Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
1| Bingkisan
2| Jangka
3| Teror
4| Kecemburuan
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
7| Merasa Bersalah
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
22|Perihal Menfess
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
31|Ancam-Mengancam
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

8| Curiga

11.5K 2.8K 2.1K
By cutputrikh

Hi Frien! Jam berapa baca Hipokrit?

Absen kuy, spam emot love ya🖤

Kalau hipokrit ada grup chat, ada yang mau masuk nggak?

Ss part favorit kalian dan jangan lupa tag aku di ig yah
@cutputri.kh | @akunhipokrit

Yang bersikap dingin, terkadang diam-diam peduli.

🍂

Raline mendorong pintu rooftop perlahan. Mendapati Radian di pinggir rooftop, mengerutkan keningnya begitu menyadari sesuatu yang familiar di tangan Radian.

Jangka miliknya.

Raline mendekat perlahan, memperhatikan lelaki itu yang sibuk memainkan jarum jangka pada jarinya dengan pandangan kosong menatap ke depan. Raline sempat berpikir Radian mungkin kerasukan, tapi sepertinya tidak.

"Gue sempet ngira lo merhatiin gue waktu itu."

Raline bersuara, Radian menghentikan pergerakannya. Menoleh pada Raline datar.

"Ternyata lo bukan merhatiin gue, tapi jangka gue," sarkas Raline mengalihkan pandangannya.

Radian refleks merasakan deja vu.

Tidak merespon Raline, Radian lantas memalingkan wajahnya kembali. Memandang ke depan, tanpa melakukan apa-apa.

"Gue bener-bener minta maaf soal yang kemarin." Raline mengusap tengkuknya canggung. "Gue bener-bener nggak tau lo bakal pingsan... dan bahkan kejang."

Radian hanya mendengarkannya, tidak memberikan suara apapun sebagai respon.

PTSD yang dimilikinya memicu Radian mengalami Pseudoseizure tiap kali terkena serangan panik karena sentuhan fisik. Radian mengalami itu, karena setiap kali disentuh, ia selalu teringat dengan peristiwa yang terjadi di masa lalu.

"Lo-" Raline menggigit bibirnya, menerka ragu, "punya haphephobia?"

Radian menolehkan kepalanya, memandanginya lamat. Karena Radian diam, Raline mengartikan itu adalah benar. Raline jadi merasa bersalah.

"Sorry. Kalau aja lo nggak bikin gue bingung dan jawab pertanyaan gue kemarin, mungkin gue nggak bakal megang lo-"

"Are you really feeling guilty?"

Raline mengangguk, tentu saja. "Ya-"

"But your words sound like a defense." Radian memalingkan kepalanya lagi.

Raline menggelengkan kepalanya, menyergah tanggapan itu. "Enggak! Gue beneran tulus minta maaf sama lo soal kemarin."

"But i can't trust anyone."

Raline mengembuskan napasnya, menatap Radian sejenak. Teringat pemberian Affan padanya tadi, Raline seketika kepikiran untuk memberikan makanan itu saja kepada Radian. Siapa tau Radian akan luluh, kan?

Raline menetralisirkan salivanya, menyodorkan kotak bekal di tangannya. "Gue beneran ngerasa bersalah sama lo. You can take it, i made it own."

Radian menatapnya sekilas, hanya untuk melihat apa yang Raline berikan padanya. Radian mendengus.

"Someone gave you."

Raline terdiam, Radian mengetahuinya. Mengapa Radian selalu mengetahui segalanya?

"Lo cenayang ya?"

Radian tidak menjawabnya, Raline mendecak. Mengobrol dengan seseorang yang hemat bicara seperti Radian membuatnya kelihatan gila, karena terlalu sering berbicara sendiri.

"Rad-"

"Gue nggak nyuruh lo buat bunuh diri." Radian menoleh. "Gue nyuruh lo buat berhenti."

