☑️The Na Brothers [NOMIN ft M...

By Aiyou23

206K 21.2K 693

Kisah 3 bersaudara dengan sifat berbeda dan ceritanya masing-masing. Na Renjun, sulung yang punya sikap sinis... More

0
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
bukan update
21
22
23
24
25
26
27
28 ( 1 )
29 ( 2 )
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

5

7K 730 17
By Aiyou23







How you like that ?







Beberapa mahasiswa maupun mahasiswi nampak berlalu lalang di berbagai sudut university, jam makan siang yang telah berdentang 5 menit yang lalu bagaikan angin segar bagi para pelajar yang telah berkutat dengan banyaknya materi yang dipaksa masuk kedalam otak.


Jauh dari keramaian, lebih tepatnya berada di rooftop gedung Fakultas Kedokteran, berdiri seorang pria manis yang menatap dalam hening hiruk pikuk manusia di bawahnya, matanya yang bulat cantik mengamati tiap aktivitas yang mampu tertangkap indranya.

Na Jaemin, si pria manis yang selalu menghabiskan waktu senggangnya sendirian. Menjauh dari keramaian untuk memulihkan energinya bukanlah hal yang asing, apalagi dengan kepribadiannya yang dikenal sangat dingin dan acuh dengan siapapun.

Ice princess mungkin julukannya, tapi kenapa princess bukan prince padahal Jaemin sendiri adalah pria? Jawabannya sudah pasti dan akan selalu seperti itu, parasnya yang tampan, manis tapi lebih dominan cantik adalah jawabannya.

Para putra dari Na Suho dan Na Irene sudah pasti selalu menonjol dalam hal apapun, seperti Na Renjun yang memiliki paras manis imut dengan kepintaran diatas rata-rata, si tengah Na Haechan yang memiliki tubuh ideal dan suara yang menawan jangan lupakan sikap ramah dan cerianya yang membuat orang-orang di sekitarnya nyaman, serta si bungsu yang menjadi primadona dengan paras menawannya dan juga sikap misteriusnya yang menjadi incaran baik pria maupun wanita.

Ketiganya mempesona dengan cara yang berbeda.





Ceklek

Seorang pria tampan berjalan mendekati Jaemin yang masih tak menyadari keberadaannya setelah menutup kembali pintu rooftop di belakangnya.

" Apa yang kau lakukan di sini?" Jaemin bertanya tanpa menolehkan kepala, bohong kalo ia tak menyadari ada orang lain di belakangnya, pekerjaan yang  keras menjadikannya lebih peka akan sekitarnya.

Lee Jeno menatap punggung Jaemin, meniti penampilan si manis yang memang sederhana namun mampu menarik perhatian tiap orang yang melihatnya, seperti sekarang ini, dalam perjalanannya kemari ia mendengar banyak orang membicarakan makhluk manis di depannya.

" Mencari udara segar." Jaemin terkekeh mendengar jawaban Jeno yang terdengar nyeleneh
" Apa gedung Fakultas Tekhnikmu tak punya rooftop hingga mahasiswanya menyebrang ke Fakultas lain?" Tanya Jaemin bercanda, Jeno tak menjawab namun matanya menatap intens pemuda di sampingnya yang semakin menawan ketika tertawa.

" Jaem-," ucapan Jeno terpotong ketika Jaemin mengangkat panggilan dari jam tangan yang ia yakini setara dengan harga motor sport hingga satu buah mobil.

" Ada apa Chan hyung?" Jeno ikut memperhatikan hologram visual seseorang yang tak asing baginya ditampilkan oleh jam tangan canggih warna hitam di lengan kanan Jaemin.

" Cepatlah kembali na, 2 cecunguk  yang kita tangkap kemarin hingga kini tak mau buka mulut. Mungkin jika yang bertanya malaikat cantik sepertimu mereka mau bicara." Nampak terlihat Haechan tertawa kencang setelah mengatakan malaikat, Jaemin memutar bola mata malas merasa tak ada yang lucu.

Tanpa berkata apapun lagi Haechan segera mematikan panggilannya dengan masih diiringi gelak tawa.
" Dasar gila." Gumam Jaemin yang masih terdengar oleh si pemuda sipit, " Kau mau kemana na?" Tanya Jeno cepat saat Jaemin hendak beranjak.

" Mau bekerja, kenapa?" Jaemin berbalik menatap Jeno yang menggeleng, " Tidak, tapi apa aku masih boleh menginap di rumahmu?" Tanya Jeno dengan mata penuh harap.

Jaemin menaikkan salah satu alisnya, tangan kanannya sudah meraih knop pintu bersiap membukanya, " Silahkan Jeno, aku tak masalah asal kau tak mengusikku." Jaemin tersenyum sekilas sebelum benar-benar hilang di balik pintu, meninggalkan Jeno yang kini tersenyum lebar.




.
.
.
.
.
.
.





Ngrik

Ngrik

Ngrik


Suara yang menggelikan telinga terdengar menggema dari salah satu ruang yang di dalamnya terdapat 5 orang dengan kondisi berbeda, 2 orang pria nampak terikat kuat dengan tali panjang yang membuat tubuh mereka berbentuk X, sedangkan 2 orang lain tengah duduk santai di sofa yang tersedia di dalam ruangan menyaksikan seorang pemuda tengah berdiri mengasah beberapa benda tajam yang di bawa sendiri dalam tas hitamnya.

