Gate into the Unknown [END]

By Fadli_L

26K 4.3K 252

[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia... More

Intro by Author
01 - Dream Team
02 - Tantangan
03 - Pergi
04 - Misi
05 - Festival
06 - Penculikan
07 - Restu Siluman
08 - Latihan
09 - Kantor Polisi
10 - Pusaran Hitam
12 - Rindu
13. Anak Baru
14. Family
15 - Memori
16 - Memori [2]
17 - Reuni
18 - Fight
19 - Identity
20 - Massacre
21 - Family Matters
TMI [1] - Character Profile
22 - Join Forces
23 - Blue eyes
24 - Victim
25 - Silent Killer
26 - Segel yang terlepas
27 - Dunia yang tersembunyi
28 - Dunia yang tersembunyi (2)
29 - Sunyi
30 - Kebenaran Pahit
31 - Hayu
32 - Organisasi Misterius
33 - Ranggaditiya
34 - Yang Mereka Cari
35 - Orang Asing
36 - Para Tamu
37 - Bakat tersembunyi
38 - Setetes Darah
39 - Bantuan dari Kegelapan
40 - Istirahat
41 - Anomali [1]
42 - Anomali [2]
Lelaki dengan pakaian aneh
Kisah Masa Lalu
Nyai Arkasa
Epilogue
Last Word dan Karya Berikutnya

11 - Keberangkatan

599 108 9
By Fadli_L

Deka, Nanda, Ilyas dan Raga akhirnya sudah semakin mahir menggunakan restu siluman setelah latihan intens dengan Vella dan yang lainnya. Hari itu mereka akhirnya mendapat libur dari latihan. Tetapi mereka tidak libur dari duel.

Mereka semua berduel melawan Jeffri secara bergantian. Semua anak-anak itu bisa mengimbangi Jeffri hingga akhirnya mereka melawan Fero yang bukan siluman.

"Fero adalah Yaksa, berbeda dengan siluman, kaum Yaksa lebih individual dan tentu saja memiliki kekuatan alam. Yaksa dibagi menjadi dua jenis, Ada yang kekuatannya secara fisik ada juga yang kekuatannya tidak secara fisik. Jika kalian melihat Fero tentu kalian bisa mengambil kesimpulan kalau kekuatan Fero ini fisik kan?" Jelas Vella saat mereka selesai berdual dengan Jeffri.

"Melawan Yaksa tidak akan mudah, karena kita tidak pernah tahu apa kekuatan asli mereka. Tetapi Yaksa adalah makhluk yang mudah dilukai," 

"Tapi kami juga lebih cepat sembuh. Berbeda dengan Siluman yang susah sembuh jika terluka." Potong Fero.

"Tapi Siluman tidak mudah untuk terluka." Jelas Vella.

Fakta bahwa Fero adalah seorang Yaksa juga baru diketahui oleh Raga. Selama ini ia hanya menganggap kalau Fero adalah makhluk supranatural lain, tapi dia tidak pernah benar-benar memikirkan apa itu Fero.

Empat orang itu memandang Fero dengan tatapan ingin tahu. "Oh ayolah, apakah kalian tidak pernah mendengar Yaksa?"

Mereka semua menggelengkan kepala.

"Dasar legenda manusia ..."

"Jangan salahkan legenda yang juga berpendapat kalau siluman lebih keren daripada Yaksa," Tambah Jeffri sambil tertawa diikuti Vella.

"Yaksa adalah makhluk supranatural seperti siluman, tetapi kekuatan kami berbeda dari siluman. Jika siluman lebih dekat dengan binatang, kami lebih dekat dengan alam. Kekuatan kami bisa dalam berbagai bentuk. Ada kekuatan elemental seperti, air, api, angin, petir, dan lainnya ada juga kekuatan fisik sepertiku, teleportasi dan hmm aku lupa karena Yaksa itu abstrak. Ada juga tipe Yaksa dengan kekuatan pikiran, mereka bisa mengendalikan pikiran orang, mereka bisa menghentikan berbagai hal secara harfiah kecuali waktu dan ada juga Yaksa dengan kemampuan penyembuh. Kekuatan ini bisa dibilang tidak terlihat secara fisik."

Fero memejamkan mata lalu berkonsentrasi. Suasana alam di sekitar mereka seakan bergerak. Desiran udara seakan bergerak menuju Fero. Lelaki itu kemudian membuka mata, "Tadi adalah cara kami mengisi energi. Kami bisa bertahan tanpa makanan fisik dengan menyerap energi dari alam. Tetapi kami masih bisa makan."

