Keana's Life Game

By lonelyyystarrr

9.7K 6.2K 9.2K

• Follow sebelum baca! • Tinggalkan jejak berupa vote atau comment! Fiksi Remaja × Misteri Keana's Life Game... More

Prolog
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

12

217 166 162
By lonelyyystarrr

'Disampaikan kepada seluruh siswa-siswi yang ingin mencalonkan diri sebagai ketua dan wakil ketua osis agar segera mendaftarkan diri kepada panitia osis. Adapun syarat-syarat dan ketentuannya bisa kalian lihat di papan pengumuman sekolah.'

Suara pengumuman dari speaker sekolah tersebut membuat fokus banyak orang teralihkan. Ini masih terbilang cukup pagi dan sudah ada pengumuman seperti ini yang membuat beberapa orang malas mendengarkan dan lebih memilih untuk mengerjakan tugas mereka yang belum selesai.

"Kaylaaa!"

"Kay, Kay, Kaylaaa!"

Keana dan Naysa berlari di sepanjang koridor kelas 11. Tentu banyak orang yang memandang ke arah mereka. Tanpa menghiraukan tatapan dari banyak orang, mereka berdua terus fokus berlari hingga sampai di tempat tujuan.

Saat sudah berada di depan kelas, dengan segera Naysa masuk ke dalam lalu menoleh ke kanan dan ke kiri seperti sedang mencari seseorang.

"Nah, Kaylaa!"

Kayla yang saat ini sedang mengisi absen kelas pun mendongak mendengar suara cempreng Naysa.

"Kay, lihat! Lo nggak mau mencalonkan gitu? Gue yakin kalau lo mencalonkan pasti lo bakal terpilih! Apalagi kan lo dikenal banyak orang di sekolah ini!" ujar Naysa antusias sambil memperlihatkan sebuah lembaran kertas berisi syarat dan ketentuan untuk mencalonkan.

Keana masuk ke kelas dengan napas yang ngos-ngosan. Ia kalah cepat dari Naysa.

"Kaylaaa! Kay! Li ... hat!" Keana memicingkan matanya tajam karena melihat bahwa Naysa lebih dulu memberikan selebaran itu pada Kayla.

"Aduh, kalian berdua dateng pagi-pagi gini langsung nyodorin gue selebaran ini? Pliss deh, jangan bikin gue pusing dulu. Cukup tugas dari Bu Fiya yang ngebuat kepala gue mau meledak," keluh Kayla yang stress karena begitu banyaknya tugas yang ia dapati hari ini.

"Siapa suruh, nah kan jadi sekretaris tuh nggak enak." Rika berucap demikian dengan terfokus pada game di handphone-nya.

Kayla menghela napas panjang. Ya, akhir-akhir ini wali kelasnya banyak memberikan tugas padanya sebagai sekretaris. Benar-benar menambah beban saja.

"Kay, pengumuman untuk mencalonkan udah ada tuh, lo nggak mau mencalonkan jadi ketua osis gitu?" tanya Elma yang sedang melaksanakan piket pagi ini.

"Iya Kay, mencalonkan ya?!"

"Iya Kay, tenang aja kita pasti milih lo kok!"

"Bener Kay, lo pasti terpilih serius deh!"

"Lo mau kan, Kay?"

Kayla jadi tambah pusing dengan perkataan dan pertanyaan dari teman-teman sekelasnya yang menyuruhnya untuk mencalonkan jadi ketua osis.

"Aduh, e-enggak deh. Maaf, gue nggak bisa. Jadi sekretaris aja gue udah pusing, apalagi kalau jadi ketua osis." Kayla menolak dengan halus karena telah mengecewakan teman-temannya.

Kayla sudah tahu bahwa hal ini akan terjadi. Ia tahu pasti bahwa banyak orang yang akan menunjuk dan menyuruhnya untuk menjadi ketua osis. Namun Kayla sudah mempersiapkan jawabannya matang-matang bahwa ia tidak akan mencalonkan.

