So Love Triangle? (HIATUS)

By kaAnnamar

267 127 74

Anta terlihat sempurna di mata Adi. Asga itu terlihat tengil di mata Anta. Dan Adi terlihat idaman di mata An... More

DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
Informasi
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS

SATU

53 26 35
By kaAnnamar

Happy reading guys!

°°°

"ANTA, CEPAT TURUN DAN SARAPAN!"

"IYA, MA, SEBENTAR."

"LIHAT JAM, ANTA!"

Duk

Bruk

Teriakan-teriakan itu berakhir ketika mendengar suara benda terjatuh. Tak lama kemudian, muncul seorang gadis dengan seragam yang berantakan tengah berlari menuruni tangga. Di tangan kanannya membawa sepatu, sedangkan di tangan kirinya membawa tas, dan ikat pinggang serta dasi yang dikalungkan di lehernya. Dia berjalan dengan tergesa menuju meja makan, membiarkan rambutnya terombang-ambing karena disisir dengan asal.

"Ck, kamu dari tadi ngapain, Ta, astaga," omel seorang wanita paru baya.

"Udah, Ma, diem dulu. Anta lagi keribetan nih," ucap seorang gadis tadi yang bernama Anta.

Sinta memijit pelipisnya melihat anak perempuannya. Anta yang melihat hanya cengengesan.

"Udah sana cepet sarapan. Lihat udah jam setengah tujuh."

Anta berdecak mendengar perkataan mamanya. Karena udah terburu-buru tapi ternyata baru jam setengah tujuh. Dia masuk jam delapan pun tidak masalah, paling cuma dihukum berdiri di lapangan atau membersihkan lapangan.

"Baru jam segitu, santai, Ma. Nggak bakal telat kok," sahut Anta santai sambil memasang dasinya.

"Kamu jangan niru Abang dong."

"Loh? Siapa yang niru? Beda loh, Ma, kalau Abang dulu disengaja telatnya, keluar masuk BK. Kalau aku kan nggak sengaja, nggak keluar masuk BK."

"Kamu perempuan loh, Ta."

Anta mendongak. "Kata siapa aku waria, Ma?"

Sinta melongo mendengar jawaban anaknya. Pengen rasanya dia melempari Anta menggunakan panci. Sedangkan Anta yang melihat Sinta seperti sudah sangat kesal, lantas menyambar tasnya dan segera berpamitan. Lari dari amukan singa versi mamanya.

"Anta berangkat dulu ya, Ma, mau belajar" pamit Anta menyalami Sinta, "Sama nyari pacar, kali aja dapet," sambungnya lalu berlari ketika Sinta mulai berteriak.

"ANTA, LAMA-LAMA KAMU MIRIP SAMA ABANG YA."

Anta tertawa cekikikan. Dia sudah di luar gerbang rumahnya tapi teriakan mamanya masih terdengar.

***

Sesampai di parkiran sekolah, Anta menatap sekelilingnya. And gotcha, dia melihat salah satu sahabatnya baru turun dari motor. Anta keluar dari mobilnya dan berjalan sangat pelan mendekati sahabatnya.

"DOR!" seru Anta sambil memegang telinga sahabatnya itu.

Orang yang dikageti hanya menunjukkan wajah datarnya. Tidak kaget sama sekali.

"Kok nggak kaget sih?" tanya Anta cemberut.

"Kelihatan di kaca spion motor gue."

Mendengar itu, Anta menggerutu. Gerutuan yang dipenuhi kata umpatan. Bodoh sekali dia karena lupa ada kaca spion yang menggagalkan usahanya.

"Nggak usah ngedumel gitu, ayo masuk."

"Eh, Dion," panggil Anta.

Sahabat Anta yang bernama Dion itu menoleh ke samping, menatap Anta dengan satu alis dinaikkan.

"Anterin ke kelas, ya? Biar gue nggak keliatan banget jomblonya," pinta Anta.

Dion berdecak, "Makanya cari cowok, kurang cantik sih jadi nggak ada yang mau."

"Enak aja! Bukan nggak ada yang mau!"

"Terus?"

"Yang ngedeketin fuckboy semua, gue ogah dong."

"Makanya jangan cantik-cantik, jadinya dideketin para fuckboy."

