Te Amo Rama

By wulanda-

4.3K 1.7K 3.8K

" Lupain Rama! Tinggalin Rama! Jangan ganggu Rama! Ikhlasin Rama buat gue!! Karena yang Rama suka, itu gue. L... More

Prolog
TAR~ 1
TAR~2
TAR~3
TAR~4
TAR~5
TAR~6
TAR~7
TAR~8
TAR~9
TAR~10
CAST
TAR~11
TAR~12
TAR~13
TAR~14
TAR~15
TAR~16
TAR~17
TAR~18
TAR~19
TAR~20
TAR~21
TAR~22
TAR~23
TAR~24
TAR~25
TAR~26
TAR~27
TAR~28
TAR~29
TAR~30
TAR~31
TAR~32
TAR~33
TAR~34
TAR~35
TAR~36
TAR~37
TAR~38
TAR~39
TAR~40
TAR~41
TAR~42
TAR~43
TAR~44
TAR~45
TAR~46
TAR~47
TAR~49

TAR~48

31 10 82
By wulanda-

Sudah menjadi konsekuensi-nya bertaruh hati, bila kita mengenal cinta. Dan harus siap pula dengan luka, jika mau merasakan cinta.
_____________________________________

Bonne Lecture💐😘


" KANJII!  " teriak Deva setelah melihat punggung tegap seorang cowok disofanya.

" Hei! " sapa Aji kemudian tersenyum hangat ketika melihat Deva berlari antusias ke arahnya.

" Mana oleh-olehnya? " Deva menengadahkan telapak tangan kanannya kearah Aji.

" Vandaa! Kebiasaan deh. Gaboleh kayak gitu, siapa yang ngajarin coba?! " Maya memberikan peringatan.

Sedangkan yang diberi peringatan hanya cengengesan dan memainkan kaki kanannya hingga membentuk pola abstrak.

Kebiasaan Deva jika melakukan kesalahan dan ketahuan oleh seseorang adalah dengan menggerakkan salah satu kakinya. Kadang memutar, membuat garis-garis, acak-acak, hingga membentuk pola abstrak.

Aji yang dibuat gemas pun tak kuasa menahannya. Aji mengacak poni kuda milik Deva.

Aji mendekati telinga Deva dan mulai berbisik.

" Gue kasih oleh-olehnya kalo lo mau  ikut sama gue " bisik Aji.

" Emang apa oleh-olehnya? " Deva juga ikutan berbisik.

" Lolipop Melon "

" Aaa!! " teriak Deva sambil melompat-lompat memegangi lengan Aji kegirangan.

" Vandaa! " Maya kembali memperingati Deva.

Putri sulungnya itu memang selalu membuat keributan. Entah dengan tingkahnya ataupun dengan mulutnya.

" Kanji serius bawain aku lolipop? Rasa melon looo kak? " tanya Deva masih belum percaya.

Karena lolipop rasa melon yang menjadi favoritnya itu sangat sulit ditemukan. Hanya jika dia merasa beruntung saja jika ia bisa menemukannya. Dan kini keberuntungannya ada pada Aji.

Aji menyodorkan ponselnya pada Deva untuk memperlihatkan salah satu gambar yang ada di galery nya.

Gambar tersebut memperlihatkan Aji yang tengah membawa beberapa lolipop ukuran jumbo rasa melon.

Setelah melihat apa gambarnya. Mata Deva berubah menjadi berbinar seperti anak kecil menatap bulan purnama dengan keindahan cahayanya.

Dan tentu saja hal itu membuat mulut Deva terbuka ngiler, membayangkan bahwa ia akan menghabiskan semua lolipop favoritnya itu.

" Deal! " Deva mengulurkan tangannya kearah Aji. Dengan senang hati Aji pun menerima tangan mungil Deva dan menjabatnya.

Deva dan Aji berjalan-jalan ke taman. Demi lolipop melonnya Deva rela meninggalkan Liyan sendirian dirumahnya.

Eh?

Apa Deva masih ingat ya sama Liyan? Yang jelas hanya satu yang ada di otaknya sekarang. Lolipop rasa melon. Udah itu aja.

Aji mengajak Deva berjalan kaki menyusuri jalan komplek yang tidak terlalu ramai. Saat ini tujuan mereka adalah taman yang keberadaannya tidak terlalu jauh dari rumah Deva.

Jangan lupakan. Perjalanan mereka di penuhi dengan canda tawa. Ada saja yang berulah dari salah satunya. Kadang Aji yang menarik rambut Deva, hingga Deva hampir terjungkal ke belakang. Ntah Deva yang usil nginjek kaki Aji, lalu pura-pura tidak tau dan melihat ke arah lain. Intinya mereka saling menjahili satu sama lain.

