Hipokrit ✔️

By cutputrikh

361K 89.6K 61.5K

❝Dunia ini dikelilingi oleh orang-orang yang pandai berpura-pura.❞ [.] Baru 14 hari berstatus sebagai anak... More

|Prelude
1| Bingkisan
2| Jangka
3| Teror
5|Teror Lagi
6| Benci Sentuhan
7| Merasa Bersalah
8| Curiga
9| Kamera
10|Loker Radheya
11| Gelang
12|Banyak Tanda Tanya
13|Salah Sasaran
14| Minuman
15| Menuduh
16|Tabur Tuai
17| Penasaran
18|Investigasi
19| Hati-hati
20|Pusat Perhatian
21|Stereogram
22|Perihal Menfess
23| Kehilangan dan Party
24|Hampir, Jurnal, dan Rencana
25| Flashdisk
26|Mabuk
27|Perangkap
28|Sebentar Lagi
29|Masalah
30|Tidak Banyak Waktu
31|Ancam-Mengancam
32|Membungkam
33|Sebuah Janji
34| Siapa Penyebarnya?
35|Kebohongan
36|Sulit Percaya
37|Postingan Terakhir
38|Dicurigai Tersangka
39|Penyesalan
40|Peneror
41|Deja vu
42|Pengakuan
43| Akhirnya Berjumpa
44|Mengetahui Semuanya
45|Akhir dari Semuanya
HIPOKRIT SEASON DUA

4| Kecemburuan

13.2K 3.1K 1.4K
By cutputrikh

Update malam frien✨

Dapet notifikasi jam berapa?

Bacanya sambil?

Typo tegurin ya✨

"Karena menaruh rasa pada seseorang yang mati rasa itu buang-buang waktu saja."

🍂

"Udah bel! Ayo ke kantin, Raline!" seru geyzia semringah.

Raline mengangguk, setuju. Raline membereskan barang-barangnya terlebih dahulu. Raline refleks menyikut ponselnya sendiri sampai jatuh dari meja. Hampir saja benar-benar jatuh ke lantai kalau saja tidak ada seseorang yang menangkapnya.

"Eits! Hampir aja jatoh." Ethan tersenyum, menyodorkan ponsel Raline kembali pada sang empunya.

Raline tersentak, terkekeh. "Eh, iya."

"Kalo jatoh kan rusak, sayang."

Raline menaikkan alisnya, berdeham. "Hm?"

"Maksudnya, sayang kalo rusak. Hp lo IP lagi, " kekeh Ethan.

Alezian yang berdiri di sebelahnya hanya memutar bola mata malas dan menggeleng. Raline lantas terkekeh mendengar Ethan.

"Makasih, ya."

Ethan mengangguk. "Lain kali hati-hati," senyum Ethan.

Raline mengangguk, tersenyum.

"Lo masuk kelompok Sena kan? Berarti kita sekelompok. Minggu ini ada kerkel, mau bareng?" tawar Ethan.

Raline menaikkan alisnya, melirik ke arah Geyzia meminta bantuan jawaban. Raline mengusap tengkuknya, lalu berbisik.

"Emang pacar lo nggak marah?"

Laki-laki berlesung pipit itu melirik ke arah Alezian sekilas. "Ya enggak lah, si Tara nggak bakal marah. Santai aja, lagian kan cuma kerja kelompok. Jadi gimana? Mau?"

Raline berdeham, lalu manggut-manggut. "Boleh."

Ethan tersenyum, manggut-manggut. Melambaikan tangannya tanda ingin pergi lebih dulu, Raline hanya tersenyum sebagai respon.

"Nye nye nye, tukang modus lo," cibir Alezian saat mereka menjauh.

Ethan tergelak, menendang tumit Alezian. Alezian mendelik, balas menendang Ethan. Mereka bergelut sepanjang jalan, lalu berakhir dengan Ethan yang merangkul bahu Alezian sampai mereka tidak terlihat lagi dari pintu kelas.

Raline tersenyum kecil memperhatikan mereka. Geyzia menyikutnya.

"Nggak usah heran sama mereka berdua. Emang suka gitu," kata Geyzia.

Raline hanya manggut-manggut, tidak sengaja menoleh saat mendengar suara gedebruk dari meja Tara. Tara meletakkan tas miliknya ke atas meja dengan tidak santai, seakan sedang melampiaskan amarah. Melengos keluar kelas setelah melirik Raline tajam.

"Yee, jangan marah-marah dong, Tar!" Geyzia kesal sendiri.

