Mengejar Cinta Phi Techno (Re...

By SandiAtmawiharja

10.1K 1K 87

Cover by @castortwelvy Kengkla anak pindahan dari sekolah swasta ternama di kota M, dia adalah playboy nomor... More

Notif
1. Aku Ingin Mengenalmu
2. Rencana dimulai
3. siasat
4. Aku Datang
5. Taman Hiburan
6. Type N' No
7. Kla VS Type
8. Ciuman Pertama
9. Jadikan Aku Kekasihmu
10. Salah Siapa?
Info
12. Di Mobil
13. Phi Bodoh
14. Tin N' Can
15. KlaNo
16. Tanggung Jawab
17. Mark Siwat!?
18. Berkemah part 1
19. Berkemah part 2
20. Dia Kembali
21. Ketahuan
22. Kecelakaan
23. Penjelasan
Sedikit Info
24. Terbongkar Part 1

11. Serba Salah

320 35 0
By SandiAtmawiharja

Techno bangun dari tidur, kepalnya begitu pusing. Dia memikirkan begitu banyak hal untuk saat ini. Seperti, bagaimana sekarang dia harus kepada Type sahabatnya itu nanti jika bertemu.

Techno bangun dari kasurnya, dia harus segera bersiap untuk pergi ke sekolah. "Ai Nic, tumben sudah rapi?" tanya No saat pergi ke ruang makan dan mendapati adiknya itu sudah rapi dan sedang mengenakan sepatu.

Tecnic gelagapan. "Eh? Anu ... aku harus berangkat mengerjakan tugas di sekolah. Duluan, ya, Phi!" ujarnya sambil ngibrit meninggalkan Techno begitu saja.

"Bahkan dia tidak sarapan," Techno bergumam.

Techno kini sudah rapi dengan seragamnya, dia sedang berjalan menuju garasi di samping rumahnya. Mencoba menyalakan motor butut kesayangannya itu. Sudah lama sekali dia nggak memakai atau sekadar memanaskan motornya. Itu karena hampir setiap hari sang sahabat menjemput dia untuk berangkat bersama dengan mobilnya.

"Aiiih .... Ada apa denganmu Manis?" Berkali-kali Techno mencoba menstater motornya itu, tetapi tetap nggak mau menyala.

Tiba-tiba, terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. No nggak siap jika itu Type, dia harus segera kabur. Tapi, pemikiran No terpatahkan sampai sesosok cowok muncul dari mobil.

"Sawatdii krab, Phi," cowok itu menyapa ramah.

"Ai Kla, kebetulan Nic udah berangkat tadi."

"Phi lagi apa?" tanya Kengkla nggak mengiraukan informasi yang diberikan Techno. "Belum berangkat ke kampus?"

"Entah? Sepertinya si Manis marah sama aku karena aku nggak memakainya akhir-akhir ini. Dari tadi aku sudah mencobanya, tapi dia nggak mau menyala." No nggak melihat Kla yang tersenyum karena dirinya begitu sibuk dengan si Manis.

"Pah! Aku akan mengantarmu ke kampus, Phi," Kengkla tersenyum penuh maksud dengan tawarannya itu.

"Ching O? Ngerepotin aja, Kla."

Kengkla menggeleng. "Mai. Pah! Pai dee, Phi!"

Mereka pun pergi, meninggalkan seorang asisten yang sejak tadi sedang menyiram tanaman. Tapi, si bibi seperti nggak dianggap ada oleh mereka. Atau hanya Kengkla?

Poor bibi.

Seperginya mereka, tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di depan gerbang rumah Techno. Kaca mobil pun terbuka, menampilkan sosok Type.

"Sawatdii krab, Mae." Type memberikan wai kepada si bibi. "Apa Techno ada?"

Hari ini Type kesiangan, dia lupa menyalakan alarm dia pun bisa bangun karena mamanya kebetulan menelponnya.

"Ah, Nong Type. Baru saja beberapa menit yang lalu dia pergi dengan temannya." Bibi itu tersenyum.

"Ching? Dai krab, Mae. Khop khun krab. Saya pergi dulu."

Type memberikan wai kepada si bibi,  kemudian menaikan kaca mobilnya dengan perasaan kebingungan.

"Temannya?" gumam Type. Dia pikir keras, memang siapa teman No? Setahunya, hanya dia seorang teman di kampus yang tahu rumah Techno untuk saat ini.

.

.

.

Di lain tempat, Kengkla dan Techno sudah sampai di kampus universitasnya Techno.

"Nanti kalau udah kuliah hubungi aku saja, ya, Phi. Aku akan menjemputmu."

