, gue tahu banget selera cewe Theo. Lo itu bukan termasuk kriterianya! lagian dia udah punya cewe!"

"Lo jangan bohong deh!"

Saking ribut di bioskop sampai securiti bioskop ini menghampiri juga. Vera dan Odi pun samperin Chika secepatnya dan berusaha menenangkan Chika juga daripada mereka semua di usir dan ga jadi nonton. Udah gitu Astrid masih di WC. Vera menarik terus aja Chika hingga keadaan di bioskop ini kembali tenang dengan Vera sudah menarik terus Chika menjauhi dari Sheila dan Bian. Sementara Odi disini mencoba untuk meminta maaf...

"Maaf ya, temen gue ini ngaco! Maaf udah ganggu." Ucap Odi yang meminta maaf kepada Sheila dan Bian.

Sheila yang melihat ketiga wanita ini. "Kalian temennya?"

"Iya, maaf ya, mbak, mas Bian juga."

"Lo tahu gue?" Ucap Bian.

"Tahu kok, mas Bian kan vokalis dan Gitaris band. Gue pernah datang ke konser mas Bian. Sama, gue suka lagu dari band Mas Bian"

"Oh, kalau gitu, terima kasih ya." Bian tiba-tiba ingin salam tangan ke Odi.

Ga mungkin nolak, Odi beneran berjabat tangan sama Bian. Mungkin terlihat biasa, tapi sebenarnya Odi sedang teriak–teriak bahagia bisa bersalaman sama salah satu personil band yang dia sukai serta vokalis utama band.

"Maaf, mas Bian, kalian berdua pacaran?"

"Oh nggak, dia ini adik gue."

"Oalaaah begitu, kalian padahal cocok loh."

"Cocok lah, gue kan adenya yang paling setia." Sheila pun mencoba rangkul Bian.

Vera masih mencoba menghindarkan Chika ini agar tidak ribut lagi sama Sheila juga berusaha menjauhkan. Astrid baru saja keluar dari WC bioskop, melihat Chika yang kayak habis marah dan Vera yang kayak mencoba menenangkankan.

"Ada apa?" Tanya Astrid.

"Noh liat aja sendiri." sambil nunjuk.

Astrid menengok dimana jari Vera menunjuk. Terkejut juga, bahwa, ada Sheila di bioskop ini. Apalagi, Odi yang lagi ngobrol sama Bian. Ga enak tidak menyapa ke Sheila. Astrid pun menghampiri. "Shel..."

"Astrid? Ada loh toh disini."

"Ada apa dah?"

"Noh, temen lo yang imut itu. Tiba–tiba ngambek ke gue."

"Chika?" Menengok sebentar ke Chika terus kembali menatap Sheila. "Oh..."

Bian yang pertama kali melihat Astrid, mulai membisik ke Sheila. "Ini ya, cewe yang Theo lagi deketin."

Sheila hanya manggukan kepala saja. "Udah ya Cid, gue mau beli tiket."

"Ya Shel.."

Dengan begitu, Sheila dan Bian bisa antri beli tiket. Namun, Odi disini yang kayak sedang senang.

"Lo kenapa tadi bisa ngobrol gitu sama Ian?"

"Lah? Lo tahu Bian itu kakaknya itu cewe?"

Astrid keceplosan tapi untung dia bisa ngeles. "Tahu lah, secara Sheila sendiri kan temen gue."

"Oh ya ya...Kok lo ga pernah cerita sih kalau Kakaknya itu cewe, Bian 'Tearing me apart'?!"

"Tearing me apart?"

"Ya itu Bandnya Bian! gimana sih elu!"

"Mana gue tahu Odi, gue juga ga pernah bergaul sama kakaknya Sheila!"

"Astrid, elu gitu sama gue...."

"Apaan sih?! Udah deh, lo jangan mulai-mulai kayak Chika juga Di!"

***

Selama nonton saja, Chika cemberut, sementara Odi kayaknya masih senang mengetahui bahwa Bian itu masih ada kedetakan dengan Astrid. Bisa aja, Odi meminta info juga soal Bian ke Astrid. Dan tidak tahunya, Sheila dan Bian menonton film yang sama. Cuman mereka beda jam saja sama mereka. Posisi duduk mereka, berada di bagian tengah di Kursi bagian 'E' dengan posisi mereka dari kiri ke kanan; Astrid, Vera, Odi dan Chika.