Anta menganga mendengar kalimat Dion. Tadi bilang dia kurang cantik, sekarang bilang jangan cantik-cantik. "Katanya tadi gue kurang cantik, sekarang bilang jangan cantik-cantik," cibir Anta.

Dion berhenti melangkah dan menoleh ke arah Anta lagi. "Emang tadi gue bilang begitu?"

"IYA."

"Berarti gue khilaf."

"Khilaf? Yang mana?"

"Yang lo bilang tadi."

"Kurang cantik?"

"Bukan."

"Jangan cantik-cantik?"

"Iya," ucap Dion lalu berlari ke kelasnya, meninggalkan Anta yang marah-marah.

"Dion sialan! Awas lo anjir, liat aja nanti di kantin. Gue perkedel lo!"

Siswa-siswi yang berlalu lalang kompak melihat ke arah Anta. Seakan Anta adalah orang yang kabur dari rumah sakit jiwa. Sahabatnya-Gisel dan Kinan-yang lain pun melihatnya seperti itu dari kejauhan. Mereka berdua saling tatap.

"Kok kita bisa awet sahabatan sama dia, ya?" tanya Gisel.

Kinan mengedikkan bahunya sebagai jawaban. Dia juga tidak tahu. Gisel yang melihat jawaban Kinan lantas cemberut. Mereka kembali menatap Anta yang sudah memasuki kelas. Mereka sih tidak heran melihat Anta marah-marah gara-gara Dion. Tidak heran juga melihat Anta menempel terus ke Dion, atau sebaliknya. Yang mereka herankan adalah apa Dion tidak sedih atau panik ketika pacarnya marah terus minta putus.

"Sel, hari ini ada tugas," ujar Anta ketika melihat Gisel dan Kinan memasuki kelas.

"Tugas? Bukannya kosong?" tanya Gisel.

"Enggak. Minggu kemarin Pak Botak ngasih tugas, hari ini kan ada jadwalnya," jelas Kinan santai.

Gisel mengerjap beberapa kali. Tugas? Minggu kemarin? Pak Botak? Mampus. Dia belum ngerjain sama sekali. Mana dia ingat kalau hari ini ada tugas, tadi malam dia malah maraton Drakor. "Kinan, liat dong," pinta Gisel.

"Nggak, ini tadi malam gue ngerjain mati-matian dengan penuh peluh dan keringat, main contek aja," cecar Kinan.

"Dengan penuh peluh dan keringat, Kin? Sambil ngapain tuh," tanya Roni menggoda Kinan.

"Dih. Itu otak bawa ke laundry sana. Dasar omes!" semprot Kinan.

Seisi kelas tertawa mendengar jawaban Kinan. Kalau mau menggoda Kinan, pikir-pikir dulu deh. Nggak bakal mempan soalnya, bukannya mempan malah kena semprot.

"Anta cantik, semok, pinter, tinggi, liat tugasnya dong," pinta Gisel dengan melas.

Anta menaikkan satu alisnya. Halah! Nggak bakal mempan dipuji-puji begitu. "Liat punya Diki aja, nganggur tuh dia."

Diki yang merasa namanya disebut pun menoleh. "Apa?"

"Gisel pengen liat tugas lo, biasa, nyontek."

Gisel membelalakkan matanya. "Ta, lo gila, ya," bisiknya sambil melotot.

"Udah sana sambil PDKT," usir Anta.

Gisel menghela napas. Mau gimana lagi, udah kepalang tanggung si Anta bilang begitu. Hah kalau aja dia nggak maraton Drakor, pasti nggak perlu nyontek ke Diki. Duh, dia malu. Si Diki juga keliatan biasa aja, malah senyum gaje yang bikin dia tambah deg-degan.

"Ta, lo serius?" tanya Gisel takut-takut.

"Sel, jadi nggak? Katanya mau liat, nih gue udah selesai," ucap Diki dari belakang.

"Serius dong, itu si Diki udah manggil. Udah sana, nggak usah sok malu-malu gitu," usir Anta menyebalkan.

Mau tak mau Gisel berjalan menuju tempat duduk Diki. Dia duduk di kursi Didi yang notabenenya teman sebangku Diki. Gisel berusaha buat nggak gugup, kalau ketauankan dia yang malu. Saat Gisel menulis jawaban, Diki masih menatapnya. Astaga, Gisel malu banget.

