Dear Anonymous

By inibulan

91.3K 17.8K 10.3K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melu... More

dear anonymous
01. Dialog hujan
02. Tentang sang Langit
03. Ada yang berakhir
04. Apa yang salah dari mengagumi diam-diam?
05. I have crush on you
06. Apa pernah ia dianggap ada?
07. Cheesecake
08. Ucapan selamat pagi
09. Bolehkah jika ia semakin jatuh cinta?
10. Hujan dan sosok entah siapa
11. Kentang McD
12. Malam ini ia tidak sendiri
13. Know your place
14. Jealous
15. Alasan untuk menyukai seseorang
16. Album foto dan kilas balik
17. Gosip spektakuler
18. Boneka & Piala pertamanya
19. Melempar Umpan
20. Keluar kandang buaya masuk kandang singa
21. Beauty Privilege
22. Hujan dan segelas kopi
23. Keajaiban Dunia
24. Sebenarnya, salahnya di mana?
25. Aku senang jika nyatanya kamu peduli
26. Angkasa, ayo pacaran!
27. Pacar?
28. Pesta ulang tahun
29. Goodnight, N
30. Hari ini aku ulang tahun
31. Cepat sembuh, Rainne
32. Usapan di kepala
33. Alasan gadis itu tersenyum
35. Feeling
36. Keajaiban Dunia 2
37. Bagaimanapun dia tetap cantik
38. Sebenarnya, sejak kapan?
39. Fanya harus apa?
40. Kamu suka Fanya?
41. Masih sulit dipercaya
42. Mohon ikhlaskan saja
43. Kamu jelek
44. Hari-hari penuh siksaan
45. Under the rain
46. Semuanya akan baik-baik saja
47. Harus dibuat berantakan
48. Lama-lama muak juga
49. Tolong jaga dia
50. Berbalik
51. Dia tahu jawabannya
52. Beban dan tidak berguna
53. Dia benci kehilangan
54. Tidakah cukup?
55. Ia hanya iri
56. Pembohong
57. Tidak ada lagi yang tersisa
58. Hancur
59. Kembali, atau pergi dan mengakhiri?
60. Ia harus memulai hidup baru
61. Red Rain
Epilog

34. Promise

1K 257 70
By inibulan

"Hai, beberapa hari belakangan ini aku ngerasa tidur tuh enggak nyaman, ya. Tapi tadi malam akhirnya aku bisa tidur pulaaaaaas banget. Buat temen-temen yang lagi ngalamin hal yang sama kayak aku dan mau kualitas tidurnya jauh lebih baik, kalian wajib banget nih punya alat ini. Ini namanya difuser, dari inibulan.id. Udah free sama aromatherapy-nya loh, 1 box isi 5 botol dan harganya cuma 200ribu!"

Rainne menjatuhkan tubuhnya di kasur setelah memposting endorsannya di story Instagram. Lumayan, dengan jumlah followersnya yang banyak di medos, membuatnya bisa mendapatkan uang jajan dan tidak perlu mengandalkan uang orang tua untuk beli ini itu.

Mendesah, ia merasa minggu paginya membosankan sekali hanya menghabiskan waktu di kamar dan main ponsel terus. Namun, ia juga merasa tidak punya ide ingin melakukan apa.

Gadis itu sibuk scroll layar ponselnya dengan tampang bosan, mengabaikan banjir notifikasi yang selalu diterimanya.

Tring!

Angkasayang mengirim anda pesan ...

Jari Rainne berhenti menscroll layar ponselnya saat melihat notifikasi dari Whatsapp itu. Ia memicingkan mata, menjauhkan ponselnya dari wajahnya lalu mendekatkan lagi. Merasa tidak salah lihat, ia langsung bangkit dari posisi duduknya sambil menjerit heboh.

"AAAA! DEMI APASIH GUE DICHAT ANGKASA?!" pekik Rainne heboh sendiri.

"Please ... please ... gue harus segera nyari tema pernikahan yang lucu buat kita nanti!"