"Heui! Kla, mai pen rai. Aku naik bus saja," ujar No menolak halus.

"Phi, aku yang mengantar Phi. Jadi, aku juga yang akan mengantarmu." Kla masih bersikeras dengan keinginannya.

Techno membuka sabuk pengaman yang dikenakannya. Dia berpikir, memang dia harus mencari tumpangan untuk pulang nanti. Karena sudah pasti dia akan kebingungan mencari alasan untuk menghindari Type, sahabatnya itu.

"Hum, baiklah, aku pulang Jam Tiga Sore, Kla. Terima kasih untuk tumpangannya." Techno keluar dari mobil, kemudian pergi berlalu dengan senyuman manis—yang Kengkla anggap paling manis—di bibirnya.

Kla mengangguk, dengan senyuman yang nggak turun-turun sampai akhirnya pandangan dia beralih pada obeng dan kunci-kunci berantakan di bangku belakang yang belum dia rapikan.

"Aih baiklah aku pulang jam 3 sore Kla, terima kasih atas tumpanganya." No berlalu sambil sebelumnya memberikan senyum termanis buat Kla.

Kla hanya senyum-senyum sendiri sambil memperhatikan obeng dan kunci-kunci di bangku belakang mobilnya yang belum sempat ia rapikan.

Techno pun berjalan memasuki koridor kampus sampai akhirnya dia melihat Type sudah ada di ujung koridor. Dengan ragu No menghampiri dan menyapa Type.

"Ai Type, kau sudah datang?" No baru sadar ternyata memang Type nggak menjemputnya. Jadi, usaha dia tadi untuk menghidupkan si Manis ternyata sia-sia. Temannya sendiri bahkan sudah ada di sini.

"Kau berangkat sama siapa?" pertanyaan Type sontak saja membuat Techno kaget sekaligus bingung.

Diao! Jadi, tadi Type datang ke rumahnya? Hanya saja Techno sudah nggak ada di rumah. Tapi, kenapa dia sekarang sudah ada di sini? Padahal, secara logika dia dan Kla terlebih dahulu yang berangkat. Ah, memang, sih, dia beberapa kali terjebak macet karena Kla tidak tahu dengan jalur menuju kampus Techno sehingga beberapa kali mereka harus terjebak macet.

Atau memang Kla yang "sengaja"?

"Jadi, kau berangkat dengan siapa?"

"Eh ... anu, motorku rusak, awalnya aku ingin naik bus, tapi—."

"Yang aku tanyain, kau sama siapa berangkat?!"

"Allay wah meung!? Bukan urusanmu aku berangkat sama siapa saja. Kenapa kau membentak?"

Keadaan menjadi hening, terlebih mereka sadar jika mereka jadi perhatian sampai akhirnya Type bersuara.

"Khottot meung. Pah! Lupakan saja. Ayo, kita masuk ke kelas!" Type merangkul No seperti biasa.

"Aku juga Type ...," Techno membalas lirih sampai hampir nggak kedengaran.

.

.

.

Seorang cowok berparas tampan sedang bersandar di bamper mobil mewahnya. Dengan sabar dia menunggu seseorang yang ditunggunya, bahkan mengabaikan godaan centil dari para betina dan uke yang lewat di depannya.

"Sedang apa kau di sini?" Kla terkejut karena tiba-tiba Type berada di belakangnya dan bertanya.

"Menjemput seseorang," jawab Kla berusaha tenang.

Saat itu, terlihat jelas mata Type menunjukan keenggaksenangannya. Tanpa membalas ucapan Kla, Type pergi begitu saja meninggalkan bocah aneh itu dengan senyuman anehnya yang terus terukir.

Nggak lama kemudian, orang yang Kla tunggu pun datang menghampirinya dengan senyuman yang memang jarang pudar.

"Khottot, Kla. Aku jadi menyusahkanmu. Huh! Aku nggak tahu kenapa si Manis nggak mau menyala tadi pagi." Techno nyerocos yang hanya ditanggapi dengan senyuman oleh Kla.

"Ayo, Kla! Kenapa kau diam saja?" Techno membuka pintu mobil Kengkla.

No, No. Tadi pagi kau menolaknya, tapi, sekarang kau yang antusias untuk naik mobil. Dasar!

Tapi, nggak pa-pa, itu malah membuat Kla semakin senang. Dia tersenyum puas karena semua rencana dia berjalan lancar.