Raline menutup mulutnya. Raline paham yang Radian bicarakan, itu tentang pertanyaannya kemarin. Dan maksud Radian mengenai berhenti itu adalah mengenai 'hal kotor' yang Raline geluti selama ini untuk mendapatkan uang. Ya, menjadi seorang sugar baby.

"Gue nggak ngelakuin hal kotor seperti yang lo pikirin. Lagian gue cuma harus-"

"Apa yang lo tabur, itu yang lo tuai."

Raline mengerutkan keningnya, tidak mengerti.

"She died, disini, melompat dari gedung dengan leher yang tergantung," gumam Radian menatap ke bawah atap.

Raline memejamkan matanya. "Siswi yang bunuh diri?"

Radian menoleh, menarik sebelah sudut bibirnya.

"Lo percaya itu cuma kasus bunuh diri?"

Raline menaikkan alisnya. "Maksud lo?"

"She's same like you."

Raline menatap Radian bingung, benar-benar tidak paham. Dari segi mananya yang sama?

"Lo harus lebih berhati-hati." Mata Radian menilik kotak di tangan Radian. "Termasuk dalam menerima sesuatu. Nggak ada yang tau isi dalamnya apa kan?"

Raline hanya memandanginya, lalu melihat kotak bekal pemberian Affan tadi sejenak. Lantas meletakkannya di tembok tepi gedung takut-takut.

"Lo nggak pernah tau siapa aja yang beneran suka sama lo atau cuma pura-pura. Manusia penuh kepalsuan."

"Rad-"

"Lo sendiri- apa lo yakin lo nggak pernah ngerasa nggak suka sama seseorang? Atau lo juga berlindung dibalik topeng suka biar orang-orang nggak ninggalin lo?"

"Gue-"

"Cuma lo yang tau jawabannya, Raline. Gue cuma mengingatkan lo."

🍂

Raline mendengus.

Kali ini gadis itu duduk di kloset yang tertutup di salah satu bilik kamar mandi setelah buang air kecil.

Apa maksud Radian? Radheya sama dengannya? Segi mananya yang sama?

"Lo percaya itu cuma kasus bunuh diri?"

Raline jadi bertanya-tanya. Kasus Radheya berhasil membuatnya jadi penasaran. Semua orang membahas Radheya, bahkan juga Radian. Memang, ada apa tentang Radheya sebenarnya?

Raline menggelengkan kepalanya. Itu bukan urusannya. Lagipula kenapa Raline harus peduli? Radheya tidak ada urusannya sama sekali dengannya.

Ting!

Ponsel Raline bergetar, menerima pesan masuk baru, lantas mengerutkan keningnya bingung melihat penerima tidak dikenal itu. Raline kemudian membuka pesannya.

Raline mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan apa maksud dari pesan barusan. Itu adalah foto toilet sekolahnya. Dan Raline ada di dalam salah satu biliknya.

Bulu kuduk Raline meremang, merasakan cemas yang seketika menjalar di sekujur tubuhnya. Siapa orang yang sudah dengan kurang ajarnya mengusiknya seperti ini?

Demi apapun, Raline panik. Pengirim tidak dikenal itu sukses membuat jantungnya berdegup tak karuan. Cemas dan takut seakan berhambur menjadi satu. Dengan gemetar dan ragu-ragu, jari Raline lantas menekan link yang barusan orang itu kirim. Melihat apa isi web tersebut.

Prank!

Dengan mulut yang terbuka, Raline benar-benar tidak percaya orang itu ternyata hanya mengerjainya. Ia sukses membuat Raline takut, namun link itu nyatanya hanya web berita biasa.

Raline kembali gemetar. Panik dan takut. Seseorang itu meretas kamera ponselnya. Tangan Raline gemetar, kakinya tidak bisa diam sedari tadi. Raline gelisah, sesekali menutupi kameranya sendiri saking takutnya.