"Yahh, padahal kalau lo yang mencalonkan dan terpilih, pasti sekolah ini bisa jadi lebih maju Kay!" ujar Keana mencoba untuk membuat Kayla luluh.

Namun respon Kayla yang menggeleng membuat Keana menghela napasnya. Sepertinya Kayla benar-benar tidak mau.

•••

Di kantin yang sangat ramai ini, bisa terlihat banyaknya para manusia-manusia yang sudah tidak sabar ingin mengisi perutnya. Semua orang di sini mengantri dan tidak berdesak-desakan. Sekolah ini memang tertib. Penjagaan keamanan dan ketertibannya sangatlah ketat.

"Eh, gue duduk di sini ya," ucap Naila yang ditujukan kepada Keana dan teman-temannya.

"Eh, iya silahkan kak."

Tempat di kantin ini sudah banyak yang mengisi, jadinya Naila dan teman-temannya memilih untuk duduk di tempat adik kelasnya ini juga duduk. Karena kebetulan di meja ini masih terdapat kursi kosong.

"Kay, lo mau mencalonkan?" tanya Naila memulai percakapan setelah agak lama mereka saling diam.

"Em, enggak kak. Hehe," balas Kayla sedikit canggung.

"Yahh, kok gitu? Padahal bagus loh kalau lo yang jadi ketua osis," celetuk Wira, salah satu teman Naila yang selalu bersamanya.

Kayla membalasnya dengan senyuman singkat. Daritadi ia selalu saja ditanya mengenai hal ini. Banyak orang yang berharap padanya, namun Kayla mematahkan harapan mereka semua.

"Emang lo kenapa nggak mau?" tanya Naila lagi.

Kayla mulai berpikir alasan yang tepat untuk menolak hal ini dan membuat orang-orang tidak lagi menanyainya.

"Emm, soalnya kalau jadi ketua atau wakil osis itu sibuk banget kak. Gue nggak bisa ngurus banyak hal. Emm apalagi gue belum punya pasangan untuk dijadiin ketua atau wakilnya."

"Osis emang gitu Kay, gue yakin lo pasti bisa nanganin semuanya dengan baik. Apalagi lo kan nggak sendiri. Lo pasti dibantu sama anak osis lainnya kok." Naila menatap mata Kayla berusaha untuk meyakinkannya.

"Bener Kay, terus kalau masalah pasangan mah gampang. Lo juga bisa sama Keana, Aina, atau sama cowok gitu. Banyak kok yang bisa lo pilih," tambah Wira.

Kayla terdiam tak tahu harus menanggapi seperti apa lagi.

Keana menepuk bahu Kayla dan berkata, "Tenang, kita semua ngedukung lo kok! Kalau masalah pasangan kita bisa cariin. Daniel juga bisa tuh."

Keana menunjuk Daniel yang saat ini sedang bermain game bersama temannya. Bisa-bisanya ia bermain game di tengah padatnya kantin.

Kayla tersenyum kecut. Daniel? Jadi pasangannya untuk mencalonkan? Daniel memang memiliki jiwa tanggung jawab yang besar. Buktinya, saat ini ia menjadi ketua kelas di kelasnya. Namun, untuk dijadikan ketua atau wakil ketua osis rasanya benar-benar tidak mungkin. Mana mau cowok itu melakukan pekerjaan yang super sibuk.

"Emm, nanti aja deh. Gue mau ke kelas dulu nenangin pikiran." Kayla berkata demikian lalu beranjak dari duduknya. Semua yang ada di meja itu menatapnya.

"Lo nggak mau makan Kay?" tanya Aina dan dibalas dengan gelengan kepala dari Kayla.

Tak ada lagi yang menghentikan Kayla. Semuanya mengerti pasti Kayla butuh waktu untuk berpikir.

