Dear Anonymous

By inibulan

91.4K 17.8K 10.3K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melu... More

dear anonymous
01. Dialog hujan
02. Tentang sang Langit
03. Ada yang berakhir
04. Apa yang salah dari mengagumi diam-diam?
05. I have crush on you
06. Apa pernah ia dianggap ada?
07. Cheesecake
08. Ucapan selamat pagi
09. Bolehkah jika ia semakin jatuh cinta?
10. Hujan dan sosok entah siapa
11. Kentang McD
12. Malam ini ia tidak sendiri
13. Know your place
14. Jealous
15. Alasan untuk menyukai seseorang
16. Album foto dan kilas balik
17. Gosip spektakuler
18. Boneka & Piala pertamanya
19. Melempar Umpan
20. Keluar kandang buaya masuk kandang singa
21. Beauty Privilege
22. Hujan dan segelas kopi
23. Keajaiban Dunia
24. Sebenarnya, salahnya di mana?
25. Aku senang jika nyatanya kamu peduli
26. Angkasa, ayo pacaran!
27. Pacar?
28. Pesta ulang tahun
29. Goodnight, N
30. Hari ini aku ulang tahun
31. Cepat sembuh, Rainne
32. Usapan di kepala
33. Alasan gadis itu tersenyum
34. Promise
35. Feeling
36. Keajaiban Dunia 2
37. Bagaimanapun dia tetap cantik
38. Sebenarnya, sejak kapan?
39. Fanya harus apa?
40. Kamu suka Fanya?
41. Masih sulit dipercaya
42. Mohon ikhlaskan saja
43. Kamu jelek
44. Hari-hari penuh siksaan
45. Under the rain
46. Semuanya akan baik-baik saja
47. Harus dibuat berantakan
48. Lama-lama muak juga
50. Berbalik
51. Dia tahu jawabannya
52. Beban dan tidak berguna
53. Dia benci kehilangan
54. Tidakah cukup?
55. Ia hanya iri
56. Pembohong
57. Tidak ada lagi yang tersisa
58. Hancur
59. Kembali, atau pergi dan mengakhiri?
60. Ia harus memulai hidup baru
61. Red Rain
Epilog

49. Tolong jaga dia

1K 260 285
By inibulan

Pusing, Rainne tidak tahu harus bagaimana agar Angkasa percaya padanya. Bahkan untuk sekedar mengajaknya bicara saja susah. Sudah berhari-hari Angkasa menghindarinya, Rainne juga selalu mencoba menghubungi, berusaha mengirimkan pesan penjelasan pada cowok itu tentang yang sebenarnya, tapi sepertinya nomornya juga diblokir. Pesannya tidak pernah dibaca, bahkan setiap kali ia menelfon pun tidak bisa.

Tentu saja Rainne tidak menyerah. Setiap ada kesempatan kecil pun, Rainne berusaha untuk mengajak cowok itu bicara, tapi Angkasa selalu berusaha untuk pergi. Bahkan sekali cowok itu pernah membentaknya untuk tidak menganggunya. Mungkin ia memang harusnya diam dulu dan membiarkan Angkasa menenangkan pikirannya untuk beberapa saat. Akan tetapi, Rainne khawatir. Sebab ketika ia berjarak dengan Angkasa karena masalah ini, Fanya jadi terus-terusan menempeli Angkasa.

Rainne mendesah sedih, dengan hati-hati ia memegang lengan papanya berharap itu akan memberikan kekuatan untuknya.

"Papa ... cepet bangun. Rainne takut, Rainne sendirian, Rainne cape," adunya sambil terisak kemudian.

Setelah mengabiskan waktu cukup lama untuk menangis, Rainne memutuskan keluar dari kamar rawat papanya untuk mencari udara segar. Ia benci menjadi cengeng, tapi ia sudah terlalu lelah dan tidak bisa menahan tangisnya lagi.

Langkah kaki Rainne membawanya menuju taman kecil milik rumah sakit, ia mendudukan dirinya di kursi panjang sambil mengamati beberapa pasien rumah sakit yang ada di sekitarnya.