Film selesai selama dua jam, waktu pun sudah mau malam juga. tapi sebelum bubar dan biar hati Chika ini tidak kesal terus. Mereka ikutin saja kemauan dia untuk datangin ke tempat makan yang menyajikan Cheesecake Jepang ini. Beneran terlihat Bete si Chika, sampai udah beli Cheesecake minumannya juga manis. Tadi siang es cream, minum barusan juga Ice lemon tea, sekarang Cheeseake dan Sweet drink juga. Lama-lama Chika terkena diabetes. Sayangnya sih ga mungkin, keimutannya sudah membuat orang diabetes. lagi nongkrong gini, terdengar suara handphone Vera menandakan ada telpon. Ternyata yang menelepon adalah bokapnya.

"Eh pah terus aku gimana pulang?! Ya kali ga ada yang bukain pager?! Yah...ya udah deh, aku coba tanyain dulu." Vera menutup panggilan.

"Kenapa Ver?" Tanya Odi.

"Bonyok gue, mereka tadi ke Bekasi. Udah gitu pas mau pulang ada berita ada kemacetan parah di tol. Mereka ga jadi pulang malam ini baru besok pagi."

"Jangan bilang rumah kosong?"

"Iyeee, gue juga ga bawa kunci rumah."

"Terus lo gimana?"

"Gue coba telpon Nci gue dulu deh."

Astrid pun berpikir untuk mengajak dia nginep dirumah.. "Ver....lo mau nggak nginep di rumah gue aja?"

"Eh? Ga pa-pa nih? Ga enak gue...."

"Nggak apa kok, besok juga hari Minggu."

"Yaaa kalau lo maksa...boleh nih?" Vera masih ragu

"Iyaaa boleh!! Apa perlu gue buat surat pernyataan nih?" Becandaan Astrid.

"Yaa nggak gitu juga Cid! Makaseh loh yang ada gue!"

"Dah kan, selesai masalah lo gimana pulangnya."

"Iyooow....."

Vera pun menelepon balik orang tuanya untuk memberitahu kalau dia akan menginap di rumah temannya semalam. Masih dalam kemurungan untuk si Chika, pas mendengar langsung dari Sheila tadi juga bahwa Chika itu bukan tipenya Theo banget. Dia bener–bener kayak sudah mulai menyerah untuk bisa menarik hati Theo sepertinya. Daritadi, dia makan Cheesecake ini sambil terseduh–seduh.

"Udeh ah lo jangan sedih! Masih banyak cowo disana yang pasti mau sama elu!"

"Hiiks...Hiiks." Chika terseduh sambil makan.

Dari arah masuk toko, Astrid dan Vera bisa melihat ada anak cewe sekitaran umur 12 sd 14 tahun, lagi jalan berempat. Salah satunya sedang memegang Gorilla pod dengan ada Smartphone terpasang. Terlihat dia sedang buat Vlog sama temen–temennya. Salah satu temennya lagi membawakan Cheesecake milik dia juga. Soalnya sedang Vlog, takut ga fokus kedepan. Mereka pun duduk di belakang dimana Astrid yang lagi duduk.

"Widih, lagi ngeVlog banget tuh bocah SMP." Ucap Odi.

"Nggak deh kayaknya, gue tadi sempet denger dia bilang 'abang' pas lagi video." Astrid tidak sengaja mendengar.

"Abang? Apa lagi video call?" Ucap Vera.

"Nggak Ver tadi gue liat jelas banget dia lagi recording video." Balas Odi kembali.

"Terus, kok abang? Apa dia lagi buat video untuk abangnya kali." Vera jadi penasaran.

"Mungkin.." Jawaban singkat dari Odi.

Gara-gara ngomong Abang, Vera jadi keinget suatu. "Ngomong–ngomong soal abang, tadi gue ke rumah lo. Abang lo ga ada kayaknya."

"Eh? Oh aaaa.....Abang gue di Malaysia."

"Malaysia? Lah terus, waktu lo ke dokter, siapa yang anterin lo dong?"

"Supir gue lah!"

"Oh ya ya, gue lupa, lo punya supir..."

Berhubung tempat ini masih sepi, jadi mereka berempat bisa mendengar percakapan anak SMP ini juga. Serta cewe yang lagi Nge Vlog ini pun terdengar juga sedang ngomong apa. "Liat nih bang! Cheesecake Jepang loh ini! Ini rekomendasi dari kak Egi juga untuk aku coba. Kan abang suka Jepang, jadi aku mau makan Cheesecake Jepang deh." Ucap anak SMP berambut hitam panjang  yang lagi NgeVlog.

"Lah Cya, apa hubungannya abang lo suka sama Jepang terus lo mau makan Cheesecake Jepang?" Ucap temen disebelahnya berambut pendek sebahu.

"Ada dong Kina! Kan ini dari Jepang!"

"Nggak ngerti gue maksud lo apa!"

