Rahasia Yang Terkubur [TAMAT~...

Od sariardhi

9.6K 390 80

Kota kecil itu seharusnya memberikan kedamaian dan ketenangan yang Axel cari. Namun, bayang-bayang perselingk... Více

- Perkenalan -
- Prolog -
- Bab 1 -
- Bab 3 -
- Bab 4 -
- Bab 5 -
- Bab 6 -
- Bab 7 -
- Bab 8 -
- Bab 9 -
- Bab 10 -
- Bab 11 -
- Bab 12 -
- Bab 14 -
~ PENGUMUMAN EBOOK ~

- Bab 2 -

724 25 0
Od sariardhi

"Ibu sudah bilang kepadamu. Biarkan rumah itu kosong. Rumah itu miliknya. Tidak boleh ada yang tinggal di rumah itu," Sukma memprotes.

"Iya. Ibu sudah berulang kali bilang kepadaku. Tapi kalau kelamaan kosong juga tidak baik dan makin tidak terawat, Bu." Yulius mencoba memberikan penjelasan yang sama berulang kali setiap sang ibu menyinggung soal rumah itu.

"Kan sudah ada cucunya Haikal yg selalu bersih-bersih. Sudah cukup bukan? Bagaimana kalau suatu hari dia pulang?" Sukma masih terus memberikan argumennya.

Yulius meletakkan sendoknya setengah dilempar ke atas piring yang masih berisi sarapannya menandakan kekesalan, "Ibu, dia sudah pergi meninggalkan kita selama sepuluh tahun lebih. Tidak mungkin dia kembali. Ibu harus menyadari itu!"

Sukma tersentak dengan perkataan Yulius. Suasana di meja makan menjadi tegang. Sarapan yang seharusnya menjadi momen mengawali hari, malah merusak suasana hati Yulius. Selera makannya langsung hilang.

Poppy yang duduk di seberang Sukma tidak tahu harus berbuat apa. Membuka mulut pun dia tidak punya nyali, takut jika malah salah berbicara dan memperkeruh suasana.

"Aku harus pergi bekerja," ujar Yulius dengan nada jengkel, mendorong kursinya ke belakang dengan kuat, lalu meninggalkan meja makan. Pintu dapur dibuka paksa membuat Sukma dan Poppy kaget.

"Apa salah jika aku masih mengharapkannya pulang. Dia anakku. Tidak mungkin dia tega meninggalkanku begitu saja," kata Sukma kepada dirinya sendiri.

Perdebatan antara suaminya dengan sang ibu mertua hampir terjadi setiap hari. Mereka memang tidak pernah akur semenjak Sophia, adik perempuan Yulius, kabur entah ke mana. Menyisakan kesedihan mendalam di hati Sukma sehingga dia menjadi sakit-sakitan. Selama bertahun-tahun Yulius dan Sukma selalu menanti, sayangnya sampai sekarang belum ada kabar apa pun . Hal itu tidak membuat Sukma berhenti berharap sang putri pulang, kembali dalam pelukannya. Berbeda jauh dengan Yulius yang sudah berhenti berharap. Pria itu berpikir lebih realistis, memilih melanjutkan hidup.

Poppy tidak pernah suka mendengar perdebatan suaminya dengan sang mertua. Topik yang menjadi pokok masalah pun tidak pernah berubah, selalu seputaran Sophia. Sekarang ditambah lagi tentang masalah rumah sebelah yang disewa oleh Axel.

Hubungan antara Poppy dengan Sukma sangat kaku. Wanita itu sering merasa jengkel dengan sikap mertuanya yang dingin, selalu membandingkan dirinya dengan Sophia dan sangat menyusahkan. Poppy sebenarnya bukannya termasuk menantu yang kurang ajar. Wanita itu selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk Sukma, tetapi semua yang dilakukannya tidak pernah ada yang benar menurut sang mertua.

Wajah Sukma masih terlihat sedih. Poppy melihat dengan sedikit senyum sinis, ada rasa puas saat Sukma tidak bisa berkutik. Melihat mertuanya menderita adalah hal terbaik dalam hidupnya.

Poppy bangkit dari duduknya, mengambil bekas piring Yulius, menumpuk di atas piringnya sendiri, kemudian menuju bak cuci piring tanpa mengatakan sepatah kata pun kepada Sukma. Dibiarkan sang mertua duduk sendirian. Sambil mencuci piring, Poppy melihat ke arah luar jendela yang langsung berhadap dengan jendela dapur rumah sebelah. Rumah yang sekarang sedang di sewa oleh Axel.