Namun ada hal yang aneh. Deva merasa bahwa sedari pertama ia bertemu kembali dengan Aji. Ada yang berbeda dengan tatapan Aji kepadanya. Tatapan sendu Aji kepadanya jarang terlihat. Hanya ketika Deva sedih saja tatapan itu akan muncul dari wajah tampan Aji.

Tanpa Deva ketahui ditempat lain ada yang telah merencanakan suatu kejutan untuknya.

Setelah hampir 10 menitan Aji dan Deva berjalan kaki. Akhirnya mereka sampai juga di taman komplek yang posisinya dekat dengan rumah Deva.

Saat Deva hampir sampai ke taman ia melihat motor sport hitam milik Rama terparkir dengan rapi dipinggiran taman.

'Kenapa ada motornya Kak Rama?' gumamnya dalam hati.

Semakin dekat semakin jelas dengan penglihatannya pada motor milik Rama.

Karena rasa penasaran dan untuk memastikan bahwa penglihatannya itu benar. Akhrinya Deva bertanya kepada Aji.

" Kak, itu bener motornya Kak Rama bukan sih? " tanyanya pada Aji.

Mendadak Aji menjadi gugup setelah Deva menanyakan keberadaan motor Rama.

" Iya. Itu motor Rama. " jawab Aji pelan.

Aji memejamkan matanya erat ketika melihat pemandangan tidak enak yang pastinya akan melukai gadis kecil di sampingnya ini.

Sekali lagi Aji menatap sendu ke arah Deva.

'Semoga ini gak salah! ' ungkap Aji membatin.

Deva memicingkan matanya ketika kedua matanya tak sengaja menangkap keberadaan cewek dan cowok berpegangan tangan didekat salah satu kursi yang berada ditaman.

'Gue pasti salah lihat!'

Ia semakin memperjelas penglihatannya dan berjalan dengan perasaan takut.

Di depan sana ada pemandangan yang sungguh menyayat hatinya. Ia begitu mengenali cewek dan cowok tersebut.

'Semoga ini salah tuhan, jangan kau benarkan semua ini'  mohon Deva.

Deva menghentikkan langkahnya untuk memastikan apa yang ia lihat benar atau tidak.

Dadanya berdebar tidak karuan. Bukanlah debaran saat akan bertemu dengan kekasih atau yang lain. Debaran ini lebih menyakitkan. Rasa nyeri menjalar diseluruh tubuhnya. Ada yang sesak, tepatnya dibagian dadanya yang berdebar.

Deva masih tak bergeming menatap nanar kearah objek fokus pandangnya saat ini.

" Kanjiii " lirih Deva.

" Bukan apa-apa positif thinking aja " ucap Aji menenangkan seraya menggenggam tangan mungil Deva.

Aji memaksa Deva untuk melanjutkan langkahnya menuju objek yang membuat dadanya bergemuruh tadi.

Sebenarnya Aji juga merasakan hal yang sama dengan Deva. Aji juga berdebar dengan kejadian selanjutnya.

Ketika Deva kembali melanjutkan langkahnya. Bukannya Rama melepas genggamannya pada Nara. Namun ia justru memeluknya, dan?

" Kenapa nggak bilang dari dulu kalo lo suka sama gue? " ucap gadis ketika berada di pelukan seorang cowok tampan dengan tubuh atletisnya itu.

'Nggak! Gue pasti salah dengar!' lirih Deva mencoba berfikir positif.

" Butuh pengorbanan untuk sampe ke titik ini. " jawab Rama pelan. Namun masih dapat di dengar oleh Deva dan Aji.

Deg!

Mendengar itu membuat lutut Deva melemas. Dadanya mendadak sesak.

Deva menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dan lihat disana. Menutup mulut dengan tangan kanannya untuk menahan suara yang akan keluar akibat respon hatinya yang terasa menyesakkan saat ini.

Ya. Sepasang yang tengah bergenggaman tangan yang ia lihat tadi adalah Rama kekasihnya dan Nara. Sahabat yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Mereka tengah berpegangan tangan dan sekarang  mereka berpelukan layaknya sepasang kekasih.

Hal itu membuat waktu Deva berhenti saat itu juga.