Kehebohan Rainne itu sampai membuat penghuni kamar sebelahnya membanting pintu dengan sangat keras. Rainne bodo amat jika Fanya terganggu dengan teriakannya. Ia terlalu senang untuk diam saja saat dichat oleh Angkasa untuk pertama kalinya.

Dengan semangat gadis itu langsung membuka chat dari Angkasa dan membalasnya.

Angkasayang

Di rumah?

Di hatimu 😍🥰😘

Setelah membalas itu, Angkasa langsung membaca pesannya. Namun, tidak ada balasan lagi. Sampai lewat tiga menit dan itu membuat Rainne panik sendiri dan kembali mengetikan pesan untuk cowok itu

Iya di rumah
ih kamu mah jahat banget just read gitu padahal ngechat duluan

10 menit, siap-siap.
Gue tunggu depan rumah.

Rainne agak kaget dengan balasan dari Angkasa itu. Otaknya yang lemot tidak langsung mengerti.

HAH APA
AKU DI MANA
APASIH ANGKASA MAKSUDNYA

Baru beberapa menit loading akhirnya gadis itu mengerti dengan maksud Angkasa. Namun, ia jadi panik dan kesal sendiri.

IH GASUKA DEH DADAKAN BANGET

Tidak ada balasan lagi, tapi Rainne langsung berdandan rapi dan kurang dari sepuluh menit ia sudah lari keluar rumahnya. Betul saja, ia melihat mobil Angkasa di sana. Ia mengetuk kaca mobil cowok itu dan Angkasa hanya memberikan lirikan agar cewek itu masuk ke mobilnya.

"Demi apasih kamu ngajak aku ngedate? Serius ini kita sekarang lagi pdkt?!" pekik Rainne, membuat Angkasa hanya mampu menghela napas sabar. Terlihat mati-matian menahan emosinya karena reaksi berlebihan dari Rainne.

"Queen sakit, rewel terus bilang pengen ketemu sama lo."

Meskipun alesannya karena Queen, Rainne tetap saja senang. Dalam hati ia berterimakasih banyak pada gadis kecil itu karena menjadikannya alasan ingin bertemu.

"Queen sakit? Sakit apa?" tanya Rainne saat Angkasa langsung menjalankan mobilnya dan meninggalkan area rumahnya.

"Demam, ujan-ujanan mulu kayak lo."

Rainne tersenyum kaku, mendadak merasa tidak enak hati karena Angkasa seperti sedang memarahinya juga karena insiden hujan-hujannanya waktu itu.

Selang beberapa menit, mobil Angkasa berhenti di halam sebuah rumah yang sangat besar. Rumah ini sepertinya dua kali lipat lebih besar dari rumah Angkasa. Padahal rumah cowok itu pun sudah tergolong besar dan mewah.

Rainne tidak bersuara dan sibuk terkagum-kagum menatapi bagunan rumah ini. Saking tidak fokusnya, ia sampai tersandung saat melangkah dan membuat Angkasa harus menuntunnya berjalan agar tidak menabrak benda-benda yang ada di rumah ini.

"Nenek mana, Mbak?" tanya Angkasa pada asisten rumah tangga di sana saat tidak menemukan keberadaan neneknya padahal tadi sebelum ia berangkat menjemput Rainne neneknya itu masih ada.

"Baru aja pergi, Den. Ada urusan sebentar katanya, saya juga kurang tahu ke mana."

Angkasa menyahut singkat lalu menarik Rainne pergi menuju kamar Queen. Ia baru melepaskan pegangan tangannya saat sampai di depan pintu kamar berwarna putih yang terdapat gantungan berupa ukiran nama Jingga Queenia's di sana.

Pintu kamar itu dibuka, Rainne langsung mendapati pemandangan kamar ala seorang princess. Luas, girly, dan sangat mewah. Ia melihat Queen berbaring di tempat tidurnya.

"Queen tidur?" panggil Angkasa karena posisi gadis kecil itu menyamping memungungi mereka.