Raline baru saja ingin mengetikkan balasan ketika mendengar decitan mengilukan pada pintu luar toilet. Raline refleks menutup telinganya. Knop pintu tiba-tiba terputar, Raline membuka mulutnya panik.

"Siapa?"

Tidak ada yang menjawab. Detik berikutnya, seseorang tiba-tiba menggedor-gedor pintu bilik. Sontak membuat Raline tersentak kaget.

"Si-siapa?!"

Tidak ada yang menjawab, yang ada hanya gedoran yang semakin lama semakin cepat membuat jantung Raline semakin berdebar panik. Raline menutup mata dan telinganya, memekik takut.

Selang berapa lama, suasana mulai tenang. Tidak ada lagi decitan seperti pisau yang diiris ke muka pintu, tidak ada lagi gedoran tergesa-gesa pada pintu. Dengan napas yang masih terengah-engah, Raline mengembuskan napasnya pelan. Merasa sudah tidak ada lagi gangguan, Raline membuka pintu. Memeriksa keadaan. Tidak ada siapapun di luar.

Raline buru-buru keluar dari toilet dengan rasa gelisah yang masih kentara. Raline berjalan cepat, bahkan hampir berlari? Ia bahkan tidak bisa fokus melihat jalan. Lalu kemudian tidak sengaja menubruk seseorang dengan punggungnya di koridor di depan kelas.

Bruk!

Raline menoleh, menunduk dan melihat kamera seseorang yang jatuh. Raline mendongak, melihat Alezian yang menatapnya kesal.

Alezian berdecak, Raline baru saja menjatuhkan kamera kesayangannya. "Jalan liat-liat."

Dengan rasa gugup yang masih ada, Raline berdeham. "S-sorry."

Melihat kamera Alezian di lantai, segera menunduk untuk mengambil tutup kamera yang lepas beserta kameranya. Namun baru hendak menyentuh kamera Alezian, lelaki itu dengan cepat ikut menjongkok dan merebut kameranya dari Raline. Seolah tidak ingin Raline melihat kameranya.

"Nggak usah, gapapa." Alezian memungut kameranya sendiri.

"Gue nggak sengaja, maaf."

Raline memperhatikan Alezian, tidak sengaja melihat sesuatu di balik kerah lelaki itu, tepatnya pada bagian bawah leher Alezian, sesuatu seperti bercak merah?

Merasa diperhatikan, Alezian langsung segera bangkit berdiri. "Ya, nggak pa-pa."

"Ezi!" Ethan yang tiba-tiba muncul langsung merangkul pundak Alezian. "Elah, katanya ke tempat biasa, gue tungguin ga dateng-dateng lo."

"Ini juga lagi otw."

Menyadari adanya Raline, Ethan menoleh dan lantas tersenyum semringah memandangi Raline. "Eh, ada Raline!"

Raline hanya tersenyum kaku, mengusap tengkuknya masih sedikit gemetaran.

"Habis dari mana, Lin?"

"T-toilet."

"Oh."

Alezian berdeham, melepaskan rangkulan Ethan lalu melengos pergi, meninggalkannya begitu saja.

"Lah, Zi? Gue ditinggal?" Ethan menoleh sekilas ke Raline. "Gue duluan ya, Lin."

Raline masih terdiam di tempatnya. Tiba-tiba saja memikirkan apa yang Radian pernah katakan padanya.

"Everyone pretends."

"Lo harus lebih berhati-hati."

"Lo nggak pernah tau siapa aja yang beneran suka sama lo atau cuma pura-pura."

"Manusia penuh kepalsuan."

Raline terhenyak beberapa saat. Memperhatikan orang-orang di sekitarnya dalam diam.