" Makasi Ram! Gue juga sayang sama lo! "

suara Nara yang kembali terdengar di telinga Deva, membuatnya percaya bahwa apa yang ia lihat dan dengar itu adalah realita. Bukan ia yang salah lihat atau dengar. Namun itu benar-benar mereka. Mereka yang mengkhianatinya. Mereka yang bermain api di belakangnya. Mereka yang menusuknya dari belakang. Mereka yang Deva percaya. Dan sialnya, mereka juga yang sangat Deva sayangi.

'Apa ini? Apa yang telah terjadi? Ada apa dengan mereka?'

Deva menatap Aji yang berada disampingnya. Tersirat ke-putus asaan dalam tatapan sendunya.

'Gue gak sanggup kak!' begitulah kalimat yang ingin Deva ucapkan.

Seolah mengerti apa yang dipikirkan Deva. Aji menggelengkan kepalanya.

" Mending lo samperin mereka dan tanya " bisik Aji sambil memberi kekuatan dengan menepuk lembut pundak Deva.

Dengan berat hati Deva melangkahkan kakinya. Mengikuti saran dari Aji.

Pasangan itu masih berpelukan. Tidak taukah mereka bahwa disini ada yang terluka?

Setelah jarak dirinya dengan Nara dan Rama sudah dekat. Deva menatap secara bergantian antara Rama dan Nara.

Deva menatap ke arah langit. Menahan gejolak dalam dadanya yang tengah sesak. Ia menahan air yang sedari tadi sudah memaksa untuk membasahi pipinya.

Deva menghela nafas panjang sebelum ia memberanikan diri untuk bertanya.

" Kak Rama? " lirih Deva seketika dua sejoli tersebut menoleh ke arah Deva. Sang pemilik suara.

" Kak?! " kini Deva menatap kearah langit kembali, menahan air matanya yang terus saja memaksa ingin keluar.

Rama hanya menatap Deva dengan tatapan sendu tanpa mengatakan apapun.

Percayalah saat ini Deva ingin segera berlari dari sini. Ia tidak sanggup untuk menahan air matanya lagi.

" Ada yang mau kalian jelasin? " sekali lagi Deva bertanya dengan mata yang terus menatap langit. Suaranya begitu menyakitkan. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan ikut merasakan bagaimana hati Deva saat ini. Sangat hancur pastinya.

Aji membuang muka. Ia tak kuasa melihat wajah gadis kecilnya yang saat ini terlihat menyedihkan. Itu sama menyakitkan juga baginya.

Sedetik

Dua detik

Hingga 2 menit, Deva tidak mendengar apapun.

Karena tak ada satu pun yang menjawab pertanyaan yang dilontarkan olehnya, ia memutuskan untuk membuka suara lagi.

Deva masih belum percaya dengan perkiraan-perkiraan buruk yang  menempati otaknya saat ini. Bisa saja ini prank, kan?

Mungkin ia akan percaya, jika...

...mereka berdua sendirilah yang mengatakan.

Sebelumnya ia berharap ketika Rama mengetahui bahwa ada dirinya, Rama akan mendekat dan mendekap erat tubuhnya.

Namun respon yang diberikan Rama tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Harusnya Rama mendekat padanya!

Harusnya Rama menjelaskan padanya!

Harusnya Rama merayunya supaya ia tidak salah paham!

Harusnya Rama meminta maaf bahwa yang di lihat Deva itu tidak benar dengan asumsi buruk yang menggenang di fikirannya!

Harapan hanya tinggal harapan saja sekarang.

" Ini..sa-sandiwarakan? " Deva mengatakan itu semua seraya menggertakan giginya. Menahan air mata yang mulai tak terhankan. Sekali berkedip saja. Cairan bening itu akan tumpah membentuk muara kecil di pipinya.

Nara menatap Rama di sebelahnya. Merasa bahwa tidak ada tanda-tanda Rama akan menjelaskan semua ini, jadilah ia yang harus menjelaskannya.

Supaya semuanya ini segera berakhir.

" Oke, gue bakal jelasin " Nara membuka suara.

" Siapin hati lo buat dengerin setiap kata yang keluar dari mulut gue! " lanjut Nara.

"Karena mungkin ini sangat menyakitkan untuk lo dengar. " ujar Nara kemudian mengambil nafas sebelum berucap,

" Lupain Rama! Tinggalin Rama! Jangan ganggu Rama! Ikhlasin Rama buat gue!! "

JENG! JENG! JENG!!!

Suka nggak sama kejutannya?

Continue Reading

You'll Also Like

246K 5.1K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
787K 22.1K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
386K 27.4K 26
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...
287K 11.1K 40
"bego ini obat perangsang bukan antimo" #lapakbxb Top : gamma Bot : nelv (mpreg) (BxB)