"Tumben lo mau duduk di deket gue," celetuk seseorang yang kehadirannya tidak Rainne sadari sedari tadi.

Gadis itu menoleh ke samping kanan dan mendapati seorang cowok berpakaian pasein tengah menatap heran padanya.

"Lo ngapain di sini?"

Alis lelaki itu terangkat satu mendengar pertanyaan Rainne. Ia lalu mendengus geli.

"Lo enggak lihat kalau gue pasien?" tanyanya balik.

Rainne hanya menyahut dengan gumaman pelan dan kembali mengalihkan pandangan ke depan. Hening di antara keduanya, tidak ada yang berbicara selama beberapa saat. Benar seperti yang awalnya cowok itu bilang, jika situasinya berbeda mungkin Rainne akan memilih pergi dan tidak mau duduk di sini satu kursi bersama Riga. Namun, ia sudah telalu lelah untuk sekedar menghindari Riga dan memilih masa bodo saja.

"Gimana lo sama Angkasa sekarang?"

Riga memulai pembicaraan. Namun, pertanyaan Riga itu mengundang gelombang kesedihan Rainne datang kembali. Gadis itu sampai bingung untuk sekedar menyahuti Riga, ia hanya diam dengan ekspresi yang semakin terlihat sedih.

"Kayaknya lagi enggak baik-baik aja," gumam Riga.

"Lo 'kan temennya, masa enggak tahu apa-apa," sahut Rainne kemudian.

"Enggak tahu, beneran. Gue kelamaan di sini dan enggak tahu apa-apa."

Rainne menoleh sekilas karena nada bicara Riga yang dibuat sedih seperti itu. Memang sih, Rainne juga sudah lama sekali tidak melihat Riga di sekolah, ia pikir cowok ini sudah di DO atau apa, ternyata ia terdampar di rumah sakit entah karena apa. Kasian juga jika memang benar cowok ini sakit sampai harus dirawat selama itu. Pasti sakitnya cukup parah. Apa Riga kecelakaan? Rainne manahan diri untuk tidak terlalu kepo.

"Kasian banget sih lo ketinggalan gosip Epsilon paling hot. Padahal kalau lo tahu, lo pasti lagi ngehujat gue sekarang," ujar Rainne sok iba pada Riga.

"Kalau gitu spill dong. Langsung dan secara eksklusif dari objek gosipnya."

Rainne memundurkan wajahnya heran karena reaksi Riga yang seperti itu. Cowok itu merapat padanya dan menatapnya dengan penasaran. Rainne tidak bisa mundur lagi karena ia sudah duduk di ujung kursi.

"Ya pokoknya sekarang satu epsilon lagi heboh karena gosip gue simpenan om-om," kata Rainne cepat.

"Lah, bukanya dari dulu juga emang ada gosip itu?"

"Ih gila juga lo tau semua gosip tentang gue," kata Rainne dengan ekspresi ngeri.

Riga malah memamerkan senyum menyebalkan dan membuat Rainne ingin sekali mendorong jauh wajahnya.

"Lo 'kan emang selebriti Epsilon," godanya.

Mendengar itu, Rainne malah memutar bola mata malas.

"Yang jadi gosip sekarang tuh, om-om yang digosipin sama gue itu bokap dari cowok gue sendiri."

Diluar dugaan, Riga malah tertawa. Rainne bingung mengapa Riga malah tertawa seolah ia baru saja melemparkan lelucon menggelikan. Aneh sekali cowok ini. Dari dulu memang sudah tidak waras. Rainne mendadak curiga kalau cowok ini harusnya ada di rumah sakit jiwa.

"Asli, menurut gue lo aneh," kata Rainne heran.

Riga menghentikan tawanya setelah terbatuk-batuk pelan. Masih dengen ekspresi geli di wajahnya, ia megeleng-gelengkan kepala heran.

"Dan Angkasa percaya gosip itu? Terus lo berdua ribut cuma karena itu?"