Fero selesai menjelaskan, lalu menghilang. "Bertarung denganya itu sangat mengesalkan." Komentar Vella sambil menggelengkan kepala.

Fero tiba-tiba muncul di depan Vella hingga membuat gadis itu berjengit kaget. "Fero!" Teriaknya yang justru membuat Fero tertawa terbahak-bahak. 

"Silahkan bertarung dengannya ..." Ucap Vella lalu melompat ke pohon terdekat dan duduk di dahannya. Jeffri melakukan hal yang sama dan menempatkan diri duduk di sebelah Vella.

"Tidak perlu bertarung, jika satu saja dari kalian bisa menangkapku, kita anggap kalian menang." Ucap Fero pada empat anak di depannya.

"Klasik Fero." Ucap Vella.

Vella dan Jeffri menikmati sesi petak umpet antar Fero dan empat orang lainnya. Fero yang menikmati waktu latihan itu bertahan setidaknya selama satu jam hingga membuat mereka benar-benar menyerah dengan keadaan berbaring di tanah.

Vella akhirnya turun dari pohon diikuti Jeffri. "Baiklah, kita istirahat saja dulu. Ayo kita makan pagi." 

Mereka semua akhirnya berkumpul di meja makan seperti biasa. Hal yang paling jarang didengar mereka selama tinggal di rumah Vella adalah dering telepon kabel.

Vella pergi untuk menerima telepon, ia terdengar berbicara serius dengan lawan bicaranya. Tak lama kemudian Vella kembali lalu mengumumkan.

"Sastria baru saja mengabari aku kalau Kara ingin datang ke sini untuk bertemu denganku."

Pandangan semua orang beralih ke Raga. Ia yang baru saja akan melahap nasi, menurunkan sendoknya lalu memandangi mereka semua. "Kenapa?" Tanyanya.

Vella memutar bola matanya. "Jadi kamu tidak masalah jika Kara langsung ke sini kan? Kalau begitu Fero,"

"Sebentar ... kami akan langsung berangkat setelah makan, jadi tolong biarkan kami pergi dulu sebelum anda menerima kedatangan Kara." Potong Raga.

Deka, Nanda dan Ilyas terlihat menahan senyum. Vella mengangguk bangga, "Ya, lebih baik begitu. Biarkan dia merasakan dulu rasanya jauh darimu." Ucap Vella sambil menepuk punggung Raga sebentar lalu duduk di tempatnya.

"Baiklah, kalau kalian akan berangkat setelah makan ada hal-hal yang perlu aku sampaikan pada kalian."

Fero dan Jeffri mulai makan sambil menyimak.

"Aku menyarankan kalian mulai menelusuri kasus dari tempat awal semua kejadian bermula. Rumah tinggal tempat anak-anak Keraton dibesarkan. Rumah di Bayuwangi, tempat Suharti dulu menghilang." Jelas Vella.

Raga mendengarkan dengan seksama instruksi dari Vella. Ia terdiam sejenak seperti mengingat-ingat kejadian. "Jadi alasan aku tiba-tiba menghukummu untuk mencari keturunan Keraton yang hilang adalah karena suatu malam, saat aku sedang duduk di pohon menikmati udara malam, seorang hantu mendatangiku."

Vella dia sebentar dengan pandangan kosong ke depan, "Ia tidak mewujud dengan jelas tapi ucapannya jelas. 'Tolong temukan Suharti dan anaknya ...' ucapan itu terus berulang sampai akhirnya dia menghilang. Setelah itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi."

Tatapan Vella kini mengarah ke arah Raga. "Meskipun aku bilang misi ini adalah hukuman, tapi sejujurnya ini adalah latihan untukmu dalam menangani persoalan yang terjadi di luar nalar manusia. Dan lagipula, mencari keturunan Suharti adalah tujuan utamanya dan aku harap hal ini bisa mempererat hubungan keluarga yang sudah renggang."

Raga mengangguk. "Saya akan berusaha sebaik mungkin ..."

Vella lalu menambahkan, "Fero tidak akan bisa mengantar kalian sampai ke sana, karena harus menjemput Kara. Jadi gunakan saja ini untuk biaya transport dan akses perjalanan. Dengan kartu ini kalian bisa datang ke bandara, atau poin transportasi lainnya dan meminta pergi ke tujuan manapun kalian pergi."

Vella memberikan sebuah kartu hitam metalik kecil, tidak ada barcode, chip atau apapun dalam kartu itu selain tulisan 00 - 01 VR berwarna perak di tengah kartu secara bolak-balik.

