Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
1| Bingkisan
2| Jangka
3| Teror
4| Kecemburuan
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
8| Curiga
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
22|Perihal Menfess
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
31|Ancam-Mengancam
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

7| Merasa Bersalah

10.5K 2.6K 1.3K
By cutputrikh

Jam berapa dapet notif hipokrit?

Diantara semua tokoh, kamu stan tokoh siapa?

Siapa yang bisa kamu percaya?

Suka cerita ini ga? Share emot love ya🖤

"Karena yang terlihat pelaku bisa saja adalah korbannya, dan yang terlihat korban bisa saja adalah pelakunya."

🍂

"Si Radian nggak masuk?"

Raline berhenti memainkan kukunya sendiri, mendengar gibahan pagi hari beberapa teman sekelasnya.

Salah satu temannya mengedikkan bahu, "Biasanya kan tuh anak datang pagi, paling awal malahan. Nggak masuk kali."

Raline mengembuskan napasnya, kembali memainkan kukunya merasa cemas. Bukan apa-apa, bayangan bagaimana Radian pingsan dan kejang di depan matanya karena dirinya kemarin masih terpatri di ingatannya.

Radian tidak kenapa-napa, kan?

"Raline!" tepuk Geyzia pada bahunya, Raline sontak mengalihkan pandangannya dari meja Radian yang kosong.

"Liatin apaan sih dari tadi?"

Raline menggelengkan kepalanya. "Nggak ada."

Geyzia memicing, tidak percaya. "Masa? Tapi kayaknya gue perhatiin— lo lagi liatin mejanya Radian kan?" tuding Geyzia menerka. "Cieee! Kangen Radian yaa?"

Raline sontak menggeleng, menepis tudingan Geyzia di hadapannya. "Enggak!"

Gadis di hadapannya itu malah tersenyum mencibirnya, tidak percaya.

Tatapan Raline lalu beralih memandangi Sena yang sedang berbicara dengan Pak Risandi di depan kelas. Melihat dari interaksi kedua orang itu, sepertinya mereka cukup dekat untuk hubungan antar guru dan murid.

Mungkin terlalu dekat.

"Sena pasti banyak yang suka ya?" Raline menimang kembali kalimatnya. "Maksud gue, guru-guru pasti suka Sena karena dia pinter."

Bisa dibilang, Sena juga punya citra yang besar untuk disukai. Jika orang-orang menyukai Raline karena wajah dan kerendahan hatinya yang suka berbagi, Sena memenangkan hati setiap orang karena otak dan keramahannya.

Menjawab pertanyaan Raline, Geyzia berdeham, manggut-manggut. Kemudian Sheryl menimbrung, sembari memperhatikan Sena dan Pak Risandi dengan bersedekap dada.

"Dia punya effort yang gede buat nyampe di titik itu."

Dhea manggut-manggut, mengiyakan. "Dia pasti ngerasa aman karena Dee udah nggak ada. Saingan berkurang." Dhea terkekeh, terkesan sedikit julid.

Raline mengerutkan keningnya, agaknya asing dengan nama yang baru saja disebutkan.

"Dee— siapa?"

Raline bertanya, namun mereka semua tidak langsung menjawab, justru saling berdiam sesaat. Baik Geyzia, maupun Sheryl dan Dhea yang beralih memainkan rambut dan memainkan ponselnya.

"Emm—Namanya Radheya. Dulu dia sekolah disini pas kelas sepuluh, sekarang udah enggak," jawab Dhea kemudian.

Raline membuatkan mulutnya sembari manggut-manggut. "Pindah?"

"Udah mati."

Barusan Yovan yang menyambung. Mendengar jawaban Yovan barusan, keempat pasang mata itu lantas memandang ke arahnya. Lelaki yang penampilannya tidak pernah menurut aturan itu duduk di seberang meja Raline. Di atas meja.

"Lagian ngapain sih ngomongin orang yang udah mati? Mending ngomongin masa depan kita berdua, Lin. Asek!" ujar Yovan bersemangat sendiri.

Raline tidak menjawab Yovan, justru malah memikirkan kalimat yang baru saja Yovan ucapkan. Raline menoleh menatap Geyzia ingin bertanya, namun gadis itu kelihatan tidak menyukai topik yang mereka bahas sama sekali.