Mendengar suara Angkasa, gadis kecil itu lengsung menoleh. Saat melihat siapa yang bersama Angkasa, Queen langsung bangun dari posisi tidurnya.

"Kacan!" meskipun suaranya serak, tapi gadis itu terlihat sangat senang saat melihat Rainne melambai dan tersenyum padanya.

"Hallo, Queen sakit, ya?"

Gadis kecil itu menggeleng. Padahal dilihat dari wajahnya saja, sudah jelas gadis kecil itu tidak sedang dalam kondisi sehat. Rainne mendekat dan duduk di sisi tempat tidur gadis itu, melihat sekilas makanan di samping nakas tempat tidur belum disentuh sama sekali. Rainne tersenyum hangat, mengentuh kening Queen dengan lembut.

"Bohong ah, Queen panas loh badannya."

"Rewel sih, gamau minum obat, makan susah." Angkasa bersidekap dengan tatapan dingin menatapi gadis kecil itu. Membuat Queen cemberut sebal karenanya.

Rainne melirik Angkasa sekilas, dalam hati juga merutuki Angkasa karena sifatnya seperti itu pada anak kecil. Untung Rainne cinta mati, jadinya ia tidak sanggup membenci Angkasa meskipun sikap cowok itu terlihat menyebalkan saat ini.

"Kenapa enggak mau makan? Queen enggak suka makananya?" tanya Rainne lembut.

"Suka, tapi abis makan pasti harus minum obatnya. Enggak mau."

"Tapi Queen badanya lagi enggak sehat loh, harus minum obat. Nanti kalau makin sakit gimana? Queen gabisa main lagi loh sama kakak. Makan terus minum obatnya mau, ya?" Rainne mengusap rambut Queen sekaligus merapikan rambut panjang gadis itu yang sedikit berantakan.

"Aku cuma anget dikit kok. Enggak sakit, enggak harus minum obat," rengek Queen pada Angkasa, tapi cowok itu sama sekali tidak terlihat iba.

"Tadi janjinya apa?" tanya Angkasa. Gadis kecil itu berjanji akan makan dan minum obat jika Angkasa membawa Rainne ke sini.

Gadis kecil itu menatap pada Rainne sesaat lalu beralih lagi pada Angkasa kemudian berkata, "Iya, makan. Tapi Kacan yang suapin."

"Yaudah, yaudah, sini disuapin. Tapi harus habis, ya?"

Dengan semangat Rainne meraih makanan yang disediakan untuk Queen dan menyuapi gadis itu. Untungnya Queen benar-benar mau melahap makanannya. Mungkin sebenarnya gadis kecil itu memang lapar, tapi karena tidak mau minum obat makanya ia menahannya.

Setelah selesai makan, Queen langsung meminum obatnya meskipun sedikit terpaksa. Angkasa akhirnya bisa bernapas lega karena kerewelan gadis kecil itu bisa ditangani oleh kehadiran Rainne.

"Kacan ayo kita nonton Little Mermaid!" seru gadis kecil itu dengan suara serak.

Tanpa disuruh, Angkasa langsung menyalakan televisi dan mencari film yang disebutkan Queen tadi. Ia duduk di sofa sementara Rainne ditarik Queen untuk duduk bersamanya di tempat tidur. Gadis kecil itu meminta sebelah tangan Rainne merangkulnya, dan Queen terlihat sangat senang sekali saat Rainne melakukan itu.

"Kacan, kalau aku sakit kan suka bosen ya gabolehin main keluar sama nenek. Nanti kalau aku sakit lagi Kacan temenin main mau ya," pinta Queen.

"Ih enggak mau ah, Queen gaboleh sakit lagi. Harus sehat terus biar mainnya lebih seru. Kalau Queen sehat kan main sama kakaknya bisa di luar. Makanya jangan sampe sakit lagi."

Angkasa tersenyum kecil memerhatikan interaksi keduanya, ia jadi ikut senang jika Queen senang. Queen selalu bilang padanya jika ingin memiliki kakak perempuan, dan ia sepertinya mendapatkan sosok itu dari Rainne.