Raline mengalihkan dan mengajak Geyzia untuk segera ke kantin. Geyzia merangkul tangan Raline untuk ke kantin bersama. Baru saja ingin keluar kelas saat Rayyan yang malahan baru masuk ke kelas.

"Rayyan!" cicit Geyzia pelan, antusias.

Rayyan tersenyum, berhenti sebentar di depan mereka. "Hai, Raline."

Raline tersenyum. Geyzia melunturkan senyumnya. "Cuma Raline doang yang disapa?"

Rayyan terkekeh. "Hai, Geyzia."

Geyzia mendecak, lalu kembali tersenyum centil seperti biasanya. "Jadi gimana rapat acara pensinya, anak osis?"

"Berjalan lancar," senyum Rayyan. Rayyan melihat kembali ke arah Raline. "Raline, lo mau ikutan jadi panitia pensi?"

Raline berdeham. "Emangnya bisa? Gue bahkan bukan anak osis."

"Bisa, ntar gue bilangin, lumayan kan nambah pengalaman?" tawar Rayyan. "Atau lo mau masuk osis juga? Bisa juga gue bantu."

"Masuk osis? Gue belum pernah ikut organisasi apa-apa sih."

"Ya nggak apa-apa. Justru bagus lo bisa nambah pengalaman di osis. -"

Melihat Raline dan Rayyan yang malah asik berbicara berdua, Geyzia jadi merasa diabaikan. Geyzia menarik tangannya dari lengan Raline, melipat tangannya di dada, menunggu.

Pelan-pelan, senyum Geyzia meluntur sembari memperhatikan interaksi kedua orang itu.

🍂

"Girls, gue baru aja beli tas. Lo pada tau tas apa?" Sheryl menaikkan sudut bibirnya, menunjukkan layar ponselnya kepada para gadis di meja kantin itu.

"Tas Dolce & Gabbana dong!"

"Omfg! Iri!" seru Geyzia mengatupkan kedua tangannya.

"Gila, cakep anjir." Dea juga turut terkesima. Tentu saja, tas yang dimaksud itu bukanlah tas murah biasa, melainkan tas mahal. Karena itu mereka semua terkesima.

Sheryl mengibaskan rambutnya, tersenyum. "Mommy gue emang paling pengertian."

"Pengen punya mommy kayak Sheryl!" Geyzia mengerucutkan bibirnya. "Boro-boro tas D&G, gue beli jam ini aja diomelin."

Raline melihat jam tangan yang Geyzia tunjukan, lantas membulatkan matanya begitu tau nama merek jam itu. Itu brand Fossil.

"Padahal kan nggak mahal-mahal banget kan yah?" Geyzia cemberut.

Raline meneguk salivanya, mengusap tengkuknya dan melihat ke arah lain.

"Tapi gue sih yang salah, belinya diem-diem. Tapi ujungnya digapapain sih," kekeh Geyzia.

"Lo mah masih beruntung, Gey."

Sheryl mengangguk. "Btw, gue juga pernah liat di postinganya Raline. Raline lo juga punya tas Prada kan?"

Mendengar namanya disebut, Raline menoleh. Berdeham canggung, dan mengangguk.

"Wuih! Raline sultan! Dikalahin lo, Sher."

Sheryl mendecak. "Apaan sih, kalah-kalahan, kita kan nggak saingan. Iya kan, Lin?"

Raline hanya manggut-manggut, mengiyakan.

"Gimana kalo kapan-kapan kita karokean, girls?" ajak Sheryl.

Dea manggut-manggut. "Ide bagus tuh! Udah lama juga kita nggak karokean kan."

Geyzia manggut-manggut. "Setuju."

"Ayo." Sheryl tersenyum. "Raline yang traktir kali ini."

Raline langsung menengok, dan berdeham. "Hm?"

"Lo mau kan, Lin, traktir kita?"

Mereka semua melirik ke arah Raline, Raline berdiam sesaat, tidak langsung menjawab.

"Biasanya kita emang ganti-gantian gitu, saling traktir."

"Oh, iya," Raline terkekeh canggung, mengangguk mengiyakan.

"Jadi Raline yang traktir karokean minggu ini?"

Raline mengangguk. Mereka tersenyum semringah, lantas kembali bercerita ria. Raline memalingkan wajahnya, mendecak.

Lama-lama kalau begini, uang simpanannya bisa habis.

Brak!

Mendengar suara gedebruk di meja di sebelah mereka, Raline refleks mengalihkan fokusnya. Melihat gerombolan lelaki yang penampilannya tidak menurut aturan itu-sepertinya penguasa sekolah, geng pembuat onar. Mereka mengerubungi seorang laki-laki berkacamata yang sedang memakan mie kuah. Laki-laki itu terlihat menunduk sedari tadi.