Mungkinkah... Radheya siswi yang bunuh diri itu?

Sheryl yang menggerling malas sembari bersedekap dada. Malahan melempari Yovan dengan sampah kertas, merasa kesal sendiri.

Tak berapa lama, anak-anak kelas seketika berhambur masuk ke dalam begitu melihat guru mereka yang sudah datang. Melihat guru sudah masuk, Raline kembali melihat ke bangku Radian yang masih kosong. Sepertinya laki-laki itu tidak masuk.

Raline jadi merasa bersalah. Radian mungkin tidak masuk karena ulahnya kemarin. Raline kembali memainkan kukunya mengeruk meja merasa tidak nyaman.

"Baiklah, Ibu absen dulu sebelum mulai. Ayu—"

Pintu kelas tiba-tiba diketuk seseorang, membuat Bu Vina refleks memutuskan kalimatnya. Menoleh ke arah sumber suara. Memandangi Radian yang berdiri di depan kelas tanpa suara.

"Masuk."

Radian langsung saja melengos masuk ke dalam kelas, melewati meja Raline bahkan tidak melihatnya sama sekali. Raline memperhatikan Radian sampai lelaki itu duduk di bangkunya. Radian menatapnya balik, dengan tatapan dingin yang kentara dengan wajah datarnya seolah tidak suka dipandangi gadis itu.

Radian pasti marah padanya.

🍂

Raline menoleh ke arah suara ribut-ribut di belakangnya, melihat Ethan dan Tara yang sedang bertengkar.

"Than, jujur deh! Lo main kan di belakang gue?"

Ethan menggaruk tengkuknya, agaknya bingung harus bagaimana. Bukan apa-apa, masalahnya Tara terlalu membesar-besarkan suara.

"Tar, kita bisa ngomongin pelan-pelan. Nggak usah ngegas kayak gini, kita lagi di kelas loh, diliatin orang-orang."

"Gue nggak peduli! Jawab dulu. Lo naksir si bitch itu kan?"

"Nggak. Gue kan punya lo, Tar."

"Bohong!"

"Nggak, gue bilang. Lo nggak percaya gue?"

Dhea memutar bola matanya. Bisa-bisanya mereka berdua berdrama saat sedang jam kosong begini.

"Kenapa sih mereka berdua?"

Raline menoleh, Geyzia mengedikkan bahunya. "Biasalah. Pertengkaran suami istri."

"Drama queen," cibir Sheryl julid.

"Emang mereka sering ribut?" tanya Raline penasaran.

Dhea mengedikkan bahu. "Tara kan emang suka nyari ribut. Padahal waktu si Ethan masih sama Dee, dia yang ngejar-ngejar si Ethan mati-matian."

Dhea melipat tangannya. "Kalo diselingkuhin ya karma, siapa suruh ngambil punya orang," kekeh Dhea mencibir.

"Dee?"

"Ya, si Dee—" Dhea membulatkan matanya, baru sadar. Geyzia dan Sheryl sudah menatapnya sejak tadi, Dhea lantas mengusap tengkuknya sendiri.

"Dee keliatannya temen deket kalian ya sebelumnya?" terka Raline.

Geyzia menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan. Tapi temennya Sena. Udah ah, mendingan ngomongin karaoke nanti. Jadi kan?"

"Jadilah!" Sheryl tersenyum semringah. "Aman kan, Lin?"

Raline tersenyum terpaksa, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya."

Bruk!

Raline tersentak saat seseorang menyenggol mejanya. Raline menoleh, melihat Tara yang menatapnya sinis. Lalu berlalu pergi begitu saja tanpa mengucap maaf sama sekali.

"Gue rasa— si Tara has a biggie with you, Lin."

🍂

"Kantin nggak nih?"

"Kantin dong, laper gini."

Raline hanya manggut-manggut, mengikuti teman-temannya yang lain keluar dari kelas. Saat di luar kelas, Raline melihat Rayyan yang sedang berbicara dengan laki-laki berseragam rapi dengan aura wibawa yang kentara.

"Itu yang ngobrol sama Rayyan— ketua osis kita bukan?"

Geyzia menoleh, lalu tersenyum semringah. Kemudian mengangguk. "Iya, kak Rafathan. Fyi, dia abangnya Rayyan."

"Suka lo, Lin?" sikut Dhea, menggodanya.