"Apa ini yang disebut kartu hitam?" Tanya Raga saat mengambil kartu itu untuk diamati.

"Oh kamu tahu kartu ini ternyata?" Gumam Jeffri.

Raga mengangguk, "Keluarga Keraton memiliki ini, tapi hanya Ayah dan Ibu saya yang sekarang pemilik resmi kartu hitam."

"Ah, sayang sekali, padahal semua yang tinggal di rumah ini punya kartu itu." Ucap Jeffri dengan nada sedikit pamer.

"Sudahlah, aku meminjamkan kartu itu padamu, Setelah misi selesai, kamu harus mengembalikannya padaku. Atau pada Sastria jika kalian tidak bisa menemuiku."

Raga mengangguk. "Baik." Jawabnya sederhana.

Mereka semua menyelesaikan makan kemudian segera berkemas untuk perjalanan. Saat mereka sudah selesai bersiap, mereka semua pamit pada Vella dan ia dengan spontan memeluk mereka satu persatu. Vella bahkan mengelus puncak kepala Nanda dan Deka sambil tersenyum.

Empat orang itu lalu menghilang bersama Fero meninggalkan Vella dan Jeffri. "Kamu tahu kan, kamu baru saca mengacak-acak hati anak muda dan bukan rambut mereka?" Gumam Jeffri.

"Ah masa?" Tanya Vella.

Jeffri mendengus, "Sudah ratusan tahun kamu di sini tapi kamu belum peka juga pada perasaan manusia Vell ..."

Vella tersenyum. "Entahlah, mungkin karena seseorang juga tidak peka pada perasaanku ...?" Gumam Vella.

Jeffri memandang temannya. "Kamu tahu kan kalau dia bukan tidak peka, tapi sengaja tidak memulai hubungan karena cinta kalian memang terlarang?"

"Iya aku tahu ... aku sampai takjub dengan pengendalian dirinya sementara aku selalu yang gila dalam hubungan kami."

"Apa kalian bahkan memiliki hubungan? bukannya kalian terikat karena tanggung jawab?"

Vella memukul lengan Jeffri dengan kesal karena dia selalu meninjukan fakta pada Vella. "Ya ... Jika saja bukan kakakku yang melakukan dosa besar, mungkin kami yang akan melakukannya ..."

"Aku harap tidak ... Meskipun kamu menyebalkan, aku senang punya teman sepertimu." Gumam Jeffri pelan.

Vella mendengus tertawa, "Kadang aku berharap seandainya kami hanya manusia biasa .... Jika seperti itu mungkin hubungan kami bisa berkembang."

"Satu spesiespun tidak membuat hubungan akan selalu lancar Vell, lihat saja Noel dan aku ... Aku kadang tidak paham dengan jalan pikiran gadis itu." Gumam Jeffri.

Vella tertawa kecil. "Gadis itu? Kalau aku masih gadis itu masuk akal karena memang hubunganku dengannya terlarang, tapi Noel masih gadis???? Serius Jeff??"

Jeffri terlihat malu tapi dia tidak mengelak, "Yah begitulah adanya."

Mereka berdua mendengar Fero sudah kembali. "Sepertinya itu Fero, aku akan mengeceknya ..." Ucap Jeffri lalu berlari dan melompat ke atas dahan pohon meninggalkan Vella sendirian di rumah.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ya, ini adalah momen saat Kara berkunjung ke rumah Vella di chapternya blessed ya :) tapi di buku ini tidak akan dibahas kunjungan Kara :)

Continue Reading

You'll Also Like

52.2K 5.8K 53
Antara anugerah dan kutukan yang menyelimuti Renjana sejak ia memimpikan lelaki bangsawan dari zaman dahulu yang katanya merupakan sang bapa di lain...
2.1K 316 21
Aku mempunyai harapan dan sebuah mimpi. Meskipun aku masih berada dalam lorong kenyataan yang begitu gelap dan sunyi. Kata orang, sebuah harapan akan...
877 214 25
Ketika usia Odira sudah menginjak tujuhbelas tahun, berbagai mimpi datang ketika dia tidur. Rangkaian mimpi menyeramkan tetapi tidak bisa dia ingat k...
1.5K 313 12
[Nagaragung Universe: Fantasy] Sekuel - Gate Into the Unknown Dirga terjatuh ke portal dan kembali ke masa lalu. Pertemuannya dengan Nyai Arkasa bany...