Dari kejauhan, Poppy melihat Axel sedang berbicara dengan seseorang. Penasaran, wanita itu memajukan tubuhnya ke arah kaca jendela dan bola matanya mengarah serong ke kiri. Tidak ada siapa-siapa di situ, tetapi mulut Axel terus bergerak seolah sedang berbicara. Sekali lagi Poppy mendongak. Tidak ada orang.

"Mungkin lagi ngomong sendiri," kata Poppy lirih.

Dia melanjutkan mencuci piring dengan tatapan masih memperhatikan rumah itu. Rumah yang selalu menjadi sumber masalah dalam keluarganya. Poppy tidak pernah menyukai rumah itu, dia selalu menyuruh suaminya untuk menghancurkannya saja, tetapi Sukma tidak pernah setuju. Rumah itu milik Sophia, itu alasan yang selalu menjadi tamengnya.

__________

"Selamat pagi," sapa Axel kepada Carisa yang sedang berada di depan kompor memasak sesuatu yang aromanya sangat enak.

"Selamat pagi juga, Tuan, eh, Axel," balas Carisa menoleh.

Pagi ini Axel bangun lebih segar. Tidurnya yang paling nyenyak selama dua tahun ini. Sudah dua hari dia berada di kota ini dan sepertinya sudah mulai beradaptasi. Setiap malam sebelum tidur, Axel melakukan rutinitasnya yang baru. Mandi di bawah kucuran air panas dari shower ampuh membuat tidurnya lelap.

"Apa kegiatan Anda hari ini?" tanya Carisa menyodorkan piring berisi nasi goreng kepada Axel.

"Aku berencana mulai menulis. Kurasa sudah waktunya memulai," Axel melihat ke luar, "sepertinya menulis di halaman belakang menyenangkan. Nanti tolong siapkan keperluanku di luar ya. Aku ingin mandi terlebih dahulu."

Axel telah menceritakan tentang dirinya sekilas kepada Carisa. Pekerjaan, alasannya datang ke kota ini dan sedikit mengenai kehidupan personalnya. Sedangkan, Carisa sendiri juga menceritakan tentang dirinya sedikit saja karena memang tidak banyak kisah dalam hidupnya. Kehidupan wanita itu hanya seputaran sang kakek dan kota kecil ini. Tidak ada yang menarik.

Sebelum menuju halaman belakang, pria itu berbelok ke kamar kosong yang dipergunakan untuk menaruh barang bawaanya yang lain. Di dalam ada dua koper besar miliknya. Satu koper sudah kosong berisi pakaian yang sudah dirapikan dalam lemari baju di kamar tidurnya. Satu lagi berisi barang-barang menyangkut pekerjaan. Axel mengambil laptop, kertas dan tiga novel karyanya.

Saat hendak berjalan ke luar kamar, Axel tiba-tiba terjatuh. Seluruh barang bawannya jatuh berserakan di lantai. Dia meringis, kakinya sakit.

"Laptopku!" teriak Axel yang langsung memungut barang berharganya.

Axel mencari penyebab dirinya bisa tersandung. Ada satu bagian kayu lantai yang menyembul keluar. Dia memegang kayu itu hendak mencoba menekannya ke bawah agar posisinya kembali seperti semula. Bagian kayu itu tidak menurut. Rencana keduanya adalah menginjak kayu itu. Lagi-lagi tidak berhasil. Axel berjongkok, tangannya memegang lantai kayu itu, kemudian mengangkatnya sedikit. Sebuah ruang kosong sempit terlihat. Axel mendekat agar bisa lebih jelas melihat.

"Semua saya sudah siapkan di luar," suara Carisa mengagetkan Axel. Pria itu langsung menyahut menjawab. Axel berdiri dan berpikir akan menangani lantai kayu itu nanti.

Sesuai dugaan Axel, hawa di luar sangat sejuk dan tidak terlalu panas. Bau air menenangkan pikiran. Cocok untuk bekerja. Carisa sudah membersihkan bangku kayu dan menyiapkan semua yang Axel suruh. Satu botol air putih, secangkir kopi hitam beserta camilan untuk menemani Axel bekerja.

Axel membuka laptop, kemudian menyalakannya. Sekarang saatnya untuk berkonsetrasi menulis. Dirinya bersemangat.

Sudah hampir hampir waktu makan siang, tetapi Axel belum berhasil menulis sesuatu. Layar laptopnya masih putih bersih tanpa tulisan apa pun. Otaknya sedang tidak bersahabat, idenya mampet. Sangat berbeda dengan dirinya dulu yang selalu memiliki ide-ide cerita seru dan menegangkan. Axel selalu peka dan mampu mengembangkan tema-tema baru menjadi sesuatu yang sangat menarik untuk dibaca oleh para penggemarnya sehingga seluruh novel karyanya berhasil masuk kategori bestseller.