Anta sialan, batin Gisel.

Anta melihat semua. Gisel yang gugup. Gisel yang malu-malu. Oh tentu saja dia juga tau kalau Gisel pasti mengumpatinya di dalam hati.

***

Kring kring kring

Bel istirahat berbunyi membuat para siswa siswi berhamburan keluar kelas. Ada yang pergi ke kantin, taman, perpustakaan, bahkan ke lapangan untuk bermain sepak bola atau basket.

Anta, Gisel, dan Kinan lebih memilih pergi ke kantin. Mereka hanya bertiga saja karena Dion sudah pasti pergi duluan. Kelas mereka itu berbeda. Anta, Gisel, dan Kinan berada di kelas XII IPA 3, sedangkan Dion berada di kelas XII IPA 2. Memang otak Dion lebih encer daripada Kinan dan Gisel. Kalau Anta sih jangan ditanya, Anta selalu mendapat peringkat 3 umum dan peringkat 1 di kelas. Kenapa Anta nggak masuk ke kelas XII IPA 1 aja? Awalnya dia memang masuk ke kelas itu, tapi entah kenapa tiba-tiba dia minta pindah kelas. Yah, nggak ada yang tahu alasan dia pindah kecuali dia sendiri dan Tuhan, serta Dion mungkin.

"Hai, Ta."

"Siang, Anta."

"Siang, Anta cantik."

Sapaan seperti itu udah jadi makanan sehari-hari Anta. Dia terkenal ramah, pintar, dan tentu saja cantik. Mereka yang menyapanya pasti akan dijawab, entah dengan senyuman, anggukan, ataupun suara. Banyak cowok yang suka sama dia, mendekatinya, nembak dia, tapi nggak ada yang diterima. Alasannya sih cuma satu. "Gue nggak mau pacaran sama fuckboy," seperti itulah kalimat Anta. Tapi walaupun begitu, nggak ada yang bully dia di sekolahan.

"Itu Dion, Ta," tunjuk Gisel ke meja yang berada di pojok kantin.

Anta dan Kinan langsung melihat ke objek yang ditunjuk Gisel.

"Iya, ke sana aja, kuy? Mejanya penuh semua," ucap Kinan.

"Tapi...."

"Kenapa, Sel?" tanya Anta, dia melihat ke meja tempat Dion berada. "Oh, ada Diki," sambungnya.

"Cuma Diki doang elah, grogi lo?" tanya Kinan.

Gisel melotot seraya menggeleng. "Nggak! Ngapain grogi," jawabnya.

Mengabaikan perdebatan mereka berdua, Anta pergi menuju meja Dion. Gisel dan Kinan yang sadar kalau Anta sudah pergi pun langsung berlari menyusulnya. Tanpa basa-basi Anta langsung duduk di samping Dion. Tujuannya yaitu ingin mengganggu Dion.

Anta memandangi Dion ketika sedang memakan nasi gorengnya. Awalnya Dion mengabaikannya, tapi lama-lama dia risih juga.

"Apa?" tanya Dion jengkel.

"Mau itu," tunjuk Anta ke nasi goreng milik Dion.

"Nggak."

"Ih pengen."

"Bodo."

"Dion," rengek Anta menampilkan puppy eyes.

Dion menghela napas. Susah memang menolak permintaan Anta, apalagi ditambah puppy eyesnya. Mau tak mau dia harus rela membagi nasi gorengnya.

"Suapin dong, gue cuma minta satu suapan doang, beneran deh," pinta Anta.

Setelah Anta ngomong, satu suapan nasi goreng benar-benar datang. Sahabat mereka yang melihat itu hanya menatap malas. Sudah biasa pemandangan seperti ini mereka lihat, bahkan sampai bosen. Tapi beda lagi dengan penghuni kantin yang lainnya, mereka heboh. Menjodoh-jodohkan mereka dengan alasan cocok. Yah, kalau dilihat-lihat memang mereka seperti sepasang kekasih bukan sahabat.

"Kalian saling suka?"

°°°
To be continued

Jangan lupa vote and coment guys!

Love you all!

See you!

Continue Reading

You'll Also Like

528K 19.8K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 311K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
3.1M 155K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.6M 269K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?