Astrid dan yang lain menahan tawa saja mendengar maksud dari anak SMP ini yang tidak tahu apa yang dia omongin sepertinya. Ya minimal, berkat dia, Chika jadi bisa ketawa dikit dan sedikit melupakan apa yang barusan terjadi.

***

Sampai di rumah. Astrid langsung salam tangan kepada orang tua dan memberitahukan kepada orang tuanya bahwa Vera akan menginap semalam. Bokapnya langsung mengajukan Jempol dengan cepat menandakan OK boleh. Padahal, bukan pertama kalinya Astrid membawa temannya untuk nginep. Di dalam kamar, Vera meminjem celana pendek milik Astrid agar dia nyaman daripada menggunakan jeans. Astrid pun mulai membersihkan mukanya dengan make up remover. Vera pun meminta dikit untuk menghilangkan make up juga.

Disaat Vera lagi ke kamar mandi. Astrid langsung ke kasur, mengambil Handphone untuk memastikan handphonenya ini masih aman dari nama Theo dari segala sisi. Semua masih aman artinya akan sangat aman juga apabila Vera tiba–tiba minjem handpone. Ga nyampe lima menit, Vera sudah keluar dari kamar mandi dalam Astrid ini. Langsung ke kasur ini rebahan.

"Eh Eh Astrid....lo mau tau sesuatu ga?"

"Apa ya? pasti Theo lagi deh?"

"Dikit! Gue mau bagi informasi aja ke lo."

"Informasi apaan?"

"Gue denger nih, Theo itu jago main piano loh!"

"Terus?"

"Sama katanya nih, dia bisa ballroom dance gitu."

"Lo dapat tuh informasi darimana deh?"

"Ada deh! gue punya Intel terbaik!"

"Gaya elu Intel. Terus kenapa? Kok lo ga kasih tau Chika."

"Nggak ah males gue! Chika udah jelas–jelas maksa banget."

Vera pun berdiri dari kasur, memulai berlaga seperti mau ballroom dance. Gerakan tangan dan kakinya seperti mencoba mengikuti irama lagu yang ada di dalam pikirannya. Dia seperti membayangkan sedang ballroom dance bersama Theo disaat itu juga.

"Lo kenapa lagi Ver? Tiba–tiba lo dansa sendiri tanpa ada lagu."

"Nggak, gue lagi bayangin aja kayak gimana Ballroom dance kalau lagi sama Theo."

"Lo ada Interest nih sama dia?"

"Ga ada salah dong Cid. Kan Chika kayaknya udah mulai nyerah. Gue mau coba juga deketin Theo."

"Haaa, tapi lo sadar nggak sih Vero tuh kayak tertarik sama elu."

"Vero?" Vera tiba–tiba berhenti.

"Iyeee, gue bisa liat banget itu cowo kayak tertarik sama elu saat kita praktikum."

"Hmmm....Ya, Vero sih oke-oke aja." Vera kembali Ballroom dance. "Suatu hari, gue pengen gitu bisa ballroom dance sama Theo."

"Hmm? Buat apa juga Ver?"

"Ga ada maksud apa–apa. Ya hitung–hitung belajar tarian baru lah. Toh juga, kalau lo suruh gue stratching. Dijamin gue udah kaku banget sekarang." Vera pun mencoba membungkukkan badannya kedepan dan benar. Badanya kaku. "Tuh kan? Badan gue kaku lagi!"

"Hmmmm......"  Astrid pun berdiri dari kasur. Mengangkat Vera, mulai mengasih tahu basic ballroom dance yang dia inget saat sama Theo. Biarpun cuman sekali, Astrid masih bisa mengingat dengan baik saat itu. "Ikutin instruksi gue ya..."

"Oh oke..."

Langkah demi langkah. Vera mencoba mengikuti instruksinya Astrid. Dari mulai langkahnya, gerakan tangan, posisi dan postur disaat dance. Biarpun sempet kaki Atrid ke injek, salah gerak, dan terjatuh bersama. Astrid tetap bersabar mengajarkan Vera ballroom dance secara basic. Sampai, Vera bisa mengikuti irama langkah Astrid.

"Wow Cid...lo ga pernah bilang kalau lo bisa."

"Gue cuman tahu basic aja kok."

Latihan terus berjalan sampai Vera beneran bisa mengikuti instruksi Astrid dengan baik. Canda dan tawa terpintas dari wajah mereka berdua mencoba untuk ballroom dance sesama wanita bukan pasangan. Setelah latihan selesai, mereka pun langsung tiduran di kasur karena sudah mulai lelah.

"Haaaa.....padahal begitu doang tapi capeknya bukan main." Ucap Vera

"Lumayan lah....yang penting lo dah tau kan basic-nya Ver?"

"Iyaa udah paham gue..Makaseh banget loh!!"