Menulis adalah kegemaran Axel sejak kecil. Sejak dia berumur delapan belas tahun, menulis tidak lagi menjadi sekadar hobi, tetapi telah menjadi kebutuhannya. Sampai akhirnya dia memilihnya sebagai profesi.

Berkali-kali Axel berjalan mondar-mandir akibat frustasi, otaknya menemukan jalan buntu. Dia sudah berusaha berpikir keras mencari sebuah ide dan tema. Jika ada sesuatu yang muncul segera dia ketik agar tidak hilang, tetapi setelah membacanya kembali, dia menyadari telah menulis cerita semacam itu sebelumnya. Saat ada ide lain muncul, dia merasa tidak cocok atau ceritanya sama dengan buku dari penulis lain. Axel mengacak-acak rambutnya. Seharusnya dia mampu menyalurkan seluruh stres, kekecewaan dan kemarahannya pada keahliannya. Harapannya tidak semulus itu. Akhirnya Axel menutup laptopnya dengan kasar.

Waktu hari ini telah terbuang percuma tanpa menghasilkan apa pun. Axel menyambar salah satu novelnya yang berada di sebelah kiri laptop, kemudian membukanya asal saja. Tanpa sengaja tangannya berhenti di satu halaman persembahan yang ditujukan kepada istri dan anak-anaknya.

Ingatan Axel kembali melayang saat masih bahagia bersama Marisa dan kedua anak mereka. Ada perasaan bahagia jika mengingat masa-masa itu. Banyak sekali kenangan manis yang tidak akan dia lupakan. Wajah Axel tiba-tiba berubah karena ingatannya beralih pada kejadian saat dia memergoki Marisa dan Renzy bercinta. Hatinya mendidih merambat sampai ke ubun-ubun. Sampai sekarang Axel belum bisa memaafkan mereka, meskipun telah dua tahun berlalu.

Satu tahun yang lalu, Renzy menikahi Marisa. Padahal Axel telah berjuang mempertahankan keutuhan rumah tangganya demi anak-anak. Marisa tidak sepenuhnya sejalan dengan keinginan Axel. Cinta wanita itu telah berpindah kepada Renzy. Setelah Renzy keluar dari rumah sakit, Marisa menjalin hubungan lagi dengannya dan mengakui bahwa dia tidak bisa berpisah dengan Renzy. Marisa pada akhirnya mengajukan gugatan perceraian.

Renzy sudah sering mencoba memperbaiki hubungan dengan sang kakak. Entah sudah berapa kali kata maaf terucap dari mulutnya yang selalu ditolak mentah-mentah oleh Axel. Tidak terima istrinya pergi dan keluarganya hancur, Axel masih memendam amarah. Dari informasi yang diberikan oleh anak sulungnya, Marisa sekarang tengah mengandung. Axel bertambah sakit hati dan menderita. Mereka yang berzina malah bahagia. Axel tidak terima. Tangannya terkepal keras menahan emosi.

"Ini saya bawakan makan siang." Carisa mengagetkan Axel.

Carisa meletakkan piring di atas meja. Sebelum pergi, dia mengambil cangkir kosong di atas tumpukan kertas. Angin di luar cukup kencang berhembus dan seketika kertas-kertas itu beterbangan ke segala arah.

"Astaga." Carisa hanya melihat lembaran kertas satu persatu terbang melewatinya mengarah ke danau. Kertas-kertas itu sebagian berhasil dipungut oleh Carisa dan sebagian lagi mendarat sempurna dia atas air danau.

Setelah memberikan beberapa lembar kertas yang berhasil diselamatkan kepada Axel, Carisa berlari kencang menuju jembatan danau. Axel berlari berusaha mencegah dengan berteriak, "Carisa biarkan saja. Kembalilah!"
Namun, Carisa tidak mendengar dan langsung menceburkan dirinya ke air danau demi menyelamatkan sisa kertas yang lain.

Carisa semakin berenang jauh memunguti kertas-kertas yang sudah basah. Semakin lama dia berenang semakin jauh ke tengah. Wanita itu mulai merasa kecapaian, badannya tidak kuat lagi mengapung, lalu Carisa hilang dari permukaan air. Axel yang panik menceburkan diri ke danau, berenang cepat ke arah Carisa.

"Tolong!" teriak Carisa saat muncul ke permukaan sebentar sebelum tenggelam lagi.