Tidak terasa waktu berlalu dan film itu sudah setengah jalan. Selama itu, Angkasa sama sekali tidak menatap layar televisi, ada yang lebih menarik untuk ia pandangi ketimbang film kartun ikan berambut merah itu.

"Angkasa," panggil objek yang ia pandangi dengan suara teramat pelan.

"Apa?"

Angkasa menyahut dengan sangat tenang, bahkan bereaksi biasa saja saat gadis itu tiba-tiba menatapnya setelah sedari tadi sibuk menonton film.

"Kecilin suaranya, Queen tidur."

Menurut, Angkasa langsung mengecilkan volume televisi. Ia menghampiri tempat tidur Queen dan melihat gadis kecil itu tertidur di pelukan Rainne. Melihat gadis kecil itu menindih bahu dan sebelah lengan Rainne, dengan hati-hati Angkasa membenarkan posisi tidurnya.

"Udah biarin, nanti dia bangun." Rainne berbicara dengan sangat pelan.

"Nanti tangan lo yang sakit."

Setelah posisi tidur Queen benar, Rainne turun dari tempat tidur dan membenarkan selimut gadis kecil itu. Ia menyentuh kening Queen dengan lembut dan dalam hati berdoa semoga demamnya cepat turun.

Ponsel Angkasa bergetar, lelaki itu langsung keluar dari kamar Queen untuk mengangkat panggilan. Rainne memerhatikan dengan penasaran.

"Kenapa? Kok kayak bingung gitu," tanya Rainne saat cowok itu sudah kembali.

"Gue mau minta tolong, boleh?"

Padahal Angkasa hanya bertanya seperti itu, tapi Rainne dibuat degdegan tidak karuan karena intonasi bicara cowok itu yang agak berbeda dari biasanya. Rainne lalu mengangguk sambil tersenyum untuk menjawab pertanyaan itu.

"Nitip Queen sebentar, gue mau pulang dulu ke rumah."

"Oh, iya enggak apa-apa. Pulang aja, aku jagain kok. Tenang aja," ujar Rainne menyanggupi.

"Enggak apa-apa?"

"Iyaaaa, yaudah sana pulang." Rainne mengusir Angkasa keluar dari kamar Queen.

"Gue cuma bentar. Kalau lo butuh apa-apa, panggil Mbak aja di bawah."

"Iya, iya, siap. Kamunya jangan lama-lama nanti aku kangen."

Angkasa langsung memasang tampang malas mendengar itu dan segera pergi dari sana. Rainne malah tertawa kecil melihat rekasi Angkasa yang sepertinya anti sekali jika ia gombali seperti itu.

Seperginya sosok Angkasa, Rainne kembali menghampiri Queen dan duduk di sisi ranjang gadis kecil itu. Ia mengusap-usap kepala Queen sambil tersenyum. Jika boleh memilih, ia lebih suka memiliki adik yang manja padanya seperti Queen ketimbang Fanya yang cuek setengah mampus padanya. Bukan hanya cuek, Fanya juga malah membencinya. Nasibnya benar-benar menyedihkan.

Diam tanpa melakukan apa-apa seperti ini lama-lama membuat mata Rainne berat juga. Ia melangkah menuju sofa dan duduk di sana sambil memainkan ponselnya, berusaha menjaga matanya agar tetap terjaga. Ini sudah waktu tidur siang, dan ia pun sudah mengantuk. Pada akhirnya, gadis itu tertidur juga.

Tiga jam lebih berlalu dan Angkasa baru kembali lagi. Saat membuka pintu kamar Queen, ia melihat gadis kecil itu sudah bangun dan tengah menyelimuti kaki Rainne yang telanjang karena cewek itu hanya mengenakan dress selutut. Sepertinya, gadis itu ketiduran di sofa saat menjaga Queen selama ia pergi.

"Kakak jangan berisik nanti Kacan bangun!" desis Queen.