"Bosen banget ngeliat Mathew CS ngebully si Affan." Dea memutar bola matanya.

"Nggak usah diliatin, Lin. Mathew baperan, ntar lo malah kena," ujar Geyzia.

Raline manggut-manggut, melanjutkan makanannya.

"Woi, cupu." Mathew melempar bola basket masuk ke mie kuah Affan, sampai airnya terciprat mengenai wajah lelaki itu dan mereka tertawa terbahak-bahak.

Merasa sedang diperhatikan, Mathew melihat ke arah Radian yang ternyata memperhatikannya sejak tadi. Mathew turun dari meja Affan, lantas bergerak mendekati Radian yang duduk di meja di depannya.

"Heh." tegur Mathew tidak suka, Radian masih meliriknya datar.

Bugh!

Mathew melempar bolanya mengenai kepala Radian. Radian masih memalingkan wajahnya, bekas pukulan lelaki itu.

"Berani-beraninya lo liatin gue." Mathew menumpu kedua tangannya di meja. "Lo nggak suka gue bully dia? Oh, lo mau gue bully lo?"

Radian memutar kepalanya, melihat Mathew datar.

Mathew melihatnya tidak menyangka. Bisa-bisanya lelaki itu masih berani menatap matanya.

Mathew manggut-manggut, angkuh. "Ambil bola gua."

Radian masih menatapnya datar.

"Ambil bola gua, tolol!" hardik Mathew, kesal.

Radian berdiri, masih terus menatapnya dingin. Lalu beranjak mengambil bola basket Mathew. Mathew tersenyum menang, melihat Radian menurut. Semua orang tunduk padanya, tidak akan ada yang berani padanya.

"Siniin bola gua sekar-"

Bugh!

Radian baru saja melemparkan kembali bola basket Mathew lebih keras mengenai dadanya, bahkan sampai membuat Mathew tersungkur ke belakang. Mathew meringis lalu berteriak tidak terima.

"Bangsat lo! Lo nantangin gue?"

Radian menatapnya datar. Mengambil pisau kecil di tempat sendok garpu lalu bergerak mendatangi Mathew membuat Mathew membelalakkan matanya dan bergerak mundur ketakutan, sekaligus membuat orang-orang turut menengok ke arah mereka.

Radian melayangkan pisaunya begitu saja, membuat semua mata membulat, begitupula dengan Mathew yang seketika terdiam.

Pisau tadi tepat sasaran mengenai bola basket di depan dada Mathew.

Radian berdiri di depan Mathew, menyeringai. Memberitahukan secara tidak langsung bahwa Radian bukanlah orang yang sama seperti orang-orang yang Mathew bully.

"Bola basket lo mungkin nggak berguna, karena lo gunain dengan cara yang salah." Radian memajukan wajahnya, berbisik. "Jadi gue bantu lenyapkan."

Setelah membuat seisi kantin terhenyak melihat aksinya, Radian lalu melengos pergi begitu saja. Meninggalkan kantin tanpa dosa.

Raline memperhatikan Radian tanpa suara. Radian benar-benar membuat Raline tidak bisa berkata-kata melihatnya.

He literally seems like a psychopath.

🍂

Masih ada yang baca nggak ya? Wkwk


Kayaknya alurnya jalannya pelan-pelan aja kali yah soalnya agak... Yah gitu, hehe

Ada satu nama yang mencurigakan nggak menurut kalian?

Kira-kira siapa tokoh yang bakalan jadi impostornya? Wkwk

Intinya semua hal yang ada itu berkaitan...

Btw jangan lupa follow akun hipokrit yahhh jadi disana aku bakalan kasih clue-clue tentang jalan cerita ini, tentang hal-hal yang berhubungan sama si tokoh. Beberapa clue udah aku posting bisa dicek yah

Mana tau dari clue-clue dipostingan itu... kalian bisa nyimpulin sesuatu...

Lanjut?

Spam next yuk disini

Continue Reading

You'll Also Like

521K 20.3K 20
Hidup Dimas penuh cacat logika setelah mengikuti wasiat sang adik. Jalani peran playboy kelas atas ia harus temukan gadis bernama Reya, gadis berambu...
4.7K 1.6K 42
Terkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama m...
542K 26.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
8.8K 2.2K 65
Anak hasil pernikahan siri seorang direktur perusahaan entertainment membuat laki-laki bernama Gian Bramana Alexander disembunyikan dari dunia, tidak...