Axel yang melihat itu langsung menyelam. Di dalam air dia mencari keberadaan Carisa. Hampir kehabisan napas, Axel melihat Carisa yang semakin tenggelam ke dasar danau. Pria itu berhasil memegangi Carisa yang sudah tidak sadarkan diri. Sekuat tenaga, Axel berenang ke permukaan sambil membawa tubuh Carisa. Saat bersamaan, mata Axel teralih pada sebuah kilatan cahaya di dasar air danau. Namun, karena merasa napasnya sudah tidak kuat lagi, dia terus berenang ke atas.

"Carisa, bangunlah," Axel mencoba menyadarkan, tetapi wanita itu tidak memberikan reaksi.

Takut sesuatu lebih buruk terjadi, Axel berenang ke tepian bersama tubuh Carisa. Setelah sampai, pria itu meletakkan tubuh Carisa pelan ke tanah. Badan Axel tiba-tiba langsung terjungkal ke belakang melihat pemandangan ngeri tepat di depannya. Tubuh Carisa berubah menjadi mayat, tidak lagi berbentuk tubuh hidup karena terlihat membusuk dan hancur. Jantung Axel semakin cepat berdetak, ketakutan memenuhi dirinya.

"Uhuk uhuk uhuk," Carisa batuk mengeluarkan air dalam mulutnya. Secepat itu, Carisa kembali dalam bentuk semula di mata Axel. Namun, pria itu masih dalam posisi mematung.

"Terimakasih. Anda sudah menyelamatkan saya," kata Carisa yang menyadarkan Axel, "tapi maaf kertas-kertas anda jadi hilang."

Axel diam cukup lama, masih merasa bingung dan kaget.

"Tidak apa-apa. Bukan hal yang penting. Ayo masuk ke rumah, sebelum kita berdua sakit," ucap Axel.

Carisa tidak membawa baju ganti sehingga Axel menawarkan kaos miliknya. Kaos itu sangat besar untuk tubuh mungil Carisa, malah menjadi seperti daster.

Axel memperhatkan Carisa yang sedang duduk disebelahnya meminum secangir teh panas. Axel masih penasaran dengan kejadian di danau tadi. Apakah dia telah salah melihat? Apakah air danau membuat matanya rusak sampai berhalusinasi? Tetapi semua nampak nyata. Lalu cahaya apa yang ada di dalam danau tadi?

Begitu banyak pertanyaan berputar dalam otak Axel. Tidak ada satu pertanyaan pun yang masuk akal dan dapat dijawab.

Axel masih terus memperhatikan Carisa kali ini lebih detail lagi. Rambut panjang perempuan itu masih basah. Tubuh kecilnya nampak tenggelam dalam kaos kebesaran. Kulit sawo matangnya mulus tidak seperti pemandangan mengerikan yang Axel lihat di tepi danau tadi. Bibirnya tebal dan sedikit berwarna merah muda, warna alami, bukan dari polesan lipstik. Axel menjadi tertarik.

"Nanti setelah saya cuci, kaos ini saya kembalikan. Apakah tidak apa-apa?" tanya Carisa membuyarkan pikiran nakal Axel.

"Eh ... Tidak apa-apa. Kapanpun boleh," jawab Axel.
___________

Tengah malam, Axel tidur tidak tenang dan bergerak terus. Dia sedang bermimpi sesuatu yang membuat gerak tubuhnya gelisah. Pintu kamar terbuka, seorang wanita dengan wajah sangat pucat berjalan ke ranjang. Wanita itu menunduk, rambut hitam panjangnya menjuntai ke bawah sampai menyentuh wajah Axel, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga pria di bawahnya.

Mulut wanita pucat itu komat-kamit seolah membaca mantra. Setelah berhenti, tubuh Axel berhenti bergerak dan malah tampak lelap tertidur. Wanita itu berjalan mengitari kasur ke sisi ranjang sebelah kiri. Dia naik ke atas ranjang pelan dan membaringkan tubuhnya di sebelah Axel, kemudian meletakkan salah satu tangannya pada perut Axel.

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

3.6K 387 15
𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬: Baru saja Kayla memaki tokoh antagonis dalam novel 'Fall in Love' yang ia baca, Kayla tak menyangka, setelah kecelakaan, ia malah t...
4.1M 512K 80
Pembelian Novel Version bisa di shopee momentous.publisher❤ Elbiana Angelista Dewaga, siswi cantik SMA Cendrawasih yang terkenal bersikap dingin dan...
89.7K 7.6K 51
【 On Going 】 GIRLS Series #1 - - - Blurb: Dia Alexiore, seorang gadis dengan kedinginan melebihi rata-rata tiba-tiba menghembuskan nafas terakhirnya...
KANAGARA [END] Od isma_rh

Mystery / Thriller

7.6M 552K 93
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...