Angkasa meletakan kantong plastik berisi makanan dan sebuah cheesecake yang ia beli di perjalanan kemari karena ia ingat Rainne sepertinya belum makan apa-apa. Melihat gadis itu tidur pulas, Angkasa tidak tega membangunkannya untuk sekedar makan. Angkasa mengusap kepala Queen dan mengatakan terimakasih karena sudah menyelimuti Rainne.

"Kakak dari mana?"

"Tadi pulang dulu disuruh mama. Queen udah enakan?" tanyanya sambil menyentuh kening Queen dan gadis itu sudah tidak terlalu panas. Gadis itu mengangguk kecil menjawab Angkasa.

"Kakak bawa apa?" tanya Queen sambil menjulurkan kepala pada kantong plastik yang dibawa Angkasa tadi.

"Makanan buat kak Rainne, dari tadi belum makan dia."

Queen malah tersenyum lebar dan meledeki Angkasa. Cowok itu tidak begitu menanggapi ledekan dari bocah kecil ini.

"Kacan udah jadi pacar kakak, ya?" tanyanya polos.

"Mikirin apa sih ini anak kecil."

Pipi Queen ditarik dengan sangat pelan oleh Angkasa karena cowok itu gemas sekali pada sepupu kesayangannya ini.

Karena tidak suka dicubiti pipinya, Queen memeluk Angkasa dan menenggelamkan wajahnya di sana. Angkasa mengusap kepala gadis kecil itu dengan gemas.

"Kaaaak, kakak inget enggak sama permintaan Queen waktu itu? Yang kita abis makan kentang mekdi?" tanyanya dengan suara teredam.

Angkasa mengingat-ingat lagi apa yang dikatakan gadis kecil ini waktu itu. Ia lalu berkata,"Jangan galakin kak Rainne?"

Queen mengangkat wajahnya lalu mengangguk sambil senyum.

"Tambahin satu lagi ya boleh?"

"Apa?"

"Jagain Kacan kayak kakak jagain Queen," pintanya sambil nyengir lebar.

"Kenapa emangnya?"

Queen nampak menimang-nimang untuk mengatakan sesuatu. Gadis kecil itu menatap Angkasa dengan sangat polos.

"Waktu pertama kali Queen ketemu, Kacan lagi nangis. Papanya tidur terus, kayak Momy waktu itu. Queen kasian sama Kacan. Kalau Queen kan ada banyak yang sayangin, ada nenek, kakek, om, tante, sama kakak-kakak yang lain. Kalau Kacan .. Queen enggak tahu. Gimana kalau nggak ada yang sayangin Kacan kayak Queen? Padahal Kacan baik. Makanya kakak harus sayangin Kacan kayak kakak sayangin Queen. Jagain gitu loh. Enggak boleh dijahatin."

Mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Queen dengan sangat jujur, Angkasa benar-benar tersentuh. Ia mengeratkan pelukannya pada gadis kecil itu lalu mengusap kepalanya.

"Iya, Queen. Kakak bakal jagain Kak Rainne kayak Kakak jagain Queen."

"Promise?"

"Promise."

Angkasa mengecup kepala Queen, dalam hati membatin semoga ia bisa menepati janjinya pada gadis kecil ini.

🌧

Aku sayang queen huhu anak baik 😭😭😭😭

Continue Reading

You'll Also Like

6.6M 281K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.2M 206K 48
(SUDAH TERBIT DAN TERSEDIA DI GRAMEDIA | PART MASIH LENGKAP) Gwen tidak pernah menyangka bahwa kecintaannya pada hewan bisa membuatnya terjerumus unt...
Starlight By 🌙

Teen Fiction

752K 63.2K 50
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Kecelakaan yang dialami Stella membuatnya merasa berada di dasar terendah dalam hidup. Saat itu, Stella membenc...
32.1K 3.5K 31
= Rank = #1 kamadotanjiro {10-12-2022} #1 kagaya {12-05-2023} ____________________ 【 Dreams season 2 】 Aku ingin bertemu lagi dengannya. Bisik harapa...