Sepanjang perjalanan ke kelas, Kayla selalu saja diberi lontaran pertanyaan mengenai mencalonkan menjadi ketua osis. Hal itu membuatnya risih dan terganggu. Apalagi saat ini, ia berpapasan dengan salah satu geng cowok yang terkenal akan kenakalannya di sekolah ini.

"Haii, Kayla cantik."

"Waduhh, ada calon ketua osis nih."

"Udah cantik, pinter, baik, beuhh anak osis lagi. Bener-bener andalan ini mah."

Kayla tahu mereka bermaksud untuk menyindirnya. Geng ini memang tak menyukai anak osis bahkan sampai menganggapnya musuh.

"Eh, kalo lo yang jadi ketua osis nanti gue dukung kok. Asalkan program kerja lo harus ada kebebasan bagi anak-anak kek kita!"

"Bener tuh! Masa nggak adil banget sih! Kalo kita yang buat kesalahan pasti dihukum. Tapi kalo yang punya jabatan atau pangkat tinggi pasti enggak dihukum. Nggak adil banget!"

"Bener. Nanti kalau lo terpilih jangan lupa adain open BO juga ya, hahahah." semua orang di sana tertawa, kecuali Raka. Ketua dari geng berandalan tersebut.

Kayla sungguh tak tahan dengan semua ini. Ia tak terbiasa dengan sekumpulan anak nakal itu. Telinganya panas. Matanya pun juga memanas. Kayla mencoba menahan emosi yang ada di dirinya.

Dengan cepat, Kayla pergi dari sana. Kayla menunduk dan tak memedulikan banyak orang yang menyapa juga menanyainya hal-hal tentang osis.

"Eh, Kayla. Banyak juga ya yang ngedukung lo jadi ketua osis."

"Iya nih, jadi insecure gue."

"Jangan insecure lah! Lagian dia juga belum tentu terpilih kok."

"Good looking mah beda, pasti banyak yang dukung."

Tak sedikit yang masuk di pendengaran Kayla. Kayla tak menyangka ternyata banyak juga orang yang membencinya.

Tinggal sedikit lagi ia akan sampai ke kelas. Matanya yang berkaca-kaca membuatnya kesulitan melihat jalan dengan baik.

Brukk

Kayla menabrak bahu seseorang. Untungnya tidak ada yang terjatuh.

"Eh, kak. M-maaf kak saya nggak lihat." Keana merasa bersalah dengan orang dihadapannya ini. Karena yang dia tabrak adalah Sayina, mahasiswi kampus yang saat ini menjadi guru sementaranya.

"Eh, i-iya dek. Nggak papa." Sayina terlihat sangat lelah dan pucat.

"Kakak nggak papa?" Kayla bertanya karena melihat wajah gurunya itu pucat.

Koridor kelas saat ini sedang sepi. Sepertinya kebanyakan orang berada di kantin atau berada di dalam kelas mereka masing-masing.

"Iya nggak pa---"

Brukk

Sayina jatuh pingsan. Untungnya Kayla bisa menahan tubuh Sayina yang tidak terlalu berat itu. Karena panik, Kayla pun berteriak meminta tolong.

Orang-orang yang mendengar teriakan Kayla lantas keluar dari kelas mereka dan terkejut melihat seorang guru yang jatuh pingsan. Beberapa dari mereka pun segera memanggil anak PMR yang bisa membantu.

Kebetulan saat ini Lirdan sedang lewat di koridor kelas 11, melihat di depannya dikerumuni banyak orang, Lirdan pun memasuki kerumunan itu. Ia terkejut lalu dengan segera membawa Sayina ke ruang UKS dibantu dengan anak PMR lainnya.

•••

Dengan perlahan, kedua kelopak mata itu mulai terbuka. Hal yang pertama kali ia lihat adalah sebuah ruangan dengan banyak tirai putih di sampingnya. Ia sudah bisa menebak bahwa ini adalah UKS.