Ekspresi wajah Rainne berubah keruh lagi saat Riga mengucapkan itu. Ia kembali kepikiran Angkasa, dan bingung harus bagaimana sekarang.

"Ya gitu deh," sahut Rainne sedih. Riga sampai bisa merasakan kesedihannya dan itu agak menganggunya juga.

"Coba lo ngomong sama dia yang bener, Angkasa cuma salah paham itu."

"Udah ... gue selalu nyoba buat jelasin, tapi susah. Dia enggak percaya sama gue," ujar Rainne pelan. Ia menarik napas untuk menahan sesak di dadanya. "Kayaknya emang hampir semua orang enggak percaya sama gue, Ga. Cuma Gaby satu-satunya yang percaya kalau gue enggak kayak gitu."

"Tapi gue juga enggak pernah percaya sama semua gosip tentang lo."

Embusan angin yang bertepatan dengan kalimat Riga itu membuat Rainne terpaku seketika. Ada setitik rasa senang karena ucapan Riga barusan. Perasaan ini tidak pernah Rainne duga akan ia dapatkan dari sosok yang selama ini selalu ia cap buruk dalam benaknya.

"Kenapa?" tanya Rainne.

Riga tersenyum kecil lalu mengangkat bahunya.

"Gue enggak pernah benci atau enggak suka sama seseorang hanya karena omongan dari orang lain."

Terdiam, Rainne malah merasa cowok ini sedang menyindirnya juga. Sebab selama ini ia tidak suka pada Riga dan mencap cowok ini buruk hanya karena omongan orang lain yang mengatakan hal seperti itu. Padahal, Rainne tidak pernah tahu orang seperti apa Riga sebenarnya.

"Gini ... setiap orang bikin versi diri lo di kepalanya sendiri. Mungkin buat si A lo itu jahat, tapi mungkin buat si B lo itu orang yang baik, mungkin juga buat si C lo itu berarti buat hidupnya. Makanya, tergantung dari cerita siapa lo itu dikenal."

Riga mengambil jeda untuk tersenyum kecil, lalu ia kembali berkata, "Sebelum mastiin sendiri, harusnya jangan langsung percaya seseorang itu begini begitu. Gue sih udah mastiin sendiri kalau lo bukan orang yang kayak gitu. Lo punya versi beda buat gue, makanya gue enggak percaya gosip soal lo."

Rainne ikut tersenyum kecil, kali ini Riga yang dibuat terpaku karena gadis itu untuk pertama kalinya tersenyum saat bersamanya.

"Lo bijak juga ya, gue jadi ngerasa bersalah karena selama ini ngira lo berengsek cuma karena omongan orang-orang begitu soal lo."

"Oh, jadi itu alesan lo selalu sinis dan anti banget sama gue selama ini?"

"Haha, iya. Sorry. Sekarang gue kayaknya enggak bakal sinis dan anti sama lo lagi, karena gue juga udah punya versi yang berbeda tentang lo. Selama ini gue ngecap lo berengsek dan selalu ngehindarin lo karena orang lain bilang kayak gitu, tapi sekarang gue kepikiran juga sih kalau lo 'kan enggak berengsek sama gue, jadi menurut gue lo emang enggak berengsek."

Riga tertawa lalu berkata, "Kalau udah 70% populasi manusia di bumi bilang gue berengsek, ya berati gue emang berengsek."

"Sebelum nyampe 70% mending cepet tobat sana, umur enggak ada yang tahu, Ga."

"Gue sih tahu, dan emang umur gue enggak lama lagi," katanya enteng sambil tersenyum miring.

"Becandaan lo serem banget sih."

Rainne meninju pelan bahu Riga, cowok itu malah tertawa. Rainne bingung mengapa cowok ini terlihat seperti orang tidak sakit. Dia benar-benar ceria dan terlihat berenergi sekali.

Untuk pertama kalinya, Rainne bersyukur bertemu Riga saat ini. Setidaknya ia memiliki teman bicara dan membuatnya bisa melupakan masalahnya sejenak. Tidak disangka-sangka juga ia akan berbicara dengan Riga seperti ini.