Raline terkekeh, menggelengkan kepalanya. "Enggak kok."

"Kenapa? Kayaknya pak Ketos nggak bakal nolak lo, sih. Kan hampir semua cowok di sekolah ini naksir elo. Si Ethan yang udah punya Tara aja kayaknya kepincut kan?"

Raline menyikut Dhea, menggelengkan kepalanya. Lalu menyampirkan anak rambutnya sendiri menahan senyum yang hendak mengembang.

"Raline."

Mendengar namanya disebutkan, Raline menoleh memandangi lelaki berkacamata dengan sekotak bekal di tangannya. Raline mengerutkan keningnya, mengenali lekaki itu.

Dia Affan. Laki-laki cupu yang waktu itu dibully Mathew saat di kantin. Yang berakhir dengan Radian yang berbuat ulah dengan membalas perbuatan tak terdidik Mathew itu hingga seisi kantin mati kata melihatnya.

"Affan?" Sheryl menaikkan sebelah alisnya, melipat tangan di dada.

Cowok cupu itu tersenyum kaku, mengabaikan pandangan intens dari Geyzia, Sheryl, Dhea dan juga Raline. Lantas menyodorkan kotak bekal berisi cake itu di hadapan Raline dengan cepat.

"Untuk kamu."

Raline menaikkan alisnya, tidak mengerti. Namun Raline tetap mengambil pemberian Affan, Mungkin laki-laki itu salah satu dari orang-orang yang menyukai dirinya.

Setelah memberikan itu, Affan pergi begitu saja. Meninggalkan tanda tanya yang terpatri sembari meratapi kotak bekal di tangan Raline kini.

"See? Si Affan yang cupu aja naksir sama lo, Lin," kata Sheryl, mengedikkan bahunya kemudian memalingkan pandangan.

"Hai."

Kali ini mereka menoleh pada Rayyan yang menghampiri, dengan senyum manis dengan mata yang tentu saja tertuju pada gadis yang selalu jadi pusat perhatian. Raline.

"Pada mau ke kantin?"

Geyzia spontan mengangguk semringah. "Mau gabung?"

Rayyan manggut-manggut. "Boleh juga, ide bagus."

Rayyan lalu tersenyum ke arahnya, Raline balas tersenyum. Melihat Radian yang terlihat di ujung koridor, sepertinya hendak naik ke lantai atas, Raline tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Raline perlu menyelesaikan masalahnya dengan Radian. Melihat pemberian Affan barusan, Raline mungkin bisa memberikan ini pada Radian saja untuk menghapuskan rasa bersalahnya.

"Yuk, ke kantin."

"Kalian bisa duluan," potong Raline. "Gue ke toilet bentar, nanti gue nyusul."

"Okey, ntar nyusul aja." Raline mengangguk, kemudian bergegas pergi mengikuti Radian.

Rayyan memperhatikan punggung Raline yang kian menjauh.

Diam-diam, Geyzia memandanginya.

🍂

Pak Ketos visualnya menyusul ya

Yang jadi Affan masih bingung, kira2 siapa visual yang cocok?

Jangan lupa follow ig
@akunhipokrit
@cutputri.kh

Lanjut ga frien?

Spam lanjut sukarela disini yah

Continue Reading

You'll Also Like

Lintang By cell.

Teen Fiction

20.2K 3.3K 10
"Ra, nasi goreng Pak Mamat, gas?" "Samper sambil bawain cimory squeeze." "On my wa-" "Coklat sama lays rumput laut juga ya hehe." "NGGA JADI, RA. PAK...
10.4K 3.9K 65
WARNING!! PART LENGKAP DAN SIAP-SIAP PATAH HATI! 𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓶𝓮𝓷𝓰𝓰𝓪𝓷𝓽𝓾𝓷𝓰𝓴𝓪𝓷 𝓱𝓲𝓭𝓾𝓹 𝓹𝓪𝓭𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹𝓪𝓹𝓾𝓷 𝓴𝓪𝓻𝓮𝓷𝓪 𝓼𝓲𝓪𝓹...
1.2M 87.2K 41
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
47.8K 4.3K 43
Cast : Blackpink & EXO SeKaiYeol ============================ Bagaimana jadinya jika kehidupan yang selama ini dirahasiakan, sedikit demi sedikit te...