Sayina sudah sadar setelah hampir setengah jam pingsan. Salah satu pengurus PMR yang melihat itu lalu keluar untuk memberi tahu seseorang. Dan salah satu pengurus lainnya lagi memberikan Sayina segelas air putih. Sayina pun memperbaiki posisinya menjadi duduk lalu meminum air tersebut.

"Gimana perasaan kakak? Tadi kakak pingsan hampir setengah jam loh," ujar pengurus itu.

Sayina tersenyum. "Sudah membaik."

Lirdan masuk ke ruang UKS dan segera duduk di salah satu kursi dekat ranjang Sayina.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Lirdan dan dibalas Sayina dengan anggukan kepala.

"Lo kenapa bisa pingsan tadi? Nggak sarapan?"

Sayina menggeleng. "Gue sarapan kok. Cuma ya ... gue lagi banyak pikiran sekarang."

"Banyak pikiran? Kenapa? Gue lihat, semenjak kita ditugaskan untuk ngajar di sini, lo jadi lebih sering pusing dan banyak beban."

"Itu dia. Gue juga bingung. Pikiran-pikiran yang asing tiba-tiba datang gitu aja. Gue jadi pusing mikirinnya."

Lirdan menghela napas. "Kalau gitu lo istirahat aja. Nggak usah ngajar hari ini."

Sayina menurut. Sekarang ini ia memang merasa butuh istirahat.

Lirdan baru saja akan beranjak dari sana, namun ia teringat akan sesuatu.

"Oiya, gue dapet ini pas ngangkat lo. Kayaknya ini punya lo." Lirdan menyerahkan sebuah gelang cantik berwarna biru. Di gelang tersebut terdapat sebuah bentuk sepotong bunga yang sepertinya memiliki potongan bunga lainnya.

Sayina mengambil gelang tersebut dan memandangnya lama. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu.

"Lo ngangkat gue ke UKS gimana caranya?" Sayina bertanya dengan panik.

"Gue seret."

"Gue serius Lirdan."

"Tangan lo gue taroh di pundak gue sama pundak salah satu anak PMR. Ngerti nggak? Gue nggak mungkin ngangkat lo ala bridal style." setelah mengatakan itu Lirdan pergi.

Pipi Sayina merah. Entahlah dia merasa malu. Apalagi ia pingsan di waktu dan tempat yang sangat tidak tepat.

Sayina menatap gelang yang ada di genggaman tangannya lagi. Itu bukanlah gelangnya. Lalu siapa pemilik gelang ini? Gelang itu terlihat familiar baginya.

•••

Kira-kira siapa pemilik gelang itu?

Di sini, ngga hanya berfokus sama kehidupannya Keana ya, tapi juga kehidupan teman-temannya

revisi: 5 June 2022

Continue Reading

You'll Also Like

KANAGARA [END] By isma_rh

Mystery / Thriller

7.2M 533K 92
[Telah Terbit di Penerbit Galaxy Media] "Dia berdarah, lo mati." Cerita tawuran antar geng murid SMA satu tahun lalu sempat beredar hingga gempar, me...
MEMBAKAR GAIRAH By V.I.P

Mystery / Thriller

121K 479 38
(khusus dewasa) Joshua dan Reinata pernah menjalin hubungan asmara, tapi semuanya kandas karena insiden mengerikan di sebuah hotel. Hingga sepuluh ta...
Pengantin Iblis By Khalisa

Mystery / Thriller

215K 13.7K 43
"Kau telah terikat dengannya, Alana." Malam itu burung gagak membawa kabar buruk yang akan menghancurkan seluruh hidup Alana, sebuah kutukan yang mem...
6.3K 609 14
Menikah hanya karena dasar saling cinta belum tentu bahtera rumah tangga akan awet. karena perasaan cinta punya tanggal kadaluwarsa, menikahlah jika...