" Baiklah, mari kita mulai acara bincang siang kita." Jaemin melangkah mendekati dua targetnya dengan tangan kanan yang memutar-mutar sebuah pisau tajam dengan ukiran bunga mawar di gagangnya.  "Siapa yang menyuruh kalian berdua meletakkan bom itu?" Tanyanya santai memutari tubuh keduanya yang terikat kuat.

" Maaf, aku ambil pisau ku kembali." Tangannya meraih gagang pisau yang ternyata masih tertancap di mata korbannya.

Arghhh

" Lagipula ini pisau dari daddyku." Tambahnya seraya mengangkat pisau yang diujungnya terdapat sebuah bola mata, " Wah, maafkan aku, mungkin tadi aku terlalu keras menariknya." Serunya memasangkan kembali bola mata yang tersangkut kembali ketempatnya, namun usahanya gagal karena bola matanya malah berakhir menggelinding terus menerus.

" Apa di Fakultasmu belum di ajari memasang kembali organ na?" Celetuk Haechan usil melihat kejengkelan Jaemin "Jika belum berikan bola mata itu pada Injun hyung, dia kan anak seni." Usulnya kemudian yang diangguki semangat oleh Jaemin, dua saudara itu kemudian tertawa bersama.

" Hey, cepatlah na. Uncle harus segera pulang jika tidak ingin auntymu kembali merajuk." Sela Jaehyun yang sedari awal mengamati dalam diam di sebelah putra tengah Suho itu.

" Cepat katakan siapa tuanmu atau ku babat habis keluargamu." Jaemin yang tadi tertawa kini berujar dingin dengan tangan kiri yang menampilkan dua potret keluarga, melihat apa yang ditunjukkan Jaemin tubuh keduanya bergetar dan berkeringat dingin.

" Kalian harus tau aku bukan tipikal orang yang main-main dengan ucapanku." Jaemin berujar tenang dengan langkah kembali ke meja tempat dimana ia meletakkan alat mainnya.

" Ayo, segera katakan dan setelah ini aku akan membebaskan kalian."

Dapat di lihat kedua pelaku saling lirik sebelum mengangguk bersama, mereka  hanya perlu mengatakannya dan kemudian di bebaskan, benar begitu?

" K-kim Sae Joon." Jawab salah satunya dengan gemetar, Jaehyun menggeram marah sedangkan Haechan langsung mengetikkan pesan kepada Renjun untuk menyelidiki nama seseorang yang telah di sebutkan.

" Kami sudah memberitahumu, jadi segera bebaskan kami." Serunya mulai berontak, Jaemin yang melihatnya menukikkan kedua alisnya tajam sebelum tertawa sinis, " Aku tak tau kalian sebodoh itu." Tangannya mengangkat dan mengelus katana yang entah sejak kapan di pegangnya.

" Di dunia hitam seperti ini, di bebaskan berarti di musnahkan bodoh." Sentaknya geram dengan tangan yang mengayunkan katana ke arah salah satu leher pria dengan mata tinggal sebelah.

Sret

Brukk

Sebuah kepala dengan keras terjatuh kelantai, darah segar mengalir deras dari leher yang telah buntung, " Kalian sudah berani mengancam keselamatan orang-orang, lalu kalian masih dengan gampangnya minta di lepaskan? Masih waras jika begitu?" Jaemin mendongakkan pria lainnya menggunakan ujung katana nya yang berlumur darah segar.

" Bagaimana bisa kau seperti itu, hm?"

Sret

Bruk

Satu lagi, sebuah kepala terjatuh keras kelantai, darah segar nampak menggenang di bawah dua mayat yang telah kehilangan kepalanya, Haechan bertepuk tangan riang seolah apa yang terjadi dihadapannya tadi hanyalah sebuah hiburan. Jaemin masih menatap dua mayat di depannya datar, tangannya mencengkram kuat katana yang di bawanya.

" Terima kasih anak-anak, sekarang istirahatlah! Aku akan memberi tahu kalian tugas selanjutnya dan tetaplah mengawasi." Jaehyun merapikan jas yang di kenakannya, tangannya mengusap kepala Haechan dan menepuk pundak Jaemin.

" Bersihkan dulu tubuhmu na!" Titah Haechan saat adiknya berbalik dan bagian wajah serta pakaiannya ternoda darah.

" Akan ku bersihkan nanti di rumah." Gumam Jaemin meninggalkan Haechan di dalam ruangan bersama kedua mayat tadi, " Sialan, sekarang aku jadi merinding." Gumam Haechan saat tak sengaja menatap salah satu kepala yang matanya terbuka " Aku harus cepat keluar dan menyuruh seseorang untuk membereskannya sebelum mereka hidup kembali." Ucapnya dengan berhambur panik meninggalkan ruangan.




Tbc
..........

Continue Reading

You'll Also Like

434K 44.3K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
415K 7.8K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
113K 16.1K 23
Memang sulit untuk mempercayai suatu hal yang disebut "Mitos". Namun ketika kau dipertemukan dengan "Mitos" itu sendiri, akankah kau percaya atau han...
61.2K 4.9K 32
Tentang Chenle yang menyukai Jisung dan Jisung yang hanya menganggap Chenle sebagai atasannya. Sampai akhirnya Chenle memutuskan untuk melakukan rota...