Rayyan yang berdiri di kelas dan tersenyum padanya. Geyzia yang berseru dan menghampirinya lalu merangkul lengannya, menyunggingkan senyum sembari bertanya Raline baru saja dari mana. Dhea dan Sheryl yang menyusul menghampirinya. Tara yang selalu menatap sinis kepadanya bahkan ketika berpas-pasan dengannya. Yovan yang selalu bersikap konyol dan seperti mengetahui sesuatu. Sena yang sepertinya menyembunyikan sesuatu. Ethan dan Alezian yang perlahan menjauh dari pandangannya. Serta Affan yang diam-diam memperhatikan Raline dari jauh sana dan kabur seketika begitu terpergok olehnya.

Seseorang yang mungkin lo kenal.

Musuhnya bisa jadi adalah orang yang ia kenal bahkan terdekatnya sekalipun. Radian benar, sekolah ini tidak seanteng yang Raline kira. Dan mungkin, siswi yang bunuh diri semester lalu mengalami teror yang sama seperti dirinya.

Semua orang memiliki topeng tak kasat mata. Tak terbaca. Semua yang terlihat mungkin saja hanyalah kepalsuan.

Salah satu dari mereka- mungkin adalah peneror dirinya selama ini.

🍂

"Kenapa lo terus ngingetin gue?" Raline bertanya pada Radian, saat mereka masih berada di atap.

"Maksud gue, lo keliatannya tipikal orang penyendiri yang ga terlalu peduli sama orang lain. Kenapa lo keliatan peduli sama gue?"

Raline mengusap tengkuknya. "Ya, gue bukannya geer, walaupun lo keliatan nggak suka sama gue, tapi lo juga keliatan perhatian di saat yang sama."

Radian tidak bersuara, masih menatap lurus di hadapannya. Laki-laki itu lalu memutar badannya, beranjak pergi dari rooftop tanpa menjawab pertanyaannya sedikitpun. Raline mendengus, berbicara dengan Radian percuma saja.

Radian tiba-tiba berhenti melangkah, lalu melihat ke arahnya sejenak, mengucapkan sesuatu sebelum kemudian benar-benar pergi.

"Because it's you."

🍂

Note:

▪️PTSD(Gangguan Pasca Trauma) : Gangguan yang ditandai dengan kegagalan untuk pulih setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan.

▪️Haphephobia(Phobia atau ketakutan disentuh) : Orang yang menderita haphephobia takut disentuh, kadang-kadang sentuhan fisik dapat menyebabkan serangan panik di dalamnya.

▪️Pseudoseizure : adalah gejala kejang yang disebabkan oleh kondisi psikologis berat.

(Sumber: Google)

Gimana part kali ini?

Diantara semua nama, Siapa
yang mau kalian curigai lebih dulu?

Kalau ada pasangan disini, siapa yang mau kalian layarin?

Mau ngomong apa sama Radian?

Mau ngomong apa sama Raline?

Mau ngomong apa sama para tokoh lain?

Lanjut?

Spam lanjut seikhlasnya disini ya

Terimakasih sudah membaca❤️

Frien bantu pilih cover dong frien
Bagusan yang mana ya?

Continue Reading

You'll Also Like

STAY TUNE By Dian

Teen Fiction

231K 21.6K 46
"Kenalin nama aku Tere Felecia Agnibrata. Umur 16 tahun. Tinggi 159, 4 cm. Berat 49 kg. IPA 5." Gana mengernyit, dibuat semakin tidak mengerti sebena...
22.8K 1.7K 19
Salahkah jika Renjun menaruh hati kepada perlakuan Jaemin pada nya? ( n ) ini hanya karangan yang tidak ada sangkut pautnya dengan visualisasi pemer...
47.8K 4.3K 43
Cast : Blackpink & EXO SeKaiYeol ============================ Bagaimana jadinya jika kehidupan yang selama ini dirahasiakan, sedikit demi sedikit te...
8.8K 2.2K 65
Anak hasil pernikahan siri seorang direktur perusahaan entertainment membuat laki-laki bernama Gian Bramana Alexander disembunyikan dari dunia, tidak...