Setelah hari semakin sore, Rainne pamit pulang. Riga pun kembali ke kamar rawatnya. Ia berjalan sendirian di koridor menuju ruang VVIP dengan eskpresi yang jauh berbeda saat bersama Rainne tadi.

Saat masuk ke kamar rawatnya, ia menemukan seorang cewek tengah duduk di sofa sambil memainkan ponsel.

"Dari kapan dateng?"

"Dari tadi, gue liat lo di taman sama Naomi."

"Oh."

Gaby bangkit dari sofa, ia menghampiri Riga dan duduk di sisi brankar sambil menatap cowok itu serius.

"Ga, gue serius. Perasaan lo ke Naomi gimana?"

"Enggak penting, Gaby."

"Gue cuma pengen tahu ...."

"Penting emang gue suka sama siapa? Umur gue enggak lama lagi, lo harusnya berhenti buang-buang waktu buat gue."

"Bukan itu. Gue cuma mau tahu perasaan lo ke Naomi gimana, kalau lo emang suka dia, gue mau bantu lo."

Riga menyungingkan senyum miring mendengar kalimat Gaby. Ia merasa jahat sekali pada gadis ini.

"Enggak usah, Gaby. Gue emang suka dia, tapi gue enggak mau dia sampai tahu. Udah sekedar gue suka aja. Makanya lo enggak usah repot-repot bantu gue, soal perasaan gue buat dia bener-bener udah enggak penting."

"Serius? Mungkin lo mau coba ...."

"Enggak, Gaby. Dengerin gue, kalau pun ada satu hal yang mau gue pinta dari lo. Gue cuma mau lo tetep jadi temennya dia."

Gaby terdiam, walaupun Riga tidak meminta itu, Gaby akan tetap menjadi teman Rainne. Gadis itu benar-benar sahabat yang berarti untuknya, maka dari itu ia bahkan berusaha untuk tidak apa-apa dan merelakan saja saat tahu jika Riga menyukai Rainne. Ia bukan jenis cewek yang mengutamakan cowok diatas sahabatnya sendiri. Rainne lebih berarti untuknya.

Lagi pula cowok di muka bumi ini banyak, ia masih bisa mendapatkan yang lain jika ia niat mencari. Hanya saja, untuk saat ini Gaby memang sedang malas dekat dengan cowok manapun.

"Gue tahu lo berdua emang sahabatan, tapi kayaknya lo enggak tahu banyak tentang dia," kata Riga lagi.

"Maksudnya?"

Riga menceritakan semua hal tentang Rainne pada Gaby, dan benar saja ternyata selama ini Gaby tidak mengetahui banyak hal tentang Rainne sampai sedalam itu. Ia hanya tahu hal yang nampak di permukaan saja tanpa pernah berusaha untuk menggali lebih dalam mengenai sahabatnya itu sebab Rainne sendiri tidak terbuka padanya.

"Gaby, saat ini cuma lo satu-satunya temen dia. Gue minta tolong jagain dia, buat gue."

🌧

selamat buat yang dari chapter chapter awal nebak bener soal Riga 👏🏻👏🏻👏🏻

hehe kalian tim mana nih?

#HappyEnding

or

#SadEnding

Jangan lupa spam emot 😭 yang banyak kalau mau up besok!

Continue Reading

You'll Also Like

6.8M 286K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.4M 70.4K 27
Kenapa hidup gue ini selalu dihantui oleh manusia nyebelin itu?!!! Apa salah perempuan unyu, imut, cantik, dan baik hati seperti gue ini, sehingga bi...
3.2M 251K 63
#VERNANDOSERIES 1 🤴🏻 Hanya satu keinginan Renata saat ini. Menjadi 'satu' dari 'semua' alasan Elfan untuk tersenyum. Copyright. 2016 oleh nafiaaw ㅡ...
1.1M 37.1K 25
Patah hati. Entah harus berapa lama lagi Senja menahan rasa sakit itu sendirian, diam-diam. Terjebak dalam cinta sepihak pada pria dingin bernama Sa...