Meski nggak untuk cowok yang lagi berdiri di belakang pohon. Tangannya mengepal kesal karena melihat interaksi Techno dan si bocah ingusan itu yang terlihat sangat akrab. Bahkan berkali-kali dia melihat senyuman sahabatnya itu terlempar untuk sang bocah yang membuat hatinya semakin panas.

"Sat! Kenapa harus bocah itu?!!" umpat Type. "Apa yang harus kulakukan?" sambungnya yang terdengar frustrasi.

***

"Aku lapar, kita makan dulu, ya, Phi?" ajak Kengkla yang sebenarnya itu rencana dia untuk mengulur waktu.

"Hum!" Techno tersenyum lebar. "Aku akan meneraktirmu karena kau sudah mengantar-jemputku. Kau pengin makan apa?" Techno bertanya antusias. Entah kenapa, dia merasa senang saat berinteraksi dengan bocah dingin yang jarang berbicara ini. Menurutnya, Kengkla lebih baik dari adiknya itu yang selalu bertingkah semena-mena kepadanya.

"Apa saja, asal aku makan bersamamu, Phi," jawaban Kla sontak saja membuat pipi putih milik Techno memerah. Perkataan bocah ingusan—kata Type—itu terdengar seperti gombalan receh dari remaja baru puber untuk seorang gadis.

"Phi oke, na?" Kengka bertanya pura-pura polos dengan senyuman tipis yang penuh arti.

"Mai. Sudah, berhenti di sana saja!" Techno menunjuk sebuah resto. "Tempat itu juga enak. Aku dan Type pernah makan di sana," ujar No yang membuat keadaan hening seketika.

Techno teringat akan temannya, dia merasa bersalah sudah ninggalin Type begitu saja tanpa pamitan. Tapi, berbeda dengan Kla. Dia malah berpikir bagaimana caranya agar sang pujaan hati dia bisa berjauhan dengan Type. Dia sadar jika sahabat Techno itu adalah saingan terberatnya.

"Phi, kenapa?" tanya Kla saat melihat raut sedih Techno.

"Mai pen rai."

"Phi ... jika kau menunjukan wajah seperti itu saat bersamaku, aku nggak segan buat ninggalin Phi di sini." Kengkla meraih pundak Techno. "Saat bersamaku, aku hanya ingin melihat senyuman di wajahmu, Phi. Jika aku melihatnya lagi, aku benar-benar akan—–."

Ucapan Kengkla terpotong karena tiba–tiba tangan kiri Techno meraih tangan Kengkla yang sedang memegang pundaknya. Dengaj lembut dia berkata, "ayo, kita turun! Aku sudah lapar."

Mereka pun turun, kemudian masuk ke dalam restoran atau lebih tepatnya sebuah rumah makan sederhana. Kla dan No disambut oleh seorang bibi paruh baya, hanya dia seorang. Kengkla duduk di pojokan, sedangkan Techno tengah memesan makanan. Mereka memesan dua porsi ayam saos teriyaki dan bumbu lada hitam.

Beberapa lama kemudian, pesanan pun datang. Mereka pun mulai menyantap makanannya. Dengan posisi saling berhadapan, Kla begitu jelas memerhatikan Techno yang begitu asyik dengan makanannya. Membuat senyuman terukir di wajah Kengkla.

Hal itu membuat Techno tersadar. Dia mengangkat wajahnya dan mendapati Kengkla sedang menatapnya tanpa mengiraukan makanan dia sendiri. Sontak saja membuat Techno tertawa karena melihat mulut Kengkla yang belepotan saos dan bumbu sewarna hitam itu.

Benar-benar terlihat lucu dan menggemaskan(?)

Kla yang tersadar dirinya sedang ditertawakan malah tak acuh dan melanjutkan makannya dengan santai. "Jika dengan menjadi jelek membuat Phi tertawa, aku bersedia."

Dan ini adalah kali keduanya Techno terkena gombalan dari sang bocah yang sontak saja membuat dia tersedak dan terbatuk-batuk.

TBC .....

Maaf, harusnya kemarin. Tapi, karena ketikannya hilang beberapa ratus kata yang akhirnya bikin mood down. Males lanjutinnya. 5555 tapi, gpp. Makasih buat yang udah nunggu. Baca doang, atau yang vote juga, atau komen. Love u all. Met Malem Jumat. Skuy kita Sunnah Rasul 😅

Continue Reading

You'll Also Like

690K 43.3K 31
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
36.6K 3.4K 22
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
764K 45.8K 19
"Hidup ini melelahkan"- Zian Sebastian. "Kini aku benar-benar menyerah pada kalian, Aku benar-benar lelah dan semoga kalian cepat sadar akan keberada...
56.5K 3.1K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...