"Sama-sama...."

Vera geseran untuk mendekati Astrid. "Ngomong–ngomong Cid, lo serius nih ga ada sedikitpun ketertarikan sama Theo?"

"Kenapa lo nanya gitu ya?"

"Coba deh lo pikirin. Pertama ya, lo kenal sama sahabatnya Theo dari kecil. Artinya, dia kan bisa aja kasih tahu soal Theo ini ke elu. Kan elu udah sahabatnya dari kecil juga. Terus, bisa aja tuh. Theo jemput dia pas di ballet. Lo pasti pernah ketemu ma Theo kan di ARB?"

Astrid begitu terkejut juga bahwa Vera ini orangnya beneran bisa mengumpulkan informasi dan mencoba menganalisa sendiri. Seakan Vera ini beneran seorang Intel yang hebat. "Tahu deh, Gue mah selesai latihan langsung balik. Kalau Sheila masih nongkrong dulu." Astrid sedang berusaha sebisa mungkin untuk membuat karangan.

"Masa sih? Jadi mereka beneran hanya sahabatan aja nih Cid?"

"Udah ah Ver....gue capek bahasnya Theeeeoooo melulu. Lama–lama gee kayak dengar klakson truck yang Theeeeololet Theeeololet tahu!!"

"Hahahaha!! Bisa aja Elu ngelawaknya!!" Ketawa Vera sangat keras sampe terdengar keluar kamar.

***

Jam 11 malam, Vera pun tertidur lelap. Sementara Astrid masih kebangun. Masih terbayang omongan Vera yang dia bilang ingin mengajak Theo dance bersama. Belum lagi, Vera juga ingin mencoba dekat dengan Theo. Dengan sepertinya, Chika sudah menyerah. Perasaan Astrid tercampur aduk. Di lain pihak, dia senang kalau temennya lagi suka sama seseorang. Sayangnya, orang yang dia sayangi itu adalah orang yang Astrid paling sayangi juga. Astrid mengambil handphone dan menge chat Theo.

"Theo...lagi apa?" - Astrid.

Theo pun membalas.. "Lagi main piano aja nih sama Miranda.." - Theo

"Jam segini lo masih main piano? Ga ganggu orang rumah."

"Nggak tenang, di rumah gue ada studio musik sendiri. Udah di pasang foam juga jadi ga bakalan ganggu orang rumah."

"Gaya banget lo punya studio musik di rumah."

"Ya emang punya. by the way, Sheila cerita, tadi lo ketemu dia sama Bian?"

"Iyaaaa, Sheila pasti udah cerita soal Chika deh."

"Cerita lah, Sheila cuman ketawa gitu pas ngasih tahu. Terus Chika gimana?"

"Chika? Tahu deh. Mungkin dia udah nyerah sama elu."

"Syukurlah kalau gitu...lo belum tidur?"

"Mau tidur....Eh ya, lagi ada Vera juga di rumah."

"Lo ga salah chat gue?"

"Nggak, Vera udah tidur kok aman."

"Oh gue kira. Ya udah ya Cid, gue mau main dulu sama Miranda."

"Oke Theo, gue masih menunggu lagu ciptaan lo nih."

"Iya oke, suatu hari ya.."

"Okee deh.."

Astrid pun kembali senyum membaca chat dari Theo. Dia pun mencoba tidur juga sekarang. Minimal dia ada obrolan dikit sama Theo hari ini. Karena satu harian ini, Astrid tidak ketemu Theo dan tidak ada komunikasi apa-apa juga. Mencoba untuk tidur sejenak. Hingga, dia melupakan suatu hal saat chat. Ingin Chat lagi, hanya saja dia tidak ingin ganggu waktu Theo saja sama Miranda ini.

"Bonne nuit, Theo...."  - Ucap Astrid dalam hati

***

Sementara itu, di rumah Theo. Berada di ruang musik bersama adik perempuannya yang masih SD ini. Menaruh handphonenya di atas piano lalu kembali memainkan piano. Sementara adik perempuannya ini melihatin kakak nya ini senyum sendiri setelah Chat tadi.

"Kak Theo....barusan chat sama siapa?" Tanya Miranda.

"Temen kak Theo kok."

"Kak Theo kayaknya seneng gitu aku liat."

"Yaa, lumayan...Ayo Miranda, satu kali lagi ya. Habis itu tidur."

"Oui, Kak Theo."

Seguir leyendo

También te gustarán

624K 27.3K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
478K 28.4K 55
Masalah besar menimpa Helena, ia yang sangat membenci bodyguard Ayahnya bernama Jason malah tak sengaja tidur dengan duda empat puluh empat tahun itu...
7.3M 353